Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PENDIDIKAN ANTAR

PROFESI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Inter Profesional Education
(IPE) dan Inter Profesional Collaboration (IPC)
Dosen Pengampu: Satino,SKM.,MScN

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Kristiana Selvia Dewi P27220020023


2. Annisa Fadlia Hayya P27220021007
3. Azzahra Nur Afifah P27220021012
4. Devi Yuliawati P27220021014
5. Frisca Nadila Wadu P27220021021
6. Kharisma Mardarema Dwi Putri P27220021027
7. Naomy Katarina Sitinjak P27220021032
8. Nazahah Oktavianingrum P27220021033
9. Nugroho Saputro P27220021035
10. Rensy Maudy Suci Rahmawati P27220021038
11. Rizka Farahhanis P27220021042
12. Yessica Tetya Wulandari P27220021048

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Inter
Professional Education (IPE) dan Inter Profesional Collaboration (IPC) tentang
“Kebijakan Pemerintah terkait dengan Pendidikan Antar Profesi” dengan waktu
yang telah di tentukan.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inter
Professional Education (IPE) dan Inter Profesional Collaboration (IPC) sebagai salah
satu tugas mahasiswa keperawatan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang ikut serta berpartipasi dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap dengan
disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak menambah pengetahuan para pembaca.
“Tak ada gading yang tak retak“, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Surakarta, 27 Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I..................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..............................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................5

C. TUJUAN....................................................................................................................5

BAB II................................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6

A. DEFINISI PROFESI..................................................................................................6

B. PENDIDIKAN ANTAR PROFESI SECARA GLOBAL..........................................6

C. KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANTAR PROFESI DALAM SISTEM ..................7

KESEHATAN NASIONAL............................................................................................7

D. PENDIDIKAN ANTAR PROFESI DALAM SISTEM PENDIDIKAN ..................9

NASIONAL DAN PROFESI.........................................................................................9

BAB III.............................................................................................................................11

PENUTUP........................................................................................................................11

A. KESIMPULAN........................................................................................................11

B. SARAN....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tenaga kesehatan adalah profesional dengan berbagai keterampilan


dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berfokus pada
kesehatan pasien (Frenk et al., 2020). Di era globalisasi ini, tenaga kesehatan
dituntut untuk menyediakan layanan kesehatan yang prima dan berkualitas
(Kenda, C.et al., 2021). Pemerintah di seluruh dunia mencari solusi inovatif dan
transformasi sistem yang akan memastikan pasokan, pemerataan, dan distribusi
tenaga kerja kesehatan yang sesuai (IOM, 2020). Salah satu solusi yang
menjanjikan adalah penerapan kolaborasi interprofesi (Reeves et al., 2020).
(Sulistyowati 2019)
Keterampilan komunikasi sebagai bagian dari praktik kolaborasi juga
memainkan peran penting untuk menghasilkan pelayanan berkualitas (Barr, H,et
al., 2019). Salah satu masalah komunikasi yang dapat ditemukan dalam praktek
klinis adalah pekerjaan yang tumpang tindih dalam tim interprofessional yang
disebabkan oleh komunikasi yang tidak efektif di antara anggota tim yang
kemudian mempengaruhi outcome pasien (Frenk et al., 2020). Komisi gabungan
(JCAHO) melaporkan bahwa dua pertiga dari insiden kesalahan medis
disebabkan oleh komunikasi yang buruk antara tenaga kesehatan (D’amour dan
Oandasan, 2019). Praktik kolaborasi dengan mudah terjadi. Diperlukan proses
untuk membuat petugas kesehatan mampu bekerja dalam tim dan berkomunikasi
secara efektif (Barr, H,et al., 2020).(Sulistyowati 2019).
Untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks dari kebutuhan
dan masalah kesehatan, konferensi Institute of Medicine (IOM) yang pertama
merekomendasikan agar semua penyedia pendidikan kesehatan diwajibkan
untuk mendorong kerjasama antar profesi kesehatan dalam tim pelayanan
kesehatan (Antonakis, J, 2019). Akademisi kesehatan memiliki peran dan
tanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi mahasiswa
kesehatan dengan kompetensi layanan berbasis tim (Capella et al., 2020).
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah kebijakan pemerintah terkait dengan pendidikan antar


profesi?

