Makalah Spiritualitas CB
Makalah Spiritualitas CB
Disusun Oleh :
Kelompok 3
TAHUN 2023
MAKALAH SPIRITUALITAS CB
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 3
TAHUN 2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu untuk Mata Kuliah Spiritualitas CB.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut serta dalam penyusunan
makalah ini. Banyak hal yang ingin disampaikan kepada pembaca dalam Makalah tentang
“Hormat Pada Martabat Manusia”.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Dengan
demikian, kritik dan saran sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan makalah
selanjutnya, sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh baik dari jurnal maupun dari
sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Kami mohon
maaf apabila ada kesalahan tulisan ataupun kata-kata.
Kelompok 3
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.3 TUJUAN......................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah basyar teristimewa yang diciptakan Allah (Kej waduk menayang:26-
27). Ia dikaruniai pikiran kebijaksanaan, spirit emosi dan interes prei yang
membedakannya tambah bentukan Allah yang lain. Dengan begitu pribadi bisa “swapraja
tangkai tangkur-tangkur di teluk dan pelir-pelir di udara dan tangkai segala fauna yang
menyulur di bumi’ (Kej wadukmenayang:26). Tapi lebih berpangkal itu semua, pribadi
harus mampu bertanggung sambut tangkai setiap tindakannya serupa imago Dei (Sardono
et al., 2021). Manusia adalah konsepsi Allah di kosmos. Halnya membeberkan betapa
nilai pribadi sangat mulia di tangkai bentukan yang lain. Martabat pribadi yang sangat
mulia dan luhur ini ambang gilirannya meminta pribadi ambang apresiasi terhadap
kesibukan sesamanya (Masut and Cancang, 2021). Bahwa sesama adalah dia yang harus
dihargai kehidupannya karena dirinya juga adalah imago Dei. Namun, fakta yang
seringkali kelahirannya tempo ini memperlihatkan bahwa nilai pribadi yang seharusnya
dihargai justru dilecehkan.
Manusia serupa Citra Allah Kitab Suci Perjanjian Lama menjelaskan bahwa Allah
mengarang pribadi menerima refleksi dan ragam Allah (Kej wadukmenayang:26-27). Ia
dipanggil dan dilahirkan pulih berperan anak-anak Allah dan lusa bersama-Nya bagian
dalam kelanggengan karena pribadi adalah bentukan yang memiki kekuatan dan nilai
yang istimewa (KWI, 1996). Dengan menuturkan pribadi serupa konsepsi Allah, halnya
mengeluarkan bahwa pribadi dipanggil mewakili Almalik kepada meluaskan segala
keupayaan yang kerendam bagian dalam bentukan ini sejiwa tambah interes-Nya, kepada
melayani-Nya, mencintai-Nya, dan kepada menyampaikan serata bentukan menjelang-
Nya (KGK 358). Karena itu, oleh Allah pribadi ditetapkan serupa kamu tangkai semua
basyar di kosmos ini, kepada menguasainya demi menjunjung tinggi jati diri Allah.
Dengan celotehan lain, serupa konsepsi Allah pribadi berperan buah mata bentukan-Nya.
Dalam Gaudium et Spes poin mengenai nilai pribadi direfleksikan secara mendalam.
Gaudium et Spes potongan wadukmenayang mengesahkan bahwa pribadi secara quod est
1
adalah mahkluk yang diciptakan menerima refleksi Allah. Diciptakan menerima refleksi
Allah bermakna pribadi secara kodrati mempunyai nilai yang secara ekuivalen arah-arah
tambah Allah. Gaudium et Spes 14-15 memusatkan kemampuan pribadi serupa refleksi
Allah mempunyai orkes tangan dan roh di mana roh memuat tangan gelora dan keinginan
kepada mengatualisasikan dan meralisasikan dirinya.
