BAGIAN II. ANALISIS DATA SPASIAL: BIDANG CIPTA KARYA, BINA MARGA & SUMBER DAYA AIR ......
22
BAB III. PENGELOLAAN DATA SPASIAL .............................................................................................. 23
3.1. Pembuatan Data Tabular ............................................................................................................ 23
3.2. Pembuatan Data Spasial ............................................................................................................ 25
3.3. Referensi Spasial ....................................................................................................................... 32
3.4. Editing Data Atribut .................................................................................................................... 36
3.5. Struktur Data Spasial dan Simbolisasi .......................................................................................... 42
BAB IV. ANALISIS KEBUTUHAN AIR MINUM ........................................................................................ 46
BAB V. ANALISIS KONDISI JALAN NASIONAL ..................................................................................... 51
BAB VI. GEOVISUALISASI 3 DIMENSI .................................................................................................. 61
6.1. Pengertian DEM......................................................................................................................... 61
6.2. Struktur data DEM...................................................................................................................... 61
6.2.1. Grid................................................................................................................................... 62
6.2.2. TIN ................................................................................................................................... 62
6.2.3. Kontur ............................................................................................................................... 63
6.3. Turunan DEM ............................................................................................................................ 63
6.3.1. Perspektif 3 Dimensi – (Birds eye View) ............................................................................... 63
6.3.2. Tampilan 3D dari atas ........................................................................................................... 64
6.3.3. Kontur ............................................................................................................................... 64
6.3.4. Kelas Elevasi....................................................................................................................... 64
6.3.5. Profil .................................................................................................................................. 65
6.3.6. Garis Penglihatan (Line of Sight) ............................................................................................. 65
6.3.7. Efek Bayangan (Hill Shading) ................................................................................................. 65
6.3.8. Kemiringan Lereng ............................................................................................................... 66
6.3.9. Aspek (Aspect) .................................................................................................................... 66
6.3.10. Analisa Volumetrik................................................................................................................ 67
6.3.11. Analisa Visibilitas ................................................................................................................. 67
6.3.12. Analisis Lainnya ................................................................................................................... 67
6.4. Kualitas DEM ............................................................................................................................ 68
6.5. Aplikasi DEM ............................................................................................................................ 68
6.6. Geovisualisasi 3 Dimensi dari DEM ............................................................................................. 69
6.6.1. Pembentukan DEM dari Garis Kontur ................................................................................... 69
6.6.2. Pembentukan Model 2.5 Dimensi di ArcMap ......................................................................... 73
6.6.3. Tampilan Model Hillshade dan TIN di ArcMap dan ArcScene .................................................. 75
ii
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
iii
BAGIAN I
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS &
FEATURE DATA DALAM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Keunggulan utama dari SIG adalah SIG memungkinkan kita untuk melihat, memahami,
menanyakan, menginterpretasi dan menampilkan data spasial dalam banyak teknik, yang
memperlihatkan hubungan, pola dan trend secara spasial, dalam bentuk peta, globe, laporan dan
grafik. SIG membantu dalam pemecahan masalah dengan cara menampilkan data, menggunakan
teknik yang mudah dipahami serta hasilnya mudah disebarluaskan.
Beberapa pertanyaan dan masalah yang dapat dipecahkan secara efektif dan efisien dengan
menggunakan SIG misalnya:
1. Dimana saja wilayah yang mengalami penurunan kualitas
permukiman?
2. Apa jenis pohon yang dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung
Rinjani?
3. Apakah setiap kawasan wisata pesisir di Indonesia sudah mengimplementasikan
Peringatan Dini Bahaya Tsunami?
4. Bagaimana peluang pasar yang ada apabila di sebuah tempat dibangun sebuah
toko?
5. Bagaimana perkembangan permukiman di Jakarta dari tahun 1980 sampai
2010?
6. Manakah rute yang tercepat dari Kantor Kementerian PU ke Bandara Sukarno
Hatta?
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Orang sering mengalami kebingungan dalam membedakan SIG dan kartografi, karena keduanya
berhubungan dengan peta, sehingga perlu dikaji bagaimanakah hubungan antara SIG dengan
disiplin ilmu kebumian lain, seperti terlihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Dari gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa SIG tidak berdiri dan berkembang sendiri, SIG terkait
dan memerlukan disiplin ilmu kebumian lain. SIG adalah alat analisa dalam mendukung
pengambilan keputusan, sedangkan disiplin ilmu kebumian menyediakan data masukan yang
diperlukan SIG agar dapat bekerja. Contohnya, ilmu Geografi berperan dalam
pengembangan teknik analisa spasial di dalam SIG sedangkan Kartografi dan CAD berperan
dalam visualisasi data dan peta yang baik, optimal dan minim kesalahan. Surveying, Penginderaan
Jauh dan Fotogrametri berperan sebagai penyedia data yang diperlukan dalam SIG sedangkan
Matematika berperan dalam pengembangan model data dan pengembangan teknis analisa dalam
SIG. Statistik berperan selain dalam pengembangan teknik analisa, juga berperan dalam
aspek verifikasi dan validasi hasil analisa SIG. Hasil Analisa SIG kemudian dimanfaatkan dalam
berbagai bidang seperti Kehutanan, Pertanian, Perencanaan Wilayah, Infrastruktur, Ekologi,
Bencana, dan lain - lain.
2
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
SIG sebagai salah satu jenis system informasi mempunyai mempunyai sub system atau
komponen yang bekerja secara bersama untuk menghasilkan fungsionalitas SIG. Komponen SIG
terdiri dari Hardware, Software, Data, Metode dan Orang.
Hardware atau perangkat keras merupakan media tempat pelaksanaan proses - proses SIG.
Hardware yang diperlukan dalam sebuah SIG meliputi perangkat keras untuk masukan data,
penyimpanan data, pengolahan dan analisa data, dan pembuatan keluaran. Hardware pokok yang
diperlukan di dalam SIG adalah seperangkat komputer yang cukup kuat untuk menjalankan
Software, dengan kapasitas penyimpanan yang cukup untuk menyimpan data dan dilengkapi
perangkat keras untuk masukan dan keluaran seperti scanner, digitizer, GPS, Optical Drive,
Hardisk, DVD dan printer atau plotter.
Software atau perangkat lunak merupakan alat pelaksana pekerjaaan SIG. Software standar SIG
harus mempunyai ka- pabilitas data input, penyimpanan, manajemen data, transformasi dan
konversi data, analisa, dan pembuatan keluaran. Saat ini, perangkat lunak SIG telah banyak yang
dikembangkan, baik yang bersifat komersil dan open source. Software yang termasuk kategori
komersil antara lain ESRI ArcGIS, MapInfo, Auto CAD Map, GeoMedia, dan IDRISI
sedangkan yang termasuk dalam kategori open source antara lain Quantum SIG, GRASS,
ILWIS, gvSIG, SAGA GIS, uDIG, dan masih banyak lagi. Setiap perangkat lunak GIS
mempunyai kelebihan dan kekurangan, namun yang banyak dipakai di seluruh dunia adalah
ArcGIS dari ESRI.
Data atau representasi dari sebuah obyek/fenomena adalah bahan yang dianalisa di dalam
SIG. SIG memperlukan sebuah jenis data yang spesifik agar dapat memberikan keluaran
seperti fungsionalitasnya. Data yang digunakan dalam SIG adalah data geospasial atau data yang
bereferensi geografis (mempunyai informasi lokasi). SIG dapat mengolah dan menerima data
terlepas apakah data spasial tersebut kualitasnya bagus apa tidak, oleh karena itu agar keluaran
dari SIG dapat dipercaya akurasi dan validitasnya, maka kualitas data yang masuk ke dalam SIG
harus benar - benar diperhatikan sehingga dalam SIG dikenal konsep GIGO (Garbage in Garbage
out).
Manusia adalah komponen yang mengendalikan pekerjaan SIG. Manusia di dalam SIG dapat
berperan sebagai pengguna SIG dan pengembang SIG. Pengguna SIG adalah orang yang
menggunakan SIG untuk melaksanakan bisnis dan pengambilan keputusan menggunakan SIG.
