Penandaan Dan Perhitungan Dosis Hewan Percobaan Compress
Penandaan Dan Perhitungan Dosis Hewan Percobaan Compress
(Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah P. Farmakologi Sistem Organ)
Disusun oleh :
Kelompok 10 Farmasi 2 C
Anggota :
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penandaan hewan percobaan
2. Untuk mengidentifikasi hewan percobaan dan mengelompokkannya untuk
diberi penandaan yang pada umumnya berdasarkan pada bobot hewan
percobaan (mg/kg BB atau g/kg BB)
3. Untuk mengetahui dan memahami perhitungan dosis pada hewan
percobaan.
B. Prinsip Percobaan
Prinsip dilakukan penandaan hewan percobaan adalah bentuk
karakteristik hewan satu spesies itu identik atau mempunyai identitas diri sama.
Dan prinsip dilakukan perhitungan dosis adalah untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan pemberian dosis obat kepada hewan percobaan, karena dosis pada
hewan percobaan berbeda dengan manusia.
C. Dasar Teori
Dasar dilakukan penandaan hewan percobaan adalah bentuk
karakteristik hewan satu spesies itu identik atau mempunyai identitas diri sama
dengan demikian dilakukan penandaan terhadap hewan percobaan karena dosis
obat yang diberikan pada hewan percobaan dinyatakan dalam mg /g per kg
bobot tubuh hewan sehingga perlu diketahui berat dari tiap hewan percobaan
yang akan digunakan dalam percobaan dan tiap hewan diberi tanda (titik/garis)
dengan pewarna untuk mengidentifikasinya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1. Diberi nama : dengan ditulis nomor pada tubuhnya.
2. Diberi tanda : pewarnaan pada bulu (dengan asam pikrat): tata letak
dibagian tubuh tertentu misalnya : kaki kanan/kiri.
3. Tanda pada ekor berdasarkan tata nomor romawi.
4. Dengan tato nomor. Diekor dengan laser; animal identification marking
system (AIMS).
Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada
setiap spesies hewan percobaan diperlukan data mengenai penggunaan dosis
secara kuantitatif. Hal ini sangat diperlukan bila obat tersebut akan
diaplikasikan pada manusia, dan pendekatan terbaik adalah menggunakan
perbandingan luas permukaan tubuh. Pada tabel 1.1 ditunjukkan pola
perbandingan luas permukaannya untuk beberapa spesies hewan percobaan
yang sering digunakan.
Table 1.1 perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi
dosis
Hewan 20g 200g 400g 1,5g 2kg 4kg 12kg 70kg
Mencit 1,0 7,0 12,29 27,8 23,7 64,1 124,2 387,9
20g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,3 4,2 0,2 17,8 56,0
20-0g
Marmot 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
2kg
Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
4kg
Anjing 0,008 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,13 0,16 0,32 1,0
70kg
Volume pemberian obat pada hewan percobaan Volume cairan yang
diberikan pada setiap jenis hewan percobaan tidak boleh melebihi batas
maksimal yang telah ditetapkan, seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.2
Table 1.2 volume maksimal (ml) pemberian obat pada hewan (5)
Hewan IV IM IP SC PO
Mencit 0,5 0,005 1 0,5 1
Tikus 1 0,1 3 2 5
Kelinci 5-10 0,5 10 3 20
Marmot 2 0,2 3 3 10
2. Faktor Eksternal
a. Suplai oksigen
b. Pemeliharaan lingkungan fisiologik dan isoosmosis
c. Pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ
untuk percobaan.
