Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN UMKM DENGAN MEMANFAATKAN KEARIFAN

LOKAL SEBAGAI RANTAI PENGUAT RASA 'MENYAMABRAYA'


MELALUI PEMBERDAYAAN PAKIS (PAIKETAN KRAMA ISTRI)

Oleh :
Kadek Ayu Putri Sari
Ni Luh Eka Putriani
I Putu Alden Murdayana

SMA NEGERI BALI MANDARA


KABUPATEN BULELENG
2024
PENGEMBANGAN UMKM DENGAN MEMANFAATKAN KEARIFAN
LOKAL SEBAGAI RANTAI PENGUAT RASA 'MENYAMABRAYA'
MELALUI PEMBERDAYAAN PAKIS (PAIKETAN KRAMA ISTRI)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Provinsi Bali telah lama dikenal dengan kekayaan budaya dan warisan
tradisionalnya, menjadikannya tujuan pariwisata yang populer. Bali juga memiliki
potensi besar dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
yang berbasis kearifan lokal. Dalam era globalisasi dan persaingan ekonomi yang
semakin ketat, penting bagi Bali untuk memanfaatkan kearifan lokal dan
memperkuat identitas budaya sebagai modal untuk mengembangkan UMKM yang
berdaya saing (Rahmantari et al., 2023).
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bali
dengan memanfaatkan kearifan lokal telah menjadi strategi penting dalam
meningkatkan daya saing dan mempertahankan identitas budaya. Namun, dalam
praktiknya, masih terdapat beberapa kelemahan yang memengaruhi efektivitas
dari pendekatan ini. Pertama, beberapa UMKM di Bali belum sepenuhnya
memanfaatkan potensi kearifan lokal dalam produksi mereka. Hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya inovasi produk dan keunggulan kompetitif di pasar
global. Kedua, terjadi penurunan rasa menyama braya di beberapa komunitas Bali
akibat perkembangan pariwisata dan urbanisasi yang cepat. Hal ini dapat
mengurangi kesadaran akan pentingnya mempertahankan kearifan lokal dan
identitas budaya.
Selain itu, banyak grup Pakis (Paiketan Krama Istri) di Bali dimana
merupakan salah satu intansi di Bali yang memberikan wadah atau tempat bagi
kaum perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang ada,
belum memiliki program yang efektif dalam memberdayakan anggotanya secara
ekonomi dan sosial (Auliah et al., 2022). Ketidakmerataan dalam partisipasi dan
manfaat yang diperoleh oleh anggota dapat mengurangi efektivitas dari upaya
pemberdayaan perempuan di Bali.
Terdapat beragam jenis Pakis yang ada di Bali, seperti :

1. Kegiatan tradisional: Pakis adalah sebuah kebudayaan yang sangat


terkenal di Bali. Dalam kegiatan ini, Wanita mengenakan pakaian
tradisional yang berwarna-warni dan berbunga-bunga, mengikuti gerakan
tarian mudah yang disebut pengukuran. Kegiatan ini merupakan bagian
dari perangkat wilayah yang dilakukan setiap hari.

2. Kegiatan modern: Pakis memberikan wadah bagi perempuan untuk


berpartisipasi dalam kegiatan modern seperti seminar, workshop, atau
olahraga yang diselenggarakan oleh organisasi perempuan.
3. Kegiatan kreatif: Perempuan dapat mengembangkan kreativitas melalui
seni rupa, lukis, atau tari, memungkinkan pengembangan kemampuan dan
kreativitas yang ada.
4. Kegiatan komunitas: Pakis juga mendukung partisipasi dalam kegiatan
komunitas seperti bidang keuangan, lingkungan, atau sosial, membantu
perempuan untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan mereka.

Pakis dengan sagilik saguluk salunglung sabayantaka merupakan


pendekatan yang menarik dalam pengembangan UMKM di Bali. Pakis, yang
merupakan tanaman paku-pakuan, memiliki nilai ekonomi dan budaya yang tinggi
di Bali. Dalam budaya Bali, Pakis digunakan dalam berbagai upacara adat dan
juga sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai produk kerajinan tangan
(Sitiari et al., 2023). Melalui pemberdayaan Pakis, perempuan Bali dapat
diberdayakan dalam produksi dan pemasaran produk-produk berbasis Pakis,
sehingga meningkatkan peran mereka dalam pengembangan UMKM.
Penelitian sebelumnya juga telah menggarisbawahi pentingnya
pengembangan UMKM berbasis kearifan lokal di Bali. Misalnya, penelitian oleh
Sudarma dan Gunawan (2019) mengamati bahwa UMKM yang memanfaatkan
kearifan lokal memiliki daya saing yang lebih tinggi dan mampu bertahan dalam
persaingan pasar yang kompetitif. Selain itu, penelitian oleh Dewi dan Kusuma
(2020) menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dalam UMKM berbasis
kearifan lokal dapat memiliki dampak positif dalam peningkatan kesejahteraan
perempuan dan keluarga mereka.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengembangan UMKM dengan memanfaatkan kearifan lokal
dan sebagai rantai penguat rasa 'menyamabraya' di Provinsi Bali melalui
pemberdayaan pakis (paiketan krama istri) Dengan Sagilik Saguluk Salunglung
Sabayantaka?

1.3 Tujuan penelitian


Menganalisis pengembangan UMKM dengan memanfaatkan kearifan
lokal dan sebagai rantai penguat rasa 'menyamabraya' di Provinsi Bali melalui
pemberdayaan pakis (paiketan krama istri) Dengan Sagilik Saguluk Salunglung
Sabayantaka.

1.4 Manfaat penelitian


A. Manfaat untuk Penulis:
1) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman: Proses penulisan akademik
memungkinkan penulis untuk melakukan analisis mendalam tentang topik
yang diteliti. Dalam konteks pengembangan UMKM dengan
memanfaatkan kearifan lokal di Provinsi Bali, penulis dapat menggali
pengetahuan lebih dalam tentang penggunaan pakis sebagai sumber daya
yang berpotensi kuat.
2) Pengembangan keterampilan penelitian: Dalam penulisan akademik,
penulis perlu melakukan penelitian yang cermat dan menganalisis data
yang relevan. Ini membantu penulis mengembangkan keterampilan
penelitian yang kuat dalam mengumpulkan informasi tentang UMKM dan
kearifan lokal di Bali.
3) Peningkatan kemampuan berpikir kritis: Penulisan akademik melibatkan
pemikiran kritis dan analisis yang mendalam. Dalam penelitian tentang
pengembangan UMKM dengan memanfaatkan kearifan lokal di Provinsi
Bali, penulis perlu menyelidiki dampak, keuntungan, dan tantangan yang
terkait dengan pendekatan ini.
B. Manfaat untuk Masyarakat:
1) Pemberdayaan UMKM: Penulisan akademik tentang pengembangan
UMKM dengan memanfaatkan kearifan lokal dapat memberikan wawasan
dan panduan bagi UMKM di Bali untuk memperkuat dan mengembangkan
usaha mereka. Ini dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat
setempat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah.
2) Konservasi kearifan lokal: Penulisan akademik yang menggali kearifan
lokal dalam konteks pengembangan UMKM di Provinsi Bali dapat
mempromosikan keberlanjutan budaya dan lingkungan. Dengan
memanfaatkan sumber daya lokal seperti pakis, penulis dapat membantu
mempertahankan tradisi dan menjaga keberlanjutan lingkungan di Bali.
C. Manfaat untuk Instansi Pendidikan:
1) Peningkatan reputasi dan citra: Penulisan akademik yang membahas
pengembangan UMKM dengan memanfaatkan kearifan lokal dapat
memberikan kontribusi positif pada reputasi dan citra institusi pendidikan
yang terlibat. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap keunggulan akademik dan penelitian yang dilakukan oleh
institusi tersebut.
2) Kolaborasi dengan pihak terkait: Penulisan akademik tentang topik yang
relevan dengan pengembangan UMKM di Provinsi Bali dapat membuka
peluang kerjasama antara institusi pendidikan dengan pemerintah atau
organisasi terkait. Hal ini dapat memperluas jaringan dan memperkuat
keterlibatan institusi dalam pembangunan masyarakat lokal.
.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 UMKM
UMKM merupakan singkatan
dari Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Pada dasarnya, UMKM
adalah arti usaha atau bisnis yang
dilakukan oleh individu, kelompok,
badan usaha kecil, maupun rumah tangga.

