Anda di halaman 1dari 7

Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan

Vol.14, No.2, Januari, 2024, pp. 115-124


Halaman Beranda Jurnal: http://envirotek.upnjatim.ac.id/
e-ISSN 26231336 p-ISSN 2085501X

ANALISIS BIBLIOMETRIK TERKAIT ISU PEMANASAN GLOBAL DAN KERUSAKAN


LINGKUNGAN YANG TERJADI DI INDONESIA

Dea Trisya Muti, Pahmi Amri


Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau

Email Korespondensi(Penulis): deatrisyamuti@student.uir.ac.id

ABSTRAK
Kata Kunci: Pemanasan global dan kerusakan lingkungan telah lama menjadi subjek studi yang sering
tren penelitian, tren pencarian, arah dibahas, tak terkecuali di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
riset, ilmu lingkungan. apakah kedua masalah tersebut telah menjadi tren penelitian di Indonesia selama lima tahun
terakhir (2016-2021). Dua pendekatan digunakan dalam penelitian ini. Pertama, penelusuran
tren judul artikel jurnal di Google Scholar dengan menggunakan aplikasi Harzing’s Publish
or Perish. Kedua, pemetaan bibliometrik terkait pola hubungan, rentang tahun, dan densitas
topik penelitian dengan menggunakan aplikasi VOSviewer. Hasil menunjukkan bahwa
kedua masalah tersebut masih sering dicari khalayak. Namun, belakangan ini ada penurunan
jumlah penelitian yang berkaitan dengan kedua masalah tersebut. Selain itu, penelitian ini
mengungkap topik-topik yang belum banyak dipelajari atau yang belum pernah dibahas
sebelumnya, sehingga dapat menjadi sumber penelitian di masa mendatang.

ABSTRACT
Keywords: Global warming and environmental damage have long been frequently discussed subjects of
research trends, trend searching, study, including in Indonesia. The aim of this research is to find out whether these two
research directions, environmental problems have become research trends in Indonesia over the last five years (2016-2021).
science. Two approaches were used in this research. First, search for trending journal article titles
on Google Scholar using the Harzing's Publish or Perish application. Second, bibliometric
mapping related to relationship patterns, year ranges, and research topic density using the
VOSviewer application. The results show that these two problems are still frequently sought
after by the public. However, recently there has been a decline in the number of studies
related to these two issues. In addition, this research reveals topics that have not been
studied much or that have not been discussed before, so they can be a source of future
research.

1. PENDAHULUAN

Pada pertengahan tahun 2000-an, masalah lingkungan sangat diperdebatkan. Hal ini dipicu oleh munculnya film dokumenter An
Inconvenient Truth tentang Al Gore, politisi Amerika Serikat, yang membahas perubahan iklim sebagai salah satu cara untuk
berkomunikasi tentang masalah lingkungan. Film tersebut berhasil meyakinkan banyak orang bahwa dunia tidak baik-baik saja
(Jacobsen, 2011).
Peneliti dari berbagai bidang ilmu kemudian tertarik pada masalah tersebut untuk meneliti dampak pemanasan global
dari tahun 2000 hingga 2010. Artikel paling banyak dikutip adalah yang ditulis oleh Vicente-Serrano et al., (2010), dengan 4688
sitasi. Artikel paling banyak disitasi dalam bahasa Indonesia adalah Sintorini (2007), dengan 43. Kedua artikel tersebut bertema
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pemanasan global.
Pemanasan global dan kerusakan lingkungan saat ini tampaknya tidak lagi menarik untuk dibicarakan, meskipun telah
banyak diteliti. Ini dapat dilihat dari kurangnya upaya nyata untuk mengatasi pemanasan global, meskipun dampak n egatifnya
terhadap lingkungan semakin terlihat. Kemudian, pandemi COVID-19, masalah baru di seluruh dunia, mengubah tren penelitian.
Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 14(2): 115-124

Meskipun demikian, kedua masalah ini sama pentingnya untuk menjaga keberlanjutan kehidupan di Bumi (Grundmann, 2021 ;
Moulton et al., 2021;Wijayanto & Nurhajati, 2019). Kemudian muncul pertanyaan: apakah Indonesia masih menghadapi isu
pemanasan global dan kerusakan lingkungan? Dengan melakukan pemetaan bibliometrik selama lima tahun terakhir, artikel ini
berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan tren yang berlaku dan
menunjukkan kekurangan penelitian tentang pemanasan global dan kerusakan lingkungan di Indonesia.

