Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT HUKUM ISLAM


(KELOMPOK II)
Tentang
Tujuan-Tujuan Hukum Islam (Maqashid Asy-Syari’ah)

Disusun Oleh:
Siti Wasiatun Nikmah (2113030098)

Dosen Pengampu :
DR. Yasrul Huda.M.A

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1445 H/ 2024 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim…
Beribu puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah mentitahkan alam
keilmuan yang terang benderang sebagai sebuah pelita peradaban bagi kemajuan ummat manusia. Shalawat
serta salam penulis hadiahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang mana telah mengajarkan kita
kepada nikmat iman dan Islam seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa berupa kesehatan dan kesempatan yang telah
diberikan-Nya, maka dapatlah penulis menuangkan sebuah hasil diskusi dan pemikiran yang dituangkan
kedalam sebuahtulisan dengan bentuk makalah yang berjudul “Tujuan-Tujuan Hukum Islam (Maqashid
Asy-Syari’ah)” , kiranya dapat dikaji, dianalisis dan ditelaah bersama dalam sebuah forum diskusi di kuliah
Filsafat Hukum Islam.
Ucapan terima kasih dan juga penghormatan dari kami kepada bapak dosen Pengampu mata kuliah
Filsafat Hukum Islam DR. Yasrul Huda.M.A kiranya yang telah memberikan arahan serta bimbingan
terkait materi yang didiskusikan dalam pertemuan kuliah hari ini, semoga ilmu yang telah diajarkan oleh
bapak dosen bisa menjadi ladang pahala dan bagi audiens dan penulis khususnya menjadi sumber ilmu
pengetahuan.
Dengan ditulisnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman tambahan bagi
pembaca, dan dalam penulisan makalah ini, kiranya dapat diberikan kritik dan saran yang membangun, agar
menjadi tolok ukur dan perbaikan dalam penulisan makalah kedepannya.

Padang, 26 Maret 2024

Penulis:
Siti Wasiatun Nikmah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang…………………………………………………………….1
B.Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C.Tujuan Penulisan…………………………………………………………..1
D.Manfaat Penulisan………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian maqashid asy-syari’ah………………………………………….3
2.Konsep Maqashid Syari’ah…………………………………………………3
3.Maqashid Syariah sebagai Sistem Filsafat…………………………………6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………….9
Saran…………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam Filsafat Hukum Islam, konsep maqashid Syari’ah memiliki peranan yang sangat penting.
Maqashid Syari’ah merujuk pada tujuan-tujuan utama dari syari’ah Islam yang merupakan landasan bagi
Hukum Islam itu sendiri. Konsep ini memainkan peran kunci dalam menentukan Hukum Islam yang adil,
seimbang dan sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam.
Maqashid syariah berasal dari kata “ maqsid” yang berarti tujuan atau maksud, dan “Syariah”
yang merujuk pada ajaran-ajaran islam. Dengan demikian, maqashid syariah dapat diartikan dengan
maksud-maksud dan tujuan dari hukum Islam sendiri. Konsep ini membantu memahami bahwasannya
hukum islam bukanlah semata-mata aturan-aturan yang bersifat mekanis, tetapi lebih kepada pencapaian
tujuan-tujuan moral dan spiritual yang bersifat lebih luas. Salah satu latar belakang penting dari konsep
maqashid syariah adalah untuk menegaskan bahwa Hukum Islam tidak hanya bersifat formalistik dan
terbatas pada aspek ritual semata. Dengan adanya maqashid syari’ah, hukum Islam diarahkan untuk
mencapai kesejahteraan umat manusia secara menyeluruh, baik di dunia maupun di akhirat.
Secara historis, konsep maqashid syariah telah menjadi subjek kajian yang penting dalam sejarah
pemikiran Islam. Para ulama dan filsuf Islam seperti Al-Ghazali, Ibn Taimiyyah, dan Al-Shatibi telah
memberikan kontribusi besar dalam pengembangan pemahaman terhadap maqashid syariah. Mereka
memandang bahwa maqashid syariah merupakan prinsip yang mendasari pembentukan hukum Islam yang
adil dan berpihak kepada kepentingan umat manusia.
Dalam konteks Hukum Islam, maqashid syari’ah juga membantu menyeimbangkan antara aspek
individual dan sosial dalam ajaran Islam. Konsep ini mengakui bahwa hukum-hukum islam harus
melindungi hak-hak individu,namun juga harus memperhatikan kepentingan umum dan kesejahteraan
bersama. Dengan demikian, maqashid syariah membantu menciptakan sebuah kerangka hukum yang
berlandaskan kepada keadilan, keseimbangan, dan keadilan sosial.
Selain itu, melalui konsep maqashid syari’ah hukum islam juga diarahkan untuk menjamin
kelangsungan hidup dan kemajuan umat manusia. Tujuan utama dari syari’ah Islam adalah untuk membawa
kebaikan dan mencegah kemudharatan, serta untuk menciptakan masyarakat yang adil, aman, dan sejahtera.
Dalam menggali Hukum Islam seharusnya lahir dari proses integrasi dialektik antara nas, akal dan realitas 1.
Untuk mengetahui maqa>sid syari’ah diperlukan pendekatan sistem, Hukum Islam tidaklah bersifat independen,
melainkan berhubungan dengan ilmu-ilmu lainnya. Untuk itu, hubungan interdependen dalam kajian hukum
Islam adalah mutlak diperlukan untuk melahirkan hukum (fikih) yang responsif-humanis.2