2.1.2 PAKIS (Paiketan Krama Istri)


PAKIS (Paiketan Krama Istri)
Provinsi Bali yang dikukuhkan pada 17
September 2020 silam, memiliki tujuan
untuk menjadi wadah Paiketan Krama
Istri pertama di Bali serta mendukung
sejumlah program yang dijalankan oleh Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi
Bali dalam pemberdayaan peran serta krama istri di desa adat, baik bidang
adat, agama, tradisi, seni dan budaya serta kearifan lokal, pendidikan dan
olahraga, kesehatan, ekonomi adat serta hukum adat, perlindungan krama istri
dan anak.

2.1.3 Sagilik Saguluk Salunglung Sabayantaka


Sagilik Saguluk Salunglung
Sabayantaka memiliki arti bersatu padu
saling menghargai pendapat orang lain,
saling menyayangi dan hidup saling
tolong-menolong.
2.1.3 Menyamabraya
Menyama braya adalah kearifan
lokal Bali yang di dalamnya mengandung
nilai-nilai plural yang menganggap orang
lain adalah saudara, sama dengan dirinya.
Dengan memandang orang lain adalah
saudara (Tat Twam Asi) maka harmoni sosial akan dapat diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.2 Proses, Manfaat, dan Study Kasus


2.2.1 Pentingnya Kearifan Lokal Serta Konsep 'Menyamabraya' Dalam
Konteks Budaya Bali
Kearifan lokal Bali adalah sistem yang mengandung nilai-nilai yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat, yang mempengaruhi dalam hal
pemanfaatan ruang Bali. Kearifan lokal ini sangat ideal untuk diterapkan dan
dilaksanakan dalam Penataan Ruang dan pembangunan berkelanjutan, sebab
mengandung nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sehingga
mempengaruhi dalam hal pemanfaatan ruang Bali (Iman Kalis et al., 2023).
Konsep 'Menyamabraya' adalah filosofi hidup bermasyarakat di Bali
yang berasal dari sistem nilai budaya dan adat istiadat masyarakat Bali.
Menyamabraya memiliki makna plural, yakni menghargai perbedaan dan
menempatkan orang lain sebagai keluarga.
Kedudukan kearifan lokal masyarakat adat dan budaya dalam seluruh
proses pembuatan rancangan peraturan perundang-undangan yang utamanya
tentang penataan ruang di Provinsi Bali sangat penting untuk dilaksanakan.
Semua elemen penting yang terdapat dalam Kearifan Lokal Bali adalah bentuk
dari bersatunya kebudayaan, kebiasaan dan keagamaan.
2.2.2 Pendekatan Dan Strategi Yang Dapat Digunakan Untuk
Mengembangkan UMKM Dengan Memanfaatkan Kearifan Lokal
Dan Konsep 'Menyamabraya'.
Untuk mengembangkan UMKM dengan memanfaatkan kearifan lokal
dan konsep 'Menyamabraya', diperlukan pendekatan yang komprehensif dan
terstruktur. Pengembangan strategi merupakan langkah awal yang penting
dalam membangun UMKM yang berkelanjutan. Strategi dapat dirancang
melalui studi kasus dan analisis SWOT, dengan mempertimbangkan nilai-nilai
kearifan lokal seperti inovasi produk, peningkatan kualitas, dan diferensiasi
produk. Selain itu, strategi pemasaran online dan kampanye sosial juga dapat
menjadi bagian penting dalam mendukung penjualan produk UMKM.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi sarana
penting dalam memperluas pasar dan meningkatkan daya saing UMKM.
Pemanfaatan platform online seperti e-commerce dan sosial media marketing
dapat membantu UMKM mencapai audiens yang lebih luas dan memperjelas
informasi tentang produk dan layanan yang ditawarkan.
Selain itu, pengembangan kepemimpinan dalam UMKM menjadi
aspek yang tidak boleh diabaikan. Program pendidikan dan pelatihan yang
mencakup keterampilan manajemen, pemasaran, dan pengembangan produk
sangat penting untuk membantu pengusaha UMKM memimpin bisnis mereka
secara efektif.
Pengembangan ketenagakerjaan juga perlu menjadi fokus, dengan
memperhatikan pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan yang
relevan. Hal ini dapat mencakup pelatihan keterampilan dan peningkatan
kualifikasi tenaga kerja, serta pengembangan sistem pengelolaan sumber daya
manusia yang efisien.
Pemerintah dan koperasi memiliki peran penting dalam mendukung
pengembangan UMKM. Melalui fasilitasi infrastruktur, fasilitas, dan program
pengembangan, pemerintah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pertumbuhan UMKM. Sementara itu, koperasi dapat berperan sebagai
lembaga yang memberikan dukungan finansial, pelatihan, dan akses pasar bagi
UMKM (Nurdina et al., 2021).
Masyarakat juga memiliki peran yang signifikan dalam mendukung
pengembangan UMKM. Dengan melibatkan masyarakat dalam inisiatif
pengembangan ekonomi lokal, baik melalui partisipasi dalam program-
program pemberdayaan atau dukungan terhadap produk-produk lokal, UMKM
dapat mendapatkan dukungan yang kuat untuk pertumbuhan dan keberlanjutan
mereka.

