Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SPIRITUALITAS CB

“HORMAT PADA MARTABAT MANUSIA”

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Aknes Alua (202223003)

Angelica Alodia (202223005)

Lidia Eka Lawa (202223027)

Maria Goretti Tira (202223031)

Mariya Astuti Suheni (202223033)

Merlince Selegani (202223034)

Nasa Abel Christina (202223036)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

TAHUN 2023
MAKALAH SPIRITUALITAS CB

“HORMAT PADA MARTABAT MANUSIA”

Dosen Pengampu :

Sr. Lucilla Suparmi CB

Elisabet Herlina Suminarhati, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Tugas ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Spiritualitas CB

yang berjudul : Hormat Pada Martabat Manusia

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

TAHUN 2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu untuk Mata Kuliah Spiritualitas CB.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut serta dalam penyusunan
makalah ini. Banyak hal yang ingin disampaikan kepada pembaca dalam Makalah tentang
“Hormat Pada Martabat Manusia”.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Dengan
demikian, kritik dan saran sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan makalah
selanjutnya, sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh baik dari jurnal maupun dari
sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Kami mohon
maaf apabila ada kesalahan tulisan ataupun kata-kata.

Yogyakarta, 7 Desember 2023

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG MARTABAT MANUSIA........................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................3

1.3 TUJUAN......................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN........................................................................................................................4

2.1 DEFINISI MARTABAT MANUSIA............................................................................4

2.2 DASAR MARTABAT MANUSIA...............................................................................5

2.3 FUNGSI MARTABAT MANUSIA..............................................................................5

2.4 SIKAP MENGAHARGAI MARTABAT MANUSIA (HUMAN DIGNITY)..............5

2.5 NILAI FUNDAMENTAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN.............................6

2.6 (8) NILAI NILAI POKOK CB.....................................................................................7

2.7 CONTOH KONKRET DALAM IMAN......................................................................8

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MARTABAT MANUSIA

Manusia adalah basyar teristimewa yang diciptakan Allah (Kej waduk menayang:26-
27). Ia dikaruniai pikiran kebijaksanaan, spirit emosi dan interes prei yang
membedakannya tambah bentukan Allah yang lain. Dengan begitu pribadi bisa “swapraja
tangkai tangkur-tangkur di teluk dan pelir-pelir di udara dan tangkai segala fauna yang
menyulur di bumi’ (Kej wadukmenayang:26). Tapi lebih berpangkal itu semua, pribadi
harus mampu bertanggung sambut tangkai setiap tindakannya serupa imago Dei (Sardono
et al., 2021). Manusia adalah konsepsi Allah di kosmos. Halnya membeberkan betapa
nilai pribadi sangat mulia di tangkai bentukan yang lain. Martabat pribadi yang sangat
mulia dan luhur ini ambang gilirannya meminta pribadi ambang apresiasi terhadap
kesibukan sesamanya (Masut and Cancang, 2021). Bahwa sesama adalah dia yang harus
dihargai kehidupannya karena dirinya juga adalah imago Dei. Namun, fakta yang
seringkali kelahirannya tempo ini memperlihatkan bahwa nilai pribadi yang seharusnya
dihargai justru dilecehkan.

Manusia serupa Citra Allah Kitab Suci Perjanjian Lama menjelaskan bahwa Allah
mengarang pribadi menerima refleksi dan ragam Allah (Kej wadukmenayang:26-27). Ia
dipanggil dan dilahirkan pulih berperan anak-anak Allah dan lusa bersama-Nya bagian
dalam kelanggengan karena pribadi adalah bentukan yang memiki kekuatan dan nilai
yang istimewa (KWI, 1996). Dengan menuturkan pribadi serupa konsepsi Allah, halnya
mengeluarkan bahwa pribadi dipanggil mewakili Almalik kepada meluaskan segala
keupayaan yang kerendam bagian dalam bentukan ini sejiwa tambah interes-Nya, kepada
melayani-Nya, mencintai-Nya, dan kepada menyampaikan serata bentukan menjelang-
Nya (KGK 358). Karena itu, oleh Allah pribadi ditetapkan serupa kamu tangkai semua
basyar di kosmos ini, kepada menguasainya demi menjunjung tinggi jati diri Allah.
Dengan celotehan lain, serupa konsepsi Allah pribadi berperan buah mata bentukan-Nya.
Dalam Gaudium et Spes poin mengenai nilai pribadi direfleksikan secara mendalam.
Gaudium et Spes potongan wadukmenayang mengesahkan bahwa pribadi secara quod est