1
Wahbah az-Zuhaily, Taghayyur Al-Ijtihad (Damaskus: Darl al-Maktabi, 2000),hlm. 8 - 9
2
Jasser Auda, Maqashid Shariah as Philosophy of Islamic Law, (London: IIIT, 2008), hlm.xxii

1
B.Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Maqashid Asy-syariah?
2.Bagaimana konsep dari Maqashid Asy-syariah?
3.Bagaimana Maqashid Syariah sebagai sistem filsafat dari hukum islam?

C.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui Maqashid Asy-syariah
2.Untuk mengetahui konsep dari Maqashid Asy-syariah
3.Untuk mengetahui Maqashid Syariah sebagai sistem filsafat dari hukum islam

D.Manfaat penulisan
Menguraikan secara lebih rinci mengenai pengertian, konsep, dan penggunaan maqashid syariah sebagai
sistem filsafat dalam hukum Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian maqashid asy-syari’ah


Kata Maqashid jika ditinjau dari sisi bahasa, maka dapat mencakup beberapa pengertian, hal ini
sebagaimana diterangkan oleh DR.Jasser ‘Audah dalam buku karangannya yang berjudul ‫مقا صد الشريعة‬
‫ رؤية منظومية‬:‫كفلسفة للتشريع اال اسالمي‬

Sebagaimana yang dijelaskan diatas, kata maqashid dapat mengandung beberapa artian, dapat
diartikan sebagai tawaran, sasaran, asas, maksud, tujuan, dan uang. Sedangkan maqashid dalam Hukum
Islam berarti maksud,tujuan,dan gejala yang melatar belakangi putusan islam. Adapun yang dimaksud
dengan syari’ah berarti jalan dan sumber air. Syariah dalam konsep Hukum Islam berarti kumpulan hukum
dan aturan yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan Sunnah.Adapun esensi lengkap dari Maqashid
syariah adalah sebagaimana yang di jelaskan oleh Ibnu Qayyim yang juga dikutip oleh DR.Jasser ‘Audah;

“Shari’ah is based on wisdom and achieving people welfare in this life and afterlife. Shari’ah is all
about justice, mercy, wisdom, and good. Thus, any ruling that replaces justice with injustice, mercy
with its opposite, common good with mischief, or wisdom with nonsense, is a ruling that does not belong
to the shari’ah, even if it is claimed to be so according to same interpretation”.
Dengan kata lain, syariah atau penetapan hukum itu tentunya didasari dengan latar belakang yang
sangat penting, dan bukan hanya sekedar pengaturan yang bersifat mekanis, yaitu, penetapan syariat
mempunyai tujuan yang sangat fundamental terhadap kepentingan manusia sebagai objek yang
diatur,syaria berpijak pada kebijaksanaan dan mempunyai tujuan untuk mencapai kesejahteraan seseorang
dalam hidupnya di dunia dan setelah kematian(akhirat). Syariah berdasarkan kepada keadilan,
rahmat,hikmah dan kebaikan.Maka dapat disimpulkan adapun hukum yang menggantikan keadilan dengan
ketidakadilan, kasih sayang dengan saling menentang,hikmah dengan sebuah omong kosong, maka hukum
itu tidak sesuai dengan maqashid syariah, sekalipun hukum itu diklaim dari interpretasi yang sama.
2.Konsep Maqashid Syari’ah
Maqashid syari'ah, atau tujuan-tujuan syari'ah, merupakan konsep yang mendalam dalam hukum
Islam yang mengarah pada pemahaman esensi ajaran agama. Tujuan dari maqashid syari'ah adalah untuk
melindungi dan memelihara lima prinsip dasar dalam kehidupan manusia, yaitu agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta. Dengan memahami tujuan-tujuan syari'ah, umat Islam dapat menjalani kehidupan

