Anda di halaman 1dari 8

EPM (5 DESEMBER 2023)

Interviewer: (00:00) kebijakan dana otsus untuk bidang pendidikan (00:09). Jadi ada
beberapa hal saya wawancara dengan Bapak itu pertama itu (00:24) bagaimana sumber daya
pendidikan, kemudian bagaimana dengan anggaran, tenaga kerjanya. Ini kan
(00:48) mendorong sekolah itu menjadi sekolah-sekolah yang (00:52).
Narasumber: Ya, baik, makasih. Jadi dalam pertanyaan tadi dalam setiap satuan pendidikan
itu dalam penyelenggaraan pendidikan itu termuat di dalam 8 standar pendidikan nasional, itu
semua ada, termasuk di SMP YPK Sion juga ada 8 standar. Jadi dalam standar itu dibagi, ada
4 standar yang dilakukan oleh satuan pendidikan dan keempat itu dilakukan oleh pemerintah.
Ya tadi sumber daya manusia, pembiayaan, itu dilakukan oleh pemerintah. Standar sarana
prasarana itu dilakukan oleh pemerintah. Jadi standar pembiayaan salah satu yang tadi Bapak
singgung, standar ini dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi, dan (02:31). Standar
ketenagaan juga standar ini dilakukan oleh sekolah dan dinas pendidikan, tentang tenaga
pengajar yang direkrut oleh sekolah dan juga dinas pendidikan dalam hal pembiayaan. Ini
semua melalui kontrak ke guru, guru kontrak---.
Interviewer: P3K.
Narasumber: P3K. Ya sekarang diatur dalam P3K. Kalau kita kan (03:10) yang kontrak
ya, guru kontrak, honor itu. Indikator efisiensi pembiayaan berdasarkan jumlah siswa
pembiayaan dalam beberapa tahun ini pemerintah dalam menyalurkan pembiayaan melalui
dana BOS dan BOP, dan dana-dana hibah yang lain. Namun sebagai kepala sekolah banyak
yang kami belum tahu sumber dananya.
Interviewer: Betul. (03:52) dari mana.
Narasumber: Dari mana sumbernya. Akhirnya kita tahu kalau disebut BOS (03:56)
penyelenggaraan dana BOS (04:02). Memang kita dengar ada BOS kinerja.
Interviewer: Iya.
Narasumber: Iya. Itu kalau satuan pendidikan. Tapi kemarin diberikan penjelasan
bahwa BOS kinerja itu semua sekolah akan dapat ketika mereka melaksanakan
administrasinya dengan baik. Ini kalau administrasinya baik berarti pusat-. Ya karena sudah
online kita itu administrasi, tidak (04:40). Jadi kalau kita kerja (04:41). SMP Sion sampai saat
ini BOS kinerja belum kita terima. Tapi itulah yang disampaikan oleh pemerintah.
Interviewer: Berarti harus ada (04:57) harus ada staf yang memang khusus, yang memang
dia punya (05:07).
Narasumber: Sudah jelas itu kan operator Dapodik, itu di dalam. Jadi operator Dapodik dia
akan itu, data siswa yang tadi (05:18). Jadi dari data siswa akan ada perhitungan pembiayaan
untuk sekolah. Terus data guru juga. Ya selain data guru, juga sarana prasarana. Sehingga
pemerintah akan memperhatikan data yang sudah dilakukan oleh satuan pendidikan.
Sehingga efisiensi kerja, efisiensi pembiayaan dilakukan pemerintah. Jadi data ini sudah
bukan lagi yang kita-, sudah online, jadi (05:51) tiap bulan kita sudah update datanya.
Interviewer: Kalau terkait dengan (06:01) Ataukah memang (06:26)
Narasumber: Ya itu kan tergantung tadi saya katakan bahwa ada data yang kita kirim
(06:35) data kebutuhan oleh satuan pendidikan. Jadi itu kita kaji juga, jurnal (06:45) dengan
guru yang mengajar. Kan tidak mungkin kalau hanya tiga kelas saja baru kita membutuhkan
guru sepuluh, tidak mungkin.
Interviewer: Kita sudah harus (00:01)
Narasumber: Iya. Jadi itu ada data yang kita isi untuk jumlahnya. Sehingga kalau kebutuhan
guru di satuan pendidikan itu akan terlihat di data yang kita isi. Mereka akan melihat itu
data.
Interviewer: (07:16)
Narasumber: Itu tadi, kita kembali ke 8 standar. Jadi 8 standar, 4 standar yang kita lakukan
adalah proses, (07:45) proses itu dengan standar (07:48) kita lakukan oleh satuan-, dilakukan
oleh satuan pendidikan. Sehingga dia akan mengatur dengan strategi setiap pelaksanaan
pembelajaran, sehingga ada pengembangan kedepan. Satuan pendidikan dia akan melihat itu
dan dia sesuaikan dengan kurikulum yang berkembang, ya sementara pemerintah itu tidak
maju.
