Anda di halaman 1dari 1

Nama : Putu Ayu Kezia Dewi

NIM : 2107521001
Prodi : S1 Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Penggemar atau Pengikut? Sebuah Diagnosis yang Jujur


BAB 1: Mau Dibawa Kemana?

Kata “Pengikut Kristus” sudah tidak asing lagi bagi orang-orang Kristen, bahkan
menjadi hal yang lumrah dan biasa. Pada hal ini, banyak orang menduga bahwa pertanyaan
“Apakah anda seorang pengikut Kristus?” menjadi pertanyaan basa basi yang kurang menarik
sebab menganggap bahwa seorang Kristen pastilah pula seorang pengikut Kristus. Oleh karena
itu, banyak dari kita yang dengan cepat menjawab “Ya, saya pengikut Kristus”. Namun, buku
ini menjelaskan bahwa seorang pengikut Kristus tidak ditentukan dari seberapa sering kita
menghadiri ibadah di gereja, latar belakang keluarga yang beragama Kristen, mengikuti
sekolah Alkitab atau camp gereja, mengenakan aksesoris kristiani, menonton film-film
kristiani, dan lain sebagainya. Dengan begitu, pertanyaan ini seharusnya menjadi pertanyaan
yang perlu direnungkan lebih lagi.
Seperti relasi pada umumnya, hubungan kita dengan Yesus juga butuh kepastian.
Apakah kita benar-benar pengikut-Nya atau hanya sekadar penggemar-Nya. Yesus tidak
mendambakan banyak penggemar yang hanya mencari-Nya ketika segala sesuatu berjalan
dengan baik dan menjauhi-Nya ketika situasi menjadi buruk. Di samping itu, seorang
penggemar akan mengukur ketaatan mereka melalui perbandingan budaya (membandingkan
dengan kerohanian orang lain) dan pengukur keagamaan (berdasarkan aturan agama dan
berbagai ritual) untuk membela dan membenarkan dirinya sebagai pengikut Kristus. Pada
akhirnya, penggemar Yesus memang mengetahui segala sesuatu tentang-Nya, tetapi tidak
mengenal-Nya secara pribadi.
Secara pribadi, buku ini membuat saya gelisah dan berpikir berulang-ulang kali apakah
saya memang pengikut Kristus yang setia, atau hanya mencari-Nya ketika saya membutuhkan
sesuatu. Saya merasa seperti salah satu dari banyaknya orang yang berbondong-bondong
mengikuti Yesus dengan tujuan mencari makanan gratis, bukan mencari Yesus secara pribadi.
Ya, seringkali saya lebih mengasihi berkat yang diberikan, daripada Sang Pemberi Berkat,
yaitu Yesus. Melalui bab ini saya belajar untuk merasa cukup terhadap kehadiran Yesus, entah
itu dalam masa bahagia ataupun sulit yang saya alami.

Anda mungkin juga menyukai