Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Retentum

Volume: 4, Number: 1, (2022), Maret : 54 - 72 p-ISSN 2686-5432


https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/retentum e-ISSN 2686-5440

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLISIAN DALAM


PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI
(Studi Pada Kepolisian Daerah Sumatera Utara)

Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)
Universitas Darma Agung, Medan, Indonesia 1,2,3)
Corresponding Author: zulkarnainharahap55@gmail.com 1), gomgomsiregar@gmail.com 2),

syawalsiregar59@gmail.com 3)

History: Publisher: Pascasarjana UDA


Received : 11 November 2019 Licensed: This work is licensed under
Revised : 12 Januari 2022 Attribution-NonCommercial-No
Accepted : 15 Februari 2022 Derivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0)
Published: 10 Maret 2022

Abstrak
Penanganan tindak pidana korupsi di kepolisian tersebut masih belum dapat dilakukan secara tegas,
karena masih ada perkara yang tidak ditindaklanjuti dimana tersangka dilepas begitu saja dengan
alasan tidak cukup bukti. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan
hukum terhadap tindak pidana korupsi di Indonesia, bagaimana peran kepolisian dalam penegakan
hukum terhadap tindak pidana korupsi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara, bagaimana kendala
yang dihadapi kepolisian dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi di Kepolisian
Daerah Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan
yuridis empiris, dan analisis data digunakan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaturan hukum terhadap tindak pidana korupsi di Indonesia diatur dalam dalam pasal -pasal UU
No. 31 Tahun 1999 yang diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001. Kepolisian Daerah Sumatera Utara
merupakan instansi yang memiliki wewenang yang luas dalam penegakan hukum, termasuk
penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi. Penegakan hukum di kepolisian diawali dengan
menerima laporan dari masyarakat dan juga melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan telah
terjadinya tindak pidana korupsi, berdasarkan alat bukti yang dip eroleh, baik bukti elektronik, bukti
fisik, maupun keterangan ahli. Tetapi pada kenyataannya penegakan hukum terhadap tindak pidana
korupsi tidak mudah dilakukan, terutama karena lemahnya ancaman pidana terhadap tindak pidana
korupsi, dimana ancaman pidana dalam undang-undang tindak pidana korupsi terlalu ringan
sehingga tidak menimbulkan rasa takut kepada pelaku korupsi, bahkan terdapat ancaman pidana
yang maksimum 3 tahun untuk tindak pidana dengan kerugian negara relatif kecil. Kendala yang
dihadapi kepolisian dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi di Kepolisian Daerah
Sumatera Utara adalah: kurangnya SDM penyidik kepolisian, perbedaan interpretasi antar penegak
hukum dan tingginya intervensi kepada penyidik. Disarankan aparat penegak hukum khususnya
antara penyidik kepolisian dengan jaksa penuntut umum perlu lebih sering berdiskusi atau bertukar
pendapat tentang masalah hukum, sehingga terdapat kesepahaman dalam penerapan hukum. Perlu
dilakukan penambahan penyidik untuk mengatasi keterbatasan jumlah penyidik. Disamping itu,
penyidik yang kurang berkompeten berlu diberi pelatihan agar kompetensi penyidik kepolisian
menjadi lebih merata dan benar-benar siap untuk menangani tindak pidana, khususnya tindak
pidana korupsi. Kepolisian perlu meningkatkan integritas penyidik dengan memberikan bimbingan
moral dan spiritual sesuai dengan kepercayaannya, serta melakukan pengawasan yang lebih baik
terhadap pelaksanaan penyidikan tindak pidana suap, sehingga diharapkan dapat menghindari
penyimpangan tugas dengan menolak segala bentuk intervensi dari pihak lain.
Kata Kunci: Peranan, Kepolisian, Penegakan Hukum, Tindak Pidana Korupsi

PENDAHULUAN darah Indonesia, memajukan


Merujuk kepada bagian kesejahteraan umum serta
pembukaan UUD 1945 secara jelas mencerdaskan kehidupan bangsa.
dinyatakan bahwa cita-cita bangsa Cita-cita tersebut dicapai dengan
Indonesia adalah melindungi segenap menyelenggarakan pembangunan
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah nasional di segala bidang secara

54
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

berkesinambungan, dengan tujuan mementingkan diri sendiri, kemudian


meningkatkan kesejahteraan dan faktor hukum yang tidak tegas dalam
kemakmuran masyarakat yang penegakan hukum mendorong orang
berkeadilan. Pembangunan ekonomi untuk melakukan tindakan yang
yang dirancang tidak hanya melawan hukum.
bertujuan untuk menciptakan Adapun dampak yang
pertumbuhan yang setinggi- ditimbulkan dari korupsi adalah
tingginya namun diharapkan juga terhambatnya pertumbuhan ekonomi,
mampu mengurangi tingkat ancaman inflasi, penurunan kualitas
kemiskinan dan ketimpangan barang dan jasa, penghasilan pajak
pendapatan. Maka pemerintah berkurang, utang negara meningkat,
membuat berbagai program dan tingkat kemiskinan semakin
pembangunan dengan anggaran yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi
relatif besar. Alokasi anggaran untuk terhambat karena pembangunan
pembangunan setiap tahun meningkat ekonomi tidak tercapai sesuai dengan
yang diharapkan dapat menyediakan rencana sehingga fasilitas yang
berbagai infrastruktur untuk diperlukan untuk mendukung
digunakan dalam aktivitas aktivitas ekonomi kurang tersedia.
perekonomian masyarakat. Inflasi meningkat karena uang hasil
Tetapi penyediaan anggaran korupsi yang relatif besar dibelanjakan
yang besar untuk pembangunan tidak secara bebas dan leluasa sehingga
akan membawa dampak bagi peredaran uang menjadi meningkat.
kesejahteraan umum sebagaimana Kualitas barang dan jasa menurun
diharapkan jika tidak disertai dengan karena alokasi anggaran untuk
penyelenggaraan pemerintahan yang pelayanan barang dan jasa tersebut
bersih dalam arti bebas dari korupsi, berkurang karena diselewengkan,
karena dengan adanya perilaku sehingga jumlah dana yang tersedia
korupsi maka dana yang dianggarkan menjadi sedikit. Penghasilan pajak
untuk pembangunan akan berkurang karena sebagian dari
diselewengkan untuk kepentingan pendapatan pajak tidak disetorkan ke
pribadi aparat negara dan hanya kas negara, tetapi diselewengkan
sedikit yang benar-benar digunakan untuk kepentingan pribadi.
untuk pelaksanaan program Meningkatnya utang negara karena
pembangunan. negara tidak mampu menyediakan
Faktor penyebab utama sejumlah anggaran untuk memenuhi
perilaku korupsi adalah faktor internal kebutuhan masyarakat umum
yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga harus dipenuhi dengan
seperti sifat tamak dan gaya hidup menggunakan utang. Korupsi juga
konsumtif. Faktor ekonomi berdampak pada kemiskinan karena
menyebabkan orang cenderung memicu terjadinya inflasi, kenaikan
menginginkan kebutuhan yang lebih harga barang, dan penurunan kualitas
baik, faktor politik dapat mendorong barang dan jasa, dimana ketiga faktor
seseorang melakukan segala sesuatu tersebut merupakan faktor pendorong
untuk mendapatkan kekuasaan, faktor utama terjadinya kemiskinan.
budaya organisasi yang buruk Kepolisian masih kurang mampu
mendorong orang untuk berperan maksimum dalam

55
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

penegakan hukum terhadap tindak tindak pidana, menurut Leden


pidana korupsi sebagai akibat adanya Marpaung dalam bukunya Hukum
berbagai factor kendala, baik kendala Pidana Bagian Khusus, membedakan 2
internal maupun kendala yang berada macam unsur yaitu: unsur subyektif
pada aturan hukum itu sendiri. dan unsur obyektif. Selanjutnya Leden
Berdasarkan uraian pada latar Marpaung menjelaskan unsur
belakang yang telah diuraikan subyektif adalah unsur-unsur yang
sebelumnya, maka penulis melekat pada si pelaku tindak pidana
merumuskan masalah penelitian dalam hal ini termasuk juga sesuatu
sebagai berikut: yang terkandung di dalam hatinya.
1. Bagaimana pengaturan hukum Unsur-unsur subyektif dari suatu
terhadap tindak pidana korupsi di tindak pidana adalah:
Indonesia ? a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan
2. Bagaimana peran kepolisian dalam (dolus atau culpa)
penegakan hukum terhadap tindak b. Maksud pada suatu percobaan
pidana korupsi di Kepolisian c. Macam-macam maksud seperti
Daerah Sumatera Utara ? yang terdapat di dalam kejahatan–
3. Bagaimana kendala yang dihadapi kejahatan Pembunuhan, Pencurian,
kepolisian dalam penegakan Penipuan.
hukum terhadap tindak pidana d. Merencanakan terlebih dahulu,
korupsi di Kepolisian Daerah Pasal 340 KUHP.
Sumatera Utara ? Adapun istilah unsur-unsur
Kepolisian masih kurang mampu tindak pidana menurut Moeljatno,
berperan maksimum dalam terbagi ke dalam beberapa unsur
penegakan hukum terhadap tindak antara lain :
pidana korupsi sebagai akibat adanya a. Kecaman dan akibat (perbuatan).
berbagai factor kendala, baik kendala b. Hal ikhwal atau keadaan yang
internal maupun kendala yang berada menyertai perbuatan.
pada aturan hukum itu sendiri. c. Keadaan tambahan yang
memberatkan pidana.
A. Tinjauan Mengenai Tindak d. Unsur melawan hukum.yang
Pidana objektif.
1. Pengertian Tindak Pidana e. Unsur melawan hukum yang
Istilah tindak pidana subjektif.
merupakan terjemahan dari Adapun menurut J. B. Daliyo
strafbaarfeit, di dalam Kitab Undang- dalam bukunya Pengantar Hukum
Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak Indonesia,
terdapat penjelasan dengan yang Unsur-unsur tindak pidana
dimaksud strafbaarfeit itu sendiri. berhubungan dengan unsur-unsur
Biasanya tindak pidana disinonimkan kesalahan yang mencakup beberapa
dengan delik, yang berasal dari bahasa hal yang penting yaitu, unsur-unsur
Latin yakni kata delictum. tindak pidana yang dilihat dari segi
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana adanya perbuatan melawan hukum,
Pengertian Strafbaarfeit dari perbuatan tersebut dapat
pandangan beberapa pakar yang telah dipertanggung jawabkan adanya
dipaparkan sebelumnya, unsur-unsur unsur kesalahan, memenuhi rumusan

56
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

undang-undang dan tidak adanya Pemberantasan Tindak Pidana


alasan pembenaran dan pemaaf. Korupsi (disingkat UU PTPK).
B. Tindak Pidana Korupsi 2) Menyalahgunakan jabatan untuk
1. Pengertian Tindak Pidana mencari keuntungan dan
Korupsi merugikan negara. Penjelasan
Menurut asal kata, korupsi dari jenis korupsi ini hampir
berasal dari kata berbahasa latin, sama dengan penjelasan jenis
corruptio. Kata ini sendiri punya korupsi pada bagian pertama,
kata kerja dasar yaitu corrumpere bedanya hanya terletak pada
yang artinya busuk, rusak, unsur penyalahgunaan
menggoyahkan, memutarbalik atau wewenang, kesempatan, atau
menyogok. Pengertian korupsi dalam sarana yang dimiliki karena
Kamus Peristilahaan diartikan jabatan atau kedudukan.
sebagai “penyelewengan atau Korupsi jenis ini telah diatur
penyalahgunaan jabatan untuk dalam Pasal 3 UU PTPK.
kepentingan diri sendiri dan 3. Subyek Tindak Pidana Korupsi
merugikan negara dan rakyat”. Subyek hukum tindak pidana
2. Jenis–jenis Tindak Pidana Korupsi dalam hukum korupsi Indonesia pada
Tindak pidana korupsi dasarnya orang pribadi sama yang
dikelompokkan menjadi 7 macam, tercantum dalam hukum pidana
yaitu: umum. Hal ini tidak mungkin
a. Perbuatan yang Merugikan ditiadakan, namun ditetapkan pula
Negara suatu badan yang menjadi subjek
b. Suap – Menyuap hukum tindak pidana korupsi
c. Penyalahgunaan Jabatan sebagaimana dimuat dalam Pasal 20 jo
d. Pemerasan Pasal 1 dan Pasal 3 Undang-Undang
e. Korupsi yang berhubungan No.31 tahun 1999 jo UndangUndang
dengan Kecurangan No.20 tahun 2001 tentang
f. Korupsi yang berhubungan Pemberantasan Tindak Pidana
dengan pengadaan Korupsi.
g. Korupsi yang berhubungan Berdasarkan ketentuan Pasal 1
dengan gratifikasi (Hadiah). angka 1, 2, dan angka 3 UU No.31
Adapun penjelasannya adalah Tahun 1991 jo. UU No. 20 Tahun 2001,
sebagai berikut: yang menjadi subyek hukum dari
a. Perbuatan yang Merugikan Negara tipikor adalah (1) Korporasi (2)
Perbuatan yang merugikan Pegawai nesgeri (3) setiap orang atau
negara, dapat dibagi lagi menjadi 2 korporasi. Pasal 1 angka 1 UU No.31
bagian yaitu : Tahun 1991 jo. UU No. 20 Tahun 2001
1) Mencari keuntungan dengan memberi arti korporasi adalah sebagai
cara melawan Hukum dan berikut: “kumpulan orang dan/atau
merugikan negara. Korupsi jenis kekayaan yang terorganisasi baik
ini telah dirumuskan dalam merupakan badan hukum maupun
Pasal 2 UU No. 20 tahun 2001 bukan badan hukum”.
Tentang Perubahan Atas Undang- Sementara itu, Pasal 1 angka 2
undang No. 30 Tahun 1999 UU No. 31 Tahun 1991 jo. UU No.20