1
adalah mahkluk yang diciptakan menerima refleksi Allah. Diciptakan menerima refleksi
Allah bermakna pribadi secara kodrati mempunyai nilai yang secara ekuivalen arah-arah
tambah Allah. Gaudium et Spes 14-15 memusatkan kemampuan pribadi serupa refleksi
Allah mempunyai orkes tangan dan roh di mana roh memuat tangan gelora dan keinginan
kepada mengatualisasikan dan meralisasikan dirinya.

Sebagai refleksi Allah pribadi memeluk kepercayaan secara ciri gambaran nyala
kebijaksanaan ilahi yang mengemong pikiran kebijaksanaan pribadi menjelang kenyataan
dan kebijaksanaan (Padabang and Bambang, 2021). Dalam denah itu, pribadi tidak boleh
melanyak bagian jasmaniahnya karena melaui bagian itulah roh menjalankan sekaliannya
ide-idenya terhitung menjunjung tinggi Allah penciptanya. Menarik bahwa bagian dalam
poin mengenai nilai diktum pribadi serupa refleksi Allah, dokumen Gaudium et Spes
tepatnya ambang butir 12 menambahkan imaji relasional serupa kekhilafan tunggal
anggota tumpuan kemampuan pribadi. Dikatakan, “lunas jiwa bergerak menakhlikkan
bentuk perdana perhimpunan antar diktum keterangan berpangkal kodratnya yang
terdalam pribadi bersifat sosial.” Poin ini didasarkan ambang pustaka Kejadian
wadukmenayang:27 bahwa di bagian dalam rakitan Allah tidak mengarang pribadi
seorang jasad melainakan, “Ia mengarang bergerak laki-kaki dan wanita.” Hal surah yang
tentunya butuh disampaikan bahwa pribadi sepantar refleksi Allah ialah basyar yang
relasional.

Berdasarkan sejumlah ponten yang dijelaskan di tangkai khatam keharusan jika


penyerangan terorisme sangat diskrepansi tambah pedoman nilai pribadi yang dijelaskan
bagian dalam Gaudium et Spes. Aksi atau langkah terorisme ambang dasarnya berpotensi
ambang langkah pembunuhan. Maka in se langkah terorisme menyerang hakekat pribadi
serupa refleksi Allah. Pertautannya ialah penyerangan atau langkah terorisme itu tidak
mengabdi ideal jiwa dan kemampuan pribadi (bagian dan roh). Selain itu, penyerangan
terorisme juga mendaga kemampuan pribadi serupa mahkluk relasional. Karenanya,
tambah penyerangan terorisme, langkah tertera sangat kategoris bertelingkah tambah nilai
pribadi serupa konsepsi Allah.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu martabat manusia menurut kitab suci dan umum?


2. Bagaimana sikap menghargai martabat manusia ?
3. Apa saja contoh konkret dalam iman seseorang ?
4. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam pokok CB ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana dasar martabat manusia