Sebagai refleksi Allah pribadi memeluk kepercayaan secara ciri gambaran nyala
kebijaksanaan ilahi yang mengemong pikiran kebijaksanaan pribadi menjelang kenyataan
dan kebijaksanaan (Padabang and Bambang, 2021). Dalam denah itu, pribadi tidak boleh
melanyak bagian jasmaniahnya karena melaui bagian itulah roh menjalankan sekaliannya
ide-idenya terhitung menjunjung tinggi Allah penciptanya. Menarik bahwa bagian dalam
poin mengenai nilai diktum pribadi serupa refleksi Allah, dokumen Gaudium et Spes
tepatnya ambang butir 12 menambahkan imaji relasional serupa kekhilafan tunggal
anggota tumpuan kemampuan pribadi. Dikatakan, “lunas jiwa bergerak menakhlikkan
bentuk perdana perhimpunan antar diktum keterangan berpangkal kodratnya yang
terdalam pribadi bersifat sosial.” Poin ini didasarkan ambang pustaka Kejadian
wadukmenayang:27 bahwa di bagian dalam rakitan Allah tidak mengarang pribadi
seorang jasad melainakan, “Ia mengarang bergerak laki-kaki dan wanita.” Hal surah yang
tentunya butuh disampaikan bahwa pribadi sepantar refleksi Allah ialah basyar yang
relasional.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Martabat manusia
Pada (Kejadian 1:27) yang berbunyi “Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakannya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka.”
a. Menurut citra Allah
4
Menurut Kitab suci menyatakan bahwa manusia adalah bagian
integral dari dunia. Ia terletak di antara semua makhluk hidup lainnya dan
hidup dalam berbagai hubungan dan ikatan dengan makhluk hidup lain di
sekitarnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk
istimewa yang mewakili puncak dan pusat segala ciptaan serta mempunyai
hubungan khusus dengan Sang Pencipta. Sejak saat pembuahan, manusia
ditakdirkan untuk mendapatkan kebahagiaan abadi bersama Penciptanya.
Manusia mempunyai martabat sebagai individu karena mereka
diciptakan menurut gambar Allah. Dia adalah seseorang, bukan sesuatu. Ia
mengenal dirinya sendiri, mengetahui bahwa ia adalah tuan bagi dirinya
sendiri, mampu menawarkan dirinya dengan bebas dan hidup dalam
persekutuan dengan orang lain. Dan atas karunia Tuhan, dia dipanggil ke
dalam perjanjian dengan Sang Pencipta untuk memberikan jawaban iman
dan cinta.
Dasar martabat manusia tersebut adalah manusia sebagai citra Allah yang
memiliki akal budi, jiwa raga, hati nurani, dan kebebasan. Kitab Suci Perjanjian Lama
mengisahkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa
Allah (Kej 1:26-27).
Human dignity Cara menghormati martabat manusia dengan segala nilai dan
keunikan yang dimiliki pada setiap individu atau kelompok. Perawat dalam
melaksanakan tugas asuhan keperawatan, meletakkan seorang pasien pada saat
5
melakukan tindakan perlu memerhatikan hak-hak yang harus dihormati sebagai
seorang manusia.
Sikap Human dignity Melindungi hak individu untuk privacy.
Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginan mereka untuk
diperlakukan. Menjaga kerahasiaan klien dan teman sejawat.
6
Seorang perawat memiliki kapasitas dan kebebasan untuk memilih
kegiatan termasuk percaya diri, memilih kegiatan termasuk percaya diri,
memiliki kebebasan berharap (harapan), berdisiplin serta kebebasan dalam
oengarahan diri sendiri sebagai seorang perawat professional. Tentu saja hal
itu tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dan kode etik
keperawatan.
5. Human dignity (martabat manusia)
Dalam praktik keperawatan, hal tersebut berhubungan erat dengan
penghargaan yang melekat terhadap martabat pasien yang dirawat oleh
seorang perawat sebagai individu, termasuk di dalamnya hal-hal yang
berkaitan dengan kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan matang dalam
mengambil tindakan keperawatan, dan penghargaan setinggi-tingginya
terhadap kepercayaan pasien dan masyarakat luas.
6. Justice (keadilan)
Dalam praktik keperawatan, keadilan disini tidak hanya dirasakan oleh
perawat, tetapi juga dirasakan pasien, termasuk juga oleh perawat, tetapi juga
dirasakan pasien, termasuk juga oleh rumah sakit (institusi yang menaungi
perawat atau tempat ia bekerja dan menjalankan profesinya sebagai perawat).
Keadilan diimplementasikan dengan cara menjunjung tinggi moral dan
prinsip-prinsip legal termasuk objektivitas, moralitas, integritas, dorongan dan
keadilan serta kewajaran dalam menjalankan praktik keperawatan.
