Disusun oleh :
Muhammad Rieva Okta B 33030210012
Lidya Wati 33030210070
Avita 33030210138
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "
Perbandingan Indonesia Dengan Thailand".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan.......................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam Hukum Tata Negara dikenal adanya Perbandingan
hukum, dengan memakai metode Comparative (perbandingan) yakni
membandingkan dua obyek penyelidikan atau lebih yaitu persamaan dan
perbedaan yang memperlihatkan hakekat sebenarnya dari kedua obyek-
obyek tersebut yang di bandingkan.
1
Songkhla, Narathiwat, dan Satul. Propinsi tersebut yang dikenaldengan
sebutan masyarakat Islam Patani.1 Data sejarah menunjukkan bahwa di
Thailand Selatan pada masa lalu terdapat kerajaan yang makmur,
masyarakatnya sejahtera dan berpengaruh di Asia Tenggara. Kerajaan
tersebut adalah kerajaan Patani.2
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, permasalahan yang ada dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
Surin Pitsuwan, Islam di Muang Thai, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 65.
2
Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3S, 1993), h.
325
2
3. Untuk menjelaskan bagaimana Sistem Hukum Perkawinan
Nasional di Indonesia Dan Thailand
4. Untuk menjelaskan bagaimana analisis perbandingan dan
persamaan hukum perkawinan Islam di Indonesia dan Thailand
3
BAB II
PEMBAHASAN
2) Ekonomi
• Ekonomi Indonesia adalah yang terbesar di Asia Tenggara dan salah satu
yang terbesar di dunia.
4
• Sektor ekonomi utama termasuk pertanian, industri, dan jasa.
2) Ekonomi
• Thailand memiliki ekonomi yang beragam, dengan sektor utama termasuk
pariwisata, manufaktur, dan pertanian.
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia, 18 Maret 2024 ( 15.50)
5
• Sektor pertanian juga berperan penting dalam menyediakan lapangan kerja
dan memasok kebutuhan pangan domestik.4
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Thailand, 18 Maret 2024 ( 19.30)
5
Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir konstitusi Sebagai Aspek Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, tahun 2011, hal; 82.
6
dengan Mahkamah Agung dan MahkamahKonstitusi.Akan tetapi secara
fungsional peranannya bersifat penunjang (auxiliary) terhadap lembaga
kekuasaan kehakiman(Judiciary).6Secara oprasional ketentuan pasal 24B
ayat (1) UUd 1945 tersebut dijabarkandalam pasal 13 Undang-undang
Nomor 22tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Undang- undang ini
mengatur wewenang dan tugas komisi Yudisial, yaitu mengusulkan
vpengangkatan Hakim Agung dan wewenanglain dalam rangka menjaga
dan menegakkankehormatan, keluhuran martabat serta prilakuhakim.
6
Jimly Ashidiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Konpress,
Jakarta. 2006. Hlm. 65.
7
Mahkamah Konstitusi, maka secara otomatis tidak akan terjadi
persidangan terhadap hakim terduga atau terlapor yang melakukan
pelanggaran atas laporan dari masyarakat atau instansi. Walaupun
Mahkamah Konstitusi sudah memasukan komisi yudisial sebagai
anggota pengawasan dilihat dari posisi keberadaan KY dalam MK
berbeda dengan model mekanisme pengawasaan ekstren Mahkamah
Agung yang menempatkan posisi KY secara mandiri dan diberi
keleluasaan wewenang dalam melakukan pengawasan.
8
bertujuan “untuk membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.7 Bentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal itu berdasarkan ajaran agama
yang di anut masyarakat Indonesia, bahwa perkawinan mempunyai
hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian, sehingga
perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir lahir/jasmani, tetapi
unsur batin/rohani juga mempunyai peranan yang penting. Untuk itu
suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing
dapat mengembangkan keperibadiannya membantu dan mencapai
kesejahteraan spiritual dan material.
7
Undang-Undang Perkawinan RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1.
9
f. Bagi orang-orang Eropa dan warga Indonesia keturunan Eropa yang
disamakan dengan mereka berlaku Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.8
2. Sistem Hukum Perkawinan Nasional di Thailand
Secara agama, pencatatan perkawinan harus di Majlis Agama
Islam (สลำม) atau di masjid, bukan di Pengadilan negeri. Setelah acara
perkawinan di Majlis Agama Islam (MAI) , barulah dicatatkan kembali
di pengadilan negeri. Oleh karena itu, jika terjadi suatu permasalahan
misalnya ingin bercerai yang berhak memutuskan adalah majlis Agama
islam bukan pengadilan negeri, dan perceraian tersebut langsung
diputuskan oleh imam-imam di masjid masing-masing. Akan tetapi,
jika permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan oleh imam di Majlis
Agama, maka masalah tersebut dapat diajukan ke Dato’ Yuthitham
atau tok qodhi (Hakim di MAI).
8
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam ( Suatu Analisis Dari Undang-undang No. 1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam), (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2002, h. 55.
10
pengadilan untuk melakukan pendaftaran perkawinan. Sementara
mereka yang berusia di atas 20 tahun dapat melakukan pendaftaran
atas nama mereka sendiri, (2) Orang tersebut tidak boleh memiliki
cacat mental, (3) Orang tersebut tidak boleh dari asal keturunan yang
sama, (4) Orang tersebut tidak boleh terdaftar telah menikah dengan
orang lain, (5) Orang tua adopsi tidak boleh menikahi anak adopsinya,
(6) Seorang janda boleh menikah lagi jika ia telah melewati minimal
310 hari tepat setelah ia menjadi janda secara resmi. Kecuali ketika
ia melahirkan anak dari perkawinan sebelumnya, (7) Pengadilan dapat
membenarkan pendaftaran perkawinan untuk pria dan wanita di bawah
usia 17 tahun.9
9
Nur Triyono, “Isu Perkawinan Minoritas di Thailand”, dalam Jurnal Hukum dan Syariah no. 1, Vol
8, 2016.
11
Berhubungan dengan mendefinisikan perkawinan yang sah di
dalam undang-undang perkawinan di Indonesia dan Thailand ada
Persamaan yaitu:
a. Perkawinan yang sah di Indonesia, sesuai dengan Undang-undang
Perkawinann dalam Pasal 2 Undang-undnag Nomor 1 Tahun 1974
yang berbunyi:
b. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agama dan kepercayaannya itu.
c. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
10
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 193.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbandingan politik dan kondisi ekonomi di Indonesia dan Thailand
dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor tertentu seperti kebijakan
pemerintah, stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, dan faktor-faktor global
lainnya.
13
B. Saran
Pembahasan mengenai prosedur memberikan informasi mengenai
perbedaan antara negara Indonesia dengan negara Thailand dan mengenai
perbandingan komisi yudisial di indonesia dengan judicial commission di
thailand akan tetapi penulis menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini, kami harap pembaca dapat memberikan masukan
kepada penulis untuk perkembangan makalah yang lebih baik dan juga penulis
berharap pembaca tidak hanya berhenti pada referensi yang telah tersaji didalam
makalah akan tetapi bisa mencari lebih banyak lagi referensi dari sumber yang
lain
14
DAFTAR PUSTAKA
15