2. Agar dapat menerapkan menghargai martabat setiap manusia
3. Mengetahui nilai-nilai baik dalam iman setiap orang

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MARTABAT MANUSIA

2.1.1 Secara Umum


Definisi dari martabat adalah harga diri dan kemanusiaan, yang
meliputi Hak Asasi Manusia (HAM). Masyarakat dapat menjaga harkat dan
martabatnya sesuai dengan hak asasinya, apalagi dihormati orang lain
merupakan kebutuhan dasar manusia. Dengan begitu, manusia merasa
memiliki harga diri. Manusia mempunyai harkat dan martabat yang berarti
berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Hal ini menjadi bukti bahwa manusia
memang merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Martabat manusia merupakan konsep etis yang mendasari hidup
berdampingan dalam masyarakat multikultural. Menurut Jan Materson
martabat manusia adalah manusia harus menggunakan hak asasinya untuk
menjaga martabatnya. Tanpa hak asasi manusia tidak dapat hidup sebagai
manusia. Dari pengertian harkat dan martabat di atas, kita dapat melihat
bahwa setiap orang mempunyai kewajiban dan hak untuk menjaga harkat dan
martabatnya.
2.1.2 Menurut Kitab Suci

Gereja Katolik mempunyai keyakinan yang mendalam terhadap martabat


yang melekat pada setiap manusia, yang berakar pada tradisi dan ajaran Gereja
sendiri. Menurut ajaran Katolik, setiap orang diciptakan segambar dengan Tuhan
dan mempunyai nilai unik yang melekat pada dirinya dan tidak dapat dikurangi
oleh faktor lain seperti status sosial atau kemampuan fisik.

1. Martabat manusia
Pada (Kejadian 1:27) yang berbunyi “Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakannya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka.”
a. Menurut citra Allah

4
Menurut Kitab suci menyatakan bahwa manusia adalah bagian
integral dari dunia. Ia terletak di antara semua makhluk hidup lainnya dan
hidup dalam berbagai hubungan dan ikatan dengan makhluk hidup lain di
sekitarnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk
istimewa yang mewakili puncak dan pusat segala ciptaan serta mempunyai
hubungan khusus dengan Sang Pencipta. Sejak saat pembuahan, manusia
ditakdirkan untuk mendapatkan kebahagiaan abadi bersama Penciptanya.
Manusia mempunyai martabat sebagai individu karena mereka
diciptakan menurut gambar Allah. Dia adalah seseorang, bukan sesuatu. Ia
mengenal dirinya sendiri, mengetahui bahwa ia adalah tuan bagi dirinya
sendiri, mampu menawarkan dirinya dengan bebas dan hidup dalam
persekutuan dengan orang lain. Dan atas karunia Tuhan, dia dipanggil ke
dalam perjanjian dengan Sang Pencipta untuk memberikan jawaban iman
dan cinta.

2.2 DASAR MARTABAT MANUSIA

Dasar martabat manusia tersebut adalah manusia sebagai citra Allah yang
memiliki akal budi, jiwa raga, hati nurani, dan kebebasan. Kitab Suci Perjanjian Lama
mengisahkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa
Allah (Kej 1:26-27).

2.3 FUNGSI MARTABAT MANUSIA

Martabat manusia sangat penting perannya dalam berbagai bidang kehidupan


karena menjadi dasar filosofis dari hak manusiawi, membedakan manusia dari ciptaan
lainnya, menggaris bahawi keunikan manusia dibandingkan dengan ciptaan lainnya
dan menjadi dasar bagi kesamaan antar manusia.

2.4 SIKAP MENGAHARGAI MARTABAT MANUSIA (HUMAN DIGNITY)

Human dignity Cara menghormati martabat manusia dengan segala nilai dan
keunikan yang dimiliki pada setiap individu atau kelompok. Perawat dalam
melaksanakan tugas asuhan keperawatan, meletakkan seorang pasien pada saat

5
melakukan tindakan perlu memerhatikan hak-hak yang harus dihormati sebagai
seorang manusia.
Sikap Human dignity Melindungi hak individu untuk privacy.
Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginan mereka untuk
diperlakukan. Menjaga kerahasiaan klien dan teman sejawat.