Interviewer: Tidak (08:16).
Narasumber: Iya, tidak maju. Nah itu tadi dimaksud untuk pengembangan satuan
pendidikan. Itu sudah mengacu kedepan untuk ada wacana untuk pengembangan sistem
pendidikan kedepan. Apalagi kita sekarang mengacu kepada Kurikulum Merdeka. Kurikulum
Merdeka ini memang mengacu kepada status perkembangan, perkembangan pendidikan
dunia digital.
Interviewer: Digital. Berarti memang salah satu (08:53) Kurikulum Merdeka ini dia
bisa 09:00
Narasumber: Bagaimana satuan pendidikan itu bisa memberikan proses yang standar
proses dengan standar (09:07) itu bisa jalan dengan baik. Kami didukung oleh sarana
prasarana ini tadi. Guru memberikan pelatihan kepada anak-anak, kalau tidak ada Android
bagaimana dia mau (09:20). Iya, mendukung. Tidak ada wifi bagaimana.
Interviewer: Iya. (09:26) harus ada sumber daya manusia, (09:34)
Narasumber: Iya, itu tadi yang inovasi-inovasi itu sudah. Karena dari tuntutan kurikulum itu
maka sekolah juga harus berinovasi ke depan.
Interviewer: (09:47)
Narasumber: Iya, biar berkembang kedepan. Dan bahwa anak-anak Papua ini juga tidak
ketinggalan, tapi dia ikut bersaing dengan teman-teman yang ada diluar Papua.
Interviewer: Kemudian (10:06) apalagi mereka rata-rata dari kampung.
Narasumber: Iya. Ada program pembelajaran bagi siswa yang kesulitan dalam belajar.
Contoh, yang tadi disinggung.
Interviewer: Iya.
Narasumber: Dalam belajar. Yang kami alami di sini adalah siswa yang notabene dari
kampung, ada yang siap, ada yang tidak siap. Ada yang siap dalam arti mereka sudah bisa
lancar membaca, tapi ada yang belum bisa membaca. Dan tidak mungkin kita akan biarkan
mereka. Pertama kita lihat kembali undang-undang dasar, setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan yang layak. Karena itu, dan kemudian kita lihat tanggung jawab guru
SMP itu juga melekat tugas dan tanggung jawab untuk mengajar, mendidik. Sekalipun kita
berganti kurikulum, apapun yang kita lakukan tapi kalau kita tidak lakukan dengan sabar,
sekalipun kita pakai kurikulum yang canggih pun juga tidak akan-. Jadi untuk (12:02) anak-
anak Papua, contoh---.
Interviewer: Tapi memang karakternya susah?
Narasumber: Kita harus sabar.
Interviewer: Sabar.
Narasumber: Sabar terhadap mereka. Kita harus sabar mendidik mereka. Karena di dalam
IQ itu ada yang cepat, ada yang lambat. Tapi kalau mereka semakin kita didik pelan, mereka
juga akan tahu.
Interviewer: Iya, sifatnya dia.
Narasumber: Dia akan mengerti. Tapi kalau kita menyesuaikan anak yang tadi belajarnya
sulit, susah, dengan cara dengan cepat, dia tidak akan bersaing dengan mereka. Tapi kita akan
latih dia secara perlahan dengan sabar. Dia akan (12:47) dia akan bersaing dengan mereka.
Karena itu tugas pengajar tidaklah semudah kita balik telapak tangan. Selain bukan kertas
yang kita---.
Interviewer: Ini manusia.
Narasumber: Manusia yang harus kita isi dengan pengetahuan, kita isi.
Interviewer: Kemudian juga apakah (13:19) ada peningkatan untuk kapasitas guru (13:26).
Narasumber: Benar.
Interviewer: Ini juga akan membantu guru bagaimana dia maju.
Narasumber: Benar. Itu kan tadi sumber daya manusia tadi, tenaga, itu. Jadi kebutuhan guru,
guru yang kita perlukan bisa kita ajukan (13:51). Dan juga guru dia akan terjun kepada dunia
pendidikan ya disesuaikan dengan basic, artinya latar belakang pendidikan yang dia alami.
Interviewer: (14:05).
Narasumber: Iya. Kemudian dia akan meningkatkan, dia harus ikut juga pelatihan-pelatihan
yang dilakukan. Karena setiap (14:15) itu ada perubahan-perubahan kurikulum
(14:19). Sehingga mereka wajib untuk mengikuti pelatihan. Karena itu sangat mendukung
mereka untuk mendidik dan mengajar anak-anak.
Interviewer: (14:30).
