Oleh:
NAMA:MUH.ERGI FAHREZI
NIM :2322010030
KELAS: B
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1
1.2 Tujuan
1. Memahami proses penetasan artemia
2. Dapat membandingkan efektivitas dari metode alami dan dekapsulasi
BAB II
METODELOGI
2.1Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini di lakukan pada:
Hari/tanggal: Kamis 28 Maret 2024
Tempat: Lab Pakan Alami
Waktu: Pukul 13.00- selesai
2.2 Alat dan Bahan
Alat
1. Bak/ ember yang berbentuk kerucut
2. Selang aerasi, batu aerasi, dan pemberat
3. Baskom
4. Pengaduk
5. Saringan 250u
6. Timbangan
7. Termometer
Bahan:
1. NaOH
2. Kaporit
3. Natrium thiosulfate
4. Cysta artemia
5. Es batu
6. Air laut
7. Air tawar
2.3 Prosedur Kerja
1. Penetasan secara alami
Bersihkan wadah penetasan yang akan di gunakan
Bak diisi air laut dengan salinitas 30-32ppt
Pasang aerasi
Timbang cyste artemia sesuai kebutuhan
Rendan dan aerasi kuat dalam air tawar selama 15-30 menit
Endapkan atau buang cangkang cyste artemia yang mengapung
Cuci dalam saringan lalu dietaskan di dalam wadah yang telah di siapkan
Pasang aerasi
Dalam jangka waktu 24-36 jam cyste artemia akan menetas dan menjadi
nauplius artemia
2. Penetasan secara decapsulasi
Timbang cyste aerasi kuat dalam air tawar selama 15-30 menit
Rendam cyste artemia dan aerasi dalam air tawar selama kurang lebih 1
jam
Larutkan kaporit dan NaOH ke dalam air tawar 1-2 liter masing-masing di
dalam wadah yang terpisah
Endapkan dan buang cangkang/cyste artemia yang mengapung
Tambahkan 1/2 larutan kaporit sambil diaduk-aduk selama 5-10 menit(*)
Tambahkan 1/2 larutan NaOH saambil diaduk-aduk selama 5-10 menit(**)
Cuci dalam saringan 250u
Ulangi perlakuan(*) dan (**)
Aduk hingga berubah warna dari abu-abu hingga berubah menjadi merah
bata
Saat mengadukan apabila suhu 40oC tambahkan dengan es batu
Cuci hingga bersih (bebas dari bau kaporit)
Bilas dengan larutan thiosulfat
Tetaskan dalam wadah yang telah disiapkan
Dalam jangka waktu kurang lebih 18-24 jam cyste artemia akan menetas
menjadi nauplis artemia
Cara panen
Angakat aerasi dan diamkan selama 10-20 menit
Pasangkan lampu bagian bawah bak penetasan jika ruangan gelap dan
tutup bagian atas jika ruangan terang agar naupli artemia berkumpul di
dasar
Pasang saringan yang berukuran 250 mikron agar naupli artemia tidak
lolos
Buka kran secara perlahan lahan agar kotoran/cangkang artmia tidak
terikut
Cuci nauplius artemia dengan air laut sampai bersih dan siap berikan pada
larva udang/ikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Dalam praktikum penetasan artemia, dilakukan perbandingan antara metode alami dan
dekapsulasi untuk mengevaluasi efektivitasnya dalam menghasilkan artemia yang berkualitas
sebagai pakan larva ikan. Hasil praktikum menunjukkan bahwa metode dekapsulasi memberikan
hasil yang lebih baik, dengan jumlah artemia yang menetas lebih tinggi dan tingkat kelangsungan
hidup larva ikan yang lebih baik dibangdikan dengan metode alami. Meskipun metode
dekapsulasi memerlukan lebih banyak waktu dan biaya, namun manfaatnya dalam meningkatkan
kualitas pakan serta pertumbuhan larva ikan memberikan justifikasi atas pengunaanya dalam
praktik budidaya larva ikan secara komersial maupun skala kecil.
Dengan demikian, praktikum ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
pentingnya pemilihan metode penetasan artemia yang tepat dalam mendukung kelangsungan
hidup dan pertumbuhan larva ikan. Dengan memilih metode dekapsulasi, para pembudidaya ikan
dapat memastikan ketersediaan pakan yang berkualitas dan optimal bagi larva ikan mereka, yang
pada akhirnya akan berkontribusi pada kesuksekan budidaya ikan secara keseluruhan. Selain itu,
praktikum ini juga memberikan landasan bagi penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam
teknik penetasan artemia untuk meningkatkan efisiensi budidaya ikan masa depan.
LAMPIRAN
Penimbangan bahan