3
sesuai dengan ajaran agama dan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan
kebutuhan spiritual.Salah satu tujuan utama dari maqashid syari'ah adalah menjaga agama atau kepercayaan
seseorang. Agama merupakan dasar dari kehidupan seorang Muslim, dan menjaga keberlangsungan ajaran
agama adalah hal yang sangat penting. Dengan menjalankan ajaran agama secara benar, umat Islam dapat
memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah.
Selain itu, maqashid syari'ah juga bertujuan untuk melindungi jiwa seseorang. Jiwa merupakan
anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia, dan sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab
untuk menjaga dan memelihara jiwa tersebut. Dengan menghindari segala bentuk perbuatan yang
merugikan diri sendiri maupun orang lain, kita dapat menjaga keselamatan jiwa dan tubuh.Tujuan ketiga
dari maqashid syari'ah adalah menjaga akal atau pikiran seseorang. Akal merupakan anugerah yang
membedakan manusia dengan makhluk lain, dan dengan menjaga akal, kita dapat mengambil keputusan
yang bijaksana dan memahami ajaran agama dengan lebih baik.
Menghindari segala bentuk perbuatan yang merugikan akal, seperti minum minuman keras atau
mengonsumsi barang haram, adalah bagian dari menjaga tujuan ini.Selain itu, maqashid syari'ah juga
bertujuan untuk melindungi keturunan atau keturunan seseorang. Keturunan merupakan salah satu aspek
penting dalam kehidupan seorang Muslim, dan dengan menjaga keturunan, kita dapat menciptakan
lingkungan yang sehat dan harmonis bagi generasi mendatang. Melalui pernikahan yang sah dan mendidik
anak-anak dengan nilai-nilai Islam, kita dapat menjaga tujuan ini.Terakhir, tujuan maqashid syari'ah adalah
menjaga harta atau harta seseorang. Harta merupakan anugerah dari Allah yang harus dikelola dengan
bijaksana. Dengan menjaga harta, umat Islam dapat menciptakan keadilan sosial dan mengurangi
kesenjangan ekonomi di masyarakat. Menghindari segala bentuk penipuan, korupsi, atau riba adalah bagian
dari menjaga tujuan ini.
Untuk melihat lebih jelas konsep tersebut maka dapat merujuk pada gambar berikut :

Dari konsep diatas, penetapan maqashid syariah dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan;
a.Dharuriyyat
Dalam pemikiran Islam, terdapat sebuah konsep yang sangat penting yang dikenal dengan istilah
"dharuriyyat". Konsep ini mengacu pada kebutuhan-kebutuhan esensial atau primer yang harus dipenuhi

4
oleh setiap individu untuk memastikan kelangsungan hidup dan kesejahteraan. Dharuriyyat
merupakan pondasi utama dalam ajaran Islam yang menjadi landasan bagi berbagai hukum dan aturan yang
diatur dalam agama. Secara umum, dharuriyyat terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu:
Hifz an-Nafs (Menjaga Nyawa): Kategori pertama dharuriyyat adalah kebutuhan untuk menjaga
nyawa. Ini mencakup segala hal yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan keselamatan diri, seperti
makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, dan perlindungan dari bahaya dan ancaman fisik. Dalam
Islam, menjaga nyawa seseorang dianggap sebagai prioritas utama, dan segala hal yang diperlukan untuk
memastikan keberlangsungan hidup seseorang dianggap sebagai bagian dari hifz an-nafs.
Hifz al-'Aql (Menjaga Akal): Kategori kedua dharuriyyat adalah kebutuhan untuk menjaga akal.
Ini melibatkan segala hal yang berkaitan dengan kesehatan mental, pendidikan, dan pemahaman. Menjaga
akal seseorang berarti memastikan bahwa individu tersebut memiliki pemahaman yang benar tentang
agama, moralitas, dan nilai-nilai yang benar. Pendidikan dan pengembangan intelektual juga menjadi
bagian penting dari hifz al-'aql.
Hifz al-Maal (Menjaga Harta): Kategori ketiga dharuriyyat adalah kebutuhan untuk menjaga harta.
Ini mencakup segala hal yang berkaitan dengan kepemilikan, pengelolaan, dan penggunaan harta benda.
Menjaga harta seseorang berarti memastikan bahwa harta tersebut diperoleh dan digunakan secara halal,
serta dikelola dengan bijaksana. Dalam Islam, harta dipandang sebagai amanah yang harus dijaga dengan
baik.

b.Hajiyyat
Hajiyat adalah jenis kebutuhan untuk mempermudah dan mengangkat segala hal yang dapat
melahirkan kesulitan, namun tidak sampai ke tingkat dharuriy.Hajiyat juga dapat diartikan dengan
kebutuhan sekunder, di mana seandainya kebutuhan itu tidak terpenuhi, tidak sampai merusak

5
kehidupan,namun keberadaannya sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dalam
kehidupan manusia.

c.Tahsiniyyat
Tahsiniyat berarti kebutuhan yang bersifat tersier, adapun tujuan dari keberadaannya untuk
memperindah kehidupan manusia, di mana tanpa adanya hal tersebut tidak berarti merusak tatanan
kehidupan manusia dan juga tidak akan menimbulkan kesulitan, keberadaannya berguna untuk menata
akhlak dan pola interaksi manusia dalam pergaulan.