Narasumber: Iya. Dan garda garis terdepan, dia ada ditengah untuk mengarahkan anak-anak,
dia dibelakang untuk mendorong anak-anak. Ya istilah Jawa Tut Wuri Handayani. Dia ada di
depan, dia ada di tengah, dan dia ada di belakang. Di belakang dia memberikan dorongan,
(14:54).
Interviewer: Kemudian (14:58) atau beasiswa? Karena beda, bantuan dan juga beasiswa itu
kan beda. Kalau bantuan itu sewaktu-waktu, (15:26).
Narasumber: Iya.
Interviewer: Tapi kalau yang beasiswa itu (15:34) mereka yang punya prestasi. (15:39).
Narasumber: Kalau saya lihat itu untuk tahun ini itu terjadi di tahun itu bantuan itu kepada
orang-, anak-anak yang tidak mampu itu siswa baru, siswa.
Interviewer: Kemudian (15:54).
Narasumber: Iya. Jadi itu yang terjadi kepada-. Juga kepada anak-anak Papua yang dia
rekrut ke dalam (16:05). Jadi di sini ada beberapa anak dari SMP Sion yang sudah kami kasih
mealui dinas pendidikan (16:18) mereka berhasil (16:21).
Interviewer: Itu dana otsus atau---.
Narasumber: Itu yang kita-, saya sendiri sebagai kepala sekolah tidak tahu.
Interviewer: (16:27).
Narasumber: Tapi itu kayaknya programnya dari pemerintah pusat (16:31) program
pemerintah pusat. Tetapi kemudian itu ada program pemerintah kabupaten. Program
pemerintah itu yang (16:42) ada dua ini, ada dua (16:46). Saya contoh ini ada anaknya-, itu
mereka kemarin kabupaten. Tapi mungkin karena melanggar, dikirim pulang. (17:06) itu dari
kabupaten.
Interviewer: Betul.
Narasumber: Itu masuk kabupaten. Itu saya tidak tahu apakah itu dari dana otsuskah, tapi itu
dari (17:30) kabupaten.
Interviewer: Berarti memang (17:34)
Narasumber: Ya itupun juga dia berdasarkan jumlah siswa. Jadi (17:56) diterima oleh satuan
pendidikan itu berdasarkan-, satu siswa itu dikenakan satu juta 800 sekian. Sehingga nanti
dikalikan dengan jumlah siswa. Jadi kami sudah dua kali, dua.
Interviewer: (18:21).
Narasumber: Iya. Satu---.
Interviewer: (18:54)
Narasumber: Satu proses berpikir saya begini, pemerintah Indonesia ini kan memberikan
secara leluasa kepada warga negara untuk bersekolah. Namun ada aturan-aturan yang
berlaku. Aturan-aturan ini yang biasa membatasi anak-anak Papua. Contoh, mereka harus
masuk dengan nilai sekian, mereka masuk harus biayanya sekian, di sekolah-sekolah negeri.
Saya berpikir begini, kalau kita tidak rekrutkan anak-anak ini secara utuh, secara baik, anak-
anak ini mau dikemanakan? (19:42) mendapat pendidikan yang layak nanti gimana? Karena
itu, itu menjadi konsep dasar pemikiran bagi saya karena pemerintah siap untuk membiayai,
maka kita siap untuk terima. Karena salah satu tugas kita adalah melakukan tujuan dari
pembukaan undang-undang dasar (20:04) mengajarkan generasi, generasi yang mendatang,
generasi yang akan jadi pengganti.
Interviewer: (20:22).
Narasumber: Begini, ya mungkin saya sampaikan, kalau karena itu ketidaktahuan
kita sebagai kepala sekolah tentang sumber-sumber dana sehingga kita data yang kita
memberikan kepada pemerintah, dana, sumber dana yang kita tahu, kita memberikan
informasi, memberikan data. Ya tapi nanti ketika data itu dianalisis oleh pemerintah pusat,
mereka akan jawab, akan ada terjadi korupsi besar-besaran di Papua. Ya pelanggaran itu.
Karena itu bukan dana otsus tidak turun. Saya bilang sebenarnya (22:17) tetapi ketidaktahuan
kita ke sumber dananya.
Interviewer: (22:23).
Narasumber: Benar. Karena nanti dari data yang kita berikan, pemerintah pusat dia
mengolah data, dia menganalisis. Maka kata kunci yang keluar bahwa terjadi
penyelewengan anggaran besar-besaran di Papua. Dana otsus. Siapa yang salah? Jadi tidak
bisa. Seharusnya mereka jelas-jelas memberitahukan ini dana otsus, ini dana APBD, APBN.
Ya yang jelas.
Interviewer: (23:02)
Narasumber: Mau bilang abaikan sebenarnya tidak sih. Pemerintah yang cukup banyak
sekolah yang ditangani, sehingga mereka mungkin ada prioritas dan (24:27) skala itu yang
mereka pakai, skala prioritas dan (24:35).
Interviewer: (24:36 - 26:30).
