Anda di halaman 1dari 10

BEST PRACTICE

MENGEMBANGKAN DIGICULTURE SEKOLAH


UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU
DI MASA PANDEMI COVID-19

Oleh:
Cecep Gaos, S.Pd

SMP PURI
ARTHA
Komplek Perumahan Puri Telukjambe
Desa Sirnabaya Kecamatan Telukjambe
Timur Karawang
2021
MENGEMBANGKAN DIGICULTURE SEKOLAH UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MASA PANDEMI COVID-19

Oleh: Cecep Gaos, S.Pd. Kepala


SMP Puri Artha Karawang
Email: cecep.gaos@gmail.com Blog: www.cecepgaos.com

Membangun Fondasi Digital Sekolah

Abad 21 penuh dengan lompatan-lompatan besar atau big leap dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Disrupsi atau inovasi dan perubahan besar-besaran
secara mendasar juga telah melanda berbagai sektor kehidupan. Digitalisasi pun
secara bertahap namun pasti telah mulai dilakukan di berbagai sektor kehidupan,
termasuk di sektor pendidikan.

Dalam menyambut era disrupsi dan digital tersebut, SMP Puri Artha Karawang
didirikan. SMP Puri Artha didirikan pada tahun 2018 dengan mengusung visi
menjadi SMP unggulan bertaraf nasional dalam mengembangkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang religius, berkarakter, berbudaya, literat, berwawasan
lingkungan, dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi digital. Untuk
mewujudkan visi tersebut, SMP Puri Artha salah satu mempunyai misi membentuk
SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi digital.

Di awal-awal pendiriannya, SMP Puri Artha memiliki berbagai keterbatasan dan


kekurangan, terutama dari sisi sarana dan prasarana. Pada saat itu, SMP Puri Artha
hanya menempati 3 ruangan yang terletak di bagian belakang SD Puri Artha yang
dijadikan sebagai ruang kelas, ruang guru dan kepala sekolah, serta ruang serbaguna.
Namun demikian, ruang kelas telah dilengkapi dengan sarana pendukung
pembelajaran digital, seperti proyektor, perangkat audio dan koneksi internet. Selain
itu, setiap siswa dan guru dibekali dengan perangkat Tablet with S- Pen. SMP Puri
Artha juga didukung oleh para guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
digital yang cukup baik. Hal tersebut untuk mendukung tercapainya salah satu visi
sekolah dalam hal pembentukan SDM yang memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi digital.
Hakikat dan Peran Kepala Sekolah

Ibarat seorang ayah, kepala sekolah merupakan pemimpin dan kepala keluarga.
Ayah adalah pemimpin dan kepala keluarga di rumah, sedangkan kepala sekolah
merupakan pemimpin dan kepala keluarga di sekolah. Dengan demikian, sebagai
seorang pemimpin dan kepala keluarga, tentu saja hampir semua peran dan tanggung
jawab kepemimpinan berada di atas pundak kepala sekolah.

Dalam dunia pendidikan, kepala sekolah merupakan salah satu pilar utama dari
tegaknya satuan pendidikan atau sekolah. Peran, tugas dan fungsinya sangat penting
dan strategis dalam menjalankan segala proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Jika peran, tugas, dan fungsinya tidak berjalan dengan baik, maka hampir
bisa dipastikan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah juga tidak akan
berjalan dengan baik.

Pada dasarnya, kepala sekolah adalah guru, yaitu guru yang mempunyai peran dan
tanggung jawab lebih dari guru-guru yang lainnya. Kepala sekolah adalah guru yang
diberi tugas untuk memimpin sekolah. Sebagaimana disebutkan di pasal 1

Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala

Sekolah bahwa Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan
mengelola satuan pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak (TK), taman kanak-
kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB),
sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB),
sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah
menengah atas luar biasa (SMALB), atau sekolah Indonesia di Luar Negeri.

Ada tiga tugas pokok kepala sekolah yang harus dikuasai, yaitu manajerial,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi. Hal ini sebagaimana disebutkan di
Pasal 15 Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tersebut, yang berbunyi “Beban kerja
Kepala Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga
kependidikan.”

