Anda di halaman 1dari 17

PAPER

ACTIVITY BASED MANAGEMENT


MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN

DISUSUN OLEH:
1. FIRDA SEPTINA PUTRI (NIM: 2262206008)
2. NI PUTU VINA ANGGRENI (NIM: 2262206010)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS TRIATMA MULYA

TAHUN 2023/2024
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era bisnis yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat,
perusahaan dihadapkan pada tantangan yang semakin besar dalam mengelola
sumber daya mereka secara efisien, meningkatkan nilai bagi pelanggan, dan
mencapai tujuan keuangan yang optimal. Tekanan dari persaingan global,
perubahan teknologi, dan perubahan preferensi konsumen semakin
memperumit lanskap bisnis, mendorong perusahaan untuk mencari pendekatan
manajemen yang inovatif dan efektif.
Dalam konteks ini, Manajemen Berbasis Aktivitas (Activity Based
Management - ABM) muncul sebagai pendekatan yang penting dan relevan
bagi organisasi. ABM menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk
mengelola aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam organisasi, dengan fokus
pada identifikasi, analisis, dan pengelolaan aktivitas-aktivitas yang
memberikan nilai tambah terbesar.
ABM tidak hanya memungkinkan perusahaan untuk memahami secara
lebih baik bagaimana sumber daya mereka digunakan, tetapi juga membantu
mereka memahami bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut berkontribusi
terhadap pencapaian tujuan keuangan perusahaan. Dengan menerapkan ABM,
perusahaan dapat mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan,
mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien, dan meningkatkan kinerja
keuangan mereka secara keseluruhan.
ABM menjadi alat untuk meningkatkan efisiensi operasional juga
menjadi strategi penting dalam mencapai kinerja keuangan yang optimal.
Melalui pendekatan ini, perusahaan dapat menghadapi tantangan kompleks
dalam bisnis modern dengan lebih baik, sambil mempertahankan daya saing
dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi pelanggan mereka.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaraparan dari latar belakang, terdapat masalah yang
dapat dirumuskan ialah:

2
1. Bagaimana konsep Manajemen Berbasis Aktivitas (ABM) dapat
diterapkan dalam organisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan
kinerja keuangan?
2. Apa saja aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian
aktivitas berdasarkan ukuran keuangan dalam kerangka ABM?
3. Bagaimana pengukuran non-keuangan memengaruhi evaluasi kinerja
dalam konteks aktivitas perusahaan?
4. Bagaimana perhitungan biaya pelanggan berdasarkan aktivitas dapat
membantu dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan?
5. Bagaimana perhitungan biaya pemasok berdasarkan aktivitas dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok perusahaan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah dengan judul Activity Based
Management ialah:

1. Memaparkan konsep Manajemen Berbasis Aktivitas (ABM) dapat


diterapkan dalam organisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan
kinerja keuangan.
2. Mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
penilaian aktivitas berdasarkan ukuran keuangan dalam kerangka ABM.
3. Menjelaskan pengukuran non-keuangan memengaruhi evaluasi kinerja
dalam konteks aktivitas Perusahaan.
4. Mengetahui perhitungan biaya pelanggan berdasarkan aktivitas dapat
membantu dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan
5. Memahami perhitungan biaya pemasok berdasarkan aktivitas dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok perusahaan

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Berdasarkan Aktivitas


1. Definisi ABM

Manajemen Berbasis Aktivitas (ABM) adalah suatu kerangka kerja


manajemen yang menyeluruh, dirancang untuk mengoptimalkan kinerja
organisasi dengan fokus pada aktivitas yang dilakukan di dalamnya.
Pendekatan ini menempatkan penekanan khusus pada pemahaman yang
mendalam tentang berbagai aktivitas yang terjadi dalam organisasi,
dengan tujuan utama meningkatkan nilai bagi pelanggan dan mencapai
profitabilitas yang optimal.

ABM mengintegrasikan konsep Activity Based Costing (ABC)


dalam analisisnya, dimana informasi biaya yang diperoleh dari ABC
digunakan sebagai landasan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan
menganalisis aktivitas yang dilakukan dalam organisasi. Melalui
pemahaman yang lebih baik tentang biaya dan nilai yang terkait dengan
setiap aktivitas, ABM memungkinkan manajemen untuk membuat
keputusan yang lebih tepat dan strategis.

