Anda di halaman 1dari 9

BAB 5

ANALISIS HASIL

5.1 Kondisi Lingkungan dan Ruang Bangunan


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, menyatakan bahwa lantai, dinding, ventilasi, atap, langit-
langit, konstruksi balkon, beranda, talang, pintu, halaman, jaringan
instalasi, lalu lintas antar ruangan dan fasilitas kebakaran harus tersedia
dalam keadaan baik sesuai dengan fungsinyaa masing-masing.
Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan terhadap kondisi lingkungan
dan ruang bangunan rumah sakit kemudian dibandingkan dengan
peraturan terkait, maka kondisi lingkungan dan ruang bangunan rumah
sakit telah memenuhi syarat.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti lantai yang
tidak berbentuk conus sehingga tidak mudah untuk dibersihkan dan
memungkinkan terjadi infeksi nosokomial dan atap yang berwarna terang
tetapi sudah pudar warnanya karena bangunan lama.
Lingkungan bangunan rumah sakit dalam keadaan bersih, tersedia
tempat sampah yang saniter dan area bebas merokok. Selain hal
tersebut, tersedia pula fasilitas sanitasi, yaitu toilet, dan wastafel. Ruang
bangunan pada ruang perawatan, ruang laboratorium, ruang sterilisasi,
dan ruang radiologi dalam kondisi baik dan bersih.

5.2 Penyediaan Air Bersih


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.416/MENKES/PER/XI/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air bersih menyatakan bahwa kualitas air bersih yang baik tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta 38


39

Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan terhadap penyediaan air bersih
kemudian dibandingkan dengan peraturan terkait, maka kondisi Air bersih
yang ada di RS Muhammadiyah Taman Puring telah memenuhi syarat.
Hal tersebut dikarenakan kualitas air bersih yang ada telah sesuai yaitu
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Selain itu, secara
kuantitas jumlah air bersih yang ada mencukupi. Sarana penyediaan air
bersih berasal dari PAM dan air tanah dengan penampungan yang
tertutup dan sistem pendistribusian tidak mengalami kebocoran.
Air bersih yang tersedia di RS Muhammadiyah juga telah dilakukan
pemeriksaan secara fisik, kimia dan bakteriologis yang dilaksanakan
pada setiap tahun bekerjasama dengan PT. Unilab perdana yang
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.416/MENKES/PER/XI/1990 . Berdasarkan hasil uji pada februari 2013
air bersih yang ada di lokasi RS Muhammadiyah telah memenuhi syarat
parameter.

5.3 Pengolahan Limbah Cair


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit harus memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), terdapat alat pengukur debit limbah cair,
saluran pembuangan limbah harus tertutup, kedap air, limbah harus
mengalir dengan lancar, air limbah di dapur harus tersedia penanggap
lemak dan frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah dilakukan
setiap bulan sekali, dan minimal 3 bulan sekali untuk uji petik.
Berdasarkan data sekunder yang kami dapatkan dari hasil laboratorium
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah, juli 2014, terdapat satu item
yang belum memenuhi baku mutu yaitu Total coliform. Hasil outlet Total
coliform berdasarkan hasil analisa laboratorium yatiu >16000 sedangkan
menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 69 Tahun 2013
kadar maksimum Total Coliform yaitu 10000 dan sebaiknya diberikan

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta


40

chlor di ujung proses sebelum di buang ke badan air untuk menurunkan


kadar coliform.. .

5.4 Penyehatan Udara


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit menyatakan bahwa persyaratannya udara tidak berbau dan
berdebu.
Dari hasil identifikasi terhadap kualitas udara yang dilakukan di RS
Muhammadiyah Taman Puring kemudian dibandingkan dengan peraturan
yang terkait maka kualitas udara telah memenuhi syarat. Hal tersebut
dikarenakan udara yang ada di RS Muhamamdiyah Taman Puring sejuk,
tidak berdebu dan tidak berbau.

5.4.1 Faktor Fisik

1. Kebisingan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,
menyatakan bahwa kebisingan untuk masing-masing
ruangan atau unit seperti tabel berikut :
Tabel 5.1
Baku Mutu Kebisingan Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004

No Ruangan atau Unit Maksimum


kebisingan (waktu
pemaparan 8 jam
dan satuan dBA)

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta


41

1 Ruang pasien 45
-saat tidak tidur 40
-saat tidur

2 Ruang operasi, umum 45

3 Anestesi, pemulihan 45

4 Endoskopi, laboraturium 65

5 Sinar X 40

6 Koridor 40

7 Kantor/loby 45

8 Farmasi 45

9 Dapur 78

10 Ruang cuci 78

11 Ruang isolasi 40

12 Ruang poli gigi 80

Berdasarkan data sekunder yang di dapat dan


dibandingkan dengan peraturan diatas nilai kebisingan di
ruang perawatan, ruang operasi, dan ruang farmasi
melebihi nilai ambang batas, sedangkan angka
kebisingan di ruang administrasi, unit gizi, dan ruang
laboratorium dibawah nilai ambang.
5.4.2 Faktor Bakteriologis
1. Bakteriologis Udara
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta


42

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,


menyatakan bahwa batas maksimum bakteriologis udara
untuk ruang bersalin/ICU/UGD : 200 koloni/m3,ruang
operasi : 10 koloni/m3, ruang perawatan : 200 – 500
koloni/m3. Metode yang digunakan yaitu penghisapan
udara dengan Bacteiology Air Sampler.
Dari hasil identifikasi dibandingkan dengan peraturan
tersebut, maka tingkat bakteriologi udara di ruang
perawatan telah memenuhi persyaratan. Namun ruang
UGD tindakan, UGD observasi, OK1, OK2 belum
memenuhi syarat karena angka kuman yang melebihi
ambang batas, kemungkinan karena cara sterilisasi yang
kurang benar sehingga masih tersisa kuman di ruang
UGD maupun ruang OK dan tidak menaati peraturan
yang berlaku pada ruangan tertentu contohnya di ruang
operasi orang keluar masuk sembarangan.
5.5 Pengelolaan Sampah Medis, Non-Medis dan Limbah B3
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit menyatakan bahwa dalam pengelolaan sampah padat
medis dan non-medis harus sesuai persyaratan.

5.5.1 Sampah medis


Dilakukan pemilahan mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah pathogen, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan,dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi. Tempat pewadahan limbah medis
padat terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, dan kedap
air.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non-medis. Untuk benda-

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta


43

benda tajam ditampung pada tempat khusus. Petugas yang menangani


limbah menggunakan alat pelindung diri yang terdiri topi/helm, masker,
pelindung mata, pakaian panjang (coverall), pelindung kaki/sepatu boot
dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).
Pengangkutan menggunkan troli yang tertutup. Pengangkutan sampah
padat medis dan non-medis ke TPS dilakukan setiap hari.

5.5.2 Sampah padat non-medis


Tidak dilakukan pemilahan antara limbah organik dan an-organik. Untuk
pewadahan menggunakan wadah yang kuat, ringan, tertutup, tahan karat
dan mudah dibersihkan. Sampah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya
melebihi 3 x 24 jam supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau
binatang pengganggu.
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat
penampungan sementara tidak menggunakan trolly. Tersedia tempat
penampungan limbah padat non-medis sementara. Tempat tersebut tidak
merupakan sumber bau, dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi
saluran untuk cairan lindi. Limbah padat domestik dibuang ke lokasi
pembuangan akhir yang dikelola oleh sudin kesehatan Jakarta selatan.
Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan terhadap pengelolaan sampah
kemudian dibandingkan dengan peraturan terkait maka kegiatan
pengelolaan sampah di RS Muhammadiyah Taman Puring telah
memenuhi syarat.
Namun saat dilokasi ada beberapa petugas yang tidak menggunakan
handstool dan masker yang memungkinkan terkena infeksi nosokomial.
Lalu cara menggunakan trolly tertutup agar tidak terjadi kontaminasi.

5.5.3 Limbah B3
Dilakukan pemilahan menurut jenis limbah. Untuk pewadahan
menggunakan wadah yang kuat, ringan, tertutup, tahan karat dan mudah
dibersihkan.

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta


44

Tersedia tempat penampungan limbah B3. Pada TPS dilengkapi saluran


untuk cairan lindi. Limbah B3 di kelola oleh pihak ketiga PT. WASTEK
diambil 2 minggu sekali.
Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan terhadap pengelolaan sampah
kemudian dibandingkan dengan peraturan terkait maka kegiatan
pengelolaan sampah di RS Muhamamdiyah telah memenuhi syarat.
Sebaiknya petugas kebersihan lebih ditegaskan dalam menggunakan
APD (sepatu boot, seragam, masker, handstool) karena saat dilokasi ada
beberapa petugas yang tidak menggunakan handstool dan masker.

5.6 Pengendalian Vektor Penyakit (Pest Control)


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit menyatakan bahwa persyaratannya tidak ditemukan tanda-
tanda keberadaan tikus terutama pada daerah bangunan tertutup (core)
rumah sakit, tidak ditemukan lalat di dalam bangunan tertutup (core)
rumah sakit, dan dilingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan
anjing.
Berdasarkan data sekunder yang kami dapatkan dari hasil pemantauan
PT. Pasifik Mitra Mandiri (IMAGO), september 2014, kemudian
dibandingkan dengan peraturan tersebut maka pengendalian vektor yang
dilakukan oleh RS Muhammadiyah sudah memenuhi syarat.
Namun ditemukan keberadaan vektor penyakit pada area luar dan dalam
lingkungan RS Muhammadiyah seperti vektor tikus,kucing. Paling besar
di bulan maret dengan rata-rata tingkat gangguan haman-nya tinggi,
sementara yang paling rendah di bulan September 2014 dengan tingkat
gangguan hama lalat, nyamuk, dan kecoa di tingkat sedang, semut di
tingkat rendah, lalu tikus dan kucing di tingkat sangat rendah dari hasil ini
dapat diketahui angka vector dan binatang pengganggu di RS
Muhammadiyah Taman Puring rendah.

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta


45

5.7 Pengelolaan Makanan dan Minuman


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit menyatakan bahwa pengelolaan makanan dan minuman
yang meliputi enam prinsip hygiene sanitasi makanan seperti pemilihan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan
makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan
masak, penyajian makanan masak harus sesuai dengan prosedur yang
mempertimbangkan sanitasi dan hygiene.
Dari hasil identifikasi terhadap enam prinsip hygiene sanitasi makanan
yang dilaksanakan pada dapur unit gizi RS Muhammadiyah dan
kemudian dibandingan dengan peraturan terkait, maka kegiatan enam
prinsip hygiene sanitasi makanan sudah memenuhi syarat.
Penjamah makanan pada saat mengolah makanan menggunakan APD
seperti celemek, sarung tangan, topi dan masker.
Penjamah makanan yang bekerja di RS Muhammadiyah Taman Puring
memiliki surat keterangan sehat yang berlaku dan dilakukan pemeriksaan
setiap 6 bulan sekali meliputi pemeriksaan tangan, dubur dan lain-
lainnya.

Namun ada beberapa yang belum terpenuhi seperti :


1. Saat observasi ditemukan 3 ekor lalat pada penyajian makanan,
karena pintu pendistribusian seringkali terbuka untuk lalu lintas
pegawai unit gizi
2. Saat observasi terdapat beberapa penjamah yang masih berbicara
saat mengolah makanan dan tidak menggunakan masker dan
penutup kepala. Sebaiknya penjamah makanan lebih ditegaskan
dalam menggunakan APD (seragam bersih dan rapi, apron, hand
scoon, masker penutup kepala dan alas kaki) dan diberi sanksi
bagi para penjamah makanan yang tidak menggunakan APD.

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta


46

5.8 Pengelolaan Linen


Menurut Kepmenkes RI. No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, dikatakan bahwa
“Laundry adalah tempat pencucian linen yang harus dilengkapi dengan
sarana penunjangnya, berupa alat dan desinfektan, mesin uap (steam
boiler), mesin pengering, meja, dan setrika”.
Dari hasil pemantauan checklist pada kegiatan pencucian linen di RS
Muhammadiyah Taman Puring telah memenuhi syarat Kepmenkes RI.
No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit. didapatkan bahwa kondisi fisik pengolahan linen
dikategorikan baik.
Namun ada beberapa yang belum terpenuhi seperti :
1. Tidak ada ruang pemisah antara linen bersih dan linen kotor yang
dapat memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial karena
keterbatasan tempat yang disebabkan karena dalam proses
pembangunan di RS Muhammadiyah Taman Puring.
2. Kondisi box linen bersih tidak tertutup karena tutup box hilang dan
petugas linennya tidak segera melapor ke petugas sanitasinya.
3. Kurangnya pencahayaan di ruang linen yang disebabkan
kurangnya pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
4. Perlakuan linen kotor seperti kegiatan pencucian, penjemuran,
penyetrikaan, dan pelipatan linen dilakukan pada lokasi yang sama
dengan ruangan yang tidak terlalu luas sehingga memungkinkan
petugas linen kurang nyaman dengan lingkungan kerja.

Laporan Praktik Lapangan Terpadu di Rumah Sakit Muhammadiyah – Jakarta

Anda mungkin juga menyukai