PARLEMENTER 1950-1958
Proposal Tesis
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Ilmu Sosial dan
Humaniora
Dosen Pengampu:
Dr. Samsudin, M.Ag.
Dr. Djojo Soekarjo, M.Si.
Oleh:
Deri Sugiarto
NIM 2230120005
PASCASARJANA
BANDUNG
2023
DERI SUGIARTO
NIM 2230120005
Abstrak
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ayahnya, Idris Sutan Saripado adalah seorang juru tulis pada sebuah kantor
pemerintahan di Alahan Panjang. Natsir lahir pada tanggal 17 Juli 1908 dari
Barat.
utuh oleh DPR dan atas dasar itu Perdana Menteri Hatta mengadakan
merasa terkalahkan.
Demokrat, dan 4 tanpa partai. Beberapa partai yang ikut serta dalam Kabinet
Natsir, adalah baru dan belum pernah muncul selama periode kabinet RIS-
Manai Sophiaan serta para menteri dan anggota parlemen dari PNI untuk
Indonesia (PII) pada tahun 1938. Berkat perjuangan pada tahun 1940-1942,
ia diangkat sebagai ketua partai. Ia juga diangkat sebagai abdi negara oleh
Jakarta.
lembaga demokrasi yang telah ada dan dipilih rakyat, untuk mewujudkan
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
Demoktasi Parlementer ?
C. Tujuan Penelitian
D. Landasan Teori
1. Teori Konflik
Kata konflik dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah percekcokan,
perselisihan, dan pertentangan. Konflik secara estimologi berasal dari kata kerja Latin
yaitu "con" yang artinya bersama dan "fligere" berarti benturan atau bertabrakan, lalu
dengan dicirikan ole pergerakan dari berbagai pihak sehingga terjadi perselisihan.
Perlu diketahui bahwa salah satu faktor terjadinya perubahan sosial ialah konflik.
Sejatinya, dengan terciptanya konflik sosial maka dalam struktur masyarakat dapat
berubah secara fundamental. Di dalam teori konflik tersebut adanya dominasi, koersi dan
Salah satu tokoh pencetus teori konflik adalah Karl Marx (1818-1830), ia lahir di
Kota Trier, di Rhineland bagian Negara Jerman. Ia melanjutkan studi di Berlin untuk
menjadi seorang filsuf. ia menerbitkan buku The German Ideology (1832) (Singer, 2021).
Lalu bersama dengan Fredich engels yang merupakan sama-sama pendiri filsafat
marxisme, mereka menyusun sebuah buku yang berjudul Communist Manifesto pada
tahun 1848 (Carver, 2021). Sebagai seorang mahasiswa, filsafat sangat mempengaruhi
dirinya, dia adalah penganut Hegel, walaupun tak sepenuhnya sependapat dengan
beliau, marx
12
mengakui bahwa pemikiran Hegel lah yang mempengaruhi gagasan serta pemikiran
Sejatinya, Karl Marx selalu mengecam atas keadaan ekonomi dan ketimpangan
sosial yang berada di sekelilingnya dan ia berpendapat bahwa masyarakat tidak mungkin
dapat diperbaiki secara tidak menyeluruh. Menurutnya, masyarakat harus diubah secara
radikal melalui pendobrakan secara menyeluruh dan total dalam segala sendi-sendinya.
Untuk keperluan itu, ia kemudian menyusun teori sosial yang menurut dia didasari oleh
hukum ilmiah dan karena itu pasti akan terlaksana. Untuk membedakan dengan ajaran
sosialis utopis, ia menamakan teorinya dengan istilah sosialisme ilmiah (Budiardjo, 2008:
78).
pertentangan.
b. Negara dipandang sebagai salah satu pelaku yang aktif dalam pertentangan dan negara
c. Paksaan (coercion) dalam wujud hukum diilustrasikan sebagai faktor utama untuk
memelihara lembaga-lembaga sosial, seperti kepunyaan
kepentingan sendiri yang bertentangan satu sama lain, sehingga konflik tak dapat
dihindarkan lagi.
Sedangkan Ralf Dahrendorf, teori yang dia bangun merupakan hasil teori dengan
dasar untuk menentang secara objektif terhadap teori fungsional struktural yang dimana
teori tersebut kurang memperhatikan fenomena konflik dalam suatu masyarakat. Ralf
Dahrendorf adalah seorang sosiolog berkebangsaan Jerman lahir pada tanggal 1 Mei
terhadap pemikiran marxisme, ia membangun teori ini dengan separuh penolakan dan
menganalisis tentang perjuangan kelas lalu elit dominan seperti yang dilakukan oleh
dalam suatu sistem. Setiap individu maupun kelompok yang tak terhubung dalam suatu
sistem tak akan mungkin terlibat dalam konflik. Dahrendorf menyimpulkan sebagai
hubungan ini menimbulkan asosiasi yang berkontradiksi satu sama lain sehingga
a. Kelompok semu
b. Kelompok kepentingan
c. Kelompok konflik
kelompok ini memiliki tujuan yang berbeda, sehingga kelompok yang diatas
akhirnya menurut Dahrendorf, mereka ada juga yang akan dipersatukan oleh
Pada bab ini diuraikan mengenai metode serta teknik penelitian yang digunakan peneliti
untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan tesis berjudul “Peranan
Mohammad Natsir Pada Masa Demokrasi Parlementer 1950-1958"
Metode historis merupakan cara untuk mengkaji suatu peristiwa, tokoh atau
permasalahan yang dianggap layak dan penting yang terjadi pada masa lampau
secara deskriptif, kritis dan analitis. Penulisan sejarah tidak hanya mengungkapkan
peristiwa secara kronologis, lebih dari itu perlu adanya kajian dan analisis tajam
yang didukung dengan teori yang relevan.
Penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu: pemilihan topik,
pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber),
interpretasi: analisis dan sintesis, dan yang terakhir ialah historiografi
(Kuntowijoyo, 2013, hlm.69). Adapun langkah-langkah penelitian ini mengacu
pada proses metodologi penelitian sejarah yang mengandung empat langkah
penting, yaitu :
1. Heuristik (Pencarian dan Pengumpulan Sumber)
a. Studi kepustakaan, adalah cara yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh
data ilmiah dengan cara membaca, mengkaji, dan menganalisis sumber-
sumber tertulis yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk
mendapatkan sumber tersebut, penulis melakukan kunjungan ke banyak
perpustakaan.
b. Teknik wawancara, merupakan cara yang digunakan penulis untuk
memperoleh data-data dengan melakukan wawancara terhadap saksi atau
pelaku yang menunjang terhadap penulisan skripsi ini. Sumber yang
diperoleh melalui berita saksi atau pelaku sejarah ini disebut sebagai sumber
lisan. Adapun alasan penulis menggunakan sumber lisan, dikarenakan penulis
ingin memperoleh kesaksian yang dituturkan pelaku dan saksi sejarah yang
mengetahui, mengalami, dan menyaksikan secara langsung peranan K. H
Mustofa Kamil dalam dakwah pembaharuan Islam di Garut. Oleh karena itu,
untuk memperoleh kesaksian tersebut, penulis melakukan teknik wawancara
terhadap pihak-pihak yang terlibat secara langsung.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan kegiatan wawancara, diantaranya
ialah :
1. Menentukan narasumber atau tokoh yang hendak diwawancara
2. Mempersiapkan daftar pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada
narasumber
3. Memperhitungkan aksesbilitas atau kemudahan untuk dapat mewawancara
orang
4. Orang yang hendak diwawancara harus benar-benar mengetahui
permasalahan yang sedang dikaji
5. Mengatur waktu dan tempat wawancara
6. Pelaksanaan wawancara
Terdapat dua jenis kritik yang ada di dalam kritik sumber, diantaranya
yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal “suatu langkah
verifikasi dengan cara meneliti otentisitas sumber, atau keaslian sumber”.
Sedangkan kritik internal pada umumnya merupakan suatu usaha analisis untuk
menjawab pertanyaan yang menyangkut akurasi, nilai dokumen, dan autentitas
peninggalan yang telah diperoleh dari lapangan (Herlina, 2011, hlm.25). Kritik
internal dilakukan peneliti untuk melihat kelayakan konten dari sumber-sumber
yang telah didapatkan untuk selanjutnya dijadikan bahan untuk penelitian dan
penulisan skripsi. Sedangkan kritik eksternal digunakan untuk melihat sumber-
sumber yang ditemukan bukan dari kontennya. Akan tetapi, apakah sumber
tersebut merupakan sumber yang sejaman atau sumber primer, dilihat dari tahun
pembuatannya.
Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan menjadi ide pokok
sebagai kerangka dasar penelitian, dalam kegiatan ini peneliti memberikan
penekanan penafsiran terhadap fakta dan data yang diperoleh dari sumber-
sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan penulisan sejarah peranan K.
H Mustofa Kamil dalam dakwah pembaharuan Islam di Garut 1900-1945.