7. Truth (kebenaran)
Menerima kenyataan dan realitas yang ada, termasuk akuntabilitas,
kejujuran, dan kenunikan.
Dalam spiritual CB, Bersama Bunda Elisabeth Gruyters, hati kita tersentuh oleh
penderitaan dan kesesakan hidup dari banyak orang. Dengan digerakkan oleh
keinginan 'Buatlah aku cakap dalam pengabaianMu", kita mewujudkan Pengabdian
kepada Allah berlandaskan pada delapan unsur pokok yang menjadi prinsip panduan
dalam pelayanan Kesehatan. Unsur-unsur pokok tersebut adalah sebagai berikut:
1. Iman yang dalam.
2. Cinta kasih tanpa syarat dan berbelarasa.
7
3.Hormat terhadap hidup dan martabat manusia.
4. Keberpihakan pada yang miskin, tersisih, berkesesakan hidup dan menderita
karena ketidak-adilan.
5. Ketulusan hati.
6. Kerelaan berkorban demi sesame yang dilayani.
7. Ketangguhan dan ketegaran dalam menanggapi tantangan zaman.
8. Makna penderitaan.
Guiding principle Carolus Boromeus adalah tentang keimanan yang dalam dalam
praktik keperawatan. Salah satu contoh konkret dari nilai iman yang dalam dalam
praktik keperawatan adalah ketika seorang perawat menghadapi situasi yang sangat
sulit, seperti merawat pasien dengan penyakit terminal atau menghadapi kegagalan
dalam upaya menyelamatkan nyawa pasien.
Dalam situasi-situasi seperti ini, perawat yang memiliki nilai iman yang dalam
mungkin akan menunjukkan beberapa perilaku dan sikap sebagai contoh konkret dari
prinsip ini:
1. Empati dan Kehadiran: Perawat yang memiliki nilai iman yang dalam
akan tetap hadir secara emosional dan memberikan dukungan yang tak
tergantikan kepada pasien dan keluarganya. Mereka akan mendengarkan dengan
sabar, mengerti rasa takut dan kecemasan pasien, dan mencoba untuk
meringankan penderitaan mereka. sebaik mungkin.
8
sulit. Mereka akan tetap berkomitmen untuk memberikan perawatan yang
terbaik. meskipun menghadapi kegagalan atau situasi yang penuh tantangan.
5. Kerja Sama Tim: Perawat yang memiliki nilai iman yang dalam
mungkin akan berkontribusi positif dalam tim perawatan. Mereka akan bekerja
sama dengan tim medis dan berkolaborasi dengan baik untuk mencapai hasil
terbaik bagi pasien.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Martabat manusia adalah harga diri kedudukan manusia di muka bumi yaitu sebagai
makhuk ciptaan Allah yang paling sempurna dan derajatnya lebih tinggi daripada makhluk
yang lain. Martabat manusia yang paling sempurna dan lebih tinggi disebabkan karena
manusia diberi akal dan hati nurani oleh Allah.
Tanggung jawab manusia adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia
karena kemampuannya dan martabat manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan
lebih tinggi adalah sebagai anak anak Tuhan di muka bumi. Sebagai anak Tuhan, tugas utama
manusia adalah beribadah kepada Allah, menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Sebagai anak Allah manusia memiliki tugas sebagai pemimpin, wakil Allah di muka
bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
3.2 SARAN
Martabat manusia adalah kedudukan manusia di muka bumi sebagai makhluk yang
paling sempurna dan lebih tinggi derajatnya. Tanggung jawab manusia adalah sebagai anak
anak Tuhan di muka bumi. Oleh karena itu, disarankan kepada semua manusia yang
beragama untuk menjaga martabatnya dan melaksanakan segala tanggung jawabnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Masut, V. R., Barut, M. C. P. N., Muwa, F., & Budi, A. S. (2022). Tinjauan Gaudium Et Spes
Tentang Martabat Manusia Dalam Kasus Terorisme. Jurnal Masalah Pastoral, 10(2),
99–110. https://doi.org/10.60011/jumpa.v10i2.72
Pranowo, Y. (2023). Kepentingan Diri dan Martabat Manusia. Focus, 4(1), 81–92.
https://doi.org/10.26593/focus.v4i1.6705
11