2. TINJAUAN LITERATUR

Salah satu masalah lingkungan utama saat ini adalah pemanasan global. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi
dikenal sebagai pemanasan global. Sebagian besar peningkatan suhu permukaan bumi disebabkan oleh radiasi sinar matahari
yang masuk ke atmosfer bumi dan diserap oleh permukaan bumi dan udara. Sebagian dari sinar infra merah ini kemudian diubah
menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah, yang kemudian ditangkap oleh gas-gas rumah kaca. Gas-gas ini termasuk
karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida. Aktivitas manusia adalah faktor utama yang menyebabkan akumulasi gas-gas
kimia ini di atmosfir. Seperti yang ditunjukkan pada diagram berikut, suhu global tampaknya meningkat setiap tahun dan lima
tahunan.
Pemanasan global didefinisikan sebagai peningkatan suhu rata-rata atmosfir, laut, dan daratan bumi. Penyebab
meningkatnya suhu rata-rata di bumi adalah akibat dari emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan energi panas matahari
terperangkap di atmosfer dan menjadikan bumi lebih panas dari sebelumnya (Sejati, 2011). Pemanasan global yang semakin
meningkat memperparah kualitas lingkungan hidup. Akibatnya, perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup harus
dilakukan.Kehidupan manusia sangat bergantung pada sumber daya alam dan lingkungannya. Orang hidup di sekitar sinar
matahari, udara, air, tanah, dan logam. Oleh karena itu, pengelolaan dan pemeliharaannya sangat penting. (Sidik, 1995).
Menurut Susanta & Sutjahjo (2007), dampak pemanasan global yang terjadi di daerah tropis adalah kelembaban nisbi yang tinggi
sehingga berdampak pada kondisi-kondisi berikut: (i) Peningkatan curah hujan; (ii) Faktanya, curah hujan di seluruh dunia telah
meningkat sebesar 1% dalam seratus tahun terakhir, karena setiap derajat Fahrenheit pemanasan mengakibatkan kenaikan curah
hujan sebesar 1%; (iii) Air tanah akan lebih cepat menguap; (iv) Beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya; (v)
Angin akan bertiup lebih kencang dengan pola yang berbeda-beda; (vi) Badai topan akan terjadi secara lebih besar; (vii)
Beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi; (viii) pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Lingkungan hidup adalah sebuah medan yang telah Allah Ta’ala ciptakan sebagai tempat manusia hidup, untuk
dikaji dan dipahami secara komprehensif sebagai sebuah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Armour & Lang, 1975). Menurut Rusdina (2015), lingkungan hidup adalah
suatu wadah bagi manusia atau mahkluk hidup lain untuk hidup, tinggal, melakukan segala bentuk aktivitas dan
melakukan interaksi, dimana dari interaksi tersebut akan memunculkan hubungan timbal balik dengan keberadaan makhluk
hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peran nyata dalam satuan kehidupan. Lingkungan hidup menurut
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
kesatuan ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan dapat dikatakan lingkungan
merupakan suatu media di mana makhuk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas
yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki
peranan yang lebih kompleks dan rill.
Salah satu masalah lingkungan utama saat ini adalah pemanasan global. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi dikenal
sebagai pemanasan global. Sebagian besar peningkatan suhu permukaan bumi disebabkan oleh radiasi sinar matahari yang masuk
Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 14(2): 115-124