2.2.3 Peran Dan Manfaat Pemberdayaan Pakis (Paiketan Krama Istri)


Dalam Pengembangan UMKM Di Provinsi Bali
Pemberdayaan Pakis (Paiketan Krama Istri) di Provinsi Bali memiliki
peran yang penting dalam mendukung pengembangan UMKM. Sebagai
wadah pertama untuk Paiketan Krama Istri di Bali, Pakis Bali bertujuan untuk
memberdayakan peran serta krama istri di desa adat. Ini mencakup berbagai
bidang, mulai dari aspek adat, agama, tradisi, seni, budaya, hingga kearifan
lokal. Dalam kerangka ini, Pakis Bali mendukung program-program yang
dijalankan oleh Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, termasuk yang
berkaitan dengan ekonomi adat, perlindungan krama istri, dan anak
(Rahmantari & Utari, 2023).
Salah satu aspek penting dari pemberdayaan Pakis Bali adalah dalam
bidang ekonomi. Organisasi ini berperan dalam melestarikan tata titi
kehidupan Bali dengan mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu,
Pakis Bali juga terlibat dalam mendukung program pembangunan yang ada di
Provinsi Bali, yang pada akhirnya dapat membantu pengembangan UMKM.
Anggota Pakis Bali, terutama istri pejabat Pemajuan Masyarakat Adat (PMA)
dan pengurus desa, dilibatkan dalam pelatihan terpadu dan aksi sosial di 18
desa adat di Bali.
Selain aspek ekonomi, pemberdayaan Pakis Bali juga mencakup
pengembangan kreativitas. Melalui pelatihan terpadu dan aksi sosial,
organisasi ini mendorong kreativitas dalam seni, tradisi, dan kebudayaan Bali.
Kolaborasi dengan lembaga lain seperti LKP AGUNG dan melibatkan
berbagai pihak seperti Krama Istri Desa Adat dan pemilik salon menjadi salah
satu strategi untuk memperluas dampaknya.
Pendidikan dan perlindungan juga menjadi fokus pemberdayaan Pakis
Bali. Dengan mendorong pendidikan, olahraga, serta perlindungan krama istri
dan anak, organisasi ini berperan dalam memperkuat peran serta krama istri di
desa adat. Dukungan terhadap hukum adat yang mengakar pada kearifan lokal
juga menjadi bagian integral dari upaya pemberdayaan ini (Widiantara et al.,
2020).
Pengembangan Pakis Bali tidak hanya terbatas pada satu aspek,
melainkan mencakup berbagai bidang seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Hal ini mencakup ekonomi kreatif, pengembangan sistem
pengelolaan, dan pengembangan ketenagakerjaan. Dengan demikian, Pakis
Bali berperan sebagai agen pengembangan yang holistik dan terintegrasi
dalam mendukung pertumbuhan UMKM dan pemberdayaan masyarakat di
Provinsi Bali.

