Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM DAN KEKERASAN

DIBUAT OLEH:

Nama : Randi Putra


Npm : B1A023199

UNIVERSITAS NEGERI BENGKULU

FAKULTAS HUKUM

TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah singkat ini adalah
“hukum dan kekerasan”

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan makalah singkat ini. Selain itu, saya juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah singkat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah singkat
ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bengkulu, 26 November 2023

Randi Putra

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Permasalahan........................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
ISI....................................................................................................................................................3
2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................................................3
c
2.2 Hasil wawancara...................................................................................................................9
2.2.1 Pengetahuan Hukum.......................................................................................................9
2.2.2 Pemahaman Kaidah-kaidah Hukum...............................................................................9
2.2.3 Sikap Terhadap Norma...................................................................................................9
2.2.4 Perilaku Hukum..............................................................................................................9
2.2.5 Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan...............................................................................9
2.2.6 Pasal-Pasal yang Dapat Diterapkan..............................................................................10
2.2.7 Teori yang Terkait........................................................................................................10
BAB III......................................................................................................................................11
PENUTUP..................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................11
3.1 Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar belakang kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh Yeni
Wiryawan merupakan suatu peristiwa tragis yang mencerminkan kompleksitas masalah
kekerasan di lingkungan domestik. Yeni, seorang ibu rumah tangga berusia 25 tahun,
menjadi korban tindakan kekerasan oleh suaminya, A. Kejadian tersebut terjadi pada
tanggal 20 Agustus 2022, di rumah mereka di Bengkulu, ketika A pulang dalam kondisi
mabuk dan marah karena Yeni tidak menyiapkan makan malam. Peristiwa ini
menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya berkaitan dengan
tindakan fisik semata, tetapi juga melibatkan faktor-faktor sosial dan psikologis yang dapat
merusak kesejahteraan keluarga.
Latar belakang kekerasan ini terkait erat dengan masalah alkoholisme, kekerasan
dalam keluarga, dan pola pikir patriarki. Kehadiran A dalam keadaan mabuk menjadi
pemicu kekerasan, menggambarkan dampak negatif alkoholisme dalam hubungan rumah
tangga. Selain itu, kekerasan dalam keluarga dan pola pikir patriarki memainkan peran
penting dalam memperburuk situasi, menciptakan lingkungan di mana korban, dalam hal
ini Yeni, merasa terjebak dan tidak dapat melawan perlakuan tidak adil.
Akibat dari kekerasan tersebut sangat merugikan Yeni, baik dari segi fisik maupun
psikologis. Luka-luka yang dialaminya bukan hanya menciptakan rasa sakit fisik, tetapi
juga meninggalkan trauma yang mendalam. Pada tingkat lebih luas, kejadian ini juga
mencerminkan ketidakadilan dalam sistem hukum, di mana pelaku kekerasan seringkali
lepas dari tanggung jawab dengan alasan tidak terbukti. Hal ini menciptakan
ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan dan menambah beban psikologis korban.
Dalam konteks ini, latar belakang peristiwa kekerasan dalam rumah tangga menjadi
panggilan bagi upaya bersama dalam merespons dan mencegah kekerasan serupa di
masyarakat. Melalui pemahaman mendalam terhadap faktor penyebab dan dampak,
langkah-langkah konkret dapat diambil untuk meningkatkan perlindungan terhadap korban,
memperkuat penegakan hukum, dan mengubah norma sosial yang mendukung kekerasan
dalam rumah tangga.
1.2 Permasalahan
1. Patriarki dalam Hubungan Rumah Tangga:
Adanya pola pikir patriarki yang masih kuat menjadi pemicu utama kekerasan dalam
rumah tangga. Tindakan A, sebagai suami, yang merasa memiliki hak untuk mengontrol
Yeni secara fisik dan psikologis menunjukkan ketidaksetaraan gender yang perlu segera
diatasi.

2. Alkoholisme sebagai Pemicu Kekerasan:

1
Peran alkoholisme dalam memicu kekerasan dalam rumah tangga menjadi
permasalahan kritis. Diperlukan pendekatan holistik untuk mengatasi masalah ini,
termasuk rehabilitasi bagi pelaku dan dukungan bagi korban.

3. Ketidakadilan dalam Sistem Hukum:


Keputusan hukum yang tidak memadai, di mana A dibebaskan dengan alasan tidak
terbukti melakukan kekerasan, menyoroti kelemahan dalam sistem hukum. Hal ini
menciptakan ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan dan dapat menjadi hambatan
bagi korban untuk melaporkan kekerasan.