57
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

Tahun 2001 berbunyi sebagai berikut: penyelenggaraan Diklat Pengadaan


“pegawai Negeri adalah meliputi: Barang dan Jasa bagi Kuasa Pengguna
a. Pegawai negeri sebagaimana Anggaran dijajaran Polda Sumatera
dimaksud dalam UU tentang Utara serta asistensi dan fasilitasi
Kepegawaian pengelolaan asset Polda Sumatera
b. Pegawai Negeri sebagaimana Utara yang akan didahului dengan
dimaksud dalam kitab UU Hukum Inventarisasi asset yang ada. Ini
Pidana menunjukkan terdapat korelasi antara
c. Orang yang menerima gaji atau BPKP dengan pihak kepolisian dalam
upah dari keuangan negara atau penanganan tidak pidana korupsi.
daerah atau
d. Orang yang menerima gaji atau METODE PENELITIAN
upah dari suatu korporasi lain A. Struktur Organisasi
yang mempergunakan modal atau Ditreskrimsus Polda Sumut
fasilitas dari negara atau Untuk mengemban tugas
masyarakat”. pokok, fungsi, susunan organisasi dan
Guna mencapai hasil yang tata kerja tersebut, sesuai Peraturan
optimal dalam penanganan kasus- Kepala Kepolisian Negara Republik
kasus berindikasi KKN perlu Indonesia Nomor 14 tahun 2018,
ditangani secara serius dan lebih tanggal 21 September 2018 tentang
terkoordinasi maka pihak kepolisian Susunan Organisasi Dan Tata Kerja
bekerjasama dengan BPKP. Dalam Pada Tingkat Kepolisian Daerah,
menggalang kerjasama penanganan Dirreskrimsus bertanggung jawab
kasus-kasus yang sedang ditangani, kepada Kapolda dan dalam
perlu dikaji lebih mendalam kasus- pelaksanaan tugas sehari – hari
kasus mana saja yang akan dibawah kendali Wakapolda dengan
diprioritaskan untuk diselesaikan dibantu oleh :
lebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan 1. Wadirreskrimsus;
adanya beberapa permintaan Bantuan 2. Subbagian Perencanaan dan
Audit Investigasi maupun Bantuan Administrasi (Subbag renmin)
Perhitungan Kerugian Negara yang Dalam pelaksanaan tugas
diterima Perwakilan BPKP Provinsi Subbag renmin
Sumatera Utara dari Polres-Polres di menyelenggarakan fungsi :
wilayah Polda Sumatera Utara. a) penyusunan perencananaan
Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera jangka sedang dan jangka
Utara akan selalu siap memberikan pendek antara lain Renstra,
bantuan dalam penanganan kasus- Rancangan Renja, Renja,
kasus yang dinilai paling Kebutuhan Sarana Prasarana,
diprioritaskan oleh Kepolisian Daerah Personel dan Anggaran ;
Sumatera Utara atas penyidikan b) pemeliharaan perawatan dan
kasus-kasus yang lakukan Polres- administrasi personel ;
Polres di wilayah kerjanya. Kapolda c) pengelolaan Sarpras dan
Sumatera Utara juga meminta bantuan penyusunan laporan SIMAK
kepada pihak Perwakilan BPKP BMN ;
Provinsi Sumatera Utara untuk d) pelayanan fungsi keuangan
memfasilitasi rencana yang meliputi pembiayaan,

58
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

pengendalian, pembukuan, Dalam pelaksanaan


akuntansi dan penyusunan tugas Bagwassidik
laporan SAI serta menyelenggarakan fungsi :
pertanggung jawaban a) pengawasan pelaksanaan
keuangan ; penyelidikan dan penyidikan
e) pengelolaan dan pelayanan tindak pidana yang
ketatausahaan dan urusan dilakukan oleh Subdit pada
dalam ; dan Ditreskrimsus ;
f) penyusunan LRA dan b) pengkajian efektifitas
pembuatan laporan Kinerja pelaksanaan penyelidikan
Satker dalam bentuk LKIP dan penyidikan tindak
meliputi Analisis target pidana melalui
pencapaian kinerja, program penyelenggaraan gelar
dan anggaran. perkara ;
3. Bagian Pembinaan c) pemberian saran masukan
Operasional (Bagbinopsnal) kepada Dirreskrimsus terkait
Dalam pelaksanaan tugas dengan hasil pengawasan
Bagbinopsnal penyidikan, termasuk
menyelenggarakan fungsi : menjawab pengaduan
a) penganalisisan dan masyarakat ; dan
pengevaluasian pelaksanaan 5. Seksi Koordinasi dan
tugas Ditreskrimsus; Pengawasan Penyidik Pegawai
b) pengkoordinasian pemberian Negeri Sipil (Sikorwas PPNS)
dukungan operasional ke bertugas melaksanakan
kesatuan kewilayahan ; koordinasi dan pengawasan
c) pelatihan fungsi dan penyidikan termasuk
pengadministrasian kegiatan pemberian bimbingan tekhnis
penyelidikan dan penyidikan dan taktis serta bantuan
serta pengarsipan berkas konsultasi penyidikan kepada
perkara ; PPNS
d) pengumpulan dan Dalam pelaksanaan
pengolahan data serta tugas Sikorwas PPNS
penyajian informasi dan menyelenggarakan fungsi :
dokumentasi program a) pengkoordinasian dan
kegiatan Ditreskrimsus ; dan pengawasan penyidikan
e) perencanaan operasi, kepada PPNS didaerah
penyiapan administrasi hukum Polda Sumatera
operasi dan pelaksanaan Utara ;
anev operasi. b) pemberian bimbingan
4. Bagian Pengawas Penyidikan tekhnis dan taktis penyidikan
(Bagwassidik) Ditreskrimsus kepada PPNS; dan
serta menindak lanjuti terhadap c) pemberian bantuan
pengaduan masyarakat yang konsultasi penyidikan
terkait dengan proses kepada PPNS.
penyidikan. 6. Sub Direktorat (Subdit I S.D
V) bertugas melakukan

59
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

penyelidikan dan penyidikan b. Terwujudnya perlindungan,


tindak pidana yang terjadi pengayoman dan pelayanan
didaerah hukum Polda prima Kepolisian di wilayah
Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan Sasaran Strategis Ditreskrimsus
tugas Subdit menyelenggarakan Polda Sumut
fungsi : a. Peningkatan kualitas pelayanan
a) penyelidikan dan Kepolisian berbasis teknologi
penyidikan tindak pidana informasi untuk mempercepat
yang terjadi didaerah perbaikan kultur organisasi;
hukum Polda Sumatera b. Pemetaan aktifitas siber,
Utara ; penegakan hukum kejahatan
b) penerapan manajemen siber dan produksi konten
anggaran serta manajemen kreatif dalam rangka merawat
penyelidikan dan ke-bhinekaan di Media sosial;
penyidikan tindak pidana. c. Peningkatan profesionalisme
B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran penegakan hukum terhadap
Strategis Ditreskrimsus Polda kejahatan korupsi, Illegal
Sumut Logging, Illegal Minning dan
Visi dari Ditreskrimsus Polda kejahatan lainnya yang
Sumut meresahkan masyarakat.
“Terwujudnya Polri C. Peran Kepolisian Dalam
Ditreskrimsus Polda Sumut yang Penegakan Hukum terhadap
profesional, modern dan Tindak Pidana Korupsi di
terpercaya di Polda Sumatera Kepolisian Daerah Sumatera
Utara“. Utara
Misi Ditreskrimsus Polda Sumut
a. Mewujudkan kepercayaan 1. Tindak Pidana Korupsi dan
publik (trust building) melalui Ancaman Pidananya
peningkatan kinerja, perubahan Korupsi telah menjadi suatu
kultur dan manajemen media; hal yang memprihatinkan di berbaggai
b. Meningkatkan pemberdayaan daerah Indonesia, termasuk di Kota
kualitas sumber daya manusia Medan. Dampak yang ditimbulkan
Polri Ditreskrimsus yang dari tindak pidana korupsi telah
profesional dan kompeten mengganggu pelaksanaan
melalui pendidikan dan latihan; pembangunan sehingga menganggu
c. Mewujudkan penegakan perekonomian masyarakat. Walaupun
hukum yang profesional dan telah banyak koruptor yang ditangkap
berkeadilan serta menjunjung dan dipidana dengan pidana berat,
tinggi HAM dan anti KKN. tetapi tindak pidana korupsi tetap saja
Tujuan Ditreskrimsus Polda terjadi dan semakit marak dengan
Sumut jumlah kerugian negara yang relatif
a. Terwujudnya penegakan besar. Artinya pemidanaan bagi
hukum yang transparan, koruptor tidak berhasil menimbulkan
akuntabel dan anti KKN di efek jera atau jadi pembelajaran bagi
wilayah Sumatera Utara; pejabat pemerintah, sehingga
pemidanaan dianggap tidak berhasil

