FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
PENDAHULUAN
Coronavirus disease atau yang kita kenal dengan Covid-19 menjadi perbincangan
hangat bagi masyarakat saat ini. Virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok mulai
masuk ke Indonesia pada bulan Maret tahun 2020. Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk memutus rantai penyebaran dari virus ini salah satunya dengan
membuat kebijakan berupa stay at home dan Work From Home (WFH). Kegiatan
tersebut mengharuskan masyarakat untuk melakukan segala aktivitas di dalam
rumah. Namun, dampak yang diberikan dari kebijakan tersebut menimbulkan
berbagai permasalahan bagi kehidupan masyarakat salah satunya kesehatan mental
masyarakat yang terganggu, seperti timbulnya kecemasan yang berlebih dan
khawatir akan kestabilan imunitas masyarakat. Menghadapi pandemi Covid-19
membutuhkan pemikiran yang jernih, dimana di awal terjadinya pandemi telah
terjadi fenomena yang disebut “badai nalar” yang menyebabkan manusia menjadi
kebingungan dan kehilangan arah. (Asa, 2020)
Gangguan kesehatan mental yang kerap terjadi di masa pandemi Covid-19 dimulai
dari gangguan ringan hingga berat, seperti cemas berlebihan, stres, depresi,
xenophobia (ketakutan terhadap orang dari negara lain yang mereka nilai dapat
membahayakan keselamatannya), serta permasalahan kesehatan mental lainnya.
Dampak psikologis dari pandemi Covid-19 hampir dirasakan oleh seluruh
masyarakat. Diawali dengan kecemasan yang merupakan respon terhadap situasi
yang mengancam dan biasa terjadi. Kecemasan terbagi menjadi reaksi yang sifatnya
hanya sementara dan reaksi cemas permanen. Setiap orang memiliki cara yang
berbeda dalam gejala reaksi cemasnya. Gangguan ini akan menimbulkan suatu
gejala psikis seperti demam, sakit tenggorakan, pusing, padahal seseorang tersebut
tidak terinfeksi Covid-19. Hal ini disebut dengan psikosomatik. Namun, ada pula
reaksi cemas yang tidak menimbulkan gejala fisiologis pada penderitanya.
(Vibiryanti, 2020)
Berikut hasil grafik tingkat penggunaan smartphone di dunia yang disebabkan dari
dampak penyebaran Virus Covid-19 dan ditunjukkan oleh grafik dibawah yang
tergolong tinggi dan berkembang setiap tahunnya.
Gambar 1. Hasil survei pengguna smartphone tertinggi di dunia sumber dari
(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/07/01/daftar-negara-pengguna-
Smartphone-terbanyak-indonesia-urutan-berapa)
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran
Covid-19 adalah dengan menerapkan kebijakan stay at home. Sehingga dengan
diterapkannya peraturan ini membuat segala aktivitas masyarakat harus dilakukan
di dalam rumah atau secara online. Disamping itu, juga dapat menimbulkan
ketergantungan penggunaan smartphone bagi kehidupan masyarakat.
Menurut (Newzoo, 2021)menjelaskan bahwa Indonesia menempati posisi keempat
dengan 160,23 juta pengguna smartphone, sehingga membuat penetrasi smartphone
di dalam negeri telah mencapai 58,6% dari total populasi. Tingginya peningkatan
penggunaan smartphone di Indonesia merupakan salah satu dampak dari kebijakan
Work From Home (WFH) yang dibuat oleh pemerintah guna memutus rantai
penyebaran Covid-19.
Langkah yang harus kita lakukan agar dapat menggunakan smartphone dengan
bijak salah satunya yakni dengan menciptakan sebuah inovasi berupa aplikasi
khusus terkait pandemi Covid-19 yang dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan
mental dan juga bagaimana kita mengatasi masalah tersebut.
PEMBAHASAN
Berdasarkan permasalahan kesehatan mental selama pandemi. Inovasi membuat
sebuah aplikasi pintar untuk smartphone dapat menjadi pilihan, dikarenakan
smartphone menjadi benda yang sering kali orang gunakan. Menurut (Sanjaya,
2015) aplikasi adalah software yang dibuat oleh suatu perusahaan komputer untuk
mengerjakan tugas-tugas tertentu.
Aplikasi KOMEN (Konseling Mental) dapat menjadi aplikasi yang dapat membantu
menjaga kesehatan mental selama masa pandemi. Fitur-fitur yang telah disediakan
dapat terkait masalah kesehatan mental yakni dengan melakukan proses konseling
melalui aplikasi KOMEN untuk bertanya kepada konselor yang telah disediakan di
aplikasi bisa melalui chat atau telepon, adanya informasi singkat berupa bacaan atau
video edukasi mengenai kesehatan mental, pengguna aplikasi juga disediakan lokasi
konselor terdekat jika ingin bertemu secara langsung dengan konselor. Adapun
ilustrasi tampilan dari aplikasi KOMEN sebagai berikut:
Tabel 1.Ilustrasi Tampilan dan Deskripsi Aplikasi
Sanjaya, D., 2015. Materi Pembelajaran Pembuatan Aplikasi dan Web, Yogyakarta:
Amikom.