Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 1 ayat (3) menerangkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara

Hukum. Berdasarkan hal tersebut maka Negara Indonesia sangat menjunjung

tinggi dan menghormati salah satu pilar negara hukum, yaitu perlindungan

dan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia sebagaimana tercantum di

dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal

27 ayat (1) yang berbunyi “Segala Warga Negara bersamaan kedudukannya

di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya" Pembangunan nasional pada

hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan berdasarkan

Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Pembangunan nasional tidak hanya menyangkut pembangunan materiil

saja, tetapi juga pembangunan mental spiritual masyarakat Indonesia.

Program pembangunan nasional harus bertumpu pada kualitas sumber daya

manusia yang perlu ditingkatkan secara terus- menerus termasuk derajat

kesehatannya. Untuk mencapai hal tersebut di atas, perlu dilakukan upaya

peningkatan di bidang pengobatan dan kesehatan yang antara lain pada satu

sisi mengusahakan ketersediaan obat-obatan narkotika yang sangat

1
2

dibutuhkan sebagai obat dan di sisi yang lain harus melakukan tindakan

pencegahan dan pemberantasan terhadap bahaya penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika. Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat

bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika

disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat

menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau

masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika

disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat

mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai nilai budaya

bangsa yang pada akhinya akan dapat melemahkan ketahanan nasional.

Dalam pasal 1 angka 1 UU Nomor 35 Tahun 2009, yang dimaksud

dengan Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanama n, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam

Undang-Undang ini. Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara

perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang secara bersama-

sama, bahkan merupakan satu sindikat yang terorganisasi dengan jaringan

yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di tingkat nasional

maupun maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut guna peningkatan

upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Narkotika perlu

dilakukan pembaruan terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997


3

tentang Narkotika. Hal ini juga untuk mencegah adanya kecenderungan yang

semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan korban

yang meluas, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan generasi muda

pada umumnya

Dari hasil data dilapangan yang diteliti oleh penulis di Polresta

Banjarmasin, tercatat jumlah perkara ibu hamil yang menggunakan narkotika

yang masuk dalam tahap penyidikan di Polresta banjarmasin Kalimantan

selatan pada Tahun 2013 yaitu ada perkara menggunakan narkotika jenis

sabu. Permasalahan penyalahgunaan narkotika ini mempunyai dimensi yang

luas dan konpleks, baik dari sudut psikososial yakni keadaan kejiwaan si

pelaku penyalahgunaan narkotika ketika dia berada ditengah-tengah

masyarakat yang normal, pelaku akan merasa terkucilkan sewaktu melakukan

interaksi social. Dari segi mental spiritual pelaku akan semakin jauh dari

ajaran agama, permasalahan juga akan datang dari sudut pandang kriminalitas

karena dengan kecanduan obat- obatan psikotropika pelaku akan

menghalalkan segala cara untuk mendapatkan barang haram tersebut, semisal

karena harganya mahal pelaku yang sudah kecanduan akan mencuri sesuatu

untuk ia jadikan modal dalam membeli barang haram tersebut, padahal

penyalahgunaan narkotika sendiri sudah termasuk kegiatan kriminal, yang

jika dipandang dari sisi hukum manapun permasalahan penyalahgunaan

narkotika merupakan sebuah pelanggaran terhadap peraturan hukum yang

berlaku.
4

Masalah penyalahgunaan dan peredaran narkotika tidak hanya terbatas

untuk kota-kota besar saja, tetapi telah merambah ke desa-desa dan bahkan

daerah yang sangat terpencil sekalipun.

Kenyataan yang ada saat ini melalui maraknya pemberitaan media masa

baik cetak maupun elektronik tentang keberhasilan aparat penyidik dalam

mengungkap kasus penyalahgunaan narkotika yang di satu sisi menunjukkan

kinerja yang sangat positif dari aparat penyidik dan di sisi lain akan semakin

mempertegas realitas konsumsi non medis berupa penyalahgunaan narkotika

yang telah mencapai kondisi mengkhawatirkan. Dengan diundangkannya UU

No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang merupakan perangkat hukum

dalam rangka mengatur peredaran narkotika, bertujuan untuk :

1. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan

kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

2. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika;

3. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan

4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecan du Narkotika.

5. Strategi pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika

harus secara sinergis dilakukan, baik secara preventif maupun represif.

Perempuan mempunyai keunikan untuk membangun hubungan

dengan orang di sekitarnya melalui emosi. Tidak semua perempuan mudah

mengungkapkan perasaannya secara lisan. Ada beberapa perempuan yang


5

lebih mampu mengungkapkan apa yang sedang dirasakan melalui perbuatan

langsung. Misalnya, ketika seorang perempuan merasa bahagia karena

bertemu seseorang, ia akan lebih mudah untuk mengungkapkan

kebahagiaannya dengan senyuman yang lebar, dengan pelukan atau rona

wajah yang berseri. Begitu juga saat perempuan sedang merasa sedih,

menangis bisa menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan kesedihannya.

