Anda di halaman 1dari 7

JIME, Vol. 3. No.

1 ISSN 2442-9511 April 2017

BANDAR BIMA Pada ABAD XVIII (Suatu Tinjauan Historis)

Ilmiawan
Dosen Pendidikan Sejarah FKIP UM Mataram
ilmiawanbima@yahoo.co.id

Abstrak; Kemunculan Kesultanan Bima, tidak terlepas dari perkembangan pelayaran dan
perdagangan Nusantara dengan berbagai dampaknya, yang secara historis dapat dilacak sejak abad
ke 14. Demikian pula terbentuknya jalur pelayaran menentukan munculnya pelabuhan (Bandar)
atau pelabuhan, menentukan terbentuknya jalur pelayaran adalah merupakan teori yang biasanya
diterapkan dalam mengkaji munculnya bandar dan perkembangan sistim pelayaran. Wilayah Bima
berada pada kedudukan strategis jika dilihat dari jalur dan jaringan pelayaran yang menghubungkan
antara bagian Barat dan Timur Nusantara.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui latar
belakang sejarah munculnya bandar bima, posisi bandar bima dalam jaringan pelayaran dan
perdagngan di nusantara serta peranan bandar bima dalam kehidupan sosial budaya, ekonomi dan
politik dikesultanan bima. Metode penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Disebut penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan
dengan variabel lain. Suatu penelitian yang berusaha menjawab pertanyaan seperti yang tengah
diteliti yaitu: BANDAR BIMA Pada ABAD XVIII (Suatu Tinjauan Historis). Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa munculnya bandar bima di latarbelakangi letak geografisnya yang strategis
pada jalur pelayaran dan perdagangan di nusantara. Posisi strategis bandar bima menyebabkannya
menjadi tempat persinggahan para pedagang dari Malaka, Jawa maupun Maluku atau sebaliknya.
Hal ini pula yang mendorong tumbuh dan berkembangnya bandar bima yang berdampak pada
kehidupan sosial-budaya, ekonomi, politik kesultanan Bima pada abad ke XVIII.

Kata Kunci: Bandar, Bima, Abad XVIII (Tinjauan Historis)

PENDAHULUAN geografisnya, keadaan pantainya, faktor


Kemunculan Kesultanan Bima, tidak terlepas ekonomis, faktor sosial dan sebagainya.
dari perkembangan pelayaran dan Berkaitan dengan munculnya Bandar, Mahan
perdagangan Nusantara dengan berbagai (1974 : 5-6) mengemukakan bahwa ada enam
dampaknya, yang secara historis dapat dilacak unsur yang menentukan dapat tidaknya suatu
sejak abad ke 14. Demikian pula terbentuknya kerajaan menjadi suatu kekuatan maritim
jalur pelayaran menentukan munculnya yakni “ 1. Kedudukan geografis, 2. Bentuk
pelabuhan (Bandar) atau pelabuhan, tanah dan pantainya, 3. Luas wilayahnya, 4.
menentukan terbentuknya jalur pelayaran Jumlah penduduknya, 5. Karakter penduduk,
adalah merupakan teori yang biasanya 6. Sifat Pemerintahannya.” Kedudukan
diterapkan dalam mengkaji munculnya bandar geografisnya yang dianggap sangat penting
dan perkembangan sistim pelayaran. Wilayah oleh Mahan. Apabila teori Mahan tersebut
Bima berada pada kedudukan strategis jika dihubungkan dengan keberadaan Bandar
dilihat dari jalur dan jaringan pelayaran yang Bima, maka teori Mahan sangat mendukung
menghubungkan antara bagian Barat dan untuk berkembangnya Bima menjadi Bandar
Timur Nusantara. Bahkan menurut Chambert yang ramai.
Loir (1982:12) disebutkan bahwa “Bima Bandar cukup memainkan peranan
merupakan satu pusat perdagangan dalam penting, tidak saja ditinjau dari segi ekonomi
sebuah lalu lintas padat Yang mencakup tetapi juga berperan dalam bidang politik
seluruh laut Selatan”. maupun kebudayaan dapat dikemukakan
Muncul dan berkembang Bandar Bima sebagai berikut :
menjadi sebuah Bandar yang penting, Syandan kata Sayhibul hikayat adalah
didukung oleh berbagai faktor antara lain, pada masa yang Dipertuan Muda Raja Haji ini