Kepala Sekolah di Masa Pandemi Covid-19


Menjadi kepala sekolah di masa pandemi Covid-19 tidaklah mudah. Perannya
menjadi lebih kompleks sejalan dengan kompleksnya permasalahan yang
ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.

Pada bulan Maret 2020 pemerintah mengumumkan kasus pertama positif Covid-19
di Indonesia. Selanjutnya, hanya dalam hitungan hari, Covid-19 menginfeksi hampir
seluruh provinsi di Indonesia. Dengan semakin merebaknya infeksi ini, maka
Indonesia dinyatakan mengalami pandemi Covid-19.

Untuk mengatasi pandemi ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, salah
satunya melalui kebijakan work from home atau bekerja dari rumah. Hal ini tentu
saja berpengaruh besar terhadap berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor
pendidikan. Dengan adanya kebijakan ini, pembelajaran jarak jauh atau daring pun
harus dilakukan oleh sekolah. Dengan keharusan melakukan pembelajaran jarak
jauh ini, sebagian besar sekolah tidak memiliki kesiapan yang baik, baik dari sisi
sarana dan prasarana digitalnya maupun sumber daya manusianya (guru).

Dalam menyikapi masalah ini, tentu saja kepala sekolah harus mempunyai inovasi
dan terobosan yang tidak biasa. Kepala sekolah harus mengerahkan dan
mengarahkan tiga tugas pokoknya ke arah digital, yaitu manajerial digital,
pengembangan kewirausahaan digital, dan supervisi digital. Dalam hal proses
pembelajaran, kepala sekolah harus mampu membuat dan mengatur proses
pembelajaran digital. Selain itu, kepala sekolah pun harus mampu memotivasi dan
membekali para guru untuk dapat menyajikan proses pembelajaran digital atau
daring. Yang paling penting dari itu semua, kepala sekolah harus mampu
mengembangkan digiculture sekolah.

Implementasi Digiculture di SMP Puri Artha

Digiculture adalah singkatan dari digital culture. Jika diterjemahkan ke dalam


Bahasa Indonesia, digital culture dapat diartikan sebagai budaya digital. Budaya
digital terdiri atas kata budaya dan digital.

Secara sederhana, budaya atau kebudayaan dapat diartikan sebagai kebiasaan,


tradisi, atau adat istiadat. Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Menurut
KBBI, budaya berarti pikiran; akal budi; adat istiadat; sesuatu mengenai kebudayaan
yang sudah berkembang (beradab, maju); dan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
dan sukar diubah. Sedangkan menurut Clyde Kluckhohn dan William Henderson
Kelly dalam bukunya The Concept of Culture, budaya adalah semua rancangan
hidup yang diciptakan secara historis baik secara eksplisit, implisit, rasional,
irasional, dan nonrasional, yang ada pada waktu tertentu sebagai panduan potensial
dalam perilaku manusia.

Sementara itu, kata digital saat ini tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Secara
awam, kata digital dapat diartikan sebagai teknologi berbasis komputer dan data
elektronik. Menurut KBBI, kata digital berhubungan dengan angka-angka untuk
sistem perhitungan tertentu; berhubungan dengan penomoran. Sementara itu, di
dalam Wikipedia disebutkan bahwa digital berasal dari bahasa Yunani Digitus, yang
berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah
sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu
digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka
0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner).

Dari penjelasan-penjelasan di atas, budaya digital sekolah dapat diartikan sebagai


tradisi, nilai-nilai, norma, dan kebijakan digital yang menjadi pedoman sekolah yang
dikembangkan dan digunakan bersama dalam menjalankan segala proses pendidikan
dan pembelajaran.

Budaya digital sekolah yang dikembangkan di SMP Puri Artha paling tidak
menyangkut hal-hal sebagai berikut.
1. Sistem Informasi Pendidikan
Dalam hal ini, SMP Puri Artha memanfaatkan website sebagai sarana atau wadah
informasi dan komunikasi sekolah dengan peserta didik, guru, orang tua siswa,
pemerhati pendidikan, dan juga masyarakat. Website SMP Puri Artha beralamat
di www.smppuriartha.sch.id.
Website Sekolah