Keunikan lain yang dimiliki oleh perempuan yaitu memiliki kepekaan

untuk memahami keadaan perasaan orang lain. Ia mampu memahami dan

mengerti keadaan temannya yang sedang sedih, patah hati, atau bahagia.

Menurut penelitian, perempuan memang lebih mudah untuk mengenali dan

berempati pada keadaan emosi orang lain. Salah satu alasannya, perempuan

lebih sensitif terhadap emosi orang lain karena adanya kebutuhan untuk dekat

secara fisik maupun psikologis dibandingkan dengan laki-laki. Jika ada

sesuatu yang tidak beres dalam hubungan sosialnya, perempuan akan lebih

cepat peka dan merasakan ketidaknyamanan akan hal tersebut.

Kehamilan adalah anugerah Ibu yang sedang mengalami kehamilan,

dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, tetapi juga harus siap secara

mental. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mempersiapkan hal tersebut

adalah dengan melakukan pemeliharaan diri secara fisik dan psikologis

selama masa kehamilan. Beban fisik dan mental biasa dialami oleh ibu hamil

karena perubahan fisik dan hormonalnya, seperti bentuk tubuh yang melebar

dan kondisi emosi yang naik turun. Beban ini sering diperparah dengan

munculnya stres kehamilan, sehingga masalah yang dihadapi ibu pun makin
6

kompleks. Jika kondisi fisiknya kurang baik, maka proses berpikir, suasana

hati, kendali emosi dan tindakan ibu dalam kehidupan sehari-hari akan

terkena imbas negatifnya. Antara lain, suasana hati atau keadaan emosi cepat

berubah dan kepekaan meningkat yang akan berpengaruh pada aktivitas

sehari- hari sang ibu.Perubahan secara fisik pada ibu hamil mudah ditebak

dan umum terjadi pada setiap ibu yang sedang mengalami kehamilan, seperti

perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin membesar, berat badan

rambut tekstur kuku pengingkatan suhu tubuh pembengkakan pada kaki dan

tangan.1 Namun perubahan secara mental pada ibu hamil sangat sulit sitebak

dan tidak selalu sama terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap

kehamilan. Dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan

mempengaruhi emosi si ibu karena posisi janin yang ada di dalam rahim

dapat merespons apa yang sedang dialami oleh ibu. Oleh karena itu calon ibu

perlu mempersiapkan diri secara psikologis sejak sebelum, selama, dan

sesudah kehamilan. Calon ayah dan ibu perlu bersiap-siap menyesuaikan diri

terhadap perubahan peran, tanggung jawab, pembagian waktu, maupun

perhatian yang berkaitan dengan kehadiran sang bayi. 2 Secara psikologis

kondisi pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan yakni :

Tahap pertama adalah pada triwulan pertama, yaitu pada saat usia

kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu

belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang


1
https://www.wiwien.com/kondisi-psikologis-ibu-hamil/ diakses pada
tanggal 27 januari 2020
2
https://www.liputan6.com/health/read/3655872/tentang-perempuan-dan-
emosinya diakses pada tanggal 27 januari 2020
7

mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih.

Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning

sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah. Pada trimester pertama ini

merupakan masa paling berat bagi beban psikis ibu hami karena perubahan

aktivitas hormonal ibu sedang besar-besarnya. Perubahan inilah yang dapat

dengan mudah mempengaruhi stabilitas emosi ibu. Akibatnya, beban

psikologis pun semakin bertambah. Makanya, wajar bila di usia kehamilan ini

banyak ibu rentan terhadap stress.

Tahap kedua saat triwulan kedua, yaitu pada saat usia kehamilan

empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah

merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya.

Tahap ketiga yakni trisemester ketiga, stres pada ibu hamil akan

meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan

semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti

posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan

semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun semakin tinggi. Perasaan

cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta

kondisi bayi yang akan dilahirkan.

Terjadinya stres bisa ditandai dengan peningkatan detak jantung dan

peningkatan hormon pemicu stres. Perlu diketahui bahwa setiap detak jantung

ibu tentu dapat dirasakan pula oleh janin. Oleh karena itu, bila ibu sering

mengalami stres, maka detak jantung semakin meningkat. Detak jantung yang

semakin keras dapat mempengaruhi gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun
8

lebih aktif bergerak-gerak di dalam rahim. Selain detak jantung meningkat,

hormon pemicu stres pun ikut meningkat. Peningkatan itu dapat

mempengaruhi kondisi dari si ibu, seperti ibu kurang tidur, nafsu makan

terganggu, cemas dan lain-lain.

Disatres Narkoba Polresta Banjarmasin berhasil mengamankan 2

orang pelaku yang diduga pengedar narkoba jenis Sabu dalam penangkapan

itu polisi mengamankan inisial A (30 Tahun) dan B (27 Tahun) , dengan

barang bukti 6 paket narkoba jenis sabu. yang dimana B adalah istri dari A

yang