Jurnal Ilmiah Mandala Education 271


JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2017

makin ramai Riau serta dengan masuknya dan kebutuhan mereka atas dasar tukar menukar
banyaknya orang-orang negeri Riau kaya- barang atau lalu membelinya dengan
kaya. Syandan Baginda Yang Dipertuankan perantaraan alat pembayaran yang diakui oleh
Besar dan Yang Dipertuankan Muda pun masyarakat mereka. Terjadilah saling barter
banyaknya mendapat hasil-hail cukai. Syandan juga pembelian dan penjualan dari abad ke
segala penjajah perangpun beraturlah di abad dengan berbagai perusahaan-perusahaan
pelabuhan serta cukup obat seluruhnya serta sifat dan bentuk kebudayaan. Timbun
Panglima-panglimanya, tiga puluh turun, tiga menimbun barang, butuh membutuhkan
puluh naik ke darat. Syandan demikianlah di barang menyebabkan adanya suatu tempat
dalam beberapa tahun bersuka-sukaan karena tertentu yang tetap untuk melaksanakan
negeri aman lagi makmur dan segala pemenuhan kebutuhan mereka, maka
makanan-makanan pada murah dan segala menjelmalah suatu negeri/kampung yang
orang dagangpun banyaklah dapat untung tadinya tidak berarti, sekarang merupakan
karena terlalu ramai orang-orangnya (Ahmad, negeri tempat menimbun barang yang akan
R.H. dan Raja Ali Haji, 1982: 197). diperjual belikan dan sekaligus merupakan
Demikian halnya dengan Bandar Bima, titik pertemuan antara dua pihak yang saling
kemunculan dan perkembangannya membawa membutuhkan barang ataukah membutuhkan
dampak terhadap pengembangan Kesultanan uang.
Bima. Sejauh mana peranan Bandar Bima Perlu penulis kemukakan bahwa,
dalam pengembangan Kesultanan Bima akan “bandar dan pelabuhan” adalah dua istilah
diteliti secara lebih mendalam dalam yang pada dasarnya mempunyai pengertian
penelitian ini. Hal ini penting dikaji dari yang sama yakni sebagai tempat berlabuhnya
perspektif historis dengan harapan bahwa kapal dan bongkar muat barang, akan tetapi
kesalahan yang sama pada masa lalu tentu tak istilah bandar dipakai sebelum abad XX.
akan berulang kembali pada masa mendatang Selain sebagai tempat berlabuh dan bongkar
dan barang kali juga dapat memberikan muat barang, bandar juga merupakan tempat
pedoman, arah, bagi perkembangan dan berlangsungnya aktivitas perdagangan.
pembangunan masa-masa berikutnya. Oleh Sedangkan pelabuhan adalah istilah yang
karena itu masalah penelitian sejarah tetap populer sejak abad XX, sehingga banyak para
penting bagi setiap masyarakat yang ingin ahli yang memberikan definisi, seperti yang
memahami persoalan hidupnya secara lebih dikemukakan oleh Soedjono (1983 : 51)
mendalam. Selanjutnya Herman A. Carel Lawalata
KAJIAN PUSTAKA (1983 : 51) mengemukakan bahwa : Pelabuhan
Pengertian Bandar merupakan permulaan dan penghabisannya
Bandar merupakan sarana penunjang dari pada aktivitas kemakmuran suatu negara,
kelancaran arus bongkar muat barang dan merupakan pintu gerbang kemakmuran suatu
penumpang. Pada mulanya hanya merupakan bangsa, merupakan pintu gerbang lalu lintas
tepian, tetapi karena, kebutuhan manusia perdagangan, keluar masuknya barang-barang
semakin meningkat, sehingga barang yang baik yang bersifat perdagangan maupun yang
diperdagangkan meningkat pula. Kemudian bersifat bahan untuk pembangunan Yang
secara ilmiah muncullah pusat-pusat niaga sangat mempengaruhi perekonomian dan
yang memperdagangkan aneka kebutuhan kemakmuran rakyat, kemacetan di bidang
manusia. Daerah tepian tersebut menjadi bongkar muat akan sangat mempengaruhi
strategis, dan berdirilah bandar-bandar dagang penyaluran barang-baranng yang
yang kemudian berkembang menjadi sebuah menimbulkan ketidak lancaran dan
bandar (pelabuhan) yang ramai. Seperti yang kebesarannya barang di daerah peredaran
dikemukakan. oleh Herman A. Carel Lawalata bebas.
(1981: 7-8) bahwa Manusia tidak puas dengan Sejarah Terbentuknya Bandar Bima
apa yang ada padanya, terlebih lagi karena Menelusuri sejarah terbentuknya Bandar
bertambahnya keluarga mereka, menyebabkan Bima, tidak terlepas dari menelusuri dan
mereka menyebar mencari penambah menelaah sejarah berdirinya Kerajaan Bima,