Secara keseluruhan, ABM tidak hanya memberikan pandangan


yang lebih holistik tentang operasi organisasi, tetapi juga membantu
meningkatkan daya saing dan profitabilitas perusahaan dengan
memfokuskan upaya pada aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai
tambah tertinggi bagi pelanggan dan organisasi.

2. Tujuan ABM

Tujuan utama dari Manajemen Berbasis Aktivitas (ABM) adalah


untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan dan mencapai laba yang optimal
melalui pengelolaan aktivitas. Ini mencakup beberapa aspek:

a) Meningkatkan Nilai bagi Pelanggan : ABM memungkinkan


organisasi untuk memahami aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai
tambah tertinggi bagi pelanggan. Dengan fokus pada aktivitas-

4
aktivitas ini, organisasi dapat meningkatkan kualitas produk atau
layanan, memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik, dan
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik.
b) Mencapai Laba yang Optimal : Melalui identifikasi dan analisis
aktivitas-aktivitas yang dilakukan, ABM membantu organisasi dalam
mengelola biaya dengan lebih efektif. Dengan memahami biaya yang
terkait dengan setiap aktivitas, manajemen dapat mengidentifikasi
pemborosan, mengurangi biaya yang tidak perlu, dan meningkatkan
efisiensi operasional secara keseluruhan. Hal ini pada akhirnya dapat
menyebabkan peningkatan profitabilitas perusahaan.
c) Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Operasional : ABM
memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan pemborosan, serta meningkatkan efisiensi dalam
menjalankan aktivitas-aktivitas operasional. Dengan menerapkan
praktik-praktik yang lebih efisien, organisasi dapat menghemat waktu,
tenaga, dan sumber daya lainnya.
d) Pengambilan Keputusan Strategis yang Didasarkan pada
Pemahaman Aktivitas : Melalui pemahaman yang mendalam
tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan, ABM membantu
manajemen dalam membuat keputusan strategis yang lebih baik. Ini
termasuk pengelolaan portofolio produk, penentuan harga yang lebih
akurat, pemilihan pemasok yang tepat, dan pengembangan strategi
pemasaran yang efektif.

3. Dimensi ABM

Manajemen Berbasis Aktivitas (ABM) memiliki dua dimensi


utama yang berperan penting dalam pengelolaan aktivitas dalam sebuah
organisasi:

a) Dimensi Biaya, Dimensi ini memberikan gambaran biaya mengenai


berbagai sumber daya, aktivitas, dan objek biaya yang menjadi
perhatian. Melalui dimensi biaya, organisasi dapat memahami alokasi
biaya yang terkait dengan setiap aktivitas yang dilakukan. Ini

5
membantu dalam mengidentifikasi biaya-biaya yang signifikan dan
memahami kontribusi setiap aktivitas terhadap biaya keseluruhan.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang biaya, organisasi dapat
mengambil langkah-langkah untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya dan mengurangi pemborosan.
b) Dimensi Proses, Dimensi ini memberikan informasi tentang
bagaimana aktivitas dilaksanakan dan seberapa efektifnya. Fokus
dimensi ini adalah pada penilaian kinerja aktivitas dan proses dalam
organisasi. Melalui dimensi proses, organisasi dapat mengevaluasi
efisiensi operasional, mengidentifikasi area-area di mana proses dapat
diperbaiki, dan mengukur pencapaian terhadap tujuan yang
ditetapkan. Ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi peluang
untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan responsivitas
terhadap kebutuhan pelanggan.

Kedua dimensi ini bekerja bersama-sama dalam ABM untuk


meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan. Dimensi
biaya memberikan landasan untuk pemahaman biaya yang lebih baik,
sementara dimensi proses membantu dalam peningkatan kinerja
operasional dan pencapaian tujuan organisasi.

4. Pengelolaan ABM

Pengelolaan ABM melibatkan serangkaian langkah-langkah untuk


mengelola aktivitas dalam organisasi dengan efektif. Ini termasuk:

a) Identifikasi Aktivitas : Mencakup aktivitas-aktivitas yang terkait


dengan produksi, pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggan.
b) Analisis Aktivitas : Melibatkan pemahaman yang mendalam tentang
biaya, waktu, sumber daya, dan hasil dari setiap aktivitas.
c) Alokasi Biaya Berbasis Aktivitas: Membantu organisasi dalam
memahami kontribusi setiap aktivitas terhadap biaya keseluruhan.
d) Pengambilan Keputusan Strategis : Penentuan prioritas dalam
alokasi sumber daya, perbaikan proses operasional, dan
pengembangan strategi jangka panjang.