2.2.4 Studi Kasus Atau Contoh Konkret Tentang UMKM Yang Telah
Berhasil Mengimplementasikan Strategi "Menyamabraya"
Menurut Krisna Pratama Putra Robin (2024), Ayu Windy Tenun Ikat
adalah contoh nyata UMKM yang berhasil mengembangkan bisnisnya pasca
pandemi COVID-19. Ayu Windy Tenun Ikat berlokasi di Singaraja, dimana
pada pasca Covid-19 ini, Ayu Windy mempunyai ide usaha diranah fashion
Bali. Tentu saja usaha ini mulanya berjalan dengan menerapkan proses
”Menyamabraya” kepada perempuan – perempuan yang ada disekitar wilayah
tempat tinggalnya. Mulai dari proses desain, pemasaran hingga pembuatan
produk. Setelah berhasil mengembangkan bisnisnya, Ayu Windy juga
melakukan proses pelatihan untuk mengembangkan bisnisnya agar lebih
besar. Pelatihan ini didampingi oleh Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)
Kabupaten Buleleng.
Menurut Willy Yogantara Sidhi (2024), BaliBell merupakan sebuah usaha
yang dijalankan oleh Bu Ari dalam pembuatan produk selai rendah gula yang
berlokasi di Banjar Jawa, Kabupaten Buleleng. Usaha rintisan yang dimulai
pada akhir Tahun 2023 ini, berfokus pada produksi selai rendah gula dengan
menggunakan Gula Stevia sebagai pengganti gula konvensional. Proses
pengembangan usaha dimulai dengan konsep menyamabraya, di mana para
ibu terlibat dalam semua tahapan produksi, mulai dari perencanaan,
pengolahan bahan baku, hingga pemasaran produk. Usaha ini bertujuan untuk
memberikan alternatif sehat bagi konsumen dengan memanfaatkan Gula
Stevia, yang dikenal sebagai pemanis alami rendah kalori. Selain itu, seiring
dengan perkembangan bisnis, kelompok ibu-ibu juga melibatkan diri dalam
pelatihan dan pendampingan bisnis yang diselenggarakan oleh Pusat Layanan
Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Buleleng.
Warung Telaga di Bali adalah contoh UMKM lain yang sukses
menerapkan strategi "Menyamabraya" bersama keluarga besar, terutama
kepada perempuan sebagai penguat kelestarian Pakis dalam menghadapi
tantangan bisnis. Terletak di tepi sawah, warung ini menawarkan pengalaman
kuliner yang unik bagi pelanggannya. Saat pandemi COVID-19 menghantam
bisnis mereka, Warung Telaga menghadapi penurunan omset yang signifikan.
Namun, dengan menggunakan strategi promosi melalui media sosial dan
mengembangkan inovasi produk, warung ini berhasil bertahan dan
meningkatkan kembali omsetnya, menunjukkan keberhasilan dalam
mengadopsi strategi yang adaptif dan responsif terhadap perubahan pasar
(Endiana & Sutama, 2020).
Melalui ketiga contoh di atas, terlihat bahwa UMKM yang berhasil
menerapkan strategi "Menyamabraya" mampu beradaptasi dan mengatasi
tantangan yang dihadapinya. Dengan pendekatan yang terstruktur dan inovatif,
UMKM ini tidak hanya bertahan di pasar, tetapi juga berhasil tumbuh dan
berkembang, memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal dan
menginspirasi UMKM lain untuk mengikuti jejak kesuksesan mereka.