Jurnal Ilmiah Mandala Education 272


JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2017

karena tidak dapat dipisahkan antara penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berdirinya kerajaan dengan aktivitas laut dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu
masyarakatnya. Menurut cerita setempat tanpa membuat perbandingan atau
“Bima, yaitu tokoh pandawa yang melawat ke menghubungkan dengan variabel lain. Suatu
Pulau Sumbawa, lalu salah seorang putranya penelitian yang berusaha menjawab
menjadi raja pertama di Bima dengan pertanyaan seperti yang tengah diteliti yaitu:
menggabungkan marga-marga kecil di Bima” BANDAR BIMA Pada ABAD XVIII (Suatu
(Chambert Loir, 1985:11). Cerita itu rupanya Tinjauan Historis)
dapat dikaitkan dengan masa kedatangan Jenis dan sumber data
orang Jawa pada pertengahan abad XIV. Jenis Data
Munculnya Bima baik sebagai kerajaan Secara teoritis, Jenis data kualitatif adalah
(Kesatuan politik) maupun sebagai bandar jenis data yang berhubungan dengan data yang
telah ada sejak abad ke XIV. didukung pula bukan statistik/angka misalnya hasil
oleh teori yang dikemukakan oleh Zuhdi (1996 wawancara, temuan dilapangan dan
: 4) yang menyatakan bahwa “jalur sebangainya, Atau lebih ke aspek validitas,
menentukan munculnya pelabuhan atau (Sugiyono, 2010: 365).
menentukan jalur pelayaran”. Sebab dilihat Sumber Data
dari posisi Bima yang pada jalur Maritim dari Sumber data dalam penelitian ini adalah
Malaka dan Pulau Jawa ke Maluku subjek dari mana data diperoleh. Sumber data
memungkinkan untuk tumbuh dan menurut sifatnya digolongkan menjadi 2 (dua)
berkembangnya sebuah Bandar (Bandar yaitu sumber data primer dan sumber data
Bima). sekunder.
Mobilitas Pedagang Yang Datang di 1. Sumber data primer adalah sumber-sumber
Bandar Bima yang memberikan data langsung dari tangan
Bandar Bima selain sebagai tempat singgah pertama.
dalam pelayaran dan perdagangan dari Malaka 2. Sumber data sekunder adalah sumber
dan Jawa ke Maluku atau sebaliknya, juga mengutip dari sumber lain (Sugiyono,
merupakan tempat aktivitas perdagangan. 2010: 308).
Bima dan sekitarnya menghasilkan produk dan Tehnik pengumpulan data
komoditi tertentu seperti “kain kasar, budak, Wawancara
kuda, kayu dye (kayu celup) dan hasil bumi Esterberg (2002: 317), wawancara adalah
lain seperti kacang-kacangan dan beras” suatu cara untuk merupakan pertemuan dua
(Chambert Loir, 2000 : XVII). Kedudukan orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
Bandar Bima sebagai tempat singgah dan juga tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan
menghasilkan produk dan komoditi makna dalam suatu topik tertentu.
perdagangan digambarkan oleh Kartodirdjo Observasi
(1991:8) sebagai berikut :Kepulauan Nusa Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah
Tenggara mempunyai lokasi yang baik untuk dapat dilakukan salah satunya adalah melalui
berfungsi sebagai tempat singgah kapal-kapal observasi. Pengguna metode observasi
dalam pelayarannya ke dan dari Maluku, menurut Keraf (1999: 162) adalah pengamatan
terutama pula karena ada hasil-hasil yang langsung dari suatu obyek yang akan diteliti,
sangat dibutuhkan seperti kayu cendana dari dapat dilakukan dengan waktu yang singkat.
Timor, belerang dari Flores, Soga (jenis kulit Dalam hal ini bertujuan untuk mendapatkan
kayu untuk mewarnai ) dari Sumbawa dan gambaran yang tepat mengenai obyek
Timur ; kesemuanya ditukar dengan bahan penelitian sehingga dapat disusun daftar
tekstil dari Gujarat. kuesioner yang tepat atau dapat menyusun
METODE PENELITIAN suatu desain penelitian yang cermat, dan
Jenis Penelitian dan pendekatan mengecek sendiri sampai dimana keabsahan
Adapun jenis penelitian yang dipilih dalam data dan informasi yang telah dikumpulkan
penelitian ini adalah penelitian kualitatif oleh peneliti
dengan pendekatan deskriptif. Disebut Dokumentasi