Contoh pengguna SIG antara lain manajer asset, manajer sumberdaya, perencana, perekayasa,
pengacara, pengusaha, pemerintah, ilmuwan kebumian, dan lain – lain sedangkan
pengembang SIG adalah orang yang membuat SIG dapat bekerja. Contoh pengembang SIG
antara lain Manajer
3
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Metode merupakan cara bagaimana data diolah untuk menjadi sebuah informasi. Metode meliputi
aspek pemasukan data ke dalam sistem, bagaimana data dikelola dan disimpan, bagaimana data
dianalisis, dan bagaimana informasi ditampilkan. Metode untuk sebuah aplikasi biasanya bersifat
pesifik dan kadang berbeda antara satu aplikasi dan aplikasi lain.
Sebagai sebuah sistem, SIG terdiri dari beberapa elemen fungsional yang mempunyai tugas -
tugas spesifik. Elemen SIG meliputi input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data
serta
4
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
keluaran informasi.
Data input merupakan elemen yang bertugas mengatur bagaimana data mentah dimasukkan ke
dalam SIG. Data yang dapat menjadi masukan dalam SIG antara lain peta (analog atau dijital),
pengukuran lapangan, data GPS, foto udara dan citra satelit, DEM, data statistic dalam bentuk
laporan dan tabel, serta berbagai jenis data lainnya. Teknik input data ke dalam SIG juga terdapat
berbagai macam cara, untuk data peta dalam bentuk cetak dapat dimasukkan ke dalam
SIG dengan menggunakan teknik dijitasi manual menggunakan digitizer sedangkan untuk data
peta hasil scanning dapat dimasukkan dalam SIG menggunakan teknik on-screen digitizing
atau konversi raster ke vektor. Contohnya, jika data foto udara atau citra satelit dapat diekstrak
informasinya menggunakan teknik on-screen digitizing (untuk interpretasi visual) atau import raster
(untuk hasil analisis dijital) sedangkan data GPS dapat dimasukkan ke dalam SIG dengan
menggunakan teknik COGO (coordinate geometry) atau menggunakan fasilitas import GPS data
dari software SIG. Data statistik dan data spasial dijital lain dapat dimasukkan ke dalam SIG
menggunakan fasilitas eksport – import data yang biasanya tersedia di setiap software.
Data dalam SIG, kemudian dikelola dan disimpan dalam sebuah basis data spasial, didalam
suatu proses Pengelolaan Data. Editing data diperlukan karena biasanya data yang masuk ke
dalam SIG masih memiliki kesalahan sebagai akibat dari proses input data maupun proses import
datanya. Penyimpanan data terkait bagaimana cara penyimpanan data ke dalam basis data
spasial agar nantinya ketika data dipanggil (retrieval) untuk analisa tertentu dapat berjalan optimal,
efektif dan efisien. Terdapat berbagai jenis model penyimpanan basis data di dalam SIG, masing -
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Manipulasi dan Analisis data adalah tata cara mengenai bagaimana data diolah dan dianalisis
untuk menghasilkan sebuah informasi. Teknik analisa data di dalam SIG dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu: teknik analisis data spasial dan teknik analisis data atribut. Kategori analisis spasial
meliputi pengukuran (measurement), reklasifikasi spasial (spatial reclassification), analisa
jaringan, analisa permukaan (surface analysis), vector geoprocessing (overlay, clipping, buffer,
extraction, merging), dan raster geoprocessing (filter, reklasifikasi, map algebra, majority analysis,
interpolasi) sedangkan teknik analisis data atribut antara lain query, join table, analisa statistik.
Informasi hasil manipulasi dan analisis kemudian ditampilkan dalam berbagai bentuk.
Bentuk paling umum dari keluaran SIG adalah peta, baik dalam bentuk dijital di layar
monitor, disket, CD ataupun dalam format cetak (hardcopy). Bentuk keluaran yang lain
bisa berupa tabel, grafik, maupun laporan. Hasil keluaran analisis juga biasa disimpan kembali
dalam basis
5
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi
(lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki
beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi,
luasan, kode pos, dan sebagainya.
6
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis,
area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan
nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).
Keuntungan utama format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, garis
dan polygon yang sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi seperti
basisdata batas kadaster, dapat mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur, sedangkan
kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi
perubahan gradual.
7
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Di format data raster, resolusi (definisi visual) dari objek tergantung pada ukuran pixel-nya atau
dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang
diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk
merepresentasikan batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah,
vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya
ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat
tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia.
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam
bentuk cetak. P eta analog y a n g dibuat dengan teknik kartografi memiliki referensi
spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai
keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara perubahan format
dari analog menjadi digital. Proses perubahannya dan input datanya dapat dengan cara manual
menggunakan digitizer, maupun secara digital di layar monitor.
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),
merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala dan
mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan
spesifikasinya masing-masing, kita dapat memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam
tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.
8
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG.
dengan keakuratan pengukuran GPS yang semakin tinggi sesuai pekembangan teknologi. Data ini
biasanya direpresentasikan dalam format vektor.
Data statistik dalam bentuk tabel dan laporan - laporan dapat menjadi masukan dalam
SIG. Data tabular setelah di- masukkan dalam SIG kemudian diintegrasikan dengan data
spasialnya melalui fungsi join dan relate table. Hasil join dan relates dapat digunakan untuk
mendukung analisa dan memperkaya data dan informasi di dalam basis data spasial.
1.3. Peta
Peta merupakan bagian penting dari SIG. Peta dalam SIG dapat berfungsi sebagai data
masukan, cara representasi data, model untuk melakukan analisa, dan bentuk penampilan
informasi. Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas
maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan proyeksi tertentu
(secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka peta tidak akan pernah
selengkap dan sedetail aslinya (bumi) sehingga diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur
yang akan ditampilkan pada peta.
Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan
sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah agar
bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu
dilakukan proyeksi ke bidang datar. Salah satu proyeksi peta yang paling banyak digunakan adalah
proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM).
Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an dan sejak saat itu proyeksi ini
menjadi standar untuk pemetaan topografi. Proyeksi UTM memiliki sifat – sifar sebagai berikut:
1. Proyeksi ini memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian
9
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah
dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga-harga ke arah utara,
ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter utara). Untuk perhitungan ke
arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU.
10
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
1.4.1. Geodatabase
11
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
12
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Setiap jenis kenampakan geografi yang disajikan dalam sistim SIG selalu mempunyai
atribut yang menjelaskan tentang kenampakan tersebut. Hal utama yang perlu dipahami adalah
adanya kesamaan identitas antara jenis kenampakan pada peta dan atribut/tabelnya.
13
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
2. Memastikan aturan-aturan mengenai integritas data ( misalna polygon tidak boleh memiliki
gaps, idak boleh ada polygon yang saling overlap, dan lain – lain)
3. Memungkinkan konstruksi kenampakan dari satu dimensi ke dimensi lain ( misalnya dari
garis ke area, dari titik ke garis, dari garis ke titik dan lain – lain)
1.4.2. Geovisualization
14
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
1.4.3. Geoprocessing
15
BAB
II. DATA DALAM SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS
Bab ini menjelaskan sekilas tentang perangkat lunak ESRI – ArcGIS serta format data format data spasial, workspaces
dan feature data yang digunakan oleh perangkat lunak tersebut.
ArcGIS Desktop salah satu jenis Software ArcGIS yang ditujukan untuk keperluan desktop
GIS (SIG berbasis komputer desktop). ArcGIS desktop ditujukan untuk kepentingan - kepentingan
analisa spasial, manajemen data, pembuatan peta, editing data, dan pengolahan citra satelit.
ArcGIS desktop dibagi menjadi 5 modul sebagai berikut:
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
1. ArcMap; berfungsi untuk input data, editing data, penampilan data, query data, manipulasi
data, analisa data dan pembuatan peta.
2. ArcCatalog; berfungsi untuk pengorganisasian dan manajemen data. Beberapa
fungsionalitas yang tersedia antara lain penjelajahan (browsing), pengaturan (organizing),
distribusi (distribution) dan penyimpanan data.
3. ArcToolbox; kumpulan dari geoprocessing tools yang digunakan dalam manajemen dan
analisa data di ArcMap, ArcCatalog, ArcScene ataupun ArcGlobe.
4. ArcGlobe; berfungsi untuk menampilkan peta secara tiga dimensi dalam model bola dunia
(globe)
5. ArcScene; berfungsi untuk menampilkan peta secara tiga dimensi dalam bidang datar.
6. Dilihat dari fungsionalitas dan kemampuan yang ditawarkan, ArcGIS Dekstop dibagi
menjadi tiga kelas software, yaitu ArcView (untuk pemetaan dan analisis spasial), ArcEditor
(lebih focus ke editing data spasial) dan ArcInfo (desktop GIS dengan fungsionalitas dan
fitur terlengkap)
ArcGIS Server merupakan bagian dari ArcGIS yang berfungsi untuk membuat dan
menyebarkan layanan data dan ke-mampuan analisa spasial (yang dikendalikan dari ArcGIS
Dekstop) melalui internet dan website, untuk mendukung kepentingan pemetaan di ArcGIS Mobile,
ArcGIS Desktop, dan aplikasi WebMap .
17
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Para pemakai SIG saat ini sangat beragam aktivitasnya, untuk kelompok pengguna yang
cenderung mobile (bergerak), maka ArcGIS menyediakan software SIG yang bisa dibawa kemana-
mana serta mampu untuk melakukan akses data dari lapangan. Beberapa Software ArcGIS Mobile
yang sudah dikembangkan saat ini antara lain adalah ArcPad, ArcGIS for IoS, dan ArcGIS for
Android.
18
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
19
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
2.3. Workspaces
Secara umum ESRI - ArcGIS mengenal 4 macam bentuk “workspace” yaitu: folder,
geodatabase, personal geodatabase dan multiuser geodatabase.
2.3.1. Folder
Suatu folder biasanya bias terdiri dari kumpulan file atau folder lain. Dalam ArcGIS sumber
data yang tersimpan dalam folder dapat berupa (coverage, shapefile, TIN dataset, layers, raster,
feature classes, table, dll).
2.3.2. Geodatabase
Geodatabase adalah suatu model data untuk mewakili informasi geographic yang
menggunakan standard relational database. Geodatabase mendukung penyimpanan dan
manajemen informasi geographic dalam system managemen standard database.
Geodatabase bekerja dalam lingkup arsitektur DBMS, dating dalam ukuran datan yang
bervariasi, serta terdiri dari user yang bervariasi. Pengguna bias berasal dari kelompok kecil
database (Seperti Microsoft Jet Engine) sampai pada kelompok yang besar dengan akses data
oleh pemakai yang beragam.
Penggunaan Personal Geodatabase ideal untuk kapasitas ukuran database yang “kecil”
dan di kelompok kerja kecil. Personal geodatabase mendukung single – user editing. Personal
Geodatabases boleh dikatakan merupakan sebuah folder dengan kapasitas database sampai 2GB.
20
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
21
BAGIAN II
ANALISIS DATA SPASIAL
BIDANG CIPTA KARYA, BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR
1. Data tabular dibuat 1 (satu) sheet untuk 1 (satu) kelompok data. Misalkan data paket kegiatan
strategis Sumber Daya Air, maka 1 (satu) sheet data tabular hanya berisi data Sumber Daya
Air saja.
2. Buka program Microsoft Office Excell 2003.
3. Akan muncul jendela worksheet.
4. Kemudian ketikkan nama heading untuk masing-masing kolom, sesuaikan dengan kelompok
datanya.
5. Isikan data atribut dan data koordinat sesuai dengan kolomnya masing-masing. Pengisian data
koordinat harus diisikan dengan benar. Data koordinat diisikan dengan format Derajat Desimal
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
(Decimal Degrees/DD), 5 (lima) angka dibelakang koma. Untuk koordinat Y; lintang utara
bernilai positif (berada di atas garis khatulisiwa), sedangkan lintang selatan bernilai negatif
(berada di bawah garis khatulistiwa).
6. Apabila sudah selesai mengisikan data atribut dan data koordinat, kemudian blok semua
data yang diisikan pada worksheet. Dimulai dari kolom teratas kiri, jangan sampai melebihi
batas terkanan kolom yang dibuat dan baris data terbawah atau pun sebaliknya apabila
dimulai dari kolom teratas kanan karena apabila melebihi batas akan menyebabkan
banyaknya ruang kosong pada tabel hasil konversi.
7. Klik File dan pilih Save As (atau tekan Ctrl+S).
8. Pilih folder penyimpanan, beri nama, dan pilih tipe file DBF 4 (dBASE IV) (*.dbf), klik Save.
24
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
9. Pembuatan data tabular selesai. Lakukan langkah yang sama untuk data dasar lainnya.
Apabila saat menutup worksheet muncul dialog box untuk menyimpan perubahan, klik Yes.
Maka data tersebut akan terkonversi dari format microsoft excel (*.xls) menjadi format data
base file (*.dbf) yang kemudian data ini dapat di baca di database ArcGis.
Pembuatan data spasial menjabarkan langkah – langkah pembuatan data spasial melalui
proses konversi data atribut yang telah disusun pada sub bab 3.2 menggunakan ArcGIS versi 10.1.
25
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
3. Kemudian Klik kanan simbol Layer, maka akan tampil beberapa menu pilihan lalu klik
Add Data. Pilih file data tabular yang telah dikonversi dan pastikan filenya bertipe
dBASE(*.dbf) pada menu Add Data. Klik Add. Setelah muncul layer data Klik Kanan
Open
26
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
4. Perhatikan dan Teliti data tabular sebelum dikonversi, apakah semua datanya sudah
masuk serta ke dalamnya.
5. Tutup jendela tabel data tabular. Klik Kanan pada layer data >> klik Display XY Data.
27
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
6. Muncul Display XY Data, Ganti “Specifiy the fields for the X and Y coordinates: X field dan Y
field
7. Pada pilihan X field, masukkan kolom Koordinat X (Bujur/Longitude) dan pada Y field,
masukkan kolom Koordinat Y (Lintang/Latitude),lalu klik OK
28
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Hint: Harus di perhatikan ini hanya tampilan, belum menjadi shapefile (*.shp) dan masih
berupa “Events”.
9. Untuk mengkonversi data tabular/atribut tersebut ke dalam data spasial. Klik kanan pada
*Events, pilih Open Attribute Table
29
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Terdapat tambahan field pada tabel latihan diatas, dengan Nama Field: Shape*
10. Tutup kembali data tabular tersebut, klik kanan pada *Events pilih Data Export Data
30
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
11. Klik untuk mengganti Output shapefile sesuai nama data dan tentukan letak
penyimpanannya dan masukan nama file yang akan disimpan, lalu klik Save
12. Kilk Yes saat muncul dialog box: “ Do you want to add the exported data to the map as a
layer? ” untuk memunculkan data shapefile yang sudah di-export tadi
13. Data spasial sudah terbentuk dengan format shp dan akan muncul layer SDA yang sudah
berupa shapefile (*.shp) pada view data dan titik-titik sebarannya.
14. Apabila dilihat di Explorer, file data spasial akan tampak seperti berikut, terdapat 6 file
dengan nama sama namun ekstensinya berbeda.
31
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
15. Lakukan langkah seperti di atas hingga semua data tabular terkonversi menjadi data spasial.
16. Selanjutnya, data spasial diolah lebih lanjut menjadi sebuah basisdata menggunakan
program ArcGIS yakni ArcCatalog dan ArcMap.
Referensi Spasial atau Spatial Reference adalah proses pendefinisian referensi spasial
pada suatu layer data, dalam bentuk sistem koordinat dengan menggunakan ArcMap dan
ArcCatalog versi 10.1. Jika suatu layer data belum memiliki referensi, maka pada saat kita
memasukkannya ke dalam ArcMap, akan muncul dialog box seperti dibawah ini.
32
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Untuk mendefinisikan sistem koordinat dan proyeksinya, kita dapat menggunakan ArcCatalog
dengan cara:
1. Klik icon pada toolbar ArcMap, atau klik menu ArcCatalog pada sisi kanan layar kerja
(jika sudah ada).
2. Pilih direktori kerja yang kita sudah kerjakan sebelumnya, atau jika direktori tersebut belum
terbuka, klik Connect Folder dan browse ke Folder/Geodatabase yang telah dibuat. Klik
Kanan pada *.shp yang di inginkan Properties Select Geographic Coordinate
System WGS 1984 Add
ArcCatalog
33
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
3. Setelah di Klik Add akan tampil detail seperti pada gambar berikut, kemudian Pilih button
Apply lalu klik oke untuk mengakhiri.
4. Setelah itu “drag” layer data SDA.shp dari ArcCatalog ke ArcMap untuk di verifikasi apakah
spatial referencenya sudah tampil.