ke atmosfer bumi dan diserap oleh permukaan bumi dan udara. Sebagian dari sinar infra merah ini kemudian diubah menjadi
energi panas dalam bentuk sinar infra merah, yang kemudian ditangkap oleh gas-gas rumah kaca. Gas-gas ini termasuk karbon
dioksida, metana, dan nitrogen oksida. Aktivitas manusia adalah faktor utama yang menyebabkan akumulasi gas-gas kimia ini di
atmosfir. Seperti yang ditunjukkan pada diagram berikut, suhu global tampaknya meningkat setiap tahun dan lima tahunan.
Pemanasan global didefinisikan sebagai peningkatan suhu rata-rata atmosfir, laut, dan daratan bumi. Penyebab
meningkatnya suhu rata-rata di bumi adalah akibat dari emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan energi panas matahari
terperangkap di atmosfer dan menjadikan bumi lebih panas dari sebelumnya (Sejati, 2011). Pemanasan global yang semakin
meningkat memperparah kualitas lingkungan hidup. Akibatnya, perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup harus
dilakukan.Kehidupan manusia sangat bergantung pada sumber daya alam dan lingkungannya. Orang hidup di sekitar sinar
matahari, udara, air, tanah, dan logam. Oleh karena itu, pengelolaan dan pemeliharaannya sangat penting. (Sidik, 1995).
Menurut Susanta & Sutjahjo (2007), dampak pemanasan global yang terjadi di daerah tropis adalah kelembaban nisbi yang tinggi
sehingga berdampak pada kondisi-kondisi berikut: (i) Peningkatan curah hujan; (ii) Faktanya, curah hujan di seluruh dunia telah
meningkat sebesar 1% dalam seratus tahun terakhir, karena setiap derajat Fahrenheit pemanasan mengakibatkan kenaikan curah
hujan sebesar 1%; (iii) Air tanah akan lebih cepat menguap; (iv) Beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya; (v)
Angin akan bertiup lebih kencang dengan pola yang berbeda-beda; (vi) Badai topan akan terjadi secara lebih besar; (vii)
Beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi; (viii) pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Lingkungan hidup adalah sebuah medan yang telah Allah Ta’ala ciptakan sebagai tempat manusia hidup, untuk
dikaji dan dipahami secara komprehensif sebagai sebuah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Armour & Lang, 1975). Menurut Rusdina (2015), lingkungan hidup adalah
suatu wadah bagi manusia atau mahkluk hidup lain untuk hidup, tinggal, melakukan segala bentuk aktivitas dan
melakukan interaksi, dimana dari interaksi tersebut akan memunculkan hubungan timbal balik dengan keberadaan makhluk
hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peran nyata dalam satuan kehidupan. Lingkungan hidup menurut
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
kesatuan ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan dapat dikatakan lingkungan
merupakan suatu media di mana makhuk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas
yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki
peranan yang lebih kompleks dan rill.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan analisis bibliometrika dari jurnal literatur Scopus untuk menemukan publikasi ilmiah di
jurnal tersebut dengan menggunakan kata kunci seperti "global warming" dan "environmental damage". Untuk menggabungkan
dan menampilkan dua kata kunci pencarian informasi, peneliti juga menambahkan tanda kut Judul, abstrak, dan keyword
menentukan kata kunci. Peneliti memilih rentang waktu Scopus 2018–2023 untuk mencari data terbaru. Hasil penelurusan data
diekspor dalam format RIS, dan data tersebut kemudian dianalisis melalui aplikasi Vosviewer (1.6.19). Selain itu, penulis
menganalisis pemanasan global dan kerusakan lingkungan dengan bantuan vosviewer seperti co-author, co-occurrence, co-
citation, dan tema.
Untuk menemukan berbagai database Scopus yang sesuai dengan keyword yang dibutuhkan, ada beberapa langkah yang
harus diikuti, seperti yang ditunjukkan dalam diagram flowchart di atas. Peneliti pertama kali dapat mengakses web Scopus
dengan akun yang telah terdaftar. Memanfaatkan istilah pajak dan minuman manis untuk penelusuran. Setelah itu, gunakan
Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 14(2): 115-124

teknik pencarian informasi boolean, yaitu AND dan kata kunci title, abstrak, dan keyword. Peneliti membatasi rentang waktu,
yaitu 2018–2023, untuk memudahkan pencarian data dan mendapatkan data terbaru. Dan hasil dari pencarian data yang
mencakup 662 dokumen. Langkah selanjutnya adalah pengolahan data Scopus menggunakan Vosviewer dan Bibliometric. Dalam
Vosviewer, data Scopus diubah ke dalam format RIS dan kemudian diproses dan dianalisis menggunakan peta persebaran kata
kunci yang mencakup visualisasi network, visualisasi terlalu banyak, dan visualisasi density. Dalam Bibliometric, data Scopus
diubah ke dalam format Bib dan kemudian dianalisis berdasarkan peta persebaran kata kunci.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Visualisasi Publikasi dalam Aplikasi Vosviewer


Peta Persebaran Kata Kunci Menggunakan Network Visualization

Gambar 1. Visualisasi menggunakan analisis bibliometrik terkait publikasi pemanasan global dan kerusakan lingkungan pada
aplikasi VosViewer pada tahun 2018- 2023 dengan Network Visualization

Visualisasi data yang diperoleh melalui VosViewer berdasarkan kata kunci pada jurnal RIS terdapat sebanyak 447 kata
kunci, terdapat 411 kata kunci yang sesuai dengan persyaratan pada tampilan pajak minuman berpemanis. Visualisasi
menggunakan VosViewer menemukan 26 cluster dari 231 item kata kunci terkait .
VosViewer dapat menggambarkan data menjadi tiga gambar, yang pertama disebut Visualisasi Jaringan berfungsi untuk
menggambarkan berbagai hubungan yang terjadi pada kata kunci yang diperoleh dari data, kedua ada Overlay Visualization
berfungsi untuk menggambarkan data sesuai dengan tahun publikasi artikel pada data yang divisualisasikan, dan Density
Visualization yang berfungsi untuk menggambarkan data. kepadatan subjek penelitian yang telah dilakukan. Berikut adalah hasil
visualisasi data yang dilakukan menggunakan VosViewer.

CLUSTER 1 Amonia Perubahan masa depan


Pengerasan aspal Gas-gas rumah kaca
Penilaian siklus hidup komparatif Efek dari pemanasan global
Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 14(2): 115-124

Kedalaman Hydrogen
Berakhir Sumber
Keamanan energi Campuran hangat aspal
CLUSTER 2 Memerangi global Biaya ekonomi
Krisis Kelayakan
Analisis mengenai dampak lingkungan Konsentrasi geopolimer
ekonomi
Efek lingkungan Perspektif berkelanjutan
CLUSTER 3 Sistem biorefinery Proteksi lingkungan
Ekonomi sirkular Penilaian global
Durabilitas Tantangan global
Aspek lingkungan Kesehatan
Evaluasi lingkungan Produksi hidrogen
CLUSTER 4 Pencernaan anaerobic Level pemanasan global
Produksi biogas Analisis siklus hidup
Pemanasan global Tingkat pra-industri
Iklim ekstrim Kemajuan terbaru
Limbah makanan
CLUSTER 5 Curah hujan ekstrim Penilaian dampak
Keamanan makanan Laporan khusus IPCC tentang pemanasan
global
Perubahan iklim global Kesehatan manusia
Mitigasi pemanasan global

Peta Persebaran Kata Kunci Menggunakan Overly Visualization

Gambar 2. Visualisasi menggunakan analisis bibliometrik terkait publikasi pemanasan global dan kerusakan lingkungan pada
aplikasi VosViewer pada tahun 2018- 2023 dengan Overlay Visualization
Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 14(2): 115-124

Gambar overlay visualisai menunjukkan bahwa lingkaran semakin gelap, yang menunjukkan bahwa penelitian ini adalah
yang terpanjang. Pada gambar 2, kata kunci yang menunjukkan jenis penelitian lama adalah kata bahaya, dan lingkaran yang
lebih terang atau kuning menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan subjek baru. Pada gambar 2, kata inovasi
merujuk pada kata-kata tersebut. Karena beberapa warna di lingkaran yang cukup cerah, dapat disimpulkan bahwa semua kata
kunci di atas termasuk dalam kategori penelitian terbaru, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Warna-warna ini dapat berfungsi
sebagai referensi untuk jenis penelitian yang akan datang.

Peta Persebaran Kata Kunci Menggunakan Density Visualization

Gambar 3. Visualisasi menggunakan analisis bibliometrik terkait publikasi pemanasan global dan kerusakan lingkungan pada
aplikasi VosViewer pada tahun 2018- 2023 dengan Density Visualization

Dalam visualisasi pada gambar diatas, warna yang lebih terang menunjukkan bahwa lebih banyak penelitian telah
dilakukan terkait dengan kata atau tema tersebut. Warna biru tua, yang tidak mengandung kata "pemanasan", dan warna yang
lebih gelap menunjukkan bahwa penelitian yang lebih sedikit telah dilakukan terkait kata tersebut. Dengan demikian, warna yang
lebih gelap menunjukkan bahwa penelitian yang lebih sedikit telah dilakukan terkait kata tersebut.

5. KESIMPULAN

Analisis bibliometrik dengan visualisasi menggunakan VosViewer menemukan 26 cluster dari 231 item kata kunci
terkait. Selain itu kajian yang berkaitan dengan pemanasan global dan kerusakan lingkungan adalah ilmu sosial yang
berhubungan dengan global climate change, forest area, and environmental evaluation. Dalam lima tahun terakhir, khalayak
Indonesia terus mencari tren pencarian yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Dalam lima tahun
terakhir, jumlah artikel jurnal yang mempelajari kata kunci "pemanasan global" yang terkait dengan kerusakan lingkungan telah
berkurang dan kemungkinan besar telah berkurang, meskipun pencarian kata kunci ini terutama terkait dengan kategori sains.
Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 14(2): 115-124

6. REFERENSI

Armour, A., & Lang, R. (1975). Environmental Planning Resource book Land. Canada: Directorate Environment.
Grundmann, R. (2021). COVID and Climate: Similarities and differences. Wiley Interdisciplinary Reviews: Climate
Change, 12(6), e737.
Jacobsen, G. D. (2011). The Al Gore effect: an inconvenient truth and voluntary carbon offsets. Journal of
Environmental Economics and Management, 61(1), 67–78.
Moulton, H., Carey, M., Huggel, C., & Motschmann, A. (2021). Narratives of ice loss: New approaches to shrinking
glaciers and climate change adaptation. Geoforum, 125, 47–56.
Rusdina, A. (2015). Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan Lingkungan yang
Bertanggung Jawab. Istek, 9 (2), 244–263.
Sejati, K. (2011). Pemanasan Global, Pangan dan Air: Masalah, Solusi, dan Perubahan Konstelasi Geopolitik Dunia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sidik, M. A. (1995). Pengembangan wawasan Iptek pondok pesantren. Bumi Aksara.
Sintorini, M. M. (2007). Pengaruh iklim terhadap kasus demam berdarah dengue. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 2(1), 11–18.
Susanta, G., & Sutjahjo, H. (2007). Akankah Indonesia tenggelam akibat pemanasan global? Niaga Swadaya.
Vicente-Serrano, S. M., Beguería, S., & López-Moreno, J. I. (2010). A multiscalar drought index sensitive to global
warming: the standardized precipitation evapotranspiration index. Journal of Climate, 23(7), 1696–1718.
Wijayanto, X. A., & Nurhajati, L. (2019). Framing Media Online atas Pemberitaan Isu Lingkungan Hidup dalam Upaya
Pencapaian Keberhasilan SDGs Indonesia. LUGAS Jurnal Komunikasi, 3(1), 14–23.

FOTO SUBMIT

Anda mungkin juga menyukai