60
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

sebagai tindakan pencegahan bagi Dari hasil wawancara diatas


pejabat lainnya. dapat disimpulkan bahwa bentuk
Pada dasarnya terdapat tindak pidana korupsi yang sreing
berbagai bentuk atau model yang ditangani pada Kepolisian Daerah
digunakan dalam tindak pidana Sumatera Utara adalah tindak pidana
korupsi, seperti korupsi barang dan dalam pengadaan barang dan jasa,
jasa dalam bentuk penggelapan, yang kemudian disusul dengan tindak
penyuapan, dan penyalahgunaan pidana suap. Tindak pidana
wewenang. Bentuk tindak pidana pengadaan barang dan jasa serta suap
korupsi yang sering ditangani biasanya melibatkan pihak eksternal
Kepolisian Daerah Sumatera Utara khususnya para pengusaha yang
dapat dilihat dalam wawancara menangani proyek-proyek
berikut: pemerintah. Oknum yang mempunyai
Menurut Kompol James H wewenang secara sengaja melakukan
Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit tindakan dengan menyalahgunakan
3 Tipikor Ditreskrimsus Polda wewenangnya untuk menyetujui
Sumut: permintaan kelompok tertentu dengan
Bentuk tindak pidana yang sering imbalan sejumlah uang, walaupun
ditangani pada Poldasu adalah sebenarnya kelompok tersebut tidak
perkara korupsi pengadaan memenuhi syarat.
barang dan jasa, yang pada Kesempatan oknum tertentu
umumnya terjadi dengan untuk melakukan korupsi semakin
mengurangi kualitas atau lebar dengan keberadaan undang-
kuantitas barang atau jasa yang undang administrasi pemerintahan,
digunakan. yang cenderung memberikan
Menurut AKP Ucox P. Nugraha, perlindungan kepada pejabat
SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3 pemerintah yang menyalahgunakan
Tipikor Ditreskrimsus Polda wewenang dengan alasan sebagai
Sumut: bentuk dari diskresi, sebagaimana
Tindak pidana suap juga sangat dinyatakan dalam wawancara berikut:
umum terjadi khususnya kepada Menurut Kompol James H
pejabat yang memiliki otoritas Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit
tertentu untuk memberikan 3 Tipikor Ditreskrimsus Polda
persetujuan. Suap biasanya sangat Sumut:
menarik bagi pejabat tinggi. Undang-undang administrasi
Menurut Kombes Pol Hadi pemerintahan telah berperan
Wahyudi selaku Kabid Humas melindungi pejabat pemerintah
Polda Sumut: dari pidana korupsi sehubungan
Pejabat pemerintah sering dengan pemberian kewenangan
menyalahgunakan wewenang dalam bentuk diskresi.
untuk meloloskan permintaan
orang atau kelompok tertentu, Menurut AKP Ucox P. Nugraha,
yang biasanya disertai dengan SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3
suap ataupun dengan pemberian Tipikor Ditreskrimsus Polda
hadiah. Sumut:

61
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

Wewenang diskresi dalam korupsi yang terjadi tetap marak di


undang-undang administrasi Indonesia. Bahkan terdapat ancaman
pemerintahan cenderung memberi pidana yang maksimum 3 tahun untuk
kesempatan kepada pejabat tindak pidana dengan kerugian negara
pemerintah untuk relatif kecil. Seharusnya pidana
menyalahgunakan penjara bagi kotuptor perlu diperberat
kewenangannya dengan alasan agar setiap orang dalam jajaran
demi kepentingan umum. pemerintah, terutama yang memiliki
wewenang cukup besar, lebih hati-hati
Menurut Kombes Pol Hadi untuk menggunakan wewenangnya.
Wahyudi selaku Kabid Humas Tujuan pemidanaan tentu untuk
Polda Sumut: menimbulkan efek jera kepada pelaku
Dengan adanya undang-undang kejahatan. Tetapi jika pidana yang
administrasi pemerintahan, maka dijatuhkan terlalu ringan, maka hal
pengusutan tindak pidana korupsi tersebut tidak akan menimbulkan efek
semakin panjang, karena setiap jera. Tindakan penjeraan akan lebih
dugaan penyalahgunaan efektif dengan penjatuhan pidana
wewenang harus terlebih dahulu yang berat, bahkan dengan penjatuhan
dibuktikan melalui Pengadilan pidana mati. Tetapi walaupun
Tata Usaha Negara. undang-undang Tipikor telah
menetapkan dasar bagi majelis hakim
Dari hasil wawancara di atas untuk menjatuhkan pidana mati,
dapat disimpulkan bahwa undang- namun hingga saat ini belum ada
undang administrasi pemerintahan pelaku korupsi yang dipidana dengan
yang diterbitkan pada masa pidana mati. Terdapat kehati-hatian
pemerintahan Presiden Jokowi telah dalam penjatuhan pidana mati,
memberi kesempatan kepada pejabat khususnya menyangkut hubungan
pemerintah untuk melakukan tindak internasional dengan negara-negara
pidana korupsi, karena undang- yang telah menghapuskan hukuman
undang tersebut telah memberi mati.
kewenangan diskresi kepada pejabat 2. Peran Kepolisian Dalam
pemerintah. Diskresi sangat rentan Penegakan Hukum terhadap
dengan penyalahgunaan wewenang, Tindak Pidana Korupsi di
karena pejabat diberi kesempatan Kepolisian Daerah Sumatera
untuk membuat kebijakan Utara
berdssarkan penilaian sendiri. Kepolisian memiliki wewenang
Penegakan hukum terhadap untuk menangani tindak pidana
tindak pidana korupsi diatur korupsi. Demikian juga dengan
berdasarkan Undang-Undang No. 20 Kepolisian Daerah Sumatera Utara
Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas merupakan instansi yang memiliki
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 wewenang yang luas dalam
Tentang Pemberantasan Tindak penegakan hukum, termasuk
Pidana Korupsi. Tetapi ternyata penegakan hukum terhadap tindak
hingga saat ini undang-undang pidana korupsi. Instansi tersebut juga
tersebut tidak mampu menanggulangi telah banyak menanganai perkara
tindak pidana korupsi, karena perkara pidana korupsi, baik dalam skala kecil