2. Jelaskan pendidikan antar profesi secara global ?

3. Apa saja kebutuhan pendidikan antar profesi dalam sistem kesehatan


nasional ?
4. Bagaimana pendidikan antar profesi dalam sistem pendidikan nasional dan
profesi ?
C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terkait pengembangan pendidikan


antar profesi pada intitusi pendidikan.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kebijakan pemerintah terkait dengan pendidikan antar


profesi?
b. Mengetahui pengertian tentang pendidikan antar profesi secara global
c. Mengetahui kebutuhan pendidikan antar profesi dalam sistem kesehatan
nasional
d. Mengetahui tentang pendidikan antar profesi dalam sistem Pendidikan
nasional dan profesi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PENDIDIKAN


ANTAR PROFESI

Beberapa peraturan kebijakan pemerintah terkait dengan pendidikan antar


profesi yaitu antara lain :
1. Direktorat Pendidikan Tinggi mengeluarkan SK No 427/ dikti/ kep/ 1999,
tentang landasan dibentuknya pendidikan keperawatan di Indonesia
berbasis S1 keperawatan. SK ini didasarkan karena keperawatan yang
memiliki “body of knowladge” yang jelas, dapat dikembangkan setinggi-
tingginya karena memiliki dasar pendidikan yang kuat.
2. Rumah sakit yang menjadi tempat pelaksanaan program pendidikan
profesi disebut rumah sakit pendidikan. Rumah sakit pendidikan adalah
rumah sakit yang memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian,
dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan
kedokteran dan/atau kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan, dan
pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi. Hal ini telah tercantum
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 93 tahun 2015
tentang Rumah Sakit Pendidikan pada bab 1 (ketentuan umum), pasal 1.
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasiona
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2001 tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 148 Tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1796 Tahun 2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan, lebih mengukuhkan perawat sebagai suatu
profesi di Indonesia
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148 Tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 tahun 2020
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
10. Undang-Undang terbaru No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan,
Undang-undang yang baru dikeluarkan ini lebih menjelaskan lagi batasan
kewenangan profesi perawat. Sehingga perawat mempunyai legitimasi
dalam menjalankan praktik profesinya.
Sebagai sebuah profesi yang melaksanakan asuhan dan praktik
keperawatan, seorang perawat dengan kualifikasinya diwajibkan memiliki
Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai bukti tertulis dan pencatatan resmi
yang dikeluarkan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Untuk
memperoleh STR, seorang calon perawat profesional harus memiliki dua
jenis sertifikat terlebih dahulu, yaitu sertifikat kompetensi sebagai surat
tanda pengakuan untuk kompetensi perawat yang sudah lulus uji
kompetensi dan sertifikat profesi yang diperoleh lulusan pendidikan
profesi keperawatan sebagai surat tanda pengakuan untuk melakukan
praktik keperawatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun
2014 tentang pendidikan tinggi keperawatan yang terdiri dari:
1. Pendidikan Vokasi : D3 Keperawatan
2. Pendidikan Akademi : Program sarjana keperawatan, program
magister keperawatan, dan program doctor keperawatan
3. Pendidikan Profesi : perawat profesi terdiri dari Ners dan Ners
Spesialis.

B. DEFINISI PROFESI

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian


(expertise) dari para anggotanya. Artinya, tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut
profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu
(pendidikan/latihan prajabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi
(inservice training). (Keguruan, n.d.).
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
"Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna:
"Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara
tetap/permanen". Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan
pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi
biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan
lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. (Sutisna 2018).

C. PENDIDIKAN ANTAR PROFESI SECARA GLOBAL

Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE)