2.2.5 Dampak Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Dari Pengembangan UMKM


Dengan Memanfaatkan Kearifan Lokal Dan Konsep
'Menyamabraya'.
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan
memanfaatkan kearifan lokal dan konsep 'Menyamabraya' membawa dampak
positif yang signifikan pada masyarakat, ekonomi, dan budaya. Secara sosial,
pengembangan UMKM membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar,
meningkatkan kesejahteraan, dan membangun hubungan sosial yang lebih
baik antara masyarakat dan UMKM. Selain itu, melalui pengurangan
kemiskinan dan pengangguran, UMKM juga berkontribusi pada penguatan
struktur sosial yang lebih inklusif (Syarif et al., 2023).
Dari segi ekonomi, pengembangan UMKM memperkuat ekonomi
lokal dengan meningkatkan pendapatan dan pemasaran produk lokal. Hal ini
membantu mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap ekspor dan impor,
serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan. Dengan
menyediakan peluang kerja dan meningkatkan akses terhadap pasar, UMKM
menjadi pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di
tingkat lokal.
Dampak budaya dari pengembangan UMKM juga signifikan. Melalui
penekanan pada kearifan lokal dan kultur masyarakat, UMKM membantu
mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya yang berharga.
Dengan memperkuat identitas budaya lokal, UMKM tidak hanya mengurangi
risiko kehilangan budaya, tetapi juga memperkuat kebanggaan dan rasa
memiliki masyarakat terhadap warisan budayanya.
Namun, meskipun terdapat banyak manfaat dari pengembangan
UMKM dengan pendekatan 'Menyamabraya', terdapat tantangan yang perlu
diatasi. Tantangan tersebut meliputi keterampilan dan keahlian yang rendah di
sektor UMKM, keterbatasan sumber daya dan peralatan, serta akses yang
terbatas ke pasar dan teknologi. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan
upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga non-profit, dan sektor swasta
untuk menyediakan pelatihan, akses modal, dan infrastruktur yang diperlukan
bagi UMKM.
Di samping tantangan, terdapat pula peluang besar dalam
mengembangkan UMKM dengan pendekatan 'Menyamabraya'. Dengan
memperkuat hubungan sosial dan ekonomi antara masyarakat dan UMKM,
serta membangun bisnis yang sesuai dengan kebutuhan lokal, UMKM dapat
membantu mengurangi kemiskinan dan pengangguran secara signifikan (Iman
Kalis et al., 2023).
Untuk mewujudkan potensi maksimal dari pengembangan UMKM
dengan pendekatan 'Menyamabraya', diperlukan beberapa rekomendasi.
Membangun sistem pendukung usaha yang inklusif, meningkatkan
kewirausahaan dan kompetensi UMKM, serta memperluas relasi antar sesama
pengusaha adalah langkah-langkah penting yang perlu diambil. Selain itu,
pemanfaatan teknologi informasi juga menjadi kunci dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi UMKM.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam konteks Budaya Bali, pentingnya Kearifan Lokal dan Konsep
‘Menyamabraya’ telah membawa dampak positif pada masyarakat, ekonomi, dan
budaya. Kearifan lokal Bali mencerminkan nilai-nilai yang tumbuh di masyarakat
dan memengaruhi pemanfaatan ruang. ‘Menyamabraya’ mengandung makna
pluralitas, menghargai perbedaan, dan memperlakukan orang lain sebagai
keluarga. Dalam pembuatan regulasi terkait penataan ruang di Bali, kearifan lokal
memegang peranan kunci, memperkuat hubungan sosial dan ekonomi, serta
menjaga keberagaman budaya.
Strategi pengembangan UMKM dengan memanfaatkan kearifan lokal dan
‘Menyamabraya’ membutuhkan pendekatan terstruktur. Ini meliputi analisis
SWOT, pengembangan produk, pemasaran online, dan pendidikan
kewirausahaan. Pemberdayaan UMKM juga penting, termasuk pengembangan
koperasi dan jaringan komunitas, serta penguatan keterampilan manajemen dan
teknologi.
Pakis (Paiketan Krama Istri) di Provinsi Bali memainkan peran penting
dalam mendukung UMKM. Organisasi ini mendukung pemberdayaan peran dan
ekonomi krama istri, mendorong kreativitas seni dan budaya, serta mengadvokasi
pendidikan dan perlindungan. Pakis Bali berperan sebagai agen pengembangan
holistik, mendukung pertumbuhan UMKM dan pemberdayaan masyarakat di Bali.
Contoh UMKM sukses seperti Ayu Windy Tenun Ikat, BaliBell dan
Warung Telaga menunjukkan implementasi strategi ‘Menyamabraya’. Mereka
menerapkan inovasi produk, promosi online, dan adaptasi terhadap tantangan
bisnis. Dampaknya pada masyarakat, ekonomi, dan budaya termasuk peningkatan
kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi lokal, dan pelestarian warisan budaya.
Dengan demikian, pengembangan UMKM dengan pendekatan
‘Menyamabraya’ menghasilkan dampak positif yang signifikan. Tantangan seperti
keterampilan rendah dan keterbatasan sumber daya dapat diatasi melalui
pendekatan kolaboratif antara pemerintah, lembaga, dan masyarakat. Untuk
mewujudkan potensi penuh, diperlukan upaya terus-menerus dalam membangun
sistem pendukung usaha, meningkatkan kewirausahaan, dan memanfaatkan
teknologi informasi.

3.2 Saran
A. Untuk Peneliti:
1) Teliti lebih lanjut tentang implementasi konsep ‘Menyamabraya’ dalam
pengembangan UMKM di berbagai konteks budaya dan geografis.
2) Fokus pada analisis dampak sosial, ekonomi, dan budaya dari
pengembangan UMKM dengan pendekatan berbasis kearifan lokal.
3) Selidiki lebih dalam tantangan dan peluang yang dihadapi oleh UMKM
dalam menerapkan strategi ‘Menyamabraya’, serta identifikasi solusi yang
tepat.