62
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

maupun dalam skala besar. bukan hanya dari laporan masyarakat,


Kepolisian mengusut tindak pidana tetapi juga dari hasil penyidikan polisi.
korupsi tidak hanya berdasarkan Terdapat kelompok masyarakat yang
laporan masyarakaat, tetapi dapat juga perduli terhadap penyelenggaraan
atas hasil pemeriksaan kepolisian pemerintahan selalu aktif melakukan
sendiri sebagaimana dinyatakan pengamatan. Sering juga kepolisian
dalam wawancara berikut: juga dapat bekerjasama dengan
Menurut Kompol James H masyarakat untuk menelusuri tindak
Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit pidana, yang melakukan penangkapan
3 Tipikor Ditreskrimsus Polda pada saat tersangka sedang
Sumut: melakukan aksinya seperti menerima
Laporan tindak pidana korupsu suap dari pihak tertentu.
sering diterima dari masyarakat, Setelah menerima laporan,
tetapi bukan pula sebagian besar. maka kepolisian segera melakukan
Banyak dari tindak pidana tindak lanjut terhadap setiap laporan
tersebut justru terungkap pada tindak pidana yang diterima. Hasil
saat penyidikan yang dilakukan wawancara mengenai tindak lanjut
oleh kepolisian. laporan yang diterima kepolisian
adalah sebagai berikut:
Menurut AKP Ucox P. Nugraha, Menurut Kompol James H
SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3 Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit
Tipikor Ditreskrimsus Polda 3 Tipikor Ditreskrimsus Polda
Sumut: Sumut:
Laporan masyarakat bahwa telah Laporan tindak pidana korupsi
terjadi tindak pidana korupsi yang diterima dari masyarakat
justru menjadi sumber utama harus terlebih dahulu dianalisis
terungkapnya tipikor, dimana secara lebih mendalam agar
masyarakat terutama yang perduli tindakan lebih lanjut dapat
terhadap penyelenggaraan direncanakan dengan baik.
pemerintahan selalu aktif
melakukan pengamatan. Menurut AKP Ucox P. Nugraha,
SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3
Menurut Kombes Pol Hadi Tipikor Ditreskrimsus Polda
Wahyudi selaku Kabid Humas Sumut:
Polda Sumut: Tindak lanjut yang dilakukan
Kepolisian sering meminta adalah dengan mempelajari
bantuan masyarakat untuk laporan disertai analisis terhadap
menelusuri pergerakan oknum alat bukti awal yang disertakan
tertentu yang dicurigai sering oleh pelapor. Dalam hal ini
terlibat dalam tindak pidana biasanya pelapor menyerahkan
korupsi, yang kemudian alat bukti menyertai laporan yang
melakukan penangkapan. diberikan.

Dari hasil wawancara di atas Menurut Kombes Pol Hadi


dapat dijelaskan bahwa Wahyudi selaku Kabid Humas
pengungkapan tindak pidana korupsi Polda Sumut:

63
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

Alat bukti awal yang diterima oleh Tipikor Ditreskrimsus Polda


kepolisian biasanya menjadi focus Sumut:
perhatian sebelum tindakan Data ataupun informasi elektronik
penyidikan dilakukan. Fokus merupakan hal yang lazim
utamanya adalah meneliti keaslian digunakan sebagai alat bukti
alat bukti yang dimaksud, serta tindak pidana korupsi, terutama
kekuatan alat bukti. jika laporan diperoleh dari instansi
lain atau masyarakat.
Dari hasil wawancara di atas
dapat disimpulkan bahwa tindak Menurut Kombes Pol Hadi
lanjut yang dilakukan kepolisian Wahyudi selaku Kabid Humas
terhadap laporan tindak pidana Polda Sumut:
korupsi diawali dengan mempelajari Bukti transfer dana merupakan
laporan sehingga tindakan lebih lanjut alat bukti khusus tindak pidana
dapat direncanakan. Tindak lanjut korupsi melalui jasa keuangan
dilakukan dengan mengamati dan yang disediakan oleh perbankan.
menganalisis alat bukti yang Tetapi bukti transfer dana tersebut
diserahkan oleh pelapor, dimana tidak mudah diperoleh.
analisis difokuskan untuk meyakinkan Dari hasil wawancara di atas
keaslian alat bukti serta kekuatan alat dapat dijelaskan bahwa terdapat
bukti yang dimaksud. Keaslian dan banyak alat bukti yang digunakan
kekuatan alat bukti tentu menjadi dalam pembuktian tindak pidana
sangat penting karena banyak alat tindak pidana korupsi yang dapat
bukti tindak pidana korupsi yang berupa bukti fisik dan keterangan
mudah dipalsukan atau kurang kuat saksi-saksi. Bukti transfer dana dan
untuk mengindikasikan terjadinya bukti transaksi jual beli aset berharga,
tindak pidana korupsi. Terdapat serta data atau informasi elektronik,
banyak macam alat bukti dalam tindak bahkan alat elektronik yang merekam
pidana tindak pidana korupsi, bukti. Alat bukti lain adalah
diantaranya dapat dilihat dalam keterangan saksi, tersangkan serta
wawancara berikut: keterangan ahli. Alat bukti keterangan
Menurut Kompol James H ahli sangat penting sebagai penguat
Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit terhadap alat-alat bukti yang ada,
3 Tipikor Ditreskrimsus Polda sehingga biasanya kesaksian ahli
Sumut: selalu disertakan dalam setiap
Ada banyak alat bukti tindak penyidikan tindak pidana tindak
pidana korupsi, seperti bukti pidana korupsi, sebagaimana
transfer uang atau bukt itransaksi dinyatakan dalam wawancara berikut:
aset berharga, data elektronik dari Menurut Kompol James H
perbankan, keterangan saksi dan Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit
tersangka, dan juga keterangan 3 Tipikor Ditreskrimsus Polda
ahli. Sumut:
Pembuktian dalam perkara tindak
Menurut AKP Ucox P. Nugraha, pidana korupsi memerlukan saksi
SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3 ahli, karena saksi ahli dianggap
dapat melakukan analisis terhadap

64
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

alat-alat bukti dan juga kejadian Tersangka yang terbukti sebagai


perkara. pelaku tindak pidana korupsi akan
segera ditangkap dan ditahan
Menurut AKP Ucox P. Nugraha, untuk keperluan penyidikan. Hal
SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3 ini dilakukan agar proses
Tipikor Ditreskrimsus Polda penyidikan dalam berjalan dengan
Sumut: lancar.
Ahli-ahli bidang tertentu seperti
ahli dalam informasi elektronik Menurut AKP Ucox P. Nugraha,
sangat dibutuhkan, khususnya jika SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3
tersangka menggunakan alat-alat Tipikor Ditreskrimsus Polda
elektronik dalam tindak pidana Sumut:
korupsi. Penangkapan dalam perkara
pidana tindak pidana korupsi
Menurut Kombes Pol Hadi adalah hal yang biasa dilakukan,
Wahyudi selaku Kabid Humas telebih jika tersangka tidak
Polda Sumut: bersikap kooperatif dalam
Ahli hukum sering dimintai menghadapi kasus hukum yang
keterangan menyangkut bidang terjadi.
keahliannya, seperti tanggapannya
terhadap kejadian perkara Menurut Kombes Pol Hadi
ataupun bukti-bukti ITE yang Wahyudi selaku Kabid Humas
diperoleh . Polda Sumut:
Dari hasil wawancara di atas Tindak pidana korupsi dapat
bahwa pembuktian dalam tindak melibatkan banyak orang sebagai
pidana korupsi membutuhkan tersangka, sehingga penyidik
keterangan dari saksi ahli, karena berkepentingan untuk melakukan
saksi ahli dianggap dapat penangkapan dan penahanan,
menganalisis alat-alat bukti. Alat agar pengembangan kasus dapat
elektronik dan dokumen elektronik berjalan sampai tuntas.
yang banyak digunakan sebagai alat
bukti dalam tindak pidana korupsi Dari hasil wawancara di atas
membutuhkan ahli elektronik dan juga dapat dijelaskan bahwa penangkapan
membutuhkan ahli hukum untuk terhadap tersangka dalam perkara
meyakinkan kekuatan alat bukti yang tindak pidana korupsi merupakan hal
dimaksud berdasarkan UU ITE. yang biasa dilakukan oleh penyidik,
Selanjutnya, tindakan penyidik terutama jika tersangka menunjukkan
terhadap tersangka juga disertai sikap tidak kooperatif. Penyidik
dengan penangkapan dan penahanan mempunyai kepentingan untuk
sebagaimana dinyatakan dari hasil menangkap dan menahan tersangka
wawancara berikut: agar proses penyidikan dalam berjalan
Menurut Kompol James H dengan lancar, serta agar penyidik
Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit dapat melakukan pengembangan
3 Tipikor Ditreskrimsus Polda perkara karena tindak pidana tindak
Sumut: pidana korupsi sering melibatkan
banyak orang sebagai tersangka.

65
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

Penyidikan diakhiri dengan diproses sesuai waktu yang diatur


pelimpahan berkas perkara dan dalam UU, yaitu 60 hari. Jika
tersangka. Hasil wawancara tentang tersangka bersikap kooperatif maka
proses penyidikan hingga hingga proses penyidikan justru berlangsung
pelimpahan berkas adalah sebagai lebih cepat. Namun demikian yang
berikut: menyatakan berkas telah lengkap
Menurut Kompol James H adalah jaksa penuntut umum,
Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit sehingga pengembalian berkas bisa
3 Tipikor Ditreskrimsus Polda saja terjadi. Oleh karena itu jaksa
Sumut: penuntut dapat mengembalikan
Jika berkas perkara hasil berkas ke penyidik jika ternyata belum
penyidikan di kepolisian yang memenuhi syarat, untuk dilengkapi
sudah dinyatakan P-21, lebih lanjut.
selanjutnya akan diserahkan
kepada jaksa penuntut umum HASIL DAN PEMBAHASAN
beserta tersangka pelaku tindak Tindak pidana korupsi adalah
pidana. tindak pidana yang bersifat luar biasa
oleh karena itu penanganannya juga
Menurut AKP Ucox P. Nugraha, harus luar biasa. Dalam
SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3 penanganannya ditemukan kendala-
Tipikor Ditreskrimsus Polda kendala yang dihadapi Kepolisian
Sumut: Daerah Sumatera Utara, yang
Penyidik dapat melimpahkan diuraikan sebagai berikut:
berkas jika telah dinyatakan
lengkap. Yang berwenang A. Kurang SDM Penyidik Kepolisian
memeriksa kelengkapan berkas Proses penegakan hukum
pada dasarnya adalah jaksa sangat tergantung pada SDM penyidik
penuntut, sehingga kadang terjadi yang berkompetensi baik dalam arti
mengembalikan berkas ke memahami tindak pidana korupsi
penyidik apabila belum memenuhi serta jumlahnya juga mencukupi.
syarat. Tetapi SDM penyidik yang bertugas di
Poldasu masih tergolong kurang
Menurut Kombes Pol Hadi memadai, sehingga penegakan
Wahyudi selaku Kabid Humas hukum terhadap tindak pidana
Polda Sumut: korupsi menjadi lemah, sebagaimana
Penyerahan berkas dan tersangka dinyatakan dalam wawancara berikut:
ke jaksa penuntut dalam perkara Menurut Kompol James H
ujaran kebencian biasanya dapat Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit
dilakukan tepat waktu, terutama 3 Tipikor Ditreskrimsus Polda
jika tersangka bersikap kooperatif. Sumut:
Jumlah penyidik seharusnya
Dari hasil wawancara di atas sebanding dengan beban kerja,
dapat dijelaskan bahwa penyidik karena dapat menyebabkan
dapat melimpahkan berkas ke pekerjaan menjadi lambat. Tetapi
penuntut umum jika telah dinyatakan jumlah penyidik di Poldasu
lengkap (P-21), dan biasanya dapat tergolong sedikit menyebabkan

66
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

jumlah penyidik yang menangani kemampuan cukup baik. Hal ini


perkara menjadi tidak sebanding menyebabkan penumpukan perkara
dengan banyaknya perkara yang pada penyidik yang memiliki
ditangani. kemampuan cukup baik, sehingga
penanganan perkara menjadi semakin
Artinya bahwa jumlah penyidik lambat. Kurangnya kemampuan
di Poldasu tergolong kurang banyak penyidik adalah dari segi kualitas
dan tidak sebanding dengan pemahaman hukum sebagaimana
banyaknya perkara yang harus dinyatakan dalam wawancara berikut:
ditangani. Perkara yang ditangani Menurut Kombes Pol Hadi
juga tidak sebatas tindak pidana Wahyudi selaku Kabid Humas
korupsi, tetapi juga mencakup semua Polda Sumut:
jenis tindak pidana yang terdapat di Kurangnya kompetensi penyidik
wilayah hukum Poldasu. Sumatera dapt dilihat dari masih ada
Utara yang menjadi daerah hukum beberapa penyidik yang kurang
Poldasu tergolong wilayah yang amat memahami aturan perudang-
luas, sehingga jumlah petugas undangan, khususnya UU Tindak
penyidik yang diperlukan juga Pidana Korupsi. Hal ini tentu
menjadi besar, tetapi hal tersebut menjadi menyulitkan dalam
belum dapat dipenuhi sampai mengarahkan proses pembuktian
sekarang. Disamping kurang dari segi agar memenuhi unsur-unsur
jumlah, penyidik yang berkompeten pidana yang didakwakan, karena
juga tergolong kurang sebagaimana pembuktian harus diarahkan pada
dinyatakan dalam wawancara berikut: pasal yang disangkakan kepada
Menurut AKP Ucox P. Nugraha, tersangka.
SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3
Tipikor Ditreskrimsus Polda Artinya bahwa kurangnya
Sumut: pengetahuan penyidik terhadap
Dari semua penyidik yang aturan hukum yang berlaku menjadi
tersedia, tidak seluruhnya yang kendala dalam pelaksanaan
benar-benar berkompeten. Bahkan penyidikan. Hal ini disebabkan dalam
dapat dikatakan bahwa penyidik setiap proses penyidikan, penyidik
yang benar-benar berkemampuan harus dapat membuktikan setiap
dalam berbagai bidang tindak unsur-unsur pidana yang didakwakan
pidana korupsi hanya sebagian berdasarkan alat bukti yang ada,
kecil, sehingga kualitas penyidik sehingga berkas perkara dapat
juga perlu ditingkatkan. dinyatakan memenuhi syarat untuk
dilimpahkan ke kejaksaan. Jika
Artinya bahwa terdapat juga pemahaman penyidik terhadap pasal
keterbatasan jumlah personil yang dakwaan (sangkaan) kurang memadai,
benar-benar berkemampuan baik maka berkas perkara akan sering
dalam bidang penyidikan berbagai bolak-balik dari kejaksaan ke
jenis perkara. Kompetensi penyidik penyidik, dan juga dapat
tidak merata dimana sebagian besar menyebabkan dakwaan jaksa menjadi
penyidik kurang berkemampuan dan kurang kuat di persidangan.
hanya sebagian kecil yang memiliki

67
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

Berdasarkan kendala yang telah menyulitkan kepolisian dalam


diuraiakan di atas maka cara melakukan penyidikan perkara.
mengatasi kendala tersebut perlu Penyidik memiliki pandangan yang
dilakukan penambahan penyidik cukup tajam mengenai penanganan
untuk mengatasi keterbatasan jumlah perkara, sehingga penyidikan perkara
penyidik. Disamping itu, penyidik terpaksa diberhentikan. Tanpa adanya
yang kurang berkompeten berlu diberi kesepahaman antar penyidik dengan
pelatihan agar kompetensi penyidik jaksa penuntut umum maka
kepolisian menjadi lebih merata dan penanganan perkara menjadi lebih
benar-benar siap untuk menangani sulit sebagaimana dinyatakan dalam
tindak pidana, khususnya tindak wawancara berikut:
pidana korupsi. Menurut AKP Ucox P. Nugraha,
SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3
B. Perbedaan Interpretasi Penegak Tipikor Ditreskrimsus Polda
Hukum Sumut:
Perbedaan pendapat dalam Perlu dilakukan penyatuan
penanganan perkara pidana korupsi persepsi antara penyidik dengan
juga tentu dapat menjadi faktor penuntut umum terutama dalam
kendala, karena hal tersebut dapat perkara tindak pidana
menyebabkan penanganan perkara korupsi,agar pengananan perkara
semakin lama atau bahkan tidak berakhir pada lepasnya
diberhentikan. Perbedaan pendapat pelaku dari pertanggungjawaban
tersebut secara khusus dapat terjadi pidana
antara penyidik dengan jaksa
penuntut umum sebagaimana Artinya bahwa tidak adanya
dinyatakan dalam wawancara berikut: kesamaan pandangan pada tahap
Menurut Kompol James H penyidikan dengan jaksa penuntut
Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit sangat berpotensi menyebabkan
3 Tipikor Ditreskrimsus Polda lepasnya pelaku korupsi dari jeratan
Sumut: hukum. Hal ini karena terdapat
Adanya perbedaan pendapat tentu kemungkinan penyidik tidak dapat
dapat menimbulkan melengkapi berkas untuk memenuhi
ketidaksinkronan dalam proses persyaratan P-21 sebagaimana diminta
penanganan perkara. Perbedaan oleh jaksa penuntut umum hingga
pendapat tersebut sering terjadi berakhirnya masa penahanan
antara penyidik kepolisian dengan kepolisian terhadap tersangka,
jaksa penuntut umum, sehingga sehingga harus dilepaskan dari
dapat menyebabkan proses tahanan.
pelimpahan berkas menjadi lebih Kesepahaman dalam pembuktian
lama. sangat diperlukan khususnya untuk
membuktikan keterpenuhan atas
Artinya bahwa jaksa penuntut unsur-unsur hukum sesuai dengan
umum kadang memiliki pandangan pasal yang disangkakan kepada
yang berbeda dengan penyidik tersangka. Jika masa penahanan
kepolisian atas perkara korupsi yang berakhir tetapi berkas belum
sedang ditangani, sehingga dinyatakan lengkap, maka tersangka

68
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

akan lepas. Tentu hal ini akan berhasil sehingga proses penyidikan
menyebabkan aparat saling menuding dihentikan. Contohnya pejabat bank
sebagai penyebab lepasnya tersangka. meminta atasan penyidik untuk
Untuk mengatasi kendala menghentikan penyidikan dengan
perbedaan interpretasi penegak imbalan sejumlah dana. Dalam hal ini
hukum maka aparat penegak hukum atasan penyidik akan melakukan
khususnya antara penyidik kepolisian intenvensi terhadap proses
dengan jaksa penuntut umum perlu penyidikan. Hal ini karena
lebih sering berdiskusi atau bertukar kemampuan beking melepaskan
pendapat tentang masalah hukum, tersangka dengan melakukan
sehingga terdapat kesepahaman intervensi sebenarnya bukan lagi hal
dalam penerapan hukum. baru dalam penegakan hukum.
Terlebih dalam perkara tindak pidana
C. Tingginya Intervensi korupsi, yang namanya beking
Intervensi penyidikan memiliki kekuatan yang cukup besar,
merupakan segala upaya yang sebagaimana dinyatakan dalam
dilakukan oleh pihak tertentu untuk wawancara berikut:
mempengaruhi atau membelokkan Menurut AKP Ucox P. Nugraha,
kejadian perkara. Pada dasarnya SIK. MH selaku Kanit 3 Subdit 3
intervensi terhadap proses penyidikan Tipikor Ditreskrimsus Polda
merupakan hal yang sering terjadi. Sumut:
Namun demikian penyidikan tindak Pada dasarnya pelaku korupsi
pidana korupsi, intervensi dirasakan memiliki dana besar yang
sangat gencar terjadi, sebagaimana diperoleh dari hasil tindak
dinyatakan dalam wawancara berikut: pidananya, sehingga berupaya
Menurut Kompol James H memanfaatkan kekuatan
Hutajulu SIK. MH selaku Kasubdit finansialnya untuk mempengaruhi
3 Tipikor Ditreskrimsus Polda proses hukum, sebagai upaya
Sumut: untuk membelokkan perkara.
Korupsi merupakan tindak pidana
yang berhubungan dengan pejabat Artinya bahwa upaya untuk
sehingga intervensi terhadap melepaskan pelaku dalam korupsi
proses hukum pelaku tergolong dengan melakukan intervensi adalah
gencar. Dalam hal ini penyidik cukup kuat. Kuatnya intervensi
kiepolisian sering mendapat terjadi karena adanya kekuatan
tekanan dari pihak lain untuk finansial yang dimiliki tersangka dari
mempengaruhi penyidikan. hasil tindak pidananya, sehingga
tersangka berupaya memanfaatkan
Artinya bahwa beking kepada kekuatan finansialnya untuk
pelaku tindak pidana korupsi melepaskan diri dari jeratan hukum.
tergolong gencar dilakukan. Dalam Lebih dari itu, keluarga tersangka juga
hal ini beking berupaya keras agar akan berupaya mempengaruhi internal
tersangka lepas dari jeratan hukum kepolisian sebagaimana dinyatakan
atau paling tidak sangkaan atau dalam wawancara berikut:
dakwaan menjadi lebih ringan. Dalam
banyak kasus, hal tersebut dapat

69
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

Menurut Kombes Pol Hadi penegakan hukum terhadap tindak


Wahyudi selaku Kabid Humas pidana korupsi. Penegakan hukum di
Polda Sumut: kepolisian diawali dengan menerima
Penyidik kepolisian sering laporan dari masyarakat dan juga
menghadapi intervensi dari melakukan penyelidikan terhadap
tersangka korupsi, karena pelaku kemungkinan telah terjadinya tindak
memiliki kekuatan finansial dan pidana korupsi, berdasarkan alat
memiliki relasi yang kuat. Hal ini bukti yang diperoleh, baik bukti
tentu lebih menyulitkan dalam elektronik, bukti fisik, maupun
penanganan perkara. keterangan ahli. Tetapi pada
Artinya bahwa jika tersangka kenyataannya penegakan hukum
pelaku korupsi atau keluarganya terhadap tindak pidana korupsi tidak
berupaya mempengaruhi petinggi di mudah dilakukan, terutama karena
internal kepolisian, maka daya lemahnya ancaman pidana terhadap
intervensinya tentu menjadi lebih tindak pidana korupsi, dimana
kuat. Hal ini karena sebagai petinggi ancaman pidana dalam undang-
kepolisian tentu mengenal jalur-jalur undang tindak pidana korupsi terlalu
di kepolisian, dimana kepolisian ringan sehingga tidak menimbulkan
memiliki struktur komando atas ke rasa takut kepada pelaku korupsi,
bawah. Terdapat juga kemungkinan bahkan terdapat ancaman pidana
bahwa orang yang menjadi beking yang maksimum 3 tahun untuk
adalah orang berpengaruh di internal tindak pidana dengan kerugian
kepolisian, sehingga beking tersebut negara relatif kecil.
dapat dengan mudah mempengaruhi
proses penyidikan untuk paling tidak DAFTAR PUSTAKA
meringankan pasal dakwaan kepada Buku:
tersangka. Abidin, Andi Zainal, Hukum Pidana 1,
Untuk mengatasi kendala Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
tingginya intervensi maka pihak
kepolisian perlu meningkatkan Ali, Achmad, Keterpurukan Hukum di
integritas penyidik dengan Indonesia, Ghalia Indonesia,
memberikan bimbingan moral dan Jakarta, 2002.
spiritual sesuai dengan Amiruddin dan Zainal Asikin,
kepercayaannya, serta melakukan Pengantar Metode Penelitian
pengawasan yang lebih baik terhadap Hukum, Raja Grafindo Persada,
pelaksanaan penyidikan tindak pidana Jakarta, 2003.
suap, sehingga diharapkan dapat Andrisman, Tri, Hukum Pidana Asas-
menghindari penyimpangan tugas Asas dan Dasar Aturan Umum
dengan menolak segala bentuk Hukum Pidana Indonesia. Bandar
intervensi dari pihak lain. Lampung, Unila, 2011.
Barry, M.D.J.Al., Kamus Peristilahaan
SIMPULAN Modern dan Populer 10.000
Kepolisian Daerah Sumatera Utara Istilah, Indah Surabaya,
merupakan instansi yang memiliki Surabaya, 1996.
wewenang yang luas dalam Bonger, W.A, Pengantar Tentang
penegakan hukum, termasuk Kriminologi, Pembangunan