2.5 NILAI FUNDAMENTAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Nilai profesional dalam keperawatan yang paling fundamental adalah perawatan


(pemberian asuhan keperawatan). Perlindungan atau advokasi terhadap pasien juga
berkembang sebagai nilai keperawatan primer. Menurut The American Association
Colleges of Nursing nilai-nilai fundamental dalam praktik keperawatan professional
atau kehidupan professional seorang perawat adalah sebagai berikut:
1. Aesthetics (keindahan)
Seorang perawat dapat memberikan kepuasan terhadap pasien dalam
pelayanan kesehatannya, termasuk juga memberikan penghargaan kepada
pasien, kreativitas keperawatan dengan keahlian dan keterampilan yang
sangat mumpuni, imajinasi, sensitivitas, dan kepedulian terhadapa kesehatan
pasien yang dirawatnya.
2. Altruism (mengutamakan orang lain)
Seorang perawat memiliki kesediaan untuk selalu memperhatikan
kesejahteraan dan kesembuhan seorang pasien yang dirawatnya dari keluhan
atau penyakit yang dideritanya. Dalam konteks ini, profesi keperawatan
menekankan komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta
ketekunan seorang perawat demi kepentingan pasien.
3. Equality (kesetaraan)
Dalam dunia keperawatan, seorang perawat sebenarnya memiliki hak
atau status yang sama dengan tenaga-tenaga medis lainnya. Persamaan itu
terletaj dalam statusnya sebagai pelayan kesehatan bagi masyarakat, meskipun
keahlian dan kompetensinya jelas tidak sama. Persamaan itu juga terletak
dalam penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri, dan toleransi.
4. Freedom (kebebasan)

6
Seorang perawat memiliki kapasitas dan kebebasan untuk memilih
kegiatan termasuk percaya diri, memilih kegiatan termasuk percaya diri,
memiliki kebebasan berharap (harapan), berdisiplin serta kebebasan dalam
oengarahan diri sendiri sebagai seorang perawat professional. Tentu saja hal
itu tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dan kode etik
keperawatan.
5. Human dignity (martabat manusia)
Dalam praktik keperawatan, hal tersebut berhubungan erat dengan
penghargaan yang melekat terhadap martabat pasien yang dirawat oleh
seorang perawat sebagai individu, termasuk di dalamnya hal-hal yang
berkaitan dengan kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan matang dalam
mengambil tindakan keperawatan, dan penghargaan setinggi-tingginya
terhadap kepercayaan pasien dan masyarakat luas.
6. Justice (keadilan)
Dalam praktik keperawatan, keadilan disini tidak hanya dirasakan oleh
perawat, tetapi juga dirasakan pasien, termasuk juga oleh perawat, tetapi juga
dirasakan pasien, termasuk juga oleh rumah sakit (institusi yang menaungi
perawat atau tempat ia bekerja dan menjalankan profesinya sebagai perawat).
Keadilan diimplementasikan dengan cara menjunjung tinggi moral dan
prinsip-prinsip legal termasuk objektivitas, moralitas, integritas, dorongan dan
keadilan serta kewajaran dalam menjalankan praktik keperawatan.
7. Truth (kebenaran)
Menerima kenyataan dan realitas yang ada, termasuk akuntabilitas,
kejujuran, dan kenunikan.

2.6 (8) NILAI NILAI POKOK CB

Dalam spiritual CB, Bersama Bunda Elisabeth Gruyters, hati kita tersentuh oleh
penderitaan dan kesesakan hidup dari banyak orang. Dengan digerakkan oleh
keinginan 'Buatlah aku cakap dalam pengabaianMu", kita mewujudkan Pengabdian
kepada Allah berlandaskan pada delapan unsur pokok yang menjadi prinsip panduan
dalam pelayanan Kesehatan. Unsur-unsur pokok tersebut adalah sebagai berikut:
1. Iman yang dalam.
2. Cinta kasih tanpa syarat dan berbelarasa.

7
3.Hormat terhadap hidup dan martabat manusia.
4. Keberpihakan pada yang miskin, tersisih, berkesesakan hidup dan menderita
karena ketidak-adilan.
5. Ketulusan hati.
6. Kerelaan berkorban demi sesame yang dilayani.
7. Ketangguhan dan ketegaran dalam menanggapi tantangan zaman.
8. Makna penderitaan.