3.Maqashid Syariah sebagai Sistem Filsafat

pemikiran hukum Islam kepada tiga kelompok dalam memahami nash: pertama, dzahiriyah/
literalism/stagnation, yaitu kelompok yang memahami hukum secara skriptualis, tanpa melihat makna

6
subtantif (maqa>sid). Kedua, secularism/ westernization, yaitu kelompok yang memahami hukum
dengan berbasispada filsafat dan metodologi kontemporer3.
Hukum Islam (fikih) esensinya adalah hasil interpretasi mujtahid terhadap teks yang
berdialektika dengan pengalaman kemanusiaan, karenanya hukum Islam bersifat subjektif, tergantung
pada cara pandangdan pengalaman mujtahidnya. Dalam konteks ini, idealnya seorang mujtahid mampu
dalam segala bidang yang terkait dengan hukum Islam, tidak hanya pada satu disiplin keilmuansaja.
Seorang mujtahid kontemporer harus berada pada posisi sentral antara kekuatan nash dengan pengalaman
kemanusiaan4.
Pendekatan holistik dan komprehensif dalam pengkajian hukum Islam adalah satu hal yang
tidak bisa diabaikan. Pendekatan sistem (system approach) dalam mengkaji suatu ketentuan
hukum adalah tawaran solutif yang digagas oleh Jasser Audah untuk menjawab problematika
hukum kontemporer. Fikih klasik yang ada masih menyisakan banyak permasalahan pada tataran
aplikasinya. Hal ini dikarenakan fikih klasik lebih bersifat mazhab oriented daripada maqa>sid
syari’ah oriented. Teori maqa>sid sebagaimana diklaim oleh Jasser, mampu memberikan jawaban
terhadap kontroversi dan kontradiksi antara aras idealita hukum danrealita hukum, karena
maqa>sid sendiri adalah nilai filosofis yang bersifal inherent dalam hukum Islam5.

3
Bakr Ismaiel Habib, Maqashid Syariah Ta’shilan Wa Taf’ielan (Dakwatul Haq,2003), hlm. 89.
4
Thahir Ibn Asyur, Maqashid as-Syariah al-Islamiyah (Kairo: Dar Salam, 2005),hlm. 20.
5
Abu Ishaq as-Syatibi, Al-Muwafaqat Fi Usul as-Syariah (Beirut: Darl Kurub al-Ilmiyah, 2003), Juz. 2,
hlm. 7-9.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Maqashid syari'ah, atau tujuan-tujuan syari'ah, merupakan konsep yang mendalam dalam hukum
Islam yang mengarah pada pemahaman esensi ajaran agama. Tujuan dari maqashid syari'ah adalah untuk
melindungi dan memelihara lima prinsip dasar dalam kehidupan manusia, yaitu agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta. Dengan memahami tujuan-tujuan syari'ah, umat Islam dapat menjalani kehidupan
sesuai dengan ajaran agama dan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan kebutuhan
spiritual.Salah satu tujuan utama dari maqashid syari'ah adalah menjaga agama atau kepercayaan seseorang.
Agama merupakan dasar dari kehidupan seorang Muslim, dan menjaga keberlangsungan ajaran agama
adalah hal yang sangat penting. Dengan menjalankan ajaran agama secara benar, umat Islam dapat
memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah. Syariah berdasarkan kepada keadilan,
rahmat,hikmah dan kebaikan.Maka dapat disimpulkan adapun hukum yang menggantikan keadilan dengan
ketidakadilan, kasih sayang dengan saling menentang,hikmah dengan sebuah omong kosong, maka hukum
itu tidak sesuai dengan maqashid syariah, sekalipun hukum itu diklaim dari interpretasi yang sama.

Saran
Sangat disarankan kepada pembaca untuk lebih lanjut memahami tetang konsep maqashid syari’ah, maka
dapat merujuk pada kitab karangan imam asy-syatibi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wahbah az-Zuhaily, Taghayyur Al-Ijtihad (Damaskus: Darl al-Maktabi, 2000),hlm. 8 - 9

Jasser Auda, Maqashid Shariah as Philosophy of Islamic Law, (London: IIIT, 2008), hlm.xxii

Bakr Ismaiel Habib, Maqashid Syariah Ta’shilan Wa Taf’ielan (Dakwatul Haq,2003), hlm. 89.

Thahir Ibn Asyur, Maqashid as-Syariah al-Islamiyah (Kairo: Dar Salam, 2005),hlm. 20.

Abu Ishaq as-Syatibi, Al-Muwafaqat Fi Usul as-Syariah (Beirut: Darl Kurub al-Ilmiyah, 2003), Juz. 2,
hlm. 7-9.

Anda mungkin juga menyukai