Jurnal Ilmiah Mandala Education 273


JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2017

Dokumetasi sudah lama digunakan dalam Dompu, Sape, hingga Nusa Cendana. Samapai
sebuah penelitian sebagai sumber data yang akhir abad ke 18, nama bima mulai di kenal
dimanfaatkan untuk menguji, menganalisa, dalam dunia pelayaran, ketika bandar kata lain
menafsirkan, bahkan bisa juga meramalkan dari pelabuhannya menjadi salah satu pusat
setiap bahan tertulis ataupun film (Sugiyono, kegiatan bongkar muat barang yang akan
2010: 308). Supaya hasil dokumentasi dapat diperdagangkan dengan Kesultanan Gowa dan
terekam dengan baik, dan peneliti memiliki sekitarnya, selain itu lalulintas antar pulau
bukti telah melakukan dokumentasi kepada dengan Flores, Rote, Sabu, dll, juga cukup
informal atau sumber data, maka diperlukan ramai”. Bandar bima dikenal sejak abad ke 17
bantuan alat-alat sebagai pelabuhan yang sering disinggahi oleh
Analisis Data para pedagang dari dari Eropa, Melayu dan
Analisis data merupakan proses mencari dan dari kawasan Indonesia Timur”. Wawancara
menyusun secara sistimatis data yang dengan Ruma Deo (Bapak Nurdin) pada
diperoleh dari hasil wawancara, catatan tanggal 11 April 2017
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga Posisi Bandar Bima dalam jaringan
dapat mudah difahami, dan temuanya dapat di pelayaran dan perdagangan nusantara
informasikan kepada orang lain. Analisis data pada abad XVIII
dilakukan dengan mengorganisasikan data, “Bandar Bima bagian dari kebutuhan
menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan masyarakat Bima, dimana didalamnya terdapat
suatu menyusun kedalam pola, memilih mana kegiatan-kegiatan, selain sebagai tempat
yang penting dan yang akan dipelajari, dan bongkar muat barang, bandar bima juga
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan berfungsi sebagai gerbang menuju era
kepada orang lain. upaya pengolahan data atau keterbukaan dan perkembangan. Lebih lanjut
penafsiran data merupakan rangkaian beliau mengatakan bahwa bandar bima sebagai
penelaahan, pengelompokan, sistimatisasi dan pelabuhan utama dipulau sumbawa jauh
verifikasi data agar data yang terkumpul sebelum masuknya bangsa kolonial. Bandar
bernilai ilmiah (Sugiyono, 2010: 334) Bima sangat penting bagi kedudukan
HASIL PENELITIAN Kesultanan yang ada pada saat itu memegang
Sejarah Munculnya Bandar Bima peranan penting dalam perkembangan
Bandar Bima merupakan pelabuhan yang Kesultanan. Pada masa itu Bnadar Bima juga
sangan penting karena didukung dengan sebagai tempat persinggahan perahu-perahu
letaknya yang strategis berada ditengah-tengah atau kapal-kapal yang akan melakukan
jalur pelayaran nusantara. Bandar Bima bongkar muat barang”. Wawancara dengan H.
letaknya dibagian dalam teluk dan menghadap Hamid Awaluddin, Pensiunan PT PELINDO
ke laut Flores. Bandar ini penting karena CABANG BIMA pada 10 April 2017.
ditopang oleh potensi wilayah yang cukup “Sejalan dengan pernyataan H. Hamzah bahwa
seperti dibidang pertanian dan peternakan. keberadan Bandar bima tidak dapat dipungkiri
Kesultanan bima di bawah pemerintahan keberadaannya karena letak geografisnya yang
Muhammad Hasanuddin Syah, bandar bima sangat menguntungkan karena berada dijalur
dikenal dengan Lawa Due yang berarti pintu perdagangan rempah-rempah pada zaman
beringin, pada waktu itu masih merupakan tempo dulu atau sekitar abad 18-19, karena
pelabuhan alam yang dikelola oleh kesultanan. pada masa itu bandar bima menjadi tempat
“Aktivitas maritim di Bima diperkiran singgah kapal-kapal dimana pelaut-pelaut atau
sejak abad ke 10 pada masa kerajaan Kediri di para pedagang yang belayar diperairan
Jawa dengan adanya bukti Situs Wadu Pa’a di Nusantara yang mencari rempah-rempah di
bima yang berhuruf pallawa peninggalan Kepuluan Maluku pasti singgah di bandar
Hindu dari Jawa. Meskipun tidak disebut bima untuk mengisi air atau memenuhi
tentang bima, tetapi nama Sumbawa sudah kebutuhan lainnya, kemudian melanjutkan
muncul dipanggung sejarah Nusantara, ketika perjalanan ke Maluku untuk mencari rempah-
pada abad ke 14 balatentara majapahit rempah tidak Cuma pelaut pribumi tetapi juga
melakukan ekspedisi kearah timur sampai ke pedagang dari Arab, Melayu, Jawa dan Cina.