6
e) Implementasi Perbaikan Berkelanjutan : Organisasi terus
memantau kinerja aktivitas dan proses, serta melakukan penyesuaian
jika diperlukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

5. Implementasi ABM

Implementasi ABM adalah proses memperkenalkan dan


menerapkan konsep Manajemen Berbasis Aktivitas (ABM) dalam
organisasi. Langkah-langkah implementasi ini mencakup beberapa
tahapan penting:

a) Penetapan Tujuan dan Sasaran : Organisasi harus menetapkan


tujuan dan sasaran yang jelas terkait dengan implementasi ABM. Hal
ini membantu dalam mengarahkan upaya implementasi dan
mengevaluasi keberhasilannya.
b) Pelatihan Karyawan : Pelatihan karyawan tentang konsep ABM dan
penggunaan sistem informasi yang terkait sangat penting. Ini
memastikan bahwa semua personel yang terlibat memahami peran
mereka dalam implementasi ABM dan dapat menggunakan alat dan
teknik yang diperlukan dengan efektif.
c) Pengembangan Sistem Informasi ABM : Organisasi perlu
mengembangkan atau memperbarui sistem informasi yang
mendukung implementasi ABM. Sistem ini harus mampu
mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data aktivitas dengan
akurat dan efisien.
d) Integrasi Sistem Manajemen : ABM harus diintegrasikan dengan
sistem manajemen lainnya yang ada dalam organisasi, seperti sistem
perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) atau sistem manajemen
rantai pasokan (SCM). Hal ini memastikan bahwa informasi yang
dihasilkan oleh ABM dapat digunakan secara efektif dalam
pengambilan keputusan organisasi secara keseluruhan.

Tantangan yang mungkin dihadapi dalam implementasi ABM


meliputi kurangnya dukungan dari manajemen tingkat atas, resistensi

7
terhadap perubahan dari pihak karyawan, dan kurangnya keahlian dalam
menggunakan informasi aktivitas yang baru. Oleh karena itu, penting
untuk memperoleh dukungan penuh dari manajemen tingkat atas,
melibatkan karyawan dalam seluruh proses implementasi.

6. Model ABM

Model ABM mencakup struktur dan komponen sistem informasi


ABM, serta metode analisis yang digunakan dalam ABM untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas organisasi. Beberapa
komponen utama dari model ABM meliputi:

a) Struktur Sistem Informasi ABM : Mencakup database aktivitas, alat


pelaporan, dan sistem pemantauan kinerja yang dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data aktivitas.
b) Metode Analisis ABM : Metode analisis yang digunakan dalam
ABM mencakup analisis biaya aktivitas, analisis nilai, dan analisis
kinerja. Ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi
pemborosan, mengevaluasi nilai tambah dari berbagai aktivitas, dan
mengukur kinerja berbasis aktivitas.
c) Strategi Pengambilan Keputusan : Model ABM juga mencakup
strategi pengambilan keputusan seperti modifikasi harga, pengelolaan
portofolio produk dan pelanggan, serta perbaikan hubungan dengan
pemasok dan pelanggan. Hal ini memungkinkan organisasi untuk
mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi yang
diperoleh dari analisis aktivitas.

2.2 Penilaian Aktivitas Berdasarkan Ukuran Keuangan


Penilaian aktivitas berdasarkan ukuran keuangan merupakan salah satu
aspek penting dari Manajemen Berbasis Aktivitas (ABM). Dalam ABM,
aktivitas dievaluasi tidak hanya dari sudut pandang operasional, tetapi juga dari
sudut pandang keuangan untuk memahami dampaknya terhadap kinerja
keuangan organisasi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam penilaian aktivitas berdasarkan ukuran keuangan:

8
1. Biaya Aktivitas : Salah satu aspek utama dalam penilaian aktivitas adalah
biaya yang terkait dengan aktivitas tersebut. Dengan menggunakan metode
Activity Based Costing (ABC), biaya-biaya dapat dialokasikan secara tepat
ke aktivitas spesifik. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi aktivitas
yang paling mahal dan memahami kontribusinya terhadap biaya total
produksi atau pelayanan.
2. Pendapatan dan Laba : Selain biaya, penting untuk mengevaluasi
pendapatan yang dihasilkan oleh setiap aktivitas. Ini membantu dalam
memahami nilai tambah yang diberikan oleh aktivitas tersebut dan apakah
pendapatan yang dihasilkan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Evaluasi laba yang diperoleh dari aktivitas juga penting untuk menentukan
apakah aktivitas tersebut menghasilkan laba yang memadai atau
membutuhkan perbaikan.
3. Efisiensi dan Produktivitas : Penilaian aktivitas berdasarkan ukuran
keuangan juga melibatkan evaluasi efisiensi dan produktivitas. Dengan
menganalisis rasio biaya terhadap output atau kuantitas produksi, organisasi
dapat menilai seberapa efisien aktivitas tersebut dilaksanakan. Evaluasi ini
membantu dalam mengidentifikasi potensi untuk mengurangi biaya atau
meningkatkan output tanpa meningkatkan biaya.
4. Pengukuran Kinerja : Penilaian aktivitas berdasarkan ukuran keuangan
juga digunakan untuk mengukur kinerja aktivitas dan membandingkannya
dengan target yang telah ditetapkan. Misalnya, aktivitas yang memiliki
biaya per unit yang lebih rendah dari target dianggap lebih efisien,
sementara aktivitas yang menghasilkan pendapatan di bawah target
mungkin memerlukan perbaikan strategi pemasaran atau peningkatan
kualitas produk atau layanan.
5. Analisis Rentabilitas : Analisis rentabilitas dari setiap aktivitas juga
penting dalam penilaian berbasis keuangan. Ini melibatkan perhitungan
tingkat pengembalian investasi atau laba bersih yang dihasilkan oleh
aktivitas tersebut. Evaluasi ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi
aktivitas yang paling menguntungkan dan mengalokasikan sumber daya
secara efisien.

9
2.3 Ukuran Non Keuangan Bagi Kinerja Aktivitas
Ukuran kinerja non-keuangan atau ukuran operasional adalah ukuran-
ukuran kinerja penting non-keuangan untuk meningkatkan keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan (Supriyono, 1999; 404). Kinerja penting non
keuangan tersebut berupa kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan,
kemampuan pegawai, proses internal yang responsif, dan sebagainya.
Tujuan dilakukannya pengukuran non keuangan ini adalah perusahaan
dapat mengkomunikasikan tujuan perusahaan pada pegawai ke bentuk tugas-
tugas dalam kegiatan operasional sehari-harinya. Sehingga melalui hal ini
perusahaan dapat melakukan perbaikan terhadap efisiensi biaya, kualitas,
peningkatan produktivitas dan layanan konsumen serta dapat mencapai
keunggulan bersaing dan tujuan perusahaan baik jangka pendek dan jangka
panjang.
Dalam kinerja aktivitas ukuran non keuangan memiliki keterikatan dengan
tiga hubungan dimensi, yang terdiri dari sebagai berikut.
1. Efisiensi
Efisiensi berfokus pada hubungan input aktivitas dengan output
aktivitas. Hal ini merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak hotel
dalam mengelola fasilitas atau sarana yang tersedia dan digunakan oleh
pelanggan secara tepat. Contoh indikator-indikator yang mendukung tingkat
efesiensi pada perhotelan yaitu :
a) Presentase Tingkat Hunian
• Rumus Hunian Perseorang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑙
% 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑎𝑝 𝑑𝑖𝑗𝑢𝑎𝑙
• Rumus Hunian Berganda
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑚𝑢 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑢𝑛𝑖
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑢𝑛𝑖
b) Tingkat Produktivitas Roomboy
• Rumus Jumlah Kamar Yang Dibersihkan Per Roomboy Per Hari
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑜𝑜𝑚𝑏𝑜𝑦 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑓𝑡
c) Turnover Internal

10
• Rumus Untuk Mengukur Penggunaan Kamar Kosong
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖) − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑚𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑐ℎ𝑒𝑐𝑘 𝑜𝑢𝑡
2. Kualitas
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi dan
melebihi harapan. Indikator-indikator non keuangan yang menilai kinerja
kualitas terdiri dari :
a) Kepuasan Pelanggan
Perusahaan selalu mengevaluasi dan memantau kinerja kepuasan
pelanggan melalui pengukuran non keuangan seperti tingkat komplain
tamu yang dihitung dengan rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑙𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑎𝑚𝑢 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
b) Kinerja Internal
Kinerja internal merupakan pengukuran untuk menilai kegiatan-
kegiatan perbaikan kualitas pelayanan dalam perusahaan. Contoh rumus
untuk mengukur kinerja internal perusahaa hotel yaitu sebagai berikut.
• % 𝑘𝑒𝑙𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑢ℎ𝑎𝑛
𝑥 100%
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ℎ𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛

• 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 =


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

3. Waktu
Waktu merupakan salah satu dimensi ukuran non keuangan yang
sangat penting bagi perusahaan. Dalam perhotelan harus mampu
memanfaatkan waktu dengan baik untuk melaksanakan proses pelayanan
dan hotel harus mempunyai kemampuan untuk menanggapi permintaan
dalam aktivitas pelayanan kamar. Dalam hal ini menggunakan rumus
perhitungan rata-rata lama tinggal tamu :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑚𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑛𝑎𝑝
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑚𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔

11
2.4 Perhitungan Biaya Pelanggan Berdasarkan Aktivitas
Para pelanggan adalah objek biaya yang cukup berpengaruh.
Manajemen atas pelanggan dapat menghasilkan pendapatan signifikan
dalam laba. Memiliki keanekaragaman pelanggan merupakan hal yang
mungkin, sebagaimana kemungkinan untuk memiliki keanekaragaman
produk. Para pelanggan dapat mengonsumsi aktivitas penggerak
pelanggan dalam proporsi yang berbeda. Sumber-Sumber keanekaragaman
pelanggan meliputi beberapa hal, seperti frekuensi pesanan, frekuensi
pengiriman, jarak geografis, dukungan penjualan dan promosi, serta
kebutuhan dukungan rekayasa teknik. Mengetahui besarnya biaya untuk
melayani para pelanggan yang berbeda adalah informasi yang sangat penting
untuk beberapa tujuan, seperti penentuan harga, penentuan bauran
pelanggan, dan perbaikan profitabilitas. Selanjutnya, karena
keanekaragaman pelanggan, beberapa penggerak dibutuhkan untuk
menelusuri biaya secara akurat. Hal ini berarti ABC dapat berguna bagi
organisasi yang mungkin hanya memiliki satu produk, produk sejenis, atau
struktur JIT di mana penelusuran langsung mengurangi nilai ABC untuk
perhitungan harga pokok produk.
Contohnya :
Anggaplah RPT, Inc. memproduksi suku cadang kecil untuk 11
pembeliutama. ABC digunakan untuk membebankan biaya produksi pada
produk. Darikesebelas pelanggan, terdapat satu rekening yang mencatat 50
persen dari total penjualan dan 10 rekening untuk penjualan lainnya.
Pesanan yang dibuat olehkesepuluh pelanggan yang lebih kecil memiliki ukuran
yang kira-kira sama. Data mengenai aktivitas pelanggan RPT adalah sebagai
berikut.
Pelanggan Sepuluh
Besar Pelanggan Yang
Lebih Kecil
Unit yang dibeli 500.000 500.000
Pesanan yang dibuat 2 200
Jumlah tindakan penjualan 10 210

12
Biaya produksi $3.000.000 $3.000.000
Biaya pemenuhan pesanan yang $202.000 $202.000
dialokasikan* $110.000 $110.000
Biaya tenaga penjualan yang
dialokasikan*
*dialokasikan berdasarkan volume
penjualan
Dengan ABC, hal tersebut diperbaiki dengan merefleksikan biaya yang
terjadi sebenarnya dengan perhitungan:
• Tarif aktivitas = Total biaya /Total pembagi (jumlah pesanan atau
jumlah penjualan)Tarif aktivitas pemenuhan pesanan = $404.000/202
pesanan= $2.000 per pesanan
• Tarif aktivitas penjualan = $220.000/220tindakan = $1.000 per tindakan
Sehingga tercipta biaya sebagai berikut:
Pelanggan Sepuluh
Besar Pelanggan Yang
Lebih Kecil
Biaya pemenuhan pesanan $4.000 $400.000
Biaya tenaga penjualan 10.000 210.000
Hal ini menunjukkan gambaran yang sangat berbeda dari biaya
pelayanan padasetiap tipe pelanggan. Pelanggan yang lebih kecil
dibiayailebihbanyak,padahal jumlah pesanannya lebih kecil dan lebih jarang,
bahkan tenaga penjualan harusmelakukan lebih banyak negosiasi dengan tipe
pelanggan ini untuk membuat penjualan.
2.5 Perhitungan Biaya Pemasok Berdasarkan Aktivitas
Memiliki fungsi membantu manajer untuk mengidentifikasi biaya
yang sebenarnya dari para pemasok. Biaya pemasok lebih banyak daripada
harga pembelian komponen atau bahan yang dibutuhkan. Sebagaimana
halnya pelanggan, pemasok dapat memengaruhi banyak aktivitas internal
suatu perusahaan dan meningkatkan biaya pembelian secara signifikan.
Pendangan yang lebih tepat adalah biaya dihubungkan dengan kualitas,
keandalan, dan waktu pengiriman ditambahkan pada biaya pembelian.

