31622016 Analisis Putusan Pengadilan Nomor 672K/PDT/2020 Terkait Pemutusan Perjanjian Secara Sepihak Pada Proyek Pembangunan Jembatan Plapar Perjanjian berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata diartikan sebagai suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak untuk saling mengikatkan diri. Perjanjian pengadaan barang/jasa memiliki persamaan dengan istilah perjanjian pemborongan pekerjaan pada KUHPerdata. Pasal 1601a KUHPerdata menyebutkan bahwa: “Perjanjian pemborongan ialah suatu perjanjian dengan mana pihak pertama yaitu kontraktor mengingatkan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk pihak lain dengan harga yang telah ditentukan”. Pengaturan perihal pembatalan perjanjian terdapat pada Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata yang pada pokoknya pembatalan perjanjian harus dimintakan kepada hakim, meskipun syarat batal tercantum atau tidak dalam perjanjian, dan pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut pembatalan perjanjian dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga. Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo mendasari pertimbangan hukum terkait gugatan yang diajukan CV. Berlian Mas yaitu gugatan perbuatan melawan hukum kepada Pasal 1365 KUHPerdata, yang pada pokoknya menyebutkan perbuatan Pemda Kab. Trenggalek telah melanggar hak subjektif karena telah memutus kontrak. Apabila diuraikan, Pasal 1365 KUHPerdata menyebutkan bahwa suatu perbuatan disebut perbuatan melawan hukum apabila terpenuhinya semua unsur, yaitu: 1. Perbuatan itu harus melawan hukum (Onrechtmatige); 2. Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian; 3. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan (kelalaian); dan 4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. Unsur onrechtmatige atau perbuatan itu harus melawan hukum, diartikan dalam arti yang seluas- luasnya, yakni meliputi; 1. Perbuatan yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum; 2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku; 3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden); 4. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain. Dari penjelasan tersebut, dalam perkara antara Pemda Kab. Trenggalek dan CV. Berlian Mas mengenai syarat seseorang dikategorikan telah melakukan perbuatan melawan hukum adalah orang tersebut telah melanggar hak orang lain, melanggar kewajiban hukum si pembuat, melanggar norma di masyarakat dan melanggar norma kepatutan. Dalam hal ini, Pemda Kab. Trenggalek dalam perkara a quo tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum, dalam kontrak perjanjian antara Pemda Kab. Trenggalek dan CV. Berlian Mas telah dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku terkait pengadaan barang dan jasa yang secara khusus diatur dalam Peraturan Presiden Tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Maka kesimpulan dari penulisan sebagai berikut: Pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 672K/PDT/2020 yang mempertimbangkan fakta hukum Pemda Kab. Trenggalek melakukan PMH karena melanggar hak subjektif CV. Berlian Mas adalah tidak dapat dibenarkan. Hal ini karena Pemda Kab.Trenggalek tidak terpenuhinya unsur dari perbuatan melawan hukum yaitu unsur perbuatan itu harus melawan hukum dan kesalahan. Pemutusan kontrak pengadaan barang dan jasa secara sepihak dilakukan Pemda Kab.Trenggalek berdasarkan Pasal 93 ayat (1) huruf a, a1, dan a2 Perpres 04/2015 dimana hal tersebut telah sesuai dengan Pasal 1339 KUHPerdata. Disisi lain, gugatan yang diajukan didasarkan pada hubungan kontraktual antara Penggugat dan Tergugat sehingga mengakibatkan dasar gugatan tersebut seharusnya merupakan gugatan wanprestasi. Akibat hukum dari tidak sahnya pemutusan perjanjian secara sepihak yang dilakukan oleh Pemda Kab.Trenggalek adalah kedua belah pihak masih memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi prestasi sebagaimana tertulis dalam Surat Perjanjian Nomor 602/2127/106.033/2016. Hal tersebut disebabkan karena cara berakhirnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdatatidak terpenuh