Jurnal Ilmiah Mandala Education 274


JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2017

Bandar bima pada zaman dulu merupakan (penasehat) kesultanan. berkembangnya


pelabuhan transito sebagai penghubung Bandar Bima maupun Kesultanan Bima
jaringan jalur perdagangan nusantara untuk menjadi bertmbahnya homogenitas
menyediakan kebutuhan atau perbekalan bagi penduduknya semakin tinggi. Di Bima
kapal-kapal untuk berlayar ke tempat tujuan”. pedagang dari berbagai daerah dan berbagai
Wawancara dengan H. Hamzah Pensiunan PT bangsa diantaranya tinggal menetap dan
PELINDO CABANG BIMA pada tanggal 10 membangun perkampungan menurut
April 2017. kelompok etnis maupun profesi. Nama-nama
Peranan Bandar Bima dalam kehidupan kampung seperti "Kampung Bugis, Kampung
Bidang Sosial, Budaya pang Cina. dan Kampung Wolanda".
Sebagai daerah penghubung antara wilayah Meskipun data ini keadaan abad ke-19 ada
nusantara bagian barat dengan bagian timur, kemungkinan bahwa penduduk Bima sudah
semakin lama bandar Bima semakin ramai, mulai berlangsung sejak abad ke-18.
semula hubungan ini dalam bidang Wawancara dengan bapak Jamaluddin tokoh
perdagngan, tetapi lama kelamaan menjadi masyarakat Melayu pada tanggal 11 April
jauh dari itu ialah menyebabkan adanya 2017
hubungan aktivitas sosial budaya dan agama. Bidang Ekonomi
Pedagang dari luar memasuki untuk Potensi alam yang berkaitan dengan
berdagang. Namun banyak diantara mereka perkembangan aktivitas bandar Bima atau
menetap, bahkan mendirikan perkampungang pelabuhan di karenakan hasil alam bernilai
baru terutama dipinggiran pantai atau di ekonomi diangkut keluar melalui pelabuhan.
sekitar bandar bima, misalnya di bima yang Di daerah ini memiliki potensi alam yang
terkenal dengan kampung melayu yang oleh berpengaruh langsung terhadap aktivitas
masyarakat setempat disebut Melayu dan bandar bima. Produk yang dimaksud adalah
memang kenyataannya bahwa masyarakat di komoditi dagang yang laku diluar pulau.
kampung ini adalah sebagian pedagang dan Pertumbuhan ekonomi suatu daerah diikuti
sebagian penyiar agama (Mubalig) yang oleh suatu perdagangan yang terkait langsung
dikirim oleh Raja Gowa pada tahun 1620 dengan pertumbuhan pelayaran. Komoditi itu
yakni Datuk Di Tiro dan Datuk Ri Bandang. meliputi produk dari sektor perdagangangn,
Kedua tokoh ini dikenal sebagai gurunya pertanian, peternakan, perikanan yang
masyarakat Bima, sehingga oleh sultan diahasilkan oleh daerah sekitar (hinterland),
Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682) namun perlu dikemukan peran masyarakat
menganugerahkan sebidang tanah menjadi sangat penting dalam menunjukan aktivitas
perkampungan orang Melayu disekitar bandar bima.
Bandar bima. Begitu pula orang-orang Kondisi masyarakat, secara umum aktivitas
Melayu diberi hak istimewa dan tidak dalam pemerintahan dan ekonomi daerah bima
perdagangan di Bandar Bima menjadi bagian terpusat diwilayah kota yang letaknya dengan
dari perkembangan kebudayaan Melayu dan bandar atau pelabuhan, secara tidak langsung
bagian dari umat Islam, yaitu sebuah kebutuhan masyarakat sangat bergantung
komunitas yang jelas ada jaringan disektor maritim, terutama dibidang jasa dalam
perdagangan yang dikenalnya selama itu. ini hal ekspor-impor komoditas peternakan dan
muncul sebagai Kerajaan Islam (Kesultanan pertanian serta jasa angkutan. Wawancara
Bima), ulama dan mubaligh Islam dari dengan bapak Jamaluddin tokoh masyarakat
berbagai daerah seperti, Syeh Omar Al Melayu pada tanggal 11 April 2017
Bantami, ulama Arab yang datang Ri Bidang Politik
Bandang dan Datuk Ri Tiro masing-masing Mengantisipasi dominasi perdagangan Arab
berasal dan Aceh yang datang dari Makassar, dan Cina pemerintah Hindia Belanda
Kadhi Syeh Umar Bamahsun, keduanya dari menerapkan monopoli perdagangan dengan
Arab. Mereka untuk menyebarkan agama menetapkan biaya pajak yang tinggo bagi
Islam atau karena sengaja menjadi guru kapal-kapal yang singgah dipelabuhan bima.
Sultan dan keluarga, kemudian mufti Kebijakan tersebut berdampak pada jumlah