B. Untuk Masyarakat:
1) Dukung UMKM lokal dengan membeli produk mereka dan
mempromosikan keberadaan mereka di komunitas.
2) Aktif terlibat dalam inisiatif pemberdayaan UMKM dan kegiatan yang
mengembangkan kewirausahaan di tingkat lokal.
3) Tingkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya lokal dan
mendukung usaha-usaha yang mempromosikan kearifan lokal dalam
pengembangan UMKM.

C. Untuk Instansi Pendidikan:


1) Integrasikan pembelajaran tentang kearifan lokal dan pengembangan
UMKM ke dalam kurikulum pendidikan formal dan non-formal.
2) Tawarkan program pelatihan dan workshop bagi mahasiswa dan
masyarakat umum tentang kewirausahaan, pengembangan UMKM, dan
konsep ‘Menyamabraya’.
3) Bangun kemitraan dengan UMKM lokal untuk memberikan kesempatan
magang dan pengalaman praktis kepada siswa dalam mengembangkan
keterampilan yang relevan dengan dunia usaha.
DAFTAR PUSTAKA

Auliah, I., Selintung, M., & Syafri, S. (2022). Strategi Pengembangan Desa
Wisata. Urban and Regional Studies Journal, 5(1), 09–14.
https://doi.org/10.35965/ursj.v5i1.1961
Endiana, I. D. M., & Sutama, I. G. M. K. (2020). STRATEGI BERTAHAN UMKM
“WARUNG TELAGA” MELALUI BERBAGAI PROMOSI MENARIK DAN
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SERTA JASA ANTAR DALAM
MEMBANTU MENINGKATKAN PEMASARAN DI MASA PANDEMI
COVID-19. 1, 24–31.
Iman Kalis, M. C., Hendri, M. I., & Safitri, H. (2023). Strategi Pengembangan
UMKM Berbasis Kearifan Lokal Dalam Mendukung Perekonomian Daerah
Pasca Pandemi Covid-19. Mbia, 22(2), 230–244.
https://doi.org/10.33557/mbia.v22i2.2384
Nurdina, Mutiara Rachma Ardhiani, Christina Menuk Sri Handayani, & Fachrudy
Asj’ari. (2021). Strategi Pemberdayaan UMKM Makanan Berbasis Kearifan
Lokal Di Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Slempit Kedamean Gresik.
Ekobis Abdimas : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 43–51.
https://doi.org/10.36456/ekobisabdimas.2.1.3903
Rahmantari, N. L. L., Mardika, A. P., & Dewi, N. P. L. M. (2023). Analisis
Strategi Keberlanjutan Umkm Dengan Metode Qspm (Quantitative Strategic
Planning Matrix) Pada Umkm Kudamono Depot Online Di Denpasar. Jurnal
Satyagraha, 06(02), 186–201.
Rahmantari, N. L. L., & Utari, N. (2023). Strategi Pengembangan UMKM dengan
Metode SWOT dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) pada
UMKM Freshy Salad. Jurnal Pendidikan …, 7, 6203–6212.
https://mail.jptam.org/index.php/jptam/article/download/7206/5964
Sitiari, N. wayan, Datriani, L. K., & Amerta, I. M. S. (2023). The Implementation
of Bali Local Cultural Values (Jengah, Taksu, and Menyamabraya) in
Human Resources Practices Associated with Stress and Organizational
Performance in Cooperatives in Bali. Matrik : Jurnal Manajemen, Strategi
Bisnis Dan Kewirausahaan, 17(1), 96.
https://doi.org/10.24843/matrik:jmbk.2023.v17.i01.p08
Syarif, A. H., Hudallah, S., Azriansyah, Q., Putri, I. L., & Nopriyanti, N. (2023).
Pemberdayaan UMKM Gula Aren Berbasis Kearifan Lokal di Desa Kota
Jawa Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran. Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat, 1(4), 311–320.
https://doi.org/10.61231/jp2m.v1i4.158
Widiani, G. A. E., & Anom, I. G. N. (2023). PERAN PAIKETAN KRAMA ISTRI (
PAKIS ) DALAM POLA KEPEMIMPINAN DESA ADAT BERBASIS
GENDER DI DESA ADAT KESIMAN. 959–976.
Widiantara, I. N. Y. P., Santosa, H., & Suartaya, K. (2020). Proses Penciptaan
Komposisi Karawitan Kreasi Baru Paras Paros. Promusika, 8(1), 1–13.
https://doi.org/10.24821/promusika.v1i1.3607
LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Anda mungkin juga menyukai