NIM : 17334025
Kelas :K
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
1. Judul Praktikum..................................................................................................................1
2. Tujuan Praktikum...............................................................................................................1
3. Prinsip Kerja.......................................................................................................................1
4. Teori....................................................................................................................................1
4.1. Pendahuluan................................................................................................................1
4.3. Pati...............................................................................................................................5
6.1. Bahan...........................................................................................................................6
6.2. Alat..............................................................................................................................7
7. Prosedur/Cara Kerja............................................................................................................7
8.1. Remdemen...................................................................................................................8
i
9. Diskusi/Pembahasan.........................................................................................................12
10. Kesimpulan...................................................................................................................15
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang
berjudul :
Adapun laporan ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya saya mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan informasi terhadap pembaca.
Penyusun
( Zella Silfiyani)
iii
1. Judul Praktikum:
2. Tujuan Praktikum:
Untuk mengetahui cara pembuatan pati ubi talas dengan menggunakan pelarut
NaCl.
3. Prinsip Kerja:
4. Teori:
4.1. Pendahuluan
Permasalahan penelitian sebelumnya (Hartiati dan Yoga, 2015), pati talas yang
dihasilkan mempunyai rendemen yang rendah yaitu 13% dengan warna pati yang
masih kuning kecoklatan. Penelitiaan Saputra (2015), telah memperbaiki rendemen
dengan rendaman 21,58% pada perbedaan ubi dengan air 1:4 pada penelitian
tersebut menggunakan bahan tambahan Na metabisulfit 0,3%. Penelitian tersebut
mengunakan Na metabisulfit sehingga memunculkan kelemahan yaitu pati yang
dihasilkan berbau apek, sehingga akan diteliti lagi menggunakan perlakuan
pendahuluan dengan natrium klorida (NaCl).
1
kimpul menggunakan natrium klorida (NaCl) 7,5% dengan perbandingan air dan
talas kimpul 4 : 1. Selain itu Mayasari (2010) menggunakan konsentrasi larutan
natrium klorida pada pembuatan pati kimpul (NaCl) 5%, 7,5% dan 10% dengan
lama perendaman 30 dan 60 menit. Hasil optimum yang didapat adalah perendaman
larutan natrium klorida (NaCl) 10% selama 60 menit dapat mereduksi oksalat
sebesar 96,83%.
Perendaman ubi talas pada larutan natrium klorida (NaCl) dalam pembuatan pati
talas belum pernah dilakukan, oleh kerena itu perlu dulkukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) sebagai
bahan perendam terhadap karakteristik mutu pati ubi talas dan mengetahui
konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) yang menghasilkan kualitas mutu pati ubi
talas terbaik. Tujun penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan
natrium klorida (NaCl) sebagai bahan perendam terhadap karakteristik mutu pati ubi
talas dan menentukan konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) yang menghasilkan
kualitas mutu pati ubi talas terbaik.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class :Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
2
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Talas adalah nama untuk berbagai macam tumbuhan yang lazim ditanam untuk
dimanfaatkan umbi atau daunnya. Talas tersebar dalam tiga genus tumbuhan yaitu
Colocasia, Xanthosoma, dan Alocasia, dari famili Araceae. Keladi, dasheen, taro,
sato imo dan eddo merupakan Colocasia, sedangkan kimpul, yautia, tannia dan
malanga termasuk Xanthosoma, dan sente serta birah adalah Alocasia. Semua
tanaman tersebut dinamakan talas (Nur, 1956).
Talas merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat sebagian besar di dunia
ini. Di dalam famili Araceae, talas yang sesungguhnya dikenal dengan nama
Colocasia esculenta. Habitat tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah tropis
antara India dan Indonesia. Talas merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat
daerah Pasifik, seperti New Zealand dan Australia (Matthews, 2004). Talas
mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo
(e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina),
Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaysia), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol)
dan Yu-tao (China).
Tanaman talas bereproduksi secara vegetatif, yaitu dengan anakan, sulur, umbi
anak, atau pangkal umbi serta sebagian pelepahnya. Karena itulah tanaman ini
memiliki kecendrungan untuk membentuk kultivar dengan ciri–ciri serta syarat
tumbuh yang berbeda – beda ( sastrahidajat dan soemarno 1991).
Menurut Kay (1973), tanaman talas memiliki tinggi sekitar 40-200 cm, sementara
menurut Oschse et al. (1961) bentuk dan ukuran tanaman talas bervariasi, umumnya
memiliki tinggi sekitar 50–150 cm. Tanaman talas umumnya memiliki jumlah bunga
2-5 buah yang muncul secara bersama–sama, dan tumbuh di antara sudut daun (leaf
3
axil ) dengan panjang 15 – 30 cm. Bunga jantan biasanya memiliki benang sari
sebanyak 2–3 buah, sedangkan bunga betina jarang terdapat pada tanaman.
Umbi talas dapat dipanen setelah berumur 6–18 bulan, namun hal ini bergantung
pula pada varietasnya. Saat panen yang tepat ditandai dengan daun yang mulai
menguning sampai kering (Soesarsono, 1976 ).
Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim sedang.
Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah hujan
tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah). Curah hujan optimum
untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm pertahun. Tanaman ini mudah
tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-300C, PH 5,5 – 6,5, kelembaban tinggi dan
drainase tanah yang baik. Tanaman talas umumnya dapat tumbuh pada ketinggian 0-
1300 m dpl.
Talas telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai bahan pangan untuk
membuat makanan kecil seperti talas goreng ataupun talas rebus. Di Indonesia,
provinsi Jawa barat merupakan salah satu daerah yang mengembangkan budidaya
talas. Tanaman talas di Jawa barat umumnya tumbuh pada ketinggian 400- 500 m
dari permukaan laut.
Tempat pengembangan talas di pulau Jawa antara lain Bogor dan Malang. Dua
daerah ini menghasilkan beberapa kultivar yang enak rasa umbinya. Tingkat
4
produksi tanaman talas tergantung pada kultivar, umur tanaman dan kondisi
lingkungan tempat tumbuh. Pada kondisi optimal, produktivitas talas dapat
mencapai 30 ton/hektar.
Bogor merupakan salah satu daerah yang menjadi produsen talas di Indonesia.
Daerah ini memiliki berbagai jenis talas yang dibudidayakan, di antaranya ialah
Talas Sutera, Talas Bentul, Talas Padang, Talas Pandan dan Talas Ketan. Menurut
Sukendro dan Setiadireja (1950), berbagai varietas talas yang ada di bagi menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1. Talas Pandan : Varietas ini mempunyai ciri berpohon pendek, bertangkai daun
agak keunguan, pangkal batang warna merah atau kemerahan dengan umbi
lonjong berkulit coklat dan daging buah berwarna keunguan. Talas jenis ini
memiliki aroma pandan yang khas saat di rebus.
2. Talas Ketan : talas ini lebih dikenal dengan sebutan talas mentega. Varietas ini
mempunyai ciri daun dan pelepah daun berwarna kuning keunguan, umbi
berwarna kuning dan besar.
3. Talas sutra : Varietas ini mempunyai ciri berdaun halus yang berwarna hijau
muda, pelepah daun hijau dengan pangkal berwarna putih dan umbi memiliki
warna putih dengan rasa yang sangat enak.
Tanaman talas banyak mengandung asam perusai (asam biru atau HCN). Sistem
perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk
silinder atau bulat, berukuran 30 cm x 15 cm, berwarna coklat. Daunnya berbentuk
perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50 cm panjangnya, dengan tangkai mencapai
1 meter panjangnya, warna pelepah bermacam-macam. Perbungaannya terdiri atas
tongkol, seludang dan tangkai (Anonim a, 2010).
4.3. Pati
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas amilosa
dan amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998). Pati dapat diperoleh dari bijibijian,
umbi-umbian, sayuran, maupun buah-buahan. Sumber alami pati antara lain adalah
jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu, amaranth, ubi
kayu, ganyong, dan sorgum. Pemanfaatan pati asli masih sangat terbatas karena sifat
5
fisik dan kimianya kurang sesuai untuk digunakan secara luas. Oleh karena itu, pati
akan meningkat nilai ekonominya jika dimodifikasi sifat-sifatnya melalui perlakuan
fisik, kimia, atau kombinasi keduanya (Liu et al. 2005).
6
NaOH 50%
HCL 4N
Nelson A
Nelson B
Arseno
Nacl
6.2. Alat
Oven ( blue M )
Cawan alumunium
Neraca analitik ( shimadzu )
Waterbath
Spektrofotometer UV-Vis
Tabung reaksi
Labu takar pyrex
pH meter
Vortex
Blender
Parutan
Pisau stainless steel
Kain saring
Alat gelas pyrex
7. Prosedur/Cara Kerja
Setelah itu dikupas, dipotong dadu, dicuci dengan air, kemudian dilakukan
perendaman mengunakan larutan natrium klorida (NaCl) sesuai perlakuan yaitu 2,5% /
5% / 7,5% / 10% / 12,5% dan 15%. Kemudian dilakukan penghancuran dengan
perlakuan hancuran ubi talas dengan air 4 : 1, setelah itu disaring dan didiamkan selama
sehari kemudian dilakukan proses pemisahan air sehingga didapatkan pati basah,
kemudian dioven menggunakan suhu 80oC selama ± 4 jam, ditumbuk dan diayak
7
mengunakan ayakan 80 mesh sampai menjadi pati tepung. Produk yang dihasilkan
berupa pati ubi gadung dan dilakukan analisis (Puriartini, (2011) modifikasi (2016)
Diagram alir pelaksanaan pembuatan pati ubi gadung dapat dilihat pada Gambar 1.
8
Tabel 1. Nilai rata – rata rendemen (%) pati ubi talas
Kode Konsentrasi Larutan natrium Rata-Rata Rendemen %
klorida (NaCl)
P1 2,5% 14,96 d
P2 5% 15,35 c
P3 7,5% 17,40 b
P4 10% 19,34 a
P5 12,5% 19,90 a
P6 15% 20,22 a
Keterangan : Huruf yang sama di belakang nilai rata-rata menunjukkan
tidak adanya beda nyata pada tarap kesalahan 5% .
Tabel 2. Nilai rata – rata kadar air (%) pati ubi talas
Kode Konsentrasi Larutan natrium Rata-Rata Kadar Air %
klorida (NaCl)
P1 2,5% 6,75 a
P2 5% 6,86 a
P3 7,5% 6,88 a
P4 10% 7,47 a
P5 12,5% 7,53 a
P6 15% 7,73 a
Keterangan : Huruf yang sama di belakang nilai rata-rata menunjukkan
tidak adanya beda nyata pada tarap kesalahan 5%.
Tabel 3. Nilai rata – rata kadar pati (%) pati ubi talas
Kode Konsentrasi Larutan natrium Rata-Rata Kadar Pati %
klorida (NaCl)
P1 2,5% 57,65 d
P2 5% 58,71 c
9
P3 7,5% 59,84 c
P4 10% 61,41 b
P5 12,5% 63,85 b
P6 15% 67,49 a
Keterangan : Huruf yang sama di belakang nilai rata-rata
menunjukkan tidak adanya beda nyata pada tarap kesalahan 5% .
Tabel 4. Nilai rata – rata kadar amilopektin (%) pati ubi talas
Kode Konsentrasi Larutan natrium Rata-Rata Kadar Oksalat %
klorida (NaCl)
P1 2,5% 86,90 d
P2 5% 73,02 c
P3 7,5% 65,12 b
P4 10% 56,51 b
P5 12,5% 46,51 a
P6 15% 37,90 a
Keterangan : Huruf yang sama di belakang nilai rata-rata menunjukkan
tidak adanya beda nyata pada tarap kesalahan 5% .
Tabel 5. nilai rata-rata uji perbandingan jamak (%) pati ubi talas.
Konsentrasi Larutan natrium klorida (NaCl) Rata Rata %
1) Konsentrasi Larutan NaCl 2,5 % 2,55 b
2) Konsentrasi Larutan NaCl NaCl 5 % 2,85 b
3) Konsentrasi Larutan NaCl NaCl 7,5 % 3.25 a
4) Konsentrasi Larutan NaCl NaCl 10 % 3,05 a
5) Konsentrasi Larutan NaCl NaCl 12,5 % 2,40 c
10
6) Konsentrasi Larutan NaCl NaCl 15 % 2,30 c
Keterangan : Huruf yang sama di belakang nilai rata-rata menunjukkan tidak
adanya beda nyata pada tarap kesalahan 5% .
Berikut ini adalah gambar makroskopis dari pati ubi talas menggunakan pelarut
air (A) dan pelarut NaCl (B)
A B
Gambar 2. Foto (A) Pati Talas Alami (B) Pati Talas terrmodifikasi
Berikut ini adalah gambar mikroskopik dari pati ubi talas menggunakan pelarut
air (A) dan pelarut NaCl (B)
11
Gambar 3. Hasil Foto SEM Pati Talas Alami (A) dan Pati Talas Termodifikasi (B)
dengan perbesaran 5000x
Pada identifikasi secara pati ubi talas, amilum yang ditambah I 2 menjadi warna
biru.
9. Diskusi/Pembahasan
Berdasarkan Tabel 1 rendemen pati yang lebih tinggi didapat pada konsentrasi larutan
natrium klorida (NaCl) 10% yang tidak berbeda dengan konsentrasi larutan natrium
klorida (NaCl) 12,5% dan 15%, sementara itu rendemen pati talas terendah didapat pada
konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 2,5%. Batas rendemen pati ubi talas adalah
pada konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 10% dibawah 10% sudah tidak bagus
lagi. Semakin banyak perendaman dalam larutan NaCl maka rendemen semakin tinggi,
hal ini dikarenakan larutan natrium klorida (NaCl) merupakan bahan yang berfungsi
sebagai pengikat air. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Honikel,
1989) dengan perendaman dalam larutan natrium klorida (NaCl) dapat meningkatkan
kelarutan pati.
12
dihasilkan, sehingga komponen pati ubi dan air akan terdifusi secara sempurna
(Jayanuddin et al., 2014).
Berdasarkan Tabel 2 kadar air pati ubi talas pada semua perlakuan tidak berbeda
nyata. Nilai kadar air pati ubi talas menunjukkan kecenderungan semakin banyak
persentase larutan natrium klorida (NaCl) pada perendaman maka nilai kadar air pada
pati ubi talas semakin tinggi.
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari
pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat
penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan
yang tepat. Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari
kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan
aktivitas air. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan
lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan
tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan
pasca olah bahan pangan (Purnomo,1995).
Berdasarkan Tabel 3 kadar pati yang lebih tinggi didapat pada konsentrasi larutan
natrium klorida (NaCl) 15%, sedangkan nilai terendah didapat pada konsentrasi natrium
klorida (NaCl) 2,5%. Kandungan pati merupakan bagian penting dalam berbagai macam
tepung, namun jumlah pati pada berbagai tepung berbeda beda. Pati merupakan
homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat
dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut
amilopektin (Disafitri dan Sudarminto (2014). Kadar pati yang dihasilkan dalam
penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi larutan natrium klorida (NaCl)
yang di gunakan dalam perendaman maka kadar pati yang dihasilkan akan semakin
tinggi hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan linier antara rasio talas dan natrium
klorida (NaCl) dengan kadar pati. Hal ini dikarenakan natrium klorida (NaCl) mengikat
air sementara pati larut dalam air (Hadi,dkk,.2015).
Berdasarkan Tabel 4 kadar oksalat ubi talas yang lebih tinggi didapat pada konsentrasi
konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 2,5 %, sedangkan nilai terendah didapat pada
konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 12,5 % yang tidak berbeda denga konsentrasi
larutan natrium klorida (NaCl) 15%. Kalsium oksalat (CaOOC-COOCa) merupakan
persenyawaan garam antara ion kalsium dengan ion oksalat. Pada seluruh bagian
13
tanaman talas mengandung senyawa kristal kalsium oksalat mulai dari daun, tangkai
daun, umbi sampai pada akar. Kristal kalsium oksalat dapat dikurangi bahkan dapat
dihilangkan dengan perendaman dalam larutan garam, hal itu di karenakan terjadinya
reaksi metatesi dimana terjadi pertukaran antar dua reaksi yang berbeda seperti reaksi
yang berlangsung antara asam dan garam. Reaksi metatesis ditandai dengan terbentuknya
endapan, gas atau zat yang langsung terurai menjadi gas (Schumm, 1978).
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata uji perbandingan jamak warna pati ubi
talas pada konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 7,5% tidak berbeda dengan
konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 10% (sama putihnya dari R), yang berasal
dari tepung tapioka sebagai pembanding dan perlakuan ini memiliki tingkat derajat putih
paling tinggi yang tidak berbedanyata dengan tepung tapioka. Hal ini dikarenakan
perendaman dalam larutan natrium klorida (NaCl) pada dasarnya untuk menginaktifkan
enzim untuk mencegah reaksi pencoklatan (Hudaida, 2004).
Uji efektivitas menunjukan bahwa konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 15%
merupakan perlakuan terbaik. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi larutan
natrium klorida (NaCl) 15% mempunyai nilai hasil tertinggi yaitu 0,63%, sehingga
konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 15% dan rasio air dengan bahan 4:1
merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalam
menghasilkan pati ubi talas dengan karakteristik rendemen sebesar 20,22% dan uji
perbandingan jamak warna sebesar 2,30% (sama putihnya dari tepung tapioka), kadar air
sebesar 7,73%, kadar pati sebesar 67.49%, dan kandungan oksaltnya 37,90%.
14
Hasil pemeriksaan sifat alir partikel diperoleh sifat alir pati talas termodifikasi lebih
baik daripada pati talas alami, yang dapat dilihat dari nilai sudut angkat, faktor Hausner
dan kompresibilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan pati talas alami.
Pada identifikasi secara pati ubi talas, amilum yang ditambah I 2 menjadi warna biru.
Yang berarti dapat memberikan kestabilan I 2 dalam pati tersebut.
10. Kesimpulan
1) Konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) sebagai bahan perendam ubi talas
berpengaruh sangat nyata terhadap karakteristik mutu pati ubi talas pada rendemen,
kadar pati, kadar oksalat dan uji perbandingan jamak warna (derajat putih),
sementara itu karakteristik mutu pati ubi talas tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar air
2) Konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 15% merupakan perlakuan yang
memiliki mutu karakteristik pati terbaik yaitu, memiliki rendemen sebesar 20,22%
dan uji perbandingan jamak warna sebesar 2,30% (sama putihnya dari tepung
tapioka), kadar air sebesar 7,73%, kadar pati sebesar 67.49%, dan kandungan
oksaltnya 37,90%.
Kade, dkk. Pengaruh Konsentrasi Larutan Natrium Klorida (NaCl) Sebagai Bahan Perendam
Terhadap Krakteristik Mutu Pati Ubi Talas (Calocasia esculenta L. Schott). Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri ISSN: 2503-488X, Vol. 5. No. 1. Maret 2017
(60-70)
15
Suhery, dkk. 2016. Pembuatan Dan Evaluasi Pati Talas (Colocasia esculenta Schoot)
Termodifikasi dengan Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus sp).Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 1(2), 207-214
Nur, M., 1956. Tanaman Talas (Colocasia dan Beberapa Genus yang Lain). Kementrian
Pertanian, Jakarta.
Rukmana, Rahmat 1998. Macam-macam Jenis Tanaman Talas di Indonesia, Talas Bogor
(Colocasia esculenta), Talas Padang (Colocasia gigantea hook, f) dan Talas Belitung
(Xanthosoma sagitifolium).
Sastrahidayat, I.R dan Soemarno. 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional.
Surabaya.
Kay, D. E. 1973. Root Crops. The Tropical Products Institut.. Foreign and Common Wealth
Office. London.
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Soesarsono, Wijandi. 1976. Penelitian Penanganan dan Pengamanan Hasil Palawijaya dan
Holtikultura di Tingkat Pedesaan. Bogor: IPB.
Onwueme, L.C. 1978. The Tropical Tuber Crops :Yarm, Cassava, Sweet Potato, and
Cocoyarm. Wiley. New York.
Liu, Z. & J.H., Han, 2005, “Film Forming Characteristics of Starches”, J. Food Science, Vol.
70, No. 1, E31- E36.
16