34
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Untuk melihat sistem proyeksi yang sudah di setting pada ArcCatalog dapat di lihat pula
pada ArcMap yaitu dengan melihat layer propertiesnya, klik pada layer yang di pilih: SDA.shp
klik Kanan klik Properties pilih tab Source dan akan terlihat extent dan data source yang
di maksud.
35
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Editing data atribut diperlukan untuk melakukan updating data spasial, editing data atribut
dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Buka Buka program ArcGIS 10.0.
2. Saat tampil menu Start using ArcMap with, pilih Blank Map lalu klik OK
3. Pilih data yang di inginkan untuk di edit, yaitu data dengan format (*.shp) dari direktori kerja kita.
Klik Add
36
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
4. Data telah tampil, kemudian cek data atributnya (data tabular yang menjadi satu dengan data
spasial)
Contoh kasus: jika terjadi kesalahan dalam hal penamaan dari data atribut pada kolom Provinsi,
yaitu Jawa Tngah, dimana seharusnya yang benar adalah Jawa Tengah, maka kita harus
memperbaikinya.
37
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
6. Selanjutnya kita mecoba melakukan editing pada bagian record attribut Provinsi di baris yang
terdapat kesalahan. Klik pada sisi sebelah kiri, akan tampil beberapa pilihan, pilih
7. Kemudian pilih record attribut yang terdapat kesalahan di dalamnya, klik dua kali pada kolom
tersebut ganti dengan nama yang sesuai kebutuhan. Hal yang baru saja kita lakukan ini adalah
melakukan editing dengan cara manual atau dengan cara konvensional.
38
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
8. Sekarang record attribut informasinya sudah berganti setelah proses editing. Setelah selesai
pada menu Editor, pilih Stop Editing untuk mengakhiri proses editing, data yang telah dirubah
akan tersimpan secara otomatis.
Selain cara konvensional, terdapat dua buah tools yang dapat membantu kita jika ingin
melakukan pemilihan data atribut dari kumpulan data atribut yang berjumlah banyak sehingga kita
tidak perlu meneliti record/baris data satu persatu. Query dibutuhkan untuk melakukan pemilihan
record/baris data sedangkan field calculator digunakan untuk memanipulasi/mengubah isi data
pada suatu field tertentu.
1. Untuk dapat melakukan Query di table data, buka atribut table, pilih Option
39
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Setelah itu akan muncul tampilan Select by Attributes, dimana kita akan diminta untuk
memasukan berbagai macam fungsi/ rumus matematika sederhana yang dapat diaplikasikan
pada table data untuk memfilter data yang ada. Sekarang kita akan menyortir record attribut
Jawa Tengah untuk kemudian di ganti menjadi Provinsi Jawa Tengah menggunakan tools
Field Caculator.
2. Pilih Filed PROVINSI klik kemudian akan tampil pada dialog box seperti dibawah ini. Klik
Provinsi, Get Unique Value untuk mendapatkan nama – nama provinsi yang ada pada Field
Provinsi. Buat statement “Provinsi = Jawa Tengah”
3. Akan tampil record dengan nama provinsi Jawa Tengah yang telah terhighlight yang ada di
table attribute. Klik ikon sehingga yang tampil hanya yang terhighlight saja.
40
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
5. Ketik informasi yang baru pada field PROVINSI = „PROVINSI JAWA TENGAH‟ kemudian
klik OK. Tampilan pada record attribut yang awalnya Jawa Tengah sekarang sudah berganti
menjadi PROVINSI JAWA TENGAH.
41
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Tampilan layer data pada ArcMap dapat diatur sedemikian rupa sehingga menjadi menarik,
sebelum disusun ke dalam layout peta, yang akan dijelaskan pada BAB VII. Tampilan peta yang
telah kita kostumasi dapat disimpan dalam format ArcMap Document (mxd).
Langkah awal yang harus dipahami adalah konsep layer data. Layer data merupakan
representasi data spasial menjadi sekumpulan peta tematik yang berdiri sendiri-sendiri sesuai
dengan tema masing-masing, tetapi terikat dalam suatu kesamaan lokasi. Untuk dapat menyusun
sebuah ArcMap Document, kita memerlukan beberapa layer data. Sebagai contoh, kita akan
membuat ArcMap Document dengan team Sumber Daya Air.
1. Siapkan data .shp yang sesuai dengan kategori Sumber Daya Air (SDA.
3. Pilih layer data yang di sesuaikan dengan tema yang kita inginkan contohnya SDA tadi,
ada beberapa jenis layer. Pilihlah Bendungan, Bendung, Embung dan Danau Klik Add.
42
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
4. Klik Simbol pada layer data yang akan diganti Properties, akan tampil Symbol Property
Editor.
5. Ganti properties type menjadi “Picture Marker Symbol”, pilihlah simbol layer bendungan,
43
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
7. Save simbol pada pada “Symbol Selector” maka akan tampil “Save Symbol to Style”
isikan symbol name dan categorynya Klik OK. Simbol Bendungan akan masuk dalam
daftar simbolisasi.
44
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
9. Langkah terkahir adalah membuat ArcMap Document (.mxd). Klik pada Toolbar
45
BAB
IV. ANALISIS KEBUTUHAN AIR
MINUM
Bab ini menjelaskan tentang analisis kebutuhan air minum domestik dengan studi kasus Kabupaten Gunung Kidul
Analisis kebutuhan air minum domestik Kabupaten Gunung Kidul dihitung berdasarkan
kebutuhan air minum tahun 2010, yang digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan air minum di
kabupaten Gunung Kidul tahun 2020. Adapun cara melakukan analisis kebutuhan tersebut,
dijelaskan sebagai berikut:
1. Siapkan table jumlah penduduk Kabupaten Gunung Kidul per-Kecamatan berdasarkan hasil
perhitungan BPS tahun 2010. Simpan dalam file *.dbf: keb_air.dbf
2. Hitung besarnya kebutuhan air domestik tahun 2015 dan 2020 dengan persamaan :
Qdomestik = Pt. Un
4. Untuk melihat atribut tabel file diatas lakukan perintah klik kanan pada file lalu pilih Open
Attribute Table, akan muncul tampilan tabel data seperti dibawah ini:
47
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Kedua tabel tersebut berisi data-data yang berbeda namun mempunyai satu kolom data
yang sama yaitu kolom kode_bps_kec. Untuk menggabungkan data yang ada pada kedua file
tersebut dengan menggunakan kolom kode_bps_kec sebagai penghubungnya, gunakan perintah
Join
6. Klik kanan pada file G-Kidul_gab_air.shp, Klik Join and Relates Join. Isi dialog box untuk
menggabungkan kedua data tersebut.
7. Pada kotak isian pertama pilih Kode_BPS. Kotak isian kedua secara otomatis akan berisi file
48
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
8. Tampilan data atribut pada file G-Kidul_gab_air.shp setelah di gabungkan sebagai berikut
9. Langkah selanjutnya membuat Grafik untuk menampilkan data kebutuhan air domestik di
setiap kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul. Double klik simbol layer GunungKidul_Kec_Air
Klik Tab Symbology
10. Pada jendela show pilih charts. Dibawah kategori Chart anda menemukan beberapa tipe
grafik yaitu Pie, Bar/ Column dan Stacked. Untuk latihan ini, kita akan membuat grafik untuk
membandingkan penduduk Gunung Kidul pada tahun 2010, tahun 2015 dan tahun 2020. Maka
kita pilih tipe grafik untuk kasus ini adalah Bar/Column
11. Pada kolom Filed Selection pilih pddk_2010. Kemudian klik tombol “>” ulangi hingga tahun
2020.
49
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
12. Setelah filed yang dipilih telah selesai ditambahkan, klik Apply kemudian OK
50
BAB
V. ANALISIS KONDISI JALAN
NASIONAL
Bab ini menjelaskan tentang analisis kondisi jalan nasional terkait dengan keterbatasan dana pemeliharaan sehingga
penting untuk menentukan prioritas penanganan
Tingkat kerusakan jalan nasional akibat sistem drainase yang kurang baik serta beban
kendaraan yang melebihi kapasitas jalan (overloading) membuat usia operasional jalan jauh lebih
pendek dari yang direncanakan sedangkan alokasi dana APBN untuk penangangan jalan sangat
terbatas dan tidak mampu menuntaskan seluruh masalah kerusakan jalan yang ada, sehingga
analisis data spasial perlu dilakukan untuk penilaian kondisi jalan sebagai alat untuk menentukan
prioritas peningkatan dan rehabilitasi jalan pada ruas yang benar-benar rusak. Langkah – langkah
kerja dalam melaksanakan analisis kondisi jalan nasional, adalah sebagai berikut:
1. Open ArcMap 10.1 dengan meng – klik ikon ArcMap atau aktifkan dari Start Menu.
2. Masukkan data yang akan digunakan untuk analisis data. Pilih folder tempat menyimpan data
yang akan kita buka. Jika belum ada folder tersebut, Connect To Folder pilih foldernya,
pilih:
jalan_nasional_DIY_project.shp KONDISI_LALULINTAS.csv
KONDISI_JALAN.csv RAWAN_BENCANA.csv
Add
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
3. Untuk melihat keterangan dari data spasial, Klik kanan pada jalan_nasional_DIY_project.shp
Pilih Open Attribute Table
4. Setelah kita lihat keterangan dari data tersebut, kita akan menggabungkan data kondisi jalan
kedalam tabel jalan nasional caranya klik Table Option pilih Join And Relate, pilih Join
52
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
e. Hasilnya, data dari tabel kondisi jalan akan masuk kedalam data tabel jalan nasional, kini
kita telah mendapat data kondisi jalan dari KONDISI JALAN.CSV. Namun, hasil Join ini
hanya bersifat sementara.
f. Untuk membuat data hasil Join permanen, Klik Kanan pada
jalan_nasional_DIY_project.shp, pilih data kemudian pilih Export Data, pada Output
Feature Class : ketik kondisi_jalan.shp
53
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
54
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
d. Untuk membuat data hasil join permanen, Klik Kanan pada kondisi_jalan.shp pilih data
kemudian pilih Export Data pada Output Feature Class: ketik
kondisi_lalulintas_jalan.shp
b. Choose the table to join to tihis layer, or load the table from disk: pilih
RAWAN_BENCANA.CSV
c. Choose the field in the table to base the join on : pilih KODE_SEGME kemudian OK
d. Untuk membuat data hasil join permanen, klik kanan pada kondisi_lalulintas_jalan.shp
pilih data kemudian pilih export data, pada Output feature class : ketik
kondisi_lalulintas_bencana_jalan.shp
Setelah melakukan 3 kali Join Data, kita telah mendapat data kondisi jalan dan data
kondisi lalulintas serta data rawan bencana yang telah tergabung ke dalam 1 layer data, maka kita
dapat melakukan Query terhadap data – data atribut tersebut untuk menentukan jalan yang rusak
berat, kondisi lalulintasnya sangat padat serta rawan bencana.
55
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
1. Setelah data tabel seleuruhnya masuk maka kita akan melakukan seleksi jalan terhadap
parameter kondisi, lalulintas dan bencana, caranya klik kanan pada
kondisi_lalulintas_bencana.shp kemudian Open Attribute Table
2. Klik pada select by attribute lalu tentukan kondisi yang akan kita cari yaitu jalan yang rusak
berat dan kondisi lalulintasnya padat sekali serta potensi bencananya sangat rawan
Field:
KONDISI_2: Kondisi Jalan
KONDISI_4: Kondisi Lalu Lintas
RAWAN_BE_2: Tingkat Kerawanan
Bencana Longsor
56
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
3. Hasil Query tersebut menghasilkan segmen jalan dengan kondisi rusak berat, lalu lintas sangat
padat sebagai ruas jalan prioritas untuk dilakukan peningkatan maupun rehabilitasi.
4. Untuk melihat dimana lokasi jalan tersebut, lakukan overlay dengan batas administrasi, Klik
pada Add Data: pilih administrasi_DIY_project.shp kemudian klik kanan pilih Properties.
57
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
5. Klik tab Symbology, kemudian categories, pilih Value Field: KABUPATEN kemudian Add All
Values kemudian OK
6. Untuk melihat text atau label kecamatan dari batas administrasi, Klik Kanan pada
administrasi_DIY_projected.shp kemudian klik tab Labels, pilih KECAMATAN pada Text String
Label Field
58
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
7. Tampilkan Label pada peta dengan cara Klik Kanan pada administrasi_DIY_projected.shp,
Klik Label Features
8. Setelah itu kita save, caranya klik pada menu file klik Save atau Save As dengan nama peta
kondisi jalan DIY.mxd
59
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
60
BAB
VI. GEOVISUALISASI 3
DIMENSI
Bab ini menjelaskan tentang cara memvisualisasikan (geovisualization) model – model data 3 dimensi dengan
menggunakan perangkat lunak ArcMap dan ArcScene.
Model 3 Dimensi merupakan salah satu cara untuk memvisualisasikan data – data yang
memiliki referensi tinggi, seperti Digital Elevation Model (DEM), Model Hillshade dan Model
Triangulated Irrigular Network (TIN). Untuk dapat membentuk suatu model 3 Dimensi, kita perlu
memahami konsep model 3 dimensi tersebut.
DEM merupakan suatu system, model, metode dan alat dalam megumpulkan, prosessing, dan
penyajian informasi medan. Susunan nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari
karakteristik medan, distribusi spasial di wakili oleh nilai system koordinat horisonal X Y dan
karakteristik medan diwakili oleh ketinggian medan dalam system koordinat Z (Frederic J. Doyle,
1991)
Secara khusus, DEM digunakan untuk menggambarkan relief medan. Gambaran model
relief rupabumi tiga dimensi (3 dimensi yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real
world) divisualisasikan dengan bantuan teknologi computer grafis dan teknologi virtual reality
(Mogal, 1993)
Data DEM dapat diperoleh dari beberapa sumber, seperti: foto udara stereo; citra satelit
stereo; data pengukuran lapangan (GPS, Teodolith, EDM, Total Station, Echosounder), Peta
Topografi, Linier Array Image.
6.2.1. Grid
Grid atau lattice menggunakan sebuah bidang segitiga teratur, segiempat atau
bujursangkar atau bentuk siku yang teratur grid. Perbedaan resolusi grid yang akan dibentuk
biasanya berhubungan dengan ukuran darah penelitian dan kemampuan komputer. Data dapat
disimpan dengan berbagai cara, biasanya metode yang digunakan adalah koordinat Z
berhubungan dengan rangkaian titik-titik sepanjang profil dengan titik awal dan spasi grid tertentu,
lihat Gambar dibawah (Moore et al., 1991)
6.2.2. TIN
TIN adalah rangkaian segitiga yang tidak tumpang tindih pada ruang tak beraturan dengan
koordinat x,y dan nilai z yang menyajikan data elevasi. Model TIN tersusun atas topologi antara
suatu segitiga dengan segitiga lain didekatnya, tiap bidang segitiga digabungkan dengan tiga titik
segitiga yang dikenal sebagai facet. Titik tak teratur pada TIN biasanya merupakan hasil sampel
permukaan titik khusus, seperti lembah, igir, dan perubahan lereng seperti pada Gambar dibawah
ini (Mark, 1975)
62
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
6.2.3. Kontur
Kontur dibuat dari hasil digitasi garis kontur atau diperoleh dari hasil pengolahan data citra
stereo maupun hasil konversi dari DEM model Grid. Kontur digambarkan dalam bentuk garis,
dimana koordinat (x, y) sepanjang tiap garis kontur menunjukan nilai elevasi tertentu. Model data
kontur ini merupakan model data yang paling banyak digunakan untuk menyajikan permukaan
bumi dengan simbol garis seperti Gambar dibawah ini.
63
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
6.3.3. Kontur
Kontur (isoline) adalah garis yang menggambarkan satu elevasi konstan pada suatu
permukaan. Biasanya kontur digunakan untuk memvisualisasikan elevasi pada peta 2-Dimensi
dengan tampilan lebih sederhana.
64
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
6.3.5. Profil
Profil merupakan irisan penampang 2 dimensi dari suatu permukaan dan dapat
dipergunakan untuk analisa morfologi permukaan seperti: kecekungan permukaan, perubahan
permukaan, kecembungan permukaan, dan ketinggian maksimum permukaan lokal.
65
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
adalah dengan pengukuran sudut dalam derajat atau dengan persentase. Contoh, kenaikan 2 meter
pada jarak 100 meter dapat dinyatakan sebagai kemiringan 1.15° (derajat) atau 2 persen.
66
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
3. Tingkat kepercayaan (confidence) yang merupakan pengukuran untuk kualitas data semantik
67
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
4. Kelengkapan (Completeness) data meliputi tipe kenampakan yang disajikan, seperti: igir, pola
drainage, puncak lubang, permukaan air, dsb.
5. Validitas (Validity) meliputi: tanggal sumber data dan verifikasi data seperti : cek lapangan,
perubahan bentuk lapangan
6. Tampilan grafis (Apperance Of Graphics) meliputi variasi warna, symbol dan anotasi
1. Buka ArcGIS - ArcMap dari ikon atau dari Start Menu ArcGIS ArcMap
2. Aktifkan ekstensi – ekstensi yang ada di ArcMap dengan cara Customize Extensions.
Check seluruh extensions yang dibutuhkan.
68
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
3. Tampilkan data shapefile kontur yang akan dibuat menjadi DEM dengan cara klik kanan
pada Table of Content Layers Add Data, browse ke dalam Folder Data, klik
kontur.shp dan boundary.shp Add
69
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
4. Garis kontur dari peta topografi dibuat menjadi Digital Elevation Model (DEM) dengan
menggunakan tools Topo to Raster. Untuk menampilkan tools tersebut, klik pada ikon
Search pada bagian kanan jendela ArcMap dan ketik Topo to Raster, pilih Topo to Raster
(3D Analyst).
5. Masukkan Input Feature Data: kontur.shp, pilih Field : Height dan Type: Contour.
Browse folder untuk menentukan tempat output surface raster. Isi output cell raster size:
50, dan biarkan pengaturan lainnya, klik OK.
70
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
6. DEM yang dihasilkan memuat data dalam bentuk range (-193.38 sampai dengan 3323.98)
secara otomatis. Untuk membedakan nilai ketinggian ke dalam kelas - kelas tertentu maka
Klik Kanan pada layer DEM Layer Properties Symbology.
7. Ubah tipe dari stretched ke classified, klik Tombol Classify, ganti Classification Method ke
Manual dan ganti Break Values pertama dengan nilai 0, klik OK. Pergantian ini
dimaksudkan untuk mengganti memberikan batasan nilai kelas 1 menjadi nilai ketinggian
terendah (bernilai negatif) sampai dengan ketinggian 0 meter. Warna pada kelas 1 diganti
menjadi putih.
71
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Pembentukan model 2.5 dimensi di ArcMap diawali pembentukan model hillshade dan
model Triangulated Irrigular Network (TIN) dari DEM. Model hillshade adalah model bayangan
relief dari raster (dalam hal ini DEM) yang memiliki nilai integer 0 – 255 sedangkan model TIN
adalah model yang disusun dari titik dan garis yang terdistribusi secara tidak teratur dengan
koordinat 3 dimensi (x, y, z) yang dibentuk ke dalam jaringan segitiga – segitiga yang tidak saling
menutupi.
1. Model Hillshade
Secara otomatis, model hillshade dibentuk dengan menggunakan sudut azimuth Nortwest
(sudut bayangan barat laut) 315° dengan ketinggian cahaya 45°. Hillshade dibentuk dengan meng-
klik ikon search pada ArcMap dan ketik Hillshade, maka akan muncul dialog box seperti pada
gambar dibawah. Isi input data raster: dem, browse untuk menentukan lokasi penyimpanan dan
nama file hillshade yang akan dibentuk (dem_hs), azimuth 315° dan attitude 45° serta uncheck
model shadow.
72
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
2. Model TIN
Model TIN harus dibentuk dari DEM yang memiliki sistem koordinat proyeksi seperti Universal
Transverse Mercator. Luasan dan tingkat kedetilan DEM mempengaruhi ukuran data TIN yang
dihasilkan. TIN dibentuk dengan meng-klik ikon search pada ArcMap dan ketik: Raster to TIN.
Isikan input data raster: dem, output TIN: dem_tin, z tolerance: 25, biarkan pengaturan lainnya. Klik
OK.
73
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Model Hillshade dan TIN dapat dikombinasikan dengan data lainnya, seperti DEM, data
batas administrasi, atau data jalan.
1. Tampilan di ArcMap
Untuk mengkombinasikan tampilan data di ArcMap, lakukan langkah – langkah sebagai berikut:
a. Masukkan data DEM, Hillshade, Kontur, Jalan dan Watershed yang hendak ditampilkan
dengan klik kanan pada Layers Add Data.
Hint: untuk memasukkan lebih dari 1 layer, tekan Shift atau Ctrl
b. Letakkan Layer Hillshade (dem_hs) dan TIN (dem_tin) pada urutan paling bawah, disusul
oleh layer DEM (dem), layer watershed dan jalan diatasnya.
c. Aktifkan layer DEM (dem), Hillshade (dem_hs) dan TIN (dem_tin).
d. Atur simbolisasi layer DEM dengan Klik Kanan Layer Properties Klik Tab Display
Set Transparency 50%
74
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
e. Atur simbolisasi data jalan dan kontur sehingga mendapatkan tampilan seperti dibawah
ini:
2. Tampilan di ArcScene
Data yang dimiliki dapat ditampilkan dalam ArcScene dengan syarat diantara data yang dimiliki
terdapat model data TIN yang digunakan sebagai dasar (base) ketinggian dari layer – layer
data lainnya. Untuk menampilkan data – data yang telah dimiliki ke dalam ArcScene, lakukan
langkah – langkah sebagai berikut:
a. Buka aplikasi ArcScene dari Start Menu ArcGIS
ArcScene
b. Masukkan data yang akan ditampilkan di ArcScene dengan Klik Kanan Add Data,
browse ke Folder tempat penyimpanan data dan pilih layer data yang akan ditampilkan
Klik Add
75
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
c. Untuk membuat tampilan layer data memiliki ketinggian, Klik Kanan Klik Base Height
tab Klik Floating on a costum surface Pilih layer TIN: dem_tin dan isi Elevation
from features: Costum: 3.000
76
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Selain dapat dibentuk menjadi tampilan – tampilan diatas, data DEM dapat dikonversi
menjadi garis kontur menggunakan perangkat lunak ArcGIS – ArcMap atau beberapa perangkat
lunak lainnya seperti Global Mapper.
77
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
lainnya Klik OK, yang akan menghasilkan garis kontur seperti dibawah ini.
Global Mapper adalah software GIS yang digunakan untuk mengolah citra satelit maupun
data peta. Global Mapper mendukung berbagai macam format data seperti DEM, E00, CADRG/CIB,
MrSID, DLG-O, SDTS DEM, DOQ, DTED, DWG, DXF, ECW, GeoTIFF, Tiger/Line , SDTS DLG,
KML/KMZ, , DGN, ESRI Shapefiles, JPEG2000, DRG, Lidar LAS, Arc Grid dan masih banyak lagi.
Global Mapper memiliki banyak fungsi antara lain: generate kontur ke berbagai interval,
generate watershed atau daerah aliran sungai secara otomatis serta melihat data DEM dengan
78
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
berbagai tampilan seperti atlas, hilshade, aspect, slope dan lain-lain. Pada sub bagian ini, kita
akan mencoba membentuk garis kontur dari DEM dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Buka Global Mapper melalui Start program atau search kemudian ketik Global Mapper
2. Klik pada Open Your Own Data Files lalu cari files DEM_JOGYA_SRTM.TIF
79
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
4. Tentukan Contour Interval yang diinginkan misalnya per 10 meter, klik Tab Contour bonds
5. Klik All Loaded Data untuk membuat kontur secara penuh atau klik Draw a Box untuk kontur
daerah tertentu lalu OK
80
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
6. Untuk menyimpan garis kontur hasil dari Generate Contours Pilih File Export Vektor
Format Shape File
81
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
7. Klik Export Lines, browse file difolder yang diinginkan lalu beri nama kontur_DIY.shp
kemudian OK
82
BAB
VII. DELINIASI DAS (WATERSHED
DELINEATION)
Bab ini menjelaskan tentang pengertian DAS dan cara menentukan batas sebuah watershed dari data Digital Elevation
Model.
DAS adalah luas lahan dimana semua air yang jatuh di dalamnya dan mengalir dari titik
tertentu masuk ke tempat yang sama atau outlet umum. DAS ditentukan oleh topografi yang
membagi antara dua atau lebih yang berdekatan dengan cekungan tangkapan seperti punggung
bukit atau puncak. DAS merupakan wilayah tanah dimana air mengalir ke dalam tubuh tertentu,
contohnya sungai, danau, atau laut (lihat Gambar dibawah ini).
Secara tradisional, batas DAS digambar secara manual diatas sebuah peta topografi
sedangakan secara digital, DAS dapat disusun dengan menggunakan DEM dan operasi data raster
untuk menggambarkan daerah aliran sungai dan untuk mendapatkan fitur seperti sungai, jaringan
sungai, daerah resapan, cekungan dan lain-lain. Delineasi DAS dapat terjadi pada skala spasial
yang berbeda dimana sebuah DAS dapat mencakup seluruh sistem sungai dan di dalam DAS
kemungkinan terdapat aliran sungai kecil, satu untuk setiap anak sungai dalam sistem aliran.
DAS memiliki lima komponen: batas DAS, sub-cekungan, drainase pembagi, Jaringan
sungai (stream) dan outlet seperti gambar dibawah ini.
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Keterangan:
Sub-Cekungan: DAS yang lebih besar dan juga dapat berisi DAS kecil, yang disebut subbasis.
Drainase Membagi: Batas-batas antara DAS yang disebut drainase membagi.
Outlet: Outlet atau titik tuang adalah titik di permukaan dimana air mengalir keluar dari suatu
daerah yang merupakan titik terendah sepanjang batas DAS.
84
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
1. Akusisi DEM
Masukan pertama yang diperlukan untuk analisis DAS DEM. Model elevasi digital
adalah jenis raster lapisan GIS. Dalam DEM, setiap sel dari lapisan raster GIS memiliki nilai
sesuai dengan elevasi (z-nilai pada interval jarak teratur). DEM file data berisi ketinggian
medan di wilayah tertentu, biasanya pada interval grid yang tetap selama “Bare Earth”.
2. Depressionless DEM
Depressionless DEM disusun dengan mengisi nilai DEM pada permukaan raster untuk
menghapus ketidaksempurnaan kecil pada data DEM asli dalam bentuk depresi agar tidak
menyebabkan kesalahan sistematik pada proses selanjutnya. Depresi adalah suatu sel atau sel
dalam raster yang dikelilingi oleh nilai elevasi yang lebih tinggi sehingga akan menyebabkan
drainase internal. Meskipun beberapa depresi yang nyata, seperti pertambangan atau lubang
glacier yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan DEM, namun drainase internal akan
menyebabkan kesalahan dalam proses penentuan flow direction (arah arus) dan flow
accumulation yang pada akhirnya akan menyebabkan kesalahan pada proses deliniasi DAS
sehingga depresi perlu untuk dihilangkan. Untuk menghilangkan depresi pernukaan, langkah
sederhana adalah memberikan nilai elevasi terendah sesuai dengan titik elevasi disekitarnya
sehingga menghasilkan permukaan yang datar.
85
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Aliran arah raster menunjukan arah air yang akan mengalir keluar dari setiap sel.
Metode umum yang digunakan adalah metode D8 yang digunakan dalam ArcGIS. Metode D8
menentukan arah aliran dari suatu sel dengan menilai elevasi dan gradient delapan sel
disekitarnya.
Aliran akumulasi dari perhitungan arah arus akan terkumpul pada suatu sel sebelum
akhirnya membentuk aliran sungai. Arah akumulasi dapat ditafsirkan dengan dua cara:
Sel – sel tempat berkumpulnya aliran umumnya akan membentuk aliran sungai sedangkan
sel – sel yang memiliki nilai akumulasi nol biasanya berupa punggungan bukit.
Jika dikalikan dengan ukuran sel maka nilai akumulasi akan sama dengan daerah drainase.
Jaringan sungai diperoleh dari aliran akumulasi yang diperoleh dan dihitung
berdasarkan nilai ambang batas akumulasi, contohnya jika nilai ambang batas ditentukan
sebanyak 500 maka setiap sel dengan nilai minimal 500 akan dikategorikan sebagai bagian
dari aliran sungai. Penentuan nilai ambang batas sangat penting karena nilai ambang batas
yang terlalu tinggi akan menghasilkan jaringan sungai kurang padat dan daerah aliran sungai
internal yang kurang dari nilai ambang batas yang lebih rendah.
Stream links bertujuan untuk menentukan persimpangan aliran sungai yang dihitung
pada stream lines calculation. Persimpangan sungai menyerupai lapisan berbasis topologi
aliran persimpangan atau persimpangan dengan bentuk busur atau jangkauan.
86
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
7. Penentuan DAS
Sungai
Terdapat 2 (dua) faktor utama yang menentukan dalam proses analisis dan penentuan
DAS, yaitu:
1. Kualitas DEM. DEM dengan ukuran grid 30 meter terlalu kasar untuk menyediakan fitur
topografi rincin untuk geomorfik dan pemodelan hidrologi.
2. Algoritma. Pemilihan algoritma merupakan faktor penting dalam output analisis DAS.
Hasil dari analisis dan pemodelan DAS dapat digunakan untuk pengelolaan dan
perencanaan sumber daya alam, seperti: pemodelan hidrologi, pemodelan prediksi banjir dan salju
mencair model limpasan serta dapat membantu dalam proses manajemen sumber daya air.
3. Ubah tampilan DEM double Klik pada layer pilih Layer Properties Symbology
Ubah Color Ramp Klik Apply kemudian Ok
Hint:
Untuk mengaktifkan tools pengolahan data, dapat dilakukan dengan mengetikkan perintah
pada kolom Search atau ArcToolBox. Pada latihan ini, kita akan menggunakan tools dalam
ArcToolBox.
87
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
4. Cropping data DEM. Untuk melakukan cropping data DEM yang diperoleh dari USGS peril
dilakukan extraksi data DEM dengan menggunakan suatu boundary/batas tertentu dengan
format data raster sehingga kita perlu membuat raster polygon untuk batas administrasi
Provinsi DIY dengan cara:
88
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
c. Extract by Mask / Cropping Spatial Analyst Tools pilih Extraction Pilih Extract by
Mask, Input Raster: DEM_JOGJA_SRT.tif, Input Raster or Feature Mask Data:
Jog_Dem_Adm, Output Raster: Jog_Mask
5. Creating depressionless DEM untuk menutup cekungan – cekungan lokal agar tidak terjadi
drainase lokal dengan menghilangkan Sink dan Peak harus dihilangkan. Klik Spatial Analyst
Tools Pilih Hydrology kemudian pilih Fill, Input surface raster: Jog_Mask, Output
surface raster: Jog_Fill
89
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
6. Creating Flow Direction untuk menentukan arah aliran air dengan melakukan evaluasi pada 3
x 3 cell, berhenti pada tengah cell dan melakukan evaluasi terhadap nilai cell tetangganya.
Spatial Analyst Tools Pilih Flow Direction, Input surface raster: Jog_Fill dan Output flow
direction raster: flow_direct, check Force all edge to flow outward (optional)
90
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
7. Compute Flow Accumulation, untuk menentukan jaringan sungai dari flow direction. Spatial
Analyst Tools Pilih Flow Accumulation. Input flow direction raster: flow_direct, Output
91
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
8. Extract Stream Network, untuk menampilkan jaringan sungai dengan melakukan raster
calculation dengan menetapkan nilai ambang batas (threshold). Sebelum melakukan raster
calculation, kita sebaiknya melakukan klasifikasi dari hasil flow accumulation sehingga nilai
ambang batas yang diambil tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil.
a. Klik dua kali pada layer data flow_Accu Klik Tab Symbology Klik Classified
Classes 5 Klik Classify Natural Breaks OK maka akan terlihat angka
threshold jaringan sungai yaitu: 106000
92
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
b. Raster Calculation untuk membuat raster dengan nilai > dari 106000 sebagai aliran
sungai dan nilai dibawahnya sebagai permukaan biasa. ArcToolBox Spatial
Analyst Tools Pilih Map Algebra kemudian pilih Raster Calculator, masukkan
formula flow_Accu > 424.8, simpan Output raster: jog_river maka akan tampil
jaringan sungai seperti dibawah ini.