70
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

Dan Ghalia Indonesia, Jakarta, Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana


1982. Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
Bugin, Burhan, Penelitian Kualitatif: 2009.
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Hartanti, Evi, Tindak Pidana Korupsi,
Publik dan Ilmu Sosial, Kencana, Sinar Grafika, Jakarta, 2016.
Jakarta, 2007. Kanter, E.Y dan S.R Sianturi, Asas-
Chazawi, Adami, Hukum Pidana Asas Hukum Pidana di
Materil dan Formil Korupsi di Indonesia dan Penerapannya,
Indonesia, Bayumedia Storia Grafika, Jakarta, 2002.
Publishing, Malang, 2005. Komisi Pemberantasan Korupsi,
Daliyo, J.B., Pengantar Hukum Memahami Untuk Membasmi,
Indonesia, Prenhalindo, Jakarta, Jakarta: Komisi Pemberantasan
2001. Korupsi, 2006.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Kristian dan Yopi Gunawa, Tindak
Indonesia, Pustaka Indonesia, Pidana Korupsi Kajian terhadap
Jakarta, 2005. Harmonisasi antara Hukum
Djaja, Ermansjah, Tipologi Tindak Nasional dan The Unite Nations
Pidana Korupsi Di Indonesia, Convention Againts Corruption
Mandar Maju, Bandung, 2010. (UNCAC), Reflika Aditama,
Dellyana, Shant, Konsep Penegakan Bandung, 2015.
Hukum, Liberty, Yogyakarta, Kusumah, Mulyana W., Aneka
2004. Permasalahan Dalam Ruang
Djamali, Abdul, Pengantar Hukum Lingkup Kriminologi, Alumni,
Indonesia, Raja Grafindo Bandung, 1981.
Persada, Jakarta, 1993. Lamintang, P.A.F., Dasar-Dasar Hukum
Ediwarman, Monograf Metode Pidana Indonesia, Citra Aditya
Penelitian Hukum (Panduan Bakti, Bandung, 2011.
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Marpaung, Leden, Hukum Pidana
Disertasi), Genta Publishing, Bagian Khusus, Sinar Grafika,
Medan, 2016. Jakarta, 2005.
Friedman, Lawrence M., The Legal
System : A Social Science Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian
Perspective, Russel Sage Hukum, Kencana Prenada
Foundation, New York, 1999. Media Group, Jakarta, 2010.
Fuady, Munir, Dinamika Teori Hukum, Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara
Citra Aditya Bakti, Bandung, Perdata Indonesia, Liberty,
2013. Yogyakarta, 2009.
Gardiner, John A. dan David J. Olson, Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,
Theft of The City, Indiana Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
University Press, Bloomington, Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian
1994, halaman 2. Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Gustiniati, Diah dan Budi Rizki Husin, Bandung, 2006.
Azas-Azas dan Pemidanaan Muhammad, Abdur Kadir, Hukum
Hukum Pidana Di Indonesia, Dan Penelitian Hukum, Citra
Justice Publisher, Bandar Aditya Bakti, Bandung, 2004.
Lampung, 2014.

71
ANALIS IS YURIDIS TENTANG PERANAN KEPOLIS IAN DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPS I (S tudi Pada Kepolisian Daerah S umatera Utara)
Zulkarnain W. Harahap 1), Gomgom T.P. Siregar 2), Syawal Amry Siregar 3)

Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Perundang-undangan:


Sistem Peradilan Pidana, BP Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
Undip, Semarang, 1996. Tentang Pemberantasan Tindak
Muladi dan Nawawi Arif, Teori-teori Pidana Korupsi.
Kebijakan Pidana, Alumni, Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
Bandung, 2005. Tentang Perubahan Atas
Poernomo, Bambang, Asas-Asas Undang-Undang No. 31 Tahun
Hukum Pidana, Ghalia 1999 Tentang Pemberantasan
Indonesia, Jakarta, 2002. Tindak Pidana Korupsi.
Prakoso, Djoko, Hukum Penitensier di Undang-Undang Republik Indonesia
Indonesia, Liberty, Jakarta, 1988. Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Rahardjo, Sajtipto, Permasalahan Kepolisian Negara Republik
Hukum di Indonesia, Alumni, Indonesia.
Bandung, 2005. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Reksodiputro, Mardjono, Sistem (KUHP)
Peradilan Pidana (Peran Penegak Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Hukum Melawan Kejahatan), Pidana (KUHAP)
Pusat Pelayanan Keadilan dan Peraturan Pemerintah Nomor 43
Pengabdian Hukum, Universitas Tahun 2018 tentang Tata Cara
Indonesia, Jakarta, 1994. Pelaksanaan Peran Serta
Santoso, Topo, Jual Beli Kriminologi, Masyarakat Dan Pemberian
Rajawali Press, Jakarta, 2000. Penghargaan Dalam
Saleh, Roeslan, Stelsel Pidana Indonesia, Pencegahan Dan
Akasara Baru, Jakarta, 2003. Pemberantasan Tindak Pidana
Schaar, R.M.A. Vand Der, dkk, Korupsi
Infrastruktur di Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 60
Indonesia Invetsments, Jakarta, Tahun 2008 tentang Sistem
2019 Pengendalian Intern
Setiady, Tolib, Pokok-Pokok Hukum Pemerintah.
Penitensier Indonesia, Alfabeta,
Bandung, 2010.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Wawancara:
Penelitian Hukum, Universitas Wawancara dengan Kompol James H
Indonesia, Jakarta, 2005. Hutajulu SIK. MH selaku
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Kasubdit 3 Tipikor
Alumni, Bandung, 1994. Ditreskrimsus Polda Sumut
Surachmin dan Suhandi Cahaya, pada tanggal 19 Agustus 2021.
Strategi dan Teknik Korupsi, Wawancara dengan AKP Ucox P.
Sinar Grafika, Jakarta, 2011. Nugraha, SIK. MH selaku Kanit
Tongat, Hukum Pidana Materiil, UMM 3 Subdit 3 Tipikor
Press, Malang, 2006. Ditreskrimsus Polda Sumut
Tuesang, Harie, Upaya Penegakan pada tanggal 20 Agustus 2021.
Hukum dalam Era Reformasi, Wawancara dengan Kombes Pol Hadi
Restu Agung, Jakarta, 2009. Wahyudi selaku Kabid Humas
Utrecht, Hukum Pidana I, Universitas, Polda Sumut pada tanggal 20
Bandung, 2000 Agustus 2021.

72

Anda mungkin juga menyukai