13
Kemudian, para manajer diminta mengevaluasi para pemasok berdasarkan
biaya total, tidak hanya pada harga pembelian. Perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas adalah kunci penelusuran biaya yang berhubungan
dengan pembelian, kualitas, keandalan, dan kinerja pengiriman kepada
pemasok.
Aktivitas yang digerakkan oleh pemasok, seperti membeli, menerima,
memeriksa komponen yang datang, mengerjakan ulang produk (karena
komponen yang cacat), mempercepat pengiriman produk (karena
keterlambatan pengiriman dari pemasok), dan memperbaiki produk yang
masih dalam masa garansi (karena komponen cacat dari pemasok),
diidentifikasi dan didaftarkan dalam kamus aktivitas. Biaya sumber daya yang
dipakai dibebankan pada aktivitas-aktivitas ini dan biaya aktivitas dibebankan
pada pemasok terkait.
Berikut ini contoh perhitungan biaya pemasok :
Murray, Inc. Plata Associates
Komponen Komponen Kompone Komponen
A1 A2 n A1 B2
Biaya Pembelian:
$20 x $1.600.000
80.000.........................
...
$52 x $2.080.000
40.000.........................
...
$24 x $240.000
10.000.........................
...
$56 x $560.000
10.000.........................
..
Perbaikan Produk:

14
$400 x
1.600........................... 640.000
.
$400 x
380.............................. 152.000
. $400 x
10................................ 4.000
. $400 x
10................................ 4.000
.
Percepatan Pengiriman
Produk
$2.000 x
60.............................. 120.000
$2.000 x
40............................ 80.000
Biaya
Total..........................
Unit................................. $2.350.000 $2.312.000 $244.000 $564.000
.... $80.000 $40.000 $10.000 $10.000
Biaya Total
Unit.................
$29,50 $57,80 $24,40 $56,40

15
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Manajemen Berbasis Aktivitas (ABM) adalah pendekatan
komprehensif dalam pengelolaan organisasi, fokus pada pemahaman
aktivitas. Tujuannya mencakup peningkatan nilai bagi pelanggan,
pencapaian laba optimal, efisiensi operasional, dan pengambilan keputusan
strategis. ABM memiliki dimensi biaya dan proses yang bekerja bersama
untuk meningkatkan efisiensi. Implementasinya melibatkan penetapan
tujuan, pelatihan karyawan, pengembangan sistem informasi, dan integrasi
dengan sistem manajemen lainnya. Model ABM mencakup struktur sistem
informasi, metode analisis, dan strategi pengambilan keputusan. Penilaian
aktivitas berdasarkan ukuran keuangan penting untuk memahami
dampaknya terhadap kinerja keuangan organisasi.

Ukuran kinerja non-keuangan, seperti kepuasan pelanggan dan


efisiensi operasional, penting dalam meningkatkan keterlibatan karyawan
dan mencapai tujuan perusahaan. Dalam kinerja aktivitas, ukuran non-
keuangan memiliki keterikatan dengan efisiensi, kualitas, dan waktu.
Pengukuran efisiensi melibatkan hubungan input dan output aktivitas,
seperti tingkat hunian dan produktivitas. Kualitas dinilai melalui kepuasan
pelanggan dan kinerja internal. Sedangkan waktu melibatkan penggunaan
waktu yang efektif dalam melaksanakan proses pelayanan. Pengukuran
biaya pelanggan dan pemasok berdasarkan aktivitas penting untuk
mengidentifikasi biaya yang sebenarnya terkait dengan layanan dan
pembelian, memungkinkan perusahaan membuat keputusan yang lebih baik
dalam penetapan harga, peningkatan profitabilitas, dan evaluasi kinerja
pemasok.

16
PUSTAKA

Hansen, & Mowen. (2020). Manajemen Berdasarkan Aktivitas. Universitas Islam


Malang.
Pratama, C. A. (2020). Perbandingan Activity Based Management, Activity Based
Costing, Fuctional Based Management dan Functional Based Costing. .
Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie.
Ratningsih, & dkk. (2019). ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN
MENGGUNAKAN RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO
AKTIVITAS PADA PT BATA TBK. JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen
Fakultas Ekonomi).

17

Anda mungkin juga menyukai