Jurnal Ilmiah Mandala Education 275


JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2017

kapal yang singgah berkurang. Akibatnya Maluku. sebaliknya Bima dan daerah
mereka bisa menguasai komoditi daerah sekitarnya juga menghasilkan komoditi
tersebut, untuk barter kopi dan kopra yang perdagangan yang sangat dibutuhkan baik
laku di Eropa. Secara tidak langsung oleh pedagang dari dalam maupun dari luar,
kebijakan ini mengarahkan pedagang Arab seperti beras, kayu sapang (kayu dye dan
dan Cina untuk mendapatkan kopi dan kopra kayu cendana dan lain-lain). Meningkatnya
langsung ke tempat produksi untuk di jual aktivitas perdagangan di Bandar Bima, telah
kembali kepada Belanda. Dalam hal ini mendorong VOC untuk melakukan upaya
Belanda berperan sebagai agen pengumpul monopoli perdagangan di Bandar Bima
perdagangan mereka tidak perlu lagi dengan cara melakukan perjanjian atau
berhubungan langsung dengan masyarakat kontrak dengan Sultan Bima. Praktek
sehingga menghemat ongkos produksi yang monopoli perdagangan oleh VOC
gunanya meningkatkan keuntungan mereka. menyebabkan kemunduran perdagangan di
Wawancara dengan Ruma Deo (Bapak Bandar Bima. Hal ini mengundang reaksi
Nurdin) pada tanggal 11 April 2017. dari Sultan Hasanuddin Muhammad Syah
Kesimpulan (1696-1731) untuk membuat peraturan yang
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat di lebih dikenal Hukum Bicara Undang-
simpulkan bahwa: Undang Bandar Bima yang mengatur
1. Munculnya Bandar Bima dilatar belakangi perdagangan dan peraturan beacukai
oleh berbagai faktor, antara lain ; pertama, perdagangan dalam Bandar Bima.
letak geografisnya yang berada pada posisi 3. Bandar Bima berfungsi sebagai tempat
strategis yakni pada jalur pelayaran dan singgah dan tempat aktivitas perdagangan.
perdagangan di Nusantara. Hal ini Fungsi yang demikian telah mendorong
berkaitan dengan teori yang mengatakan tumbuh dan berkembangnya Kesultanan
bahwa jalur menentukan munculnya Bima, baik dalam bidang sosial, budaya,
pelabuhan (bandar) atau pelabuhan ekonomi maupun politik,. Dalam bidang
menentukan jalur pelayaran. Kedua, ekonomi dampak perdagangan yang
keadaan pantai Bima sehingga berlangsung dalam Bandar Bima
memungkinkan penduduknya turun ke laut memberikan pendapatan buat Kesultanan
dan lebih bergairah untuk mencari Bima baik dari pajak perdagangan maupun
hubungan keluar melalui laut yang tentu pajak bandar (pelabuhan). Dalam bidang
hubungan ini memerlukan bandar. politik dan keamanan, Bandar Bima
Terbentuknya bandar tidak terlepas dari dijadikan basis pertahanan untuk menangkal
sejarah terbentuknya Kerajaan Bima yang musuh dari arah laut. Dalam bidang sosial
diperkirakan sudah ada sejak ke-14. budaya, Bandar Bima yang merupakan
Namun baru pada abad ke-16 sampai akhir tempat interaksi dari masyarakat dari
abad 18 menjadi bandar niaga yang ramai berbagai macam. kelompok sosial, baik
didatangi oleh para pedagang dari berbagai karna perbedaan ras, etnik, bahasa, maupun
daerah. Pada akhir abad ke-17 dan awal profesi sekaligus juga menjalankan fungsi
abad ke-18, kuantitas pedagang yang pertukaran informasi dan simbol-simbol
datang di Bandar Bima mulai menurun budaya yang menyertainya.
akibat monopoli perdagangan yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan oleh Kompeni (VOC). Abdullah, Ahmad, 1995. Kerajaan Bima dan
2. Posisi Bandar Bima yang sangat strategi keberadaannya, Bima : Yayasan
pada masa pelayaran dan perdagangan di Paguyuban La Mbila.
Nusantara telah mendorong tumbuh dan Abdullah Tajib, BA. 1995. Sejarah Bima Dana
berkembang Bandar Bima, menjadi bandar Mbojo. PT Harapan Masa (PGRI)
yang ramai didatangi oleh para pedagang Abdullah, Taufik dan Abdurrahman
dari berbagai daerah dan berbagai bangsa Surjomiharjo, 1985. Ilmu sejarah dan
sehingga Bandar Bima merupakan pusat historiografi, Jakarta : Gramedia.
perniagaan di jalur selatan dari Malaka ke Alan Malingi dan M. Hilir Ismail. 2010.

Jurnal Ilmiah Mandala Education 276


JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN 2442-9511 April 2017

Sejarah Kesultana Bima Dompu. Selat Madura (Abad XVII sampai medio
Mataram: Mahani Persada. abad XIX) Diseratsi. Yogyakarta.
Arsip Pelindo III Cabang Kota Bima Kartadarmadja, (Editor), 1977. Sejarah daerah
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Nusa Tenggara Barat, Jakarta
Suatu Pendekatan Yang Peraktik. Departemen Pendidikan dan
Jakarta: Rineka Cipta. Kebudayaan.
Brouwer, M.A.W. 1984. Sejarah filsafat barat La Malihu, 1998. Buton dan Tradisi Maritim :
modern dan sejaman, Bandung Alumni. Kajian tentang pelayaran Tradisional di
Corteseo, Armando, 1944. The sumo oriental Buton Timur, Tesis Magister (S2).
of Tomi Pires, London : Hakluyt Jakarta : Program Study Ilmu Sejarah
Society. PPS UI.
Cahambert -Loir, Henri, 1982. Sumber melayu Lawalata, A. Carel, 1981. Pelabuhan dan
sejarah Bima, dalam citra masyarakat Pelayaran Niaga, Jakarta : Aksara Baru.
Indonesia , Jakarta : Sinar Harapan. Miles, Matthew. B & Hubermen, A Michael.
1985. Syair Kerajaan Bima (Naskah dan 2009. Analisis Data Kualitatif. UI Pres
dokumen nusantara III), Jakarta- Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian
Bandung : EFEO- Kualitatif. Bandung Remaja Rosdakarya
Chambert-Loir, Henri dan Maryam R. Sutopo, H.B.2006. Metode Penelitian
Salahuddin, 2000. Bo'sangaji, kai Kualitatif. UNS Press.
Catatan Kerajaan Bima, Jakarta : Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Yayasan Obor Indonesia . EFEO. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Djoko, Suryo, 1988. Pertumbuhan kota-kota
pantai di Nusantara, Makalah pads
seminar maritim se Indonesia di Ujung
Pandang.
Handayani, Usri (Editor), 1997. Peninggalan
sejarah dan kepurbakalaan, Proyek
Pembinaan Permeseuman NTB.
Haris, Tawalinuddin, 1997. Kerajaan
Tradisional di Indonesia : Bima, Jakarta
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia .
Gideon, Syobeng, 1962. Kota-kota pantai di

Jurnal Ilmiah Mandala Education 277

Anda mungkin juga menyukai