menyebutkan, IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar
bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran
masingmasing profesi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi
dan kualitas pelayanan kesehatan. IPE adalah suatu pelaksanaan
pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk
meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat
dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap
pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang profesional.
IPE adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok,
yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk
mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan
pemahaman mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan
antar organisasi sebagai proses profesionalisasi. Interprofessional
Collaboration (IPC) adalah proses dalam mengembangkan dan
mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara pelajar, praktisi, pasien/
klien/ keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan
(Putriana and Saragih 2020).
WHO (2010) menjelaskan IPE berpotensi menghasilkan berbagai
manfaat dalam beberapa aspek yaitu kerjasama tim meliputi mampu untuk
menjadi pemimpin tim dan anggota tim, mengetahui hambatan untuk kerja
sama tim; peran dan tanggung jawab meliputi pemahaman peran sendiri,
tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis petugas kesehatan
lain; komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang kompeten
untuk rekan, mendengarkan anggota tim; belajar dan refleksi kritis meliputi
cermin kritis pada hubungan sendiri dalam tim, mentransfer IPE untuk
pengaturan kerja; hubungan dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien
meliputi bekerja sama dalam kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan
pasien, keluarga mereka, penjaga dan masyarakat sebagai mitra dalam
manajemen perawatan; praktek etis meliputi pemahaman pandangan stereotip
dari petugas kesehatan lain yang dimiliki oleh diri dan orang lain, mengakui
bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki pandangan yang sama-sama sah dan
penting (Putriana and Saragih 2020).

D. KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANTAR PROFESI DALAM SISTEM


KESEHATAN NASIONAL

Kesehatan yang baik merupakan salah satu aspek penting bagikemajuan


suatu negara. Masyarakat dapat mencapai kondisi yang sehat apabila
didukung dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas, bermutu, dan
prima, sehingga diperlukan adanya kolaborasi antar tenaga kesehatan yang
baik dan professional supaya dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi
pelayanan kesehatan.
Dalam praktek antar tenaga kesehatan, setiap individu memerlukan
adanya tingkat keahlian, kemampuan, dan keterampilan dalam
memberikan pelayanan kesehatan, sehingga dengan adanya kemampuan
tersebut setiap tenaga kesehatan dapat saling berbagi pengetahuan antar
tenaga kesehatan yang lain melalui praktek kolaborasi (Grace et al. 2021).
Dalam sekelompok tim kesehatan terdiri dari berbagai macam profesi
yang bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban yang berbeda- beda.
Dibutuhkan adanya etika kerja yang kolaboratif supaya dapat menciptakan
suasana kerja yang damai untuk mencapai satu tujuan yang sama.
Penerapan program IPE dalam lingkup pendidikan akademik pelayanan
kesehatan merupakan hal yang penting untuk membantu pengembangan
konsep kerjasama dan kolaborasi antarprofesional kesehatan, sehingga
dapat mempersiapkan dan menciptakan tenaga kesehatan yang lebih baik,
profesional, dan berkompeten untuk menghadapi masalah kesehatan(Grace
et al. 2021).
Hal pertama yang dipelajari dari program kegiatan IPE yaitu
komunikasi, dimana kemampuan tenaga kesehatan untuk berkomunikasi
secara efektif termasuk mangamati, mendengarkan, menjelaskan, dan
berempati, secara signifikan memengaruhi hasil layananan kesehatan dan
persepsi kepuasan pasien. Hal kedua yang dipelajari dari IPE yaitu
kolaborasi, kolaborasi dalam tim kesehatan sangatlah penting karena
masing-masing profesi tenaga kesehatan memiliki pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pengalaman yang berbeda. Hal
ketiga yang dipelajari dari IPE yaitu peran dan tanggung jawab dari
masing-masing program studi atau profesi kesehatan, dimana dari program
IPE mengajarkan bahwa masing-masing profesi tidak ada yang memiliki
proporsi lebih tinggi maupun lebih rendah, setiap anggota saling
memahami peran dan tanggung jawab masingmasing profesi memiliki
tujuan yang sama, mengakui keahlian masing-masing profesi, perbedaan
dari setiap profesi dapat saling mengisi antara yang satu dengan profesi
yang lain, dapat bertukar pikiran untuk menyelesaikan berbagai masalah
yang dihadapi secara efektif dan efisien, serta meningkatkan keterampilan,
memodifikasi peran untuk meningkatkan kinerja dan menghasilkan efek
yang positif antarprofesional. (Grace et al. 2021).