3. Faktor lainnya
a. Keadaan kandang
b. Suasana asing atau baru
c. Pengalaman hewan dalam penerimaan obat
d. Keadaan ruang tempat hidup (suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya,
kebisingan)
e. Penempatan hewan
2. Kandang
3. Mencit
4. Kapas
5. Katenbat
6. Asam pikrat
E. Prosedur Kerja
Penandaan pada ekor menggunakan spidol permanen
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
6 7 8 9 10
20 30 40 50 60
70 80 90 100
F. Hasil Pengamatan
Penandaan hewan percobaan merupakan suatu cara untuk membedakan hewan
yang akan diujikan yang memiliki spesies identik atau identitas diri yang sama. Misal
penguji akan melakukan pemberian obat pada 3 hewan mencit. Tentu untuk setiap hewan
harus mempunyai suatu tanda yang dapat membedakan setiap mencit untuk setiap
perlakuan yang berbeda.
Cara penandaan hewan uji menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI Nomor 7 Tahun 2014 :
Penandaan hewan uji dilakukan dengan cara memberikan larutan asam pikrat 10%
dalam alcohol.Penandaan dilakukan dengan tujuan membedakan antara hewan satu dengan
yang lainnya. Penandaan biasanya dilakukan seperti pada gambar di bawah :
Tabel tempat penandaan hewan uji :
Pada praktikum kali ini dilakukan penandaan pada point no 2 yaitu dengan
penandaan menggunakan asam pikrat pada ekor hewan uji dan bulu hewan uji.
Caranya dengan pemberian garis pada punggung hewan uji yang terdiri dari beberapa
jenis garis yaitu pada ekor meliputi :
1. Satu garis horizontal pada ujung ke arah badan hewan
2. Dua garis horizontal pada ujung ke arah badan hewan
3. Tiga garis horizontal pada ujung ke arah badan hewan
4. Satu garis horizontal pada ujung ke arah badan hewan dengan satu garis vertical
panjang pada tengah ekor
Dan beberapa tanda yang telah disinggung pada laman sebelumnya.
Kemudian penandaan pada bulu hewan uji. Yang telah diujikan yaitu pemberian
garis vertical pada tengah badan hewan uji.
3. Diketahui dosis furosemid untuk dewasa 20mg. Bobot rata2 tablet 135mg.
Ditanyakan :
a. Dosis pada mencit 28 g?
b. Berat tablet yang diserbukan yg harus ditimbang untuk membuat larutan
stok 100 ml
c. Berapa volume pemberian sediaan untuk mencit 35g?
Jawab :
a. Konversi ke mencit = 20 mg × 0,0026 = 0,052 mg / 20 g BB mencit
28 g
Konversi BB mencit = 20 g × 0,052 = 0,0728 mg/28 g BB mencit
0,0728 g
b. Konversi ke tablet = × 135 mg = 0,49 mg
20 g
100 ml
Larutan stok = × 0,49 mg = 245 mg/100 ml
0,2 ml
35 g
c. Volume pemberian untuk mencit 35 g = 28 g × 0,2 ml = 0,25 ml
5. Diketahui dosis asam mefenamat untuk tikus 200 gram 9 mg/200gram bb tikus
a. Berapakah dosis mencit 32 gram?
b. Buat larutan stok 50 ml
c. Berapa volume pemberian mencit bobot 22 gram
Jawab :
a. konversi ke mencit = 9 mg × 0,14 = 0,99 mg / 20 g BB mencit
32 g
konversi BB = 20 g × 0,99 mg = 1,584 mg / 32 g BB mencit
50 ml
b. larutan stok 50 ml = 0,2 ml × 0,99 mg = 247,5 mg/50 ml
22 g
c. volume pemberian mencit 22 g = 20 g × 0,2 ml = 0,22 ml
G. Pembahasan
Pada praktikum ini yaitu tentang penandaan hewan uji dilakukan
penandaan hewan uji dengan memberikan tanda pada ekor dan tubuh hewan
menggunakan spidol permanen dan asam pikrat. Penandaan ini dilakuakan
dengan tujuan sebagai bentuk karakteristik hewan satu spesies yang identic dan
mempunyai identitas yang sama dengan demikian dilakukan penendaan.
Pada praktikum ini dilakukan penandaan menggunakan sepidol
permanen yang diberikan pada ekor hean uji dan bentuknya berdasarkan tata
nomor romawi. Sedangkan penandaan pada bulu hewan uji dalam praktikum
ini menggunakan asam pikrat. Penggunaan spidol permanen juga dilakukan
agar tanda yang dibuat pada ekor hewan uji tahan lama tidak mudah pudar. Pada
tubuh atau bulu hewan menggunakan asam pikrat karena ketahanannya lebih
lama (±1 bulan) dibandingkan menggunakan spidol pada punggung hewan uji.
Asam pikrat digunakan sebagai cat warna pada hewan ataupun
mikroorganisme karena pewarnaan asam dapat terjadi karena bila senyawa
pewarna bermuatan negative pada dasarnya pewarnaan adanya ikatan ion pada
komponen seluler dengan senyawa aktif pewarna yang disebut kromogrn.
Asam pikrat lebih tahan lama dibandingkan dengan spidol bila dioleskan pada
bulu hewan uji, hal ini terjadi karena asam pikrat memiliki warna yang cukup
terang dan non iritasi pada mencit sehingga untuk menandai mencit satu dengan
yang lain akan terlihat.
Penandaan juga digunakan untuk membedakan pemberian dosis dari
tiap hewan uji karena bobot dari tiap hewan uji akan bebeda satu sama lain
meskipun secara langsung akan terlihat sama sehingga diperlukan penandaan
baik pada punggung atau pada ekor hewan uji. Biasanya pada kelompok hewan
percobaan dalam penelitian berjumlah sekitar 5 ekor. Dan dari tiap
kelompoknya tersebut memiliki klasifikasi tertentu baik bobot hewan uji
maupun perlakuan berbeda hinggga pada dosis pemberian sediaan kepada
hewan uji tersebut.
Pemberian tanda ini juga berpengaruh pada pemberian dosis sediaan
pada hewan uji karena penandaan ini dapat membedakan hewan uji dengan
bobot tertentu untuk mempermudah pemberian sediaan. Pemberian dosis pada
hewan uji harus sesuai dengan bobot hewan uji yang berarti setiap hewan
memiliki dosis yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor
yang mempengaruhu bioavailabilitas obat, yaitu jumlah obat dalam persen
terhadap dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif.
Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu faktor obat itu sendiri misalnya sifat
fisiko kimia nya.
Kebutuhan dosis untuk ukuran hewan uji dapat dihitung dengan cara
dosis dari manusia yang telah diketahui lalu dikonversi ke dosis hewan uji dapat
dilihat dari table luas permukaan hewan uji sehingga di dapat dosis hewa uji.
Selanjutnya untuk mengetahui volume larutan yang diperlukan dapat dihitung
dengan cara mengalikan jumlah dosis dengan jumlah hewan coba dan ditambah
dengan pembawa.
H. Kesimpulan
pada praktikum penandaan dan perhitungan dosis ini dapat disimpulkan
bahwa penandaan dilakukan untuk menandai hewan uji berdasarkan
karakteristiknya baik itu berat badan ataupun yang lainnya, penandaan
dilakukan untuk memisahkan hewan uji swsuai karakteristiknya. Penandaan
hewan uji ini menggunakan spidol permanen pada ekor hewan uji dengan pola
sesuai dengan angka romawi. Dan penandaan dengan asam pikrat dilakukan
dengan mengoleskan asam ikrat pada bulu hewa uji sesuai pola, asam pikrat
lebih tahan lama dibandingkan dengan sepidol. Pada perhitungan dosis
penandaan berhubungan karena perhitungan dosis didasarkan pada berat badan
hewan uji dan berat badan setiap hewan uji pasti berbeda-beda oleh karena itu
diberikan penanndaan. Perhitungan dosis juga dilakukan dengan mengkonversi
dari berat badan manusia ke berat badan hewan uji.