2. Sistem PPDB
Dalam hal ini, segala hal berkenaan dengan penerimaan peserta didik baru
(PPDB) dilakukan secara online, baik dalam proses pendaftaran, proses seleksi,
maupun pengumuman hasil PPDB.
3. Sistem Pembayaran
Dalam hal ini, segala transaksi pembayaran dilakukan secara online dan
berhubungan langsung dengan pihak perbankan. Tidak ada transaksi pembayaran
yang dilakukan secara cash atau tunai. Bukti transaksi dengan pihak bank dikirim
melalui link atau form online yang sudah disiapkan oleh sekolah.
4. Sarana dan Prasarana
Dalam hal ini, sarana dan prasarana pendidikan, terutama ruang kelas, seluruhnya
dilengkapi dengan perangkat digital dan koneksi internet. Selain itu, seluruh siswa
dan guru dibekali dengan tablet melalui program One Student One Tablet (satu
siswa satu tablet) dan One Teacher One Tablet (satu guru satu tablet). Dengan
demikian, dengan adanya koneksi internet dan tablet yang bersifat mobile, siswa
dan guru dapat melakukan proses pembelajaran di mana pun dan kapan pun.
Foto suasana pembelajaran sebelum pandemi

5. Sistem Pembelajaran
Dengan dilengkapinya sekolah dengan perangkat digital dan koneksi internet,
maka sistem pembelajaran yang diterapkan di SMP Puri Artha adalah digital
learning atau pembelajaran digital. Media digital utama yang dipakai adalah
Google Classroom sebagai ruang kelas maya. Untuk pembelajaran sinkronus
(pembelajaran online secara langsung) dilakukan melalui aplikasi konferensi
video Zoom.

Google Classroom Mata Pelajaran


Pembelajaran jarak jauh via Zoom dan Tablet

6. Sistem Asesmen dan Evaluasi


Dalam hal ini, asesmen dan evaluasi pembelajaran di SMP Puri Artha
dilakukan secara online atau paperless (tanpa kertas). Media utama yang
digunakan adalah Google Form dan Google Classroom. Google Form
digunakan sebagai media naskah soal online, sedangkan Google Classroom
digunakan sebagai media distribusi naskah soal onlinenya.
Google Classroom Penilaian

Penutup

Dalam menerapkan dan mengembangkan budaya digital sekolah ini tidaklah


mudah dan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Penerapan dan
pengembangannya membutuhkan proses dan ketekunan. Selain itu, tentu saja
memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan komitmen yang baik
dari seluruh warga sekolah.

Manfaat dari budaya digital sekolah ini telah dirasakan oleh seluruh warga
sekolah, orang tua, dan masyarakat. Bagi guru, budaya digital sekolah telah
memudahkan proses pembelajaran, baik pembelajaran tatap muka langsung
maupun pembelajaran jarak jauh atau daring. Pun bagi siswa, budaya digital
sekolah telah memudahkan mereka melakukan pembelajaran tatap muka langsung
ataupun jarak jauh, baik secara sinkronus maupun asinkronus. Bagi orang tua,
budaya digital sekolah telah memudahkan mereka dalam melakukan komunikasi
dan pendampingan pembelajaran jarak jauh di rumah. Sementara itu, bagi
masyarakat, budaya digital sekolah telah memudahkan mereka dalam mengakses
segala informasi tentang sekolah di manapun dan kapanpun.
DAFTAR PUSTAKA

Apandi, Idris. 2019. Kepala Sekolah Kreatif dan Inovatif di Era Revolusi Industri
4.0. Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru
KBBI Online. Budaya. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Budaya diakses
Senin,14 Juni 2021
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2018. Permendikbud Nomor 6
Tahun 2018 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah. Jakarta:
Kemenkumham
Kementerian Pendidikan Nasional. 2007. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007
Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi Depdiknas
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diakses Senin, 14 Juni 2021
https://www.gurupendidikan.co.id/budaya/ diakses Senin,14 Juni 2021
https://id.wikipedia.org/wiki/Digital diakses Senin, 14 Juni 2021
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/digital diakses 14 Juni 2021
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5240992/perjalanan-8-
bulan- pandemi-virus-corona-covid-19-di-indonesia diakses Senin, 14
Juni 2021
https://www.merdeka.com/jatim/pengertian-budaya-menurut-pandangan-
para- ahli-jangan-sampai-keliru-kln.html diakses Selasa, 15 Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai