Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH ESTETIKA SENI PERTUNJUKAN


“ESTETIKA TARI CIWA NATARAJA”

OLEH:
I PUTU WIRAT ADITYA WIBAWA (202009004)
KELAS : PSP 4A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2022
PEMBAHASAN
Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang
mengandung pola, dimana pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang
membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga
menimbulkan keindahan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa esetetika
menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan
yang indah. Di indonesia banyak sekali tokoh-tokoh yang mengemukakan tentang
teori estetika yang dapat di gunakan sebagai acuan adalam menilai dan mengapresiasi
sebuah karya seni. Dalam pembahasan kali ini saya akan mencoba mengaitkan atau
mengkaji estetika dari “Tari Ciwa Nataraja” dengan teori estetika menurut A.A.Made
Djelantik. Teori ini mengatakan bahwa estetika adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan keindahan dan semua aspek yang di sebut keindahan.
Pada teori estetika menururt A.A.Made Djelantik stidaknya mempunyai 6 (enam)
aspek dasar yakni :
1. Wujud atau Rupa menyangkut bentuk (form) atau unsur yang mendasar dan
susunan atau struktur (structure).
2. Bobot yang menyangkut suasana (mood)
3. Gagasan (idea) dan pesan (massage)
4. Penampilan yang meliputi bakat (talent)
5. Keterampilan (skill)
6. Sarana media (Meliputi sarana dan media pertunjukan)
Dari penjelasan di atas, saya akan mengaitkan ke 6 (enam) aspek tersebut pada
estetika “Tari Ciwa Nataraja”

Tari Siwa Nataraja merupakan cerminan pencarian Satyam Sivam Sundaram


dalam berkesenian di Bali atau upaya pencarian kebenaran, kesucian, dan
keharmonisan melalui kesenian yang dilambangkan dengan Siwa itu sendiri. Puncak
keagungan pada kesenian tari di Bali digambarkan dengan Tari Siwa Nataraja yang
dalam perspektif Hindu Bali memiliki makna bahwa kesenian juga untuk pemujaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai visualisasi manifestasi Dewa dari Tari,
yakni Dewa Siwa. Pada tarian ini menggabungkan antara tari tradisional Bali dengan
tari tradisional India dengan susunan gerak berupa papeson, pangawak, pangecet, dan
pakaad. Tarian ini telah menjadi tari kebesaran STSI Denpasar yang kini bernama
Institut Seni Indonesia Denpasar sejak tahun 1990 masehi. Tarian Siwa Nataraja
ditarikan oleh 9 orang penari. Seorang berperan sebagai Siwa dan 8 orang penari
lainnya merupakan simbol dari pancaran energi suci Siwa. Tarian Siwa Nataraja
merupakan perpaduan antara elemen-elemen tari Bali dengan elemen-elemen Tari
Bharata Natyam, yang menyatu tidak terpisahkan.

Dari video yang telah saya tonton, bentuk gerak tari kreasi baru Siwa Nataraja
sangat variatif. Bentuk geraknya di samping gerak dasar dari petopengan, mudra
banyak juga diambil dari tari kekebyaran (gerak tari Bali). Namun pada sisi lain
khusus untuk gerak berjalan dan berputar banyak mengalami perubahan baik dari
teknik maupun penjiwaannya. Tariannya dari awal sampai akhir gerakannya hanya
berputar. Gerakan ini mencerminkan adanya nilai lokal yang dipengaruhi oleh
globalisasi. Bentuk gerakan berputar itu adalah sebuah bentuk inovasi dalam gerakan
tari kreasi baru Siwa Nataraja yang mencirikan perpaduan antara budaya lokal dan
budaya global.

Suasana yang di tampilkan dari Tari Siwa Nataraja ini menggambarkan


tentang kebesaran dari Dewa Siwa sebagai dewa dari tari, artinya memiliki suasana
yang sangat Agung, sangat jelas terlihat pada penggambaran Dewa Siwa yang
memancarkan energinya melalui 8 orang penari yang dilambangkan sebagai simbol
dari pancaran energi suci Dea Siwa.
Seperti yang bia kita lihat dari video, tata rias tari kreasi baru Siwa Nataraja
menggunakan tata rias panggung putra halus atau manis, yaitu mempertebal garis-
garis wajah penari agar terlihat seperti laki-laki yang berwatak manis. Selain itu
perhiasan yang dipakai adalah giwang untuk perhiasan telinga yang dapat menambah
keanggunan penampilan penari di atas panggung. Mengenai tata busana yang
digunakan terdiri dari: gelungan cecandian sebagai penutup kepala, sesimping
sebagai penutup bahu, kain perade untuk menutup bagian bawah tubuh, celana
sebatas lutut, sabuk perade digunakan untuk menutupi badan pada bagian pinggang
yaitu dari pinggul sampai kedada, ampok-ampok adalah alat perlengkapan tari yang
dikenakan di pinggang mampu memberi kesan mewah dan glamour serta nilai artistik
demikian pula perlengkapan yang lainnya adalah selendang yang warnanya kuning
diikatkan di pinggang, tangan kanan dan tangan kiri sambil memegang kipas. Selain
di pegang dan ditarikan ke dua kipas kadang-kadang diselipkan di pinggang penari.
Tarian ini tidak terlepas juga dari segi iringannya, tari kreasi baru Siwa
Nataraja tampaknya mempunyai iringan khusus yaitu memakai gambelan ”Gong
Kebyar”. Gong Kebyar merupakan salah satu bentuk barungan gambelan Bali yang
menggunakan laras pelog lima nada. Sejak kemunculannya ternyata gong kebyar
telah mampu merebut hati masyarakat, karena gambelan ini merupakan salah satu
media yang dipergunakan oleh para seniman untuk mengungkapkan ekspresi
artistiknya, baik yang mengacu pada tradisi maupun yang benar-benar ingin
mendapatkan sesuatu yang baru. Maka dari itu tari Siwa Nataraja ini menggunakan
iringan Gong Kebyar yang dimana Gong Kebyar memiliki suasana yang sangat
agung.

Sarana yang dipergunakan dalam pementasan Tari Siwa Nataraja ini


menggunakan banten atau sesaji sebanyak dua buah yaitu satu untuk di iringan
(gamelan) dan yang satunya lagi untuk perlengkapan penari seperti gelungan penari
yang perlu di sucikan keberadaannya. Semua ini sebagai rasa bhakti dan syukur
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sanghyang Widhi Wasa) dan harapan yang
diinginkan selama pertunjukan berlangsung dapat tampil dengan sukses.

Anda mungkin juga menyukai