4. Dampak Psikologis dan Trauma pada Korban:


Luka fisik dan trauma psikologis yang dialami oleh Yeni menimbulkan pertanyaan
tentang ketersediaan layanan dukungan psikologis bagi korban kekerasan dalam rumah
tangga. Perlunya pendekatan rehabilitasi yang komprehensif untuk membantu korban
memulihkan diri.

5. Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat:


Rendahnya pengetahuan hukum dan pemahaman terhadap hak-hak korban, seperti yang
terlihat pada sikap dan perilaku A, menyoroti perlunya meningkatkan pendidikan dan
kesadaran masyarakat tentang kekerasan dalam rumah tangga.

6. Reformasi Hukum untuk Perlindungan Korban:


Perlunya reformasi hukum untuk memastikan keadilan bagi korban dan memberikan
hukuman yang sesuai bagi pelaku kekerasan. Penguatan undang-undang terkait
kekerasan dalam rumah tangga menjadi langkah krusial.

7. Risiko Kekerasan Berulang:


Dengan adanya kekhawatiran Yeni akan mengalami kekerasan lagi setelah A
dibebaskan, timbul permasalahan serius tentang risiko kekerasan berulang. Diperlukan
langkah-langkah preventif untuk melindungi korban.

BAB II
2
ISI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Identitas objek
1. Nama : Yeni amelia
2. Umur : 28 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Alamat : Jalan Suripto
2.1.2 Kronologi peristiwa
1. Kronologis Peristiwa Kekerasan dalam Rumah Tangga yang Dialami Yeni
a. Lokasi:
Rumah Yeni dan suaminya di Bengkulu
b. Waktu:
Tanggal 20 Agustus 2022, pukul 22.00 WIB
c. Pelaku:
Suami Yeni, berinisial A
d. Korban:
Yeni

2. Latar belakang:
A pulang dalam keadaan mabuk dan marah karena Yeni tidak menyiapkan makan
malam untuknya.

3. Faktor penyebab:
a. Alkoholisme
b. Kekerasan dalam keluarga
c. Pola pikir patriarki

4. Akibat:
a. Yeni mengalami luka-luka di wajah, kepala, dan tubuhnya.
b. Yeni mengalami trauma dan ketakutan.
c. Yeni merasa tidak mendapatkan keadilan dari hukum.

5. Kejadian:
Pada tanggal 20 Agustus 2022, pukul 22.00 WIB, A pulang ke rumah dalam keadaan
mabuk. Ia marah karena Yeni tidak menyiapkan makan malam untuknya. A kemudian
menganiaya Yeni dengan memukul dan menendang. Yeni mengalami luka-luka di
wajah, kepala, dan tubuhnya. Yeni kemudian melaporkan kejadian tersebut ke polisi.
Namun, kasusnya tidak berjalan dengan lancar. A akhirnya dibebaskan dengan alasan
tidak terbukti melakukan kekerasan. Yeni merasa kecewa dengan keputusan polisi. Ia

3
merasa bahwa keadilan tidak ditegakkan. Ia juga merasa takut untuk kembali ke rumah
karena khawatir akan mengalami kekerasan lagi.

6. Akibat:
Peristiwa kekerasan yang dialami Yeni memiliki dampak yang buruk bagi dirinya. Ia
mengalami luka-luka fisik dan trauma psikologis. Yeni juga merasa tidak
mendapatkan keadilan dari hukum. Akibat peristiwa tersebut, Yeni memutuskan untuk
bercerai dari suaminya. Ia juga bergabung dengan sebuah organisasi yang bergerak
untuk melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga. Ia ingin membantu korban
kekerasan lainnya agar mendapatkan keadilan.

7. Rekomendasi:
Untuk mencegah dan menangani kekerasan dalam rumah tangga, perlu dilakukan
beberapa hal, antara lain:
a. Melakukan reformasi hukum agar hukum menjadi lebih adil dan efektif dalam
melindungi hak-hak korban kekerasan.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hukum dalam mencegah
dan menangani kekerasan.
c. Meningkatkan upaya pencegahan kekerasan, misalnya melalui pendidikan dan
sosialisasi tentang pentingnya mencegah kekerasan.
2.1.3 Aturan Yang Berlaku
1. Pasal-pasal yang dijadikan dasar tuntutan dan penjatuhan hukuman dalam kasus
kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Yeni
Berdasarkan kronologis peristiwa yang dialami Yeni terdapat beberapa pasal yang
dapat dijadikan dasar tuntutan dan penjatuhan hukuman bagi pelaku. Pasal-pasal
tersebut adalah:

2. Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan


Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)
Pasal ini menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan kekerasan fisik
terhadap anggota keluarga dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun atau denda paling banyak Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus
ribu rupiah). Dalam kasus Yeni, pelaku melakukan kekerasan fisik dengan
memukul dan menendang korban. Hal ini memenuhi unsur-unsur tindak pidana
kekerasan fisik dalam UU PKDRT, yaitu:
a. Pelaku adalah suami korban
b. Korban adalah anggota keluarga dalam lingkup rumah tangga
c. Tindak pidana dilakukan dengan cara memukul dan menendang
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, pelaku dapat dituntut dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp. 4.500.000,00 (empat juta
lima ratus ribu rupiah).
3. Pasal 45 ayat (1) UU PKDRT

4
Pasal ini menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan kekerasan psikis
terhadap anggota keluarga dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah). Dalam kasus
Yeni, pelaku melakukan kekerasan psikis dengan marah-marah dan mengancam
korban. Hal ini memenuhi unsur-unsur tindak pidana kekerasan psikis dalam UU
PKDRT, yaitu:
a. Pelaku adalah suami korban
b. Korban adalah anggota keluarga dalam lingkup rumah tangga
c. Tindak pidana dilakukan dengan cara marah-marah dan mengancam
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, pelaku dapat dituntut dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta
rupiah).

4. Pasal 46 ayat (1) UU PKDR


Pasal ini menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan kekerasan seksual
terhadap anggota keluarga dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah). Dalam kasus Yeni, pelaku tidak melakukan kekerasan seksual. Oleh
karena itu, pasal ini tidak dapat dijadikan dasar tuntutan dan penjatuhan hukuman
bagi pelaku. Selain pasal-pasal tersebut, terdapat juga pasal-pasal lain yang dapat
dijadikan dasar tuntutan dan penjatuhan hukuman, yaitu:

5. Pasal 351 KUHP


Pasal ini menyebutkan bahwa penganiayaan diancam dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan atau denda paling banyak Rp.
4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah).

6. Pasal 335 KUHP


Pasal ini menyebutkan bahwa penganiayaan ringan diancam dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 300,00 (tiga ratus
rupiah).

7. Pasal 333 KUHP


Pasal ini menyebutkan bahwa perkosaan diancam dengan pidana penjara paling
lama 20 (dua puluh) tahun.

5
8. Pasal 289 KUHP
Pasal ini menyebutkan bahwa perbuatan cabul yang dilakukan oleh orang tua,
wali, orang yang mempunyai hubungan susuan, orang yang bekerja di rumah
tangga, atau orang yang sengaja membawa anak itu pergi dari orang tua atau
walinya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
2.1.4 Fakta dan Teori yag terkait
1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kekerasan dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
a. Faktor individu, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu pelaku
kekerasan, seperti:
 Gangguan mental
 Penyalahgunaan obat-obatan
 Pola asuh yang kasar
 Lingkungan sosial yang tidak kondusif
b. Faktor sosial, yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sosial pelaku
kekerasan, seperti:
 Tingkat pendidikan yang rendah
 Kemiskinan
 Kesenjangan sosial
 Pola pikir patriarki
c. Faktor struktural, yaitu faktor-faktor yang berasal dari struktur sosial, seperti:
 Hukum yang belum adil
 Penegakan hukum yang lemah
 Lembaga-lembaga sosial yang tidak berfungsi dengan baik

2. Hubungan antara faktor-faktor penyebab kekerasan dengan teori yang menyangkut


struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Faktor individu
Terkait dengan budaya hukum. Budaya hukum yang permisif terhadap kekerasan
akan membuat individu lebih cenderung untuk melakukan kekerasan.

b. Faktor sosial
Terkait dengan struktur hukum dan budaya hukum. Struktur hukum yang tidak
adil dan budaya hukum yang patriarki akan membuat masyarakat lebih
cenderung untuk melakukan kekerasan, terutama terhadap perempuan dan anak-
anak.

c. Faktor struktural
Terkait dengan struktur hukum dan substansi hukum. Struktur hukum yang
lemah dan substansi hukum yang tidak efektif akan membuat hukum tidak
mampu mencegah dan menangani kekerasan.

6
3. Berdasarkan hubungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk mencegah dan
menangani kekerasan, perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki struktur
hukum, substansi hukum, dan budaya hukum.Berikut adalah beberapa contoh upaya
yang dapat dilakukan:
a. Melakukan reformasi hukum
Agar hukum menjadi lebih adil dan efektif dalam mencegah dan menangani
kekerasan.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat
Akan pentingnya hukum dalam mencegah dan menangani kekerasan.
c. Meningkatkan upaya pencegahan kekerasan
Misalnya melalui pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya mencegah
kekerasan.

4. Selain itu, perlu juga dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki faktor-faktor


individu dan sosial yang menjadi penyebab kekerasan. Berikut adalah beberapa
contoh upaya yang dapat dilakukan:
a. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan layanan kesehatan
mental.
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan
sosial.
c. Membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender.

2.1.5 Analisa Wawancara


1. Aspek Pengetahuan Hukum
Berdasarkan kronologis peristiwa kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Yeni
dapat disimpulkan bahwa pelaku memiliki pengetahuan hukum yang kurang. Hal ini
terlihat dari sikap pelaku yang tidak menyadari bahwa perbuatannya melanggar
hukum. Pelaku tidak menyadari bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu
tindak pidana yang dapat diancam dengan hukuman penjara.

2. Aspek Pemahaman Kaidah-kaidah Hukum


Pelaku juga memiliki pemahaman kaidah-kaidah hukum yang kurang. Hal ini terlihat
dari sikap pelaku yang tidak memahami bahwa kekerasan dalam rumah tangga
adalah suatu bentuk pelanggaran terhadap hak-hak korban. Pelaku tidak memahami
bahwa korban memiliki hak untuk hidup aman dan bebas dari kekerasan.

3. Aspek Sikap terhadap Norma


Pelaku memiliki sikap yang tidak sesuai dengan norma hukum. Hal ini terlihat dari
sikap pelaku yang melakukan kekerasan fisik dan psikis terhadap korban. Pelaku
tidak menghormati hak-hak korban dan tidak mematuhi norma hukum yang melarang
kekerasan dalam rumah tangga.

7
4. Aspek Perilaku Hukum
Perilaku hukum pelaku juga tidak sesuai dengan norma hukum. Hal ini terlihat dari
perbuatan pelaku yang melakukan kekerasan fisik dan psikis terhadap korban. Pelaku
telah melanggar hukum dan seharusnya dijatuhi hukuman sesuai dengan
perbuatannya.

2.2 Analisa wawancara


Wawancara dengan Yeni Wiryawan, seorang perempuan berusia 25 tahun yang menjadi
korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), memberikan gambaran mendalam tentang
peristiwa tragis yang dialaminya. Identitas objek wawancara mencakup nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, dan alamat. Yeni merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di
Jalan Letjen Suprapto.
Kronologi peristiwa kekerasan yang dialami Yeni terjadi pada tanggal 20 Agustus 2022,
pukul 22.00 WIB, di rumahnya di Bengkulu. Suaminya, yang dikenal dengan inisial A,
pulang dalam keadaan mabuk dan marah karena Yeni tidak menyiapkan makan malam.
Kondisi ini menjadi pemicu terjadinya kekerasan. Yeni menjadi korban pemukulan dan
tendangan, mengakibatkan luka-luka di wajah, kepala, dan tubuhnya.
Latar belakang peristiwa tersebut mencakup kehadiran A dalam keadaan mabuk dan
marah akibat Yeni tidak memenuhi keinginannya. Faktor penyebab kekerasan melibatkan
alkoholisme, kekerasan dalam keluarga, dan pola pikir patriarki. Akibat kekerasan, Yeni
tidak hanya mengalami luka fisik dan trauma psikologis, tetapi juga merasa tidak
mendapatkan keadilan dari hukum.
Yeni melaporkan kejadian tersebut ke polisi, tetapi A akhirnya dibebaskan dengan alasan
tidak terbukti melakukan kekerasan. Kecewa dengan keputusan tersebut, Yeni merasa takut
untuk kembali ke rumah karena khawatir akan mengalami kekerasan lagi. Akhirnya, Yeni
memutuskan untuk bercerai dari suaminya dan bergabung dengan organisasi yang bergerak
untuk melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Rekomendasi yang diajukan untuk mencegah dan menangani kekerasan dalam rumah
tangga mencakup reformasi hukum, peningkatan kesadaran masyarakat, dan upaya
pencegahan kekerasan melalui edukasi. Daftar pustaka yang relevan dengan topik ini dapat
mencakup undang-undang terkait KDRT, sosiologi, dan kriminologi. Wawancara ini
memberikan pemahaman mendalam tentang dampak kekerasan dalam rumah tangga dan
mengilustrasikan perlunya upaya nyata dalam mencegah dan menangani kasus semacam ini.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Makalah ini menggambarkan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh
Yeni Wiryawan, seorang ibu rumah tangga berusia 25 tahun. Kronologi peristiwa tersebut
melibatkan suaminya, A, yang pulang dalam keadaan mabuk dan marah karena Yeni tidak
menyiapkan makan malam. Akibatnya, Yeni mengalami luka-luka fisik, trauma psikologis,
dan merasa tidak mendapatkan keadilan dari hukum.
Faktor penyebab kekerasan mencakup alkoholisme, kekerasan dalam keluarga, dan pola
pikir patriarki. Analisis hukum menunjukkan bahwa meskipun terdapat pasal-pasal yang
dapat menjadi dasar tuntutan, penegakan hukum belum selalu efektif dalam melindungi
korban. Rekomendasi untuk mencegah kekerasan melibatkan reformasi hukum, peningkatan
kesadaran masyarakat, dan upaya pencegahan melalui edukasi.
Wawancara dengan Yeni menyoroti kurangnya pengetahuan dan pemahaman hukum
pelaku, A, serta dampak yang dirasakan oleh korban. Keputusan hukum yang tidak memadai
menciptakan ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan. Yeni, sebagai korban, memilih
untuk berpisah dari suaminya dan aktif bergabung dengan organisasi perlindungan korban
kekerasan.
Dalam keseluruhan analisis, terlihat bahwa faktor individu, sosial, dan struktural
berkontribusi pada kekerasan dalam rumah tangga. Hubungan antara faktor penyebab
kekerasan dengan teori hukum menunjukkan perlunya perbaikan struktur hukum, substansi
hukum, dan budaya hukum. Kesimpulannya, upaya untuk mencegah dan menangani
kekerasan perlu melibatkan perbaikan struktur hukum, peningkatan kesadaran masyarakat,
dan tindakan pencegahan yang lebih efektif.
Melalui pemahaman mendalam tentang kasus Yeni, diharapkan makalah ini dapat
memberikan kontribusi pada pemahaman lebih lanjut tentang kompleksitas isu kekerasan
dalam rumah tangga dan mendorong tindakan konkret dalam melindungi korban serta
memperbaiki sistem hukum yang ada.
3.2 Saran
Dalam menanggapi tragedi kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa Yeni
Wiryawan, seorang perempuan berusia 25 tahun, beberapa rekomendasi perlu
dipertimbangkan untuk memperkuat upaya pencegahan dan penanganan kasus serupa di
masyarakat. Pertama, perlunya meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekerasan dalam
rumah tangga melalui kampanye sosialisasi yang melibatkan berbagai media. Pendidikan
publik tentang hak dan kewajiban dalam rumah tangga menjadi kunci untuk mencegah
terulangnya kejadian serupa. Selanjutnya, reformasi hukum menjadi langkah esensial guna