Narasumber: Sejak kami sekolah ya saya guru itu, guru berikan peribahasa kepada kita, tak
ada rotan akar pun jadi. Ini yang membuat kita kembali menjadi guru, kita menjadi
pemimpin, bahkan bersiap untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk memajukan
satuan pendidikan yang kita pimpin, ya SMP YPK Sion kita tidak ketinggalan dalam
pengembangan pendidikan di daerah, masalah digital.
Interviewer: Masalah digital.
Narasumber: Digital. Jadi kita membawa anak-anak OAP tidak ketinggalan. Dalam visi misi
kita itu jelas mereka akan bersaing dengan teman-teman diluar, baik di dalam negeri maupun
diluar. Karena itu pendidikan di SMP YPK Sion juga mengajarkan internet, mengajarkan
mereka, sehingga mereka (27:43) dalam berbahasa juga mereka benar-benar (27:45) bahasa
Indonesia. Jadi mereka mampu untuk bisa keluar bersama.
Interviewer: (28:04) ada satu tolak ukur, (28:14) kita harus punya penilaian sendiri, sekolah-
sekolah yang (28:24).
Narasumber: Iya. Saya pikir dinas tidak akan membiarkan, tidak, dia tidak. Pasti. Tapi dia
melihat secara keseluruhan. Sehingga ada sekolah yang wajib, wajib memperhatikan, dia
wajib memperhatikan itu ada sekolah yang (28:41) dari kami SMP Sion. Sehingga wajib dia
harus memperhatikan.
Interviewer: (28:46).
Narasumber: Iya. Tapi perhatian untuk SMP Sion dinas selalu memberikan perhatian.
Interviewer: (28:52).
Narasumber: Kalau dia tidak pada basic-nya, dia tidak linear.
Interviewer: (29:20).
Narasumber: Jelas. Karena sudah menjadi satu data.
Interviewer: Betul.
Narasumber: Baik di pendidikan maupun di keuangan.
Interviewer: (29:32).
Narasumber: Mereka sudah baca. Ini nanti yang (29:36) yang tidak linear yang akan
terbaca.
Interviewer: (29:41).
Narasumber: Langsung (29:45).
Interviewer: (29:47).
Narasumber: Benar. Itu tadi saya katakan bahwa kita melaksanakan tujuan, tujuan
pembukaan undang-undang dasar, mencerdaskan kehidupan bangsa. Siapa yang
melaksanakan ini kalau bukan guru. Siapa yang melaksanakan ini.
Interviewer: (30:15 - 31:13).
Narasumber: Memang benar, kita untuk tenaga guru waktu itu sangat terbatas.
(31:18) masih kurang. Dalam arti bukan mereka tidak mampu. Tapi basic-nya kurang, bidang
studinya. Contoh macam kita perlu eksak, kita perlu eksak, IPA, matematika, (31:41) itu
sangat terbatas.
Interviewer: (31:55)
Narasumber: Ya itu sangat terbatas tadi saya bilang, bukan tidak ada, tapi terbatas. Jadi
kalau mereka (32:11) yang dari luar, pergi keluar itu (32:14) bisa, siap. Dan mereka juga
membantu kami sebagai guru, sebagai OAP, juga untuk mendidik anak-anak. Karena itu ya
pesan saya mungkin berikan kesempatan kepada kita punya anak-anak Papua untuk direkrut
jadi guru, baik dibidang eksak maupun non eksak. Karena itu suatu bangsa untuk-, bangsanya
dia berhasil dia membutuhkan seorang guru. Tapi kalau guru tidak ada, bagaimana bangsa itu
mau cerdas.
Interviewer: (33:03)
Narasumber: Saya ulangi tentang perhatian dinas, dinas sudah memperhatikan (33:26), ada
perhatian penuh, sehingga dia pakai skala prioritas, tidak (33:33). Kalau mau dikatakan tidak
prioritas tidak, artinya pemerataan.
Interviewer: Pemerataan gitu ya.
Narasumber: Iya, pemerataan.
Interviewer: (33:44 - 34:26).
Narasumber: Benar. Saya kemarin lakukan untuk (34:44) anak. Ketika saya sudah berhari-
hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan tegur-menegur dan kami seragam, tapi memang
pada kenyataan mereka tidak mampu untuk (34:55). Sehingga akhirnya saya harus
(34:59) pakaian pramuka (35:02) saya antar beli, saya kasih uang beli, saya paksa ujian. Dan
saya sendiri tidak mampu untuk membiayai, berapa anak itu, tidak mampu.
Interviewer: (35:13).
Narasumber: (35:17) ya kita tahun ini memang tidak dapat bantuan pakaian. Dulu itu ada.
Interviewer: (35:25)
Narasumber: Dulu itu ada.
Interviewer: (35:34).

Anda mungkin juga menyukai