Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN PRODUKSI PAKAN ALAMI


‘ARTEMIA’
Dosen : Ir. Fauziah Nurdin, M.P.

Oleh:
NAMA:MUH.ERGI FAHREZI
NIM :2322010030
KELAS: B

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BUDI DAYA PERIKANAN


JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGRI PANGKA JENE KEPULAUAN
2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………..1

1.2 Tujuan ..……………………………………………………………………………….1

BAB II METODOLOGI ………………………………………………………………………….2

2.1 Waktu dan Tempat ……………………………………………………………………2

2.2 Alat dan Bahan ………………………………………………………………………2

2.3 Prosedur Kerja ……………………………………………………………………….2

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………4

3.1 Hasil …………………………………………………………………………… …….4

3.2 Pembahasan …………………………………………………………………………4

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………………… 5

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………5

LAMPIRAN …………………………………………………………………………… ………6


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Artemia adalah genus krustasea yang terkenal karena Artemia salina, yang dikenal secara
umum sebagai "brine shrimp" atau udang air garam. Ini adalah hewan kecil yang hidup di
lingkungan air asin, terutama danau yang sangat kering atau kolam garam. Artemia telah menjadi
subjek penelitian yang penting dalam berbagai bidang, termasuk biologi perkembangan, ekologi,
dan ilmu makanan.
Artemia digunakan sebagai pakan awal yang penting untuk larva ikan dan udang dalam
budidaya akuakultur. Karena ukurannya yang kecil dan nutrisi yang baik, Artemia ideal sebagai
makanan pertama untuk larva yang baru menetas, karena mereka dapat dengan mudah
menangkap dan mencerna partikel kecil.
Artemia mengandung nutrisi penting seperti protein, lemak, asam amino, vitamin, dan
mineral yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan larva. Oleh karena itu, penggunaan
Artemia dalam pakan larva dapat meningkatkan pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan kualitas
benih ikan dan udang.
Terus terjadi penelitian untuk meningkatkan budidaya Artemia agar lebih efisien dan
berkelanjutan. Ini termasuk penelitian dalam pengoptimalan teknik kultur, pengembangan pakan
buatan yang berbasis Artemia, dan pemahaman lebih lanjut tentang nutrisi dan fisiologi Artemia.

1.2 Tujuan
1. Memahami proses penetasan artemia
2. Dapat membandingkan efektivitas dari metode alami dan dekapsulasi
BAB II
METODELOGI
2.1Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini di lakukan pada:
Hari/tanggal: Kamis 28 Maret 2024
Tempat: Lab Pakan Alami
Waktu: Pukul 13.00- selesai
2.2 Alat dan Bahan
Alat
1. Bak/ ember yang berbentuk kerucut
2. Selang aerasi, batu aerasi, dan pemberat
3. Baskom
4. Pengaduk
5. Saringan 250u
6. Timbangan
7. Termometer
Bahan:
1. NaOH
2. Kaporit
3. Natrium thiosulfate
4. Cysta artemia
5. Es batu
6. Air laut
7. Air tawar
2.3 Prosedur Kerja
1. Penetasan secara alami
 Bersihkan wadah penetasan yang akan di gunakan
 Bak diisi air laut dengan salinitas 30-32ppt
 Pasang aerasi
 Timbang cyste artemia sesuai kebutuhan
 Rendan dan aerasi kuat dalam air tawar selama 15-30 menit
 Endapkan atau buang cangkang cyste artemia yang mengapung
 Cuci dalam saringan lalu dietaskan di dalam wadah yang telah di siapkan
 Pasang aerasi
 Dalam jangka waktu 24-36 jam cyste artemia akan menetas dan menjadi
nauplius artemia
2. Penetasan secara decapsulasi
 Timbang cyste aerasi kuat dalam air tawar selama 15-30 menit
 Rendam cyste artemia dan aerasi dalam air tawar selama kurang lebih 1
jam
 Larutkan kaporit dan NaOH ke dalam air tawar 1-2 liter masing-masing di
dalam wadah yang terpisah
 Endapkan dan buang cangkang/cyste artemia yang mengapung
 Tambahkan 1/2 larutan kaporit sambil diaduk-aduk selama 5-10 menit(*)
 Tambahkan 1/2 larutan NaOH saambil diaduk-aduk selama 5-10 menit(**)
 Cuci dalam saringan 250u
 Ulangi perlakuan(*) dan (**)
 Aduk hingga berubah warna dari abu-abu hingga berubah menjadi merah
bata
 Saat mengadukan apabila suhu 40oC tambahkan dengan es batu
 Cuci hingga bersih (bebas dari bau kaporit)
 Bilas dengan larutan thiosulfat
 Tetaskan dalam wadah yang telah disiapkan
 Dalam jangka waktu kurang lebih 18-24 jam cyste artemia akan menetas
menjadi nauplis artemia
Cara panen
 Angakat aerasi dan diamkan selama 10-20 menit
 Pasangkan lampu bagian bawah bak penetasan jika ruangan gelap dan
tutup bagian atas jika ruangan terang agar naupli artemia berkumpul di
dasar
 Pasang saringan yang berukuran 250 mikron agar naupli artemia tidak
lolos
 Buka kran secara perlahan lahan agar kotoran/cangkang artmia tidak
terikut
 Cuci nauplius artemia dengan air laut sampai bersih dan siap berikan pada
larva udang/ikan
BAB IV
PENUTUP

4.1 kesimpulan
Dalam praktikum penetasan artemia, dilakukan perbandingan antara metode alami dan
dekapsulasi untuk mengevaluasi efektivitasnya dalam menghasilkan artemia yang berkualitas
sebagai pakan larva ikan. Hasil praktikum menunjukkan bahwa metode dekapsulasi memberikan
hasil yang lebih baik, dengan jumlah artemia yang menetas lebih tinggi dan tingkat kelangsungan
hidup larva ikan yang lebih baik dibangdikan dengan metode alami. Meskipun metode
dekapsulasi memerlukan lebih banyak waktu dan biaya, namun manfaatnya dalam meningkatkan
kualitas pakan serta pertumbuhan larva ikan memberikan justifikasi atas pengunaanya dalam
praktik budidaya larva ikan secara komersial maupun skala kecil.

Dengan demikian, praktikum ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
pentingnya pemilihan metode penetasan artemia yang tepat dalam mendukung kelangsungan
hidup dan pertumbuhan larva ikan. Dengan memilih metode dekapsulasi, para pembudidaya ikan
dapat memastikan ketersediaan pakan yang berkualitas dan optimal bagi larva ikan mereka, yang
pada akhirnya akan berkontribusi pada kesuksekan budidaya ikan secara keseluruhan. Selain itu,
praktikum ini juga memberikan landasan bagi penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam
teknik penetasan artemia untuk meningkatkan efisiensi budidaya ikan masa depan.
LAMPIRAN

Penimbangan bahan

Pembersihan hak dan pengisian air

Anda mungkin juga menyukai