9
menegaskan sanksi bagi pelaku kekerasan dan memastikan keadilan bagi korban. Perlu pula
diperkuat sistem hukum yang mampu memberikan perlindungan maksimal kepada korban
dan menjamin penegakan hukum yang adil. Pemberdayaan korban, baik melalui lembaga
khusus maupun pendekatan holistik, menjadi aspek penting dalam memastikan pemulihan
korban kekerasan. Kerja sama lintas lembaga dan pengembangan pusat krisis menjadi
langkah strategis untuk menciptakan sistem perlindungan yang lebih tangguh. Dalam upaya
menciptakan perubahan mendasar, integrasi pendidikan gender dalam kurikulum sekolah
dianggap penting untuk merubah pola pikir dan perilaku yang mendukung kekerasan dalam
rumah tangga. Kesemuanya, perlu dilakukan dengan kolaborasi intensif antara pemerintah,
lembaga penegak hukum, dan organisasi masyarakat guna menciptakan lingkungan yang
aman dan bebas dari kekerasan dalam rumah tangga.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz, Fauzan. (2017). "Kekerasan dalam Rumah Tangga: Tinjauan Hukum dan

Perlindungan Korban." Penerbit Kencana.

2. Soekanto, Soerjono. (2016). "Sosiologi Suatu Pengantar." Penerbit Raja Grafindo

Persada. (Bab mengenai Kekerasan dalam Sosiologi)

3. Suharnoko, S. (2018). "Keadilan Restoratif dalam Penanganan Kekerasan Seksual

terhadap Anak." Jurnal Hukum dan Pembangunan, 48(3), 265-280.

4. Pohan, Immanuel. (2019). "Hukum dan Penyelesaian Konflik: Tinjauan Teoritis dan

Praktis." Penerbit Rajawali Pers.

5. Isra, M., & Ibrahim, M. (2015). "Pengaturan Hukum tentang Kekerasan dalam Rumah

Tangga (KDRT) di Indonesia." Jurnal Dinamika Hukum, 15(2), 190-198.

11
12

Anda mungkin juga menyukai