E. PENDIDIKAN ANTAR PROFESI DALAM SISTEM PENDIDIKAN


NASIONAL DAN PROFESI

1. Jenis Pendidikan

Dalam Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan


nasional terdapat 8 jenis Pendidikan di Indonesia yaitu:
a) Pendidikan umum
Pendidikan umum ialah pendidikan dasar dan menengah untuk
menjadikan pengetahuan yang kita perlusebagai peserta didik untuk
lanjut pendidikan ke jenjang yang semakin tinggi.
b) Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang


mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu.
c) Pendidikan akademik

Pendidikan akademik adalah pendidikan yang diarahkan terutama


pada penguasan ilmu pengetahuan dan pengetahuan.Pendidikan
akademik ialah sistem pendidikan tinggi untuk mengarahkan kepada
kuasa dan berkembangnya kedisiplinan ilmu pengetahuan teknologi,
dan seni.
d) Pendidikan profesi

Pendidikan profesi ialah pendidikan tinggi sesudah program sarjana


dengan menyiapkan peserta didik agar mendapat pekerjaan untuk
syarat keahlian khusus.
e) Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan ialah pendidikan dasar,menengah, dan tinggi


untuk menyiapkan peserta didik supaya bisa memiliki peranan dengan
menuntut ilmu pengetahuan secara agama atau menjadi ilmu agama.
f) Pendidikan khusus

Pendidikan khusus ialah menyelenggarakan pendidikan dengan


peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
g) Pendidikan kedinasan

Pendidikan kedinasandiselenggarakan dengan tujuan untuk


menyediakan keahlian pelaksanaan tugas profesional atau kedinasan
yang tidak terpenuhi oleh program pendidikan akademik (Arif
Rembangsupu et al. 2022).

2. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan menurut UU No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan ialah wahana untuk dilewati peserta didik supaya berkembang
potensi diri untuk proses pendidikan yang menjurus kepada tujuan
pendidikan. Menurut Undang-Undang berikut, jalur pendidikan mencakup
atas (Arif Rembangsupu et al. 2022) :
a) Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang mempunyaistruktur
dan jenjang
b) Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikanformal
untuk kita dapat melaksanakan secara struktur dan berjenjang
c) Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
untuk saling bekerja sama.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,
dan cara bertindak
2. Fungsi dari kebijakan publik, yaitu: Ketertiban, Menjamin Hak Asasi,
Petunjuk program kegiatan, Arahan kepada pelaksana, Menyelenggarakan
Administrasi dan Urusan Tata Usaha
3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian(expertise) dari para anggotanya. Artinya, tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
melakukan pekerjaan itu.
4. Kebijakan pemerintah terkait pendidikan antar profesi berpedoman pada
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Serta rancangan pengembangan pendidikan profesi dan
pendidikan antar profesi dilandaskan pada landasan yuridis.

B. SARAN

Dengan selesainya penyusunan, penulis mengharapkan agar makalah ini dapat


berguna bagi pembaca. Penulis menyadari begitu banyak kekurangan yang ada
didalam penyusunan makalah ini, baik dalam bentuk sistematika penulisan
maupun kedalaman materinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan :
1. Mahasiswa dapat mempelajari materi mengenai Kebijakan Pemerintah
terkait pendidikan antar profesi untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan
2. Intitusi Pendidikan dapat menjadikan makalah ini sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pembelajaran Inter Professional Education (IPE) dan Inter
Profesional Collaboration (IPC)
3. Perawat agar mampu berkerjasama dengan tenaga medis lainnya sehingga
dapat memberikan pelayanan yang baik untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Rembangsupu, Kadar Budiman, Bidin, Puspita, dan Muhammad Yunus Rangkuti.
2022. “Studi Yuridis Tentang Jenis Dan Jalur Pendidikan Di Indonesia.” Al-Afkar,
Journal For Islamic Studies 5 (4): 91–100.
https://doi.org/10.31943/afkarjournal.v5i4.337

Grace, Amaze, Davidz Morato, Ni Luh, Putu Eka Diarthini, Desak Ketut, and Indrasari
Utami. 2021. “Literature Review: Efektivitas Interprofessional Education (IPE)
Terhadap Peningkatan Kemampuan Dan Kompetensi Antar Profesi Kesehatan
Literature Review: The Effectiveness of Interprofessional Education (IPE) on the
Improvement of Abilities and Competenci.” Jurnal Kesehatan 12 (2): 322–29.
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK. Keguruan, Profesi. n.d. .“.4.”

Putriana, Norisca Aliza, and Yulina Br. Saragih. 2020. “Pendidikan Interprofessional
Dan Kolaborasi Interprofesional.” Majalah Farmasetika 5 (1): 18–22.
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i1.25626.

Sutisna. 2018. “II-1.” http://repositori.unsil.ac.id/132/6/14. BAB II.pdf.

Anda mungkin juga menyukai