2.7 CONTOH KONKRET DALAM IMAN

Guiding principle Carolus Boromeus adalah tentang keimanan yang dalam dalam
praktik keperawatan. Salah satu contoh konkret dari nilai iman yang dalam dalam
praktik keperawatan adalah ketika seorang perawat menghadapi situasi yang sangat
sulit, seperti merawat pasien dengan penyakit terminal atau menghadapi kegagalan
dalam upaya menyelamatkan nyawa pasien.
Dalam situasi-situasi seperti ini, perawat yang memiliki nilai iman yang dalam
mungkin akan menunjukkan beberapa perilaku dan sikap sebagai contoh konkret dari
prinsip ini:
1. Empati dan Kehadiran: Perawat yang memiliki nilai iman yang dalam
akan tetap hadir secara emosional dan memberikan dukungan yang tak
tergantikan kepada pasien dan keluarganya. Mereka akan mendengarkan dengan
sabar, mengerti rasa takut dan kecemasan pasien, dan mencoba untuk
meringankan penderitaan mereka. sebaik mungkin.

2. Etika Profesional: Nilai iman yang dalam dapat mendorong perawat


untuk tetap berpegang pada etika profesional yang tinggi, termasuk menghormati
hak-hak pasien, menjaga privasi mereka, dan memberikan perawatan yang
berfokus pada kesejahteraan pasien.

3. Keberanian dan Keteguhan: Perawat yang memiliki nilai iman yang


dalam mungkin akan menunjukkan keberanian dalam menghadapi situasi yang

8
sulit. Mereka akan tetap berkomitmen untuk memberikan perawatan yang
terbaik. meskipun menghadapi kegagalan atau situasi yang penuh tantangan.

4. Doa dan Dukungan Spiritual: Nilai iman yang dalam dapat


menginspirasi perawat untuk menawarkan dukungan spiritual kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan mereka. Ini bisa berarti
berdoa bersama pasien atau memberikan dukungan dalam ritual atau praktik
spiritual mereka.

5. Kerja Sama Tim: Perawat yang memiliki nilai iman yang dalam
mungkin akan berkontribusi positif dalam tim perawatan. Mereka akan bekerja
sama dengan tim medis dan berkolaborasi dengan baik untuk mencapai hasil
terbaik bagi pasien.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Martabat manusia adalah harga diri kedudukan manusia di muka bumi yaitu sebagai
makhuk ciptaan Allah yang paling sempurna dan derajatnya lebih tinggi daripada makhluk
yang lain. Martabat manusia yang paling sempurna dan lebih tinggi disebabkan karena
manusia diberi akal dan hati nurani oleh Allah.

Tanggung jawab manusia adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia
karena kemampuannya dan martabat manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan
lebih tinggi adalah sebagai anak anak Tuhan di muka bumi. Sebagai anak Tuhan, tugas utama
manusia adalah beribadah kepada Allah, menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Sebagai anak Allah manusia memiliki tugas sebagai pemimpin, wakil Allah di muka
bumi untuk mengelola dan memelihara alam.

3.2 SARAN

Martabat manusia adalah kedudukan manusia di muka bumi sebagai makhluk yang
paling sempurna dan lebih tinggi derajatnya. Tanggung jawab manusia adalah sebagai anak
anak Tuhan di muka bumi. Oleh karena itu, disarankan kepada semua manusia yang
beragama untuk menjaga martabatnya dan melaksanakan segala tanggung jawabnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Masut, V. R., Barut, M. C. P. N., Muwa, F., & Budi, A. S. (2022). Tinjauan Gaudium Et Spes
Tentang Martabat Manusia Dalam Kasus Terorisme. Jurnal Masalah Pastoral, 10(2),
99–110. https://doi.org/10.60011/jumpa.v10i2.72

Pranowo, Y. (2023). Kepentingan Diri dan Martabat Manusia. Focus, 4(1), 81–92.
https://doi.org/10.26593/focus.v4i1.6705

Тарле, Е. В. (1950). No Title Крымская война. 162(August), 274.

11

Anda mungkin juga menyukai