93
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
9. Stream Link akan memberikan nilai unik untuk setiap persimpangan dari stream lines. Spatial
Analyst Tools Pilih Hydrology kemudian pilih Stream Link, masukkan Ïnput stream
raster: jog_river, Input flow direction raster: flow_direct, Output raster: StreamLink Klik Ok
10. Stream Order digunakan untuk menetapkan urutan numeric yang mewakili jaringan linier
sungai, dengan metode Strahler atau dengan metode Shreve. Spatial Analyst Tools Pilih
Hydrology kemudian pilih Stream Order, Input stream raster: StreamLink, flow direction
raster: flow_direct, Output raster: StreamOrder, Method of stream ordering: Strahler Klik Ok
94
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Hint: Hasil penentuan stream order terbagi atas 3 kelas, dan semakin tinggi kelas
menunjukkan sungai utama.
11. Watershed Delineation (Delineasi Daerah Aliran Sungai) dengan menentukan watershed outlet
atau “pour” points.
a. Create shapefiles (point) using ArcCatalog dengan nama “pour_point”. Klik kanan pada
Folder penyimpanan data di ArcCatalog New Shapefile Beri Nama: Pour_Point.
95
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
c. Masukkan pour point sebanyak mungkin di setiap perpotongan jaringan sungai yang
telah dibuat dalam jog_river dan beri Id sesuai dengan jaringan sungainya.
Hint: jumlah dan penentuan titik pour akan mempengaruhi hasil deliniasi DAS yang dihasilkan
d. Aktifkan menu Editor Start Editing Pilij Layer Pour Point. Buat pour point sesuai
dengan pengamatan dan nilai Stream Order. Spatial Analyst Tools Pilih Hydrology
96
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
kemudian pilih Watershed, Input flow direction raster: flow_direct, input raster or
feature pour point data: Pour Point, Pour point field: Id, outputraster: watershed
Hint: jumlah watershed yang terbentuk sesuai dengan jumlah kategori Id yang kita inputkan ke
dalam Pour_Point. Untuk dapat menampilkan aliran sungainya, set transparansi dari
watershed menjadi 40%.
12. Automatic Basin Delineation akan membentuk basin secara otomatis untuk seluruh area.
Spatial Analyst Tools Pilih Hydrology Basin, input flow direction raster: flow_direct,
output raster: Basin
97
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
Hint: Untuk dapat menampilkan aliran sungainya, set transparansi dari waterbasin menjadi 40%.
13. Compute Flow Length merupakan cara untuk menghitung panjang aliran jarak tempuh dari
setiap sel di sepanjang jaringan aliran permukaan ke outlet. Hal ini dapat digunakan untuk
menemukan daerah yang yang lebih dekat ke lokasi hulu atau lebih dekat untuk streaming
outlet. Spatial Analyst Tools Pilih Hydrology kemudian pilih Flow Length
98
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
14. Menampilkan Hillshade untuk memberikan efek 3 Dimensi terhadap data yang telah kita susun
pada langkah – langkah sebelumnya. Spatial Analyst Tools Pilih Surface Hillshade, Input
raster: jog_fill, Output raster: jog_fill_hs, biarkan pengaturan lainnya Klik Ok
99
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
16. Selain Hillshade, kita dapat mengoverlaykan layer flowlength dengan model TIN. Create layer
TIN dengan cara 3D Analyst Tools Pilih Conversion From Raster Raster To TIN,
Input raster: jog_fill, Output raster: jog_fill_tin, biarkan pengaturan lainnya Klik Ok
100
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
101
BAB
VIII. LAYOUT DAN
EXPORT PETA
Bab ini menjelaskan tentang cara melakukan layout peta dan exporting peta sebagai hasil pengolahan dan analisis data
spasial
Pembuatan Layout Peta menggunakan Layout View di ArcMap bertujuan untuk menyusun
suatu Peta lengkap dengan unsur – unsur kartografi sebelum dicetak, dimana hasil cetakan peta
akan sama dengan tampilan di Layout View. Pada bagian ini anda akan bekerja pada menu Layout
View dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Klik pada Menu Bar Bawah ArcMap Layout View. Aktifkan tools Layout dan Draw dengan
Klik kanan pada Menu Bar dan check pada tools tersebut.
2. Tentukan ukuran kertas yang akan digunakan untuk menampilkan hasil layout peta yang
diinginkan. Klik File Page and Print Setup Atur ukuran kertas menjadi A3 dan posisi
Landscape OK
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
3. Untuk menyempurnakan posisi peta yang akan ditampilkan dengan halaman kertas
klik kanan pilih Align Align to Left, sisakan bagian kanan layout untuk menempatkan
legenda peta.
4. Tambahkan rectangle sebagai garis tepi Layout, pilih menu Drawing kemudian Rectangle.
Tambahkan sebuah rectangle sebagai garis tepi peta dan sebagai garis tepi legenda.
103
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
5. Klik kanan pada area layout pilih Properties pilih Symbol, kemudian pada Fill Color pilih No
Color lalu OK. Untuk membuat muka peta dan garis tepi legenda sejajar, klik Kanan pada
bagian kiri Layout View untuk menambahkan Guidelines.
6. Tentukan Frame peta agar tampil penuh sesuai layout, dapat menggunakan Skala dan ikon
Zoom In serta Zoom Out maupun Pan untuk mengatur muka peta.
7. Tambahkan Arah Utara dengan Menu Insert North Arrow Esri North Arrow 8 Klik
Properties Size: 120.
104
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
8. Menambahkan Skala Peta dalam bentuk skala garis dengan Menu Insert Scale Bar Pilih
Double Alternating Scale Bar 1 Klik Properties
9. Pada Tab Scale and Units, klik number of divisions: 3, number of subdivision: 2. Division
berfungsi untuk mengatur jumlah pembagian skala garis sedangkan subivision berfungsi untuk
mengatur jumlah pembagian sub skala garis paling kiri. Pada Tab Format, atur ukuran teks dan
bar sesuai dengan keinginan.
105
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
10. Selain skala garis, kita juga dapat menambahkan skala teks ke dalam layout peta, dengan
Menu Insert Scale Text Pilih 1 cm = 10 km Properties. Ubah separator menjadi “:”
106
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
11. Tambahkan Legenda Peta untuk setiap layer data yang tampil di layout dengan Menu Insert
Legend Legend Wizard. Secara otomatis Legend item akan menampilkan seluruh layer data
yang aktif (on) pada Map View. Gunakan “>” atau “<” untuk menambahkan atau mengurangi
jumlah layer data yang akan dimunculkan dalam legenda Klik Next.
Hints: untuk merubah nama layer yang muncul di Legenda agar sesuai dengan nama layer
yang diinginkan, kita bisa merubah langsung pada nama layer data sebelum melakukan
Insert Legenda.
12. Beri Legend Title: Legenda, klik Next, biarkan pengaturan lainnya, klik Next dan Finish, maka
akan muncul Legenda pada Layout View.
107
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
13. Modifikasi tampilan Legenda dengan Klik Kanan Convert to Graphic dan Klik Kanan sekali
Lagi Ungroup. Kita dapat menghilangkan Item – item dalam legenda yang tidak kita
butuhkan. Atur jarak antar legenda dengan mempersempit jarak antar item, lalu pilih semua
layer yang akan diatur jaraknya Klik Kanan Distribute Vertically..
108
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
14. Tambahkan judul peta dengan Menu Insert Teks Ketik Judul Peta: “Peta Flow Length
Watershed Provinsi DIY”. Klik Kanan Pada Teks Properties Klik Change Symbol, ubah
Size nya menjadi 48 Ok dan Ok
15. Membuat Grid Peta, klik Kanan pada Muka Peta Properties Klik Tab Grids New Grid
Next. Pilih tipe Graticule.
16. Klik Appearance: Tick marks and labels Next. Klik Next Next dan Finish. Akan muncul
Graticule baru Klik OK.
109
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
110
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
17. Untuk memodifikasiu Grid Peta, klik Kanan pada Muka Peta, Klik Tab Grid, Klik Graticule dan
Properties. Klik Tab Axes, ubah ukuran Tick menjadi: 4 pts
18. Klik Tab Labels Atur ukurannya menjadi 8, Label Offset: 4 pts dan check pada Label
Orientation, Vertical Labels Left dan Right Klik Ok
111
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
19. Tambahkan Sumber Data dengan cara Insert Text dan masukkan sumber data sebagai
berikut:
20. Export Peta yang dihasilkan dengan File Export Map Pilih Tipe File: JPG dan Resolution:
120 dpi Save.
112
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
113
Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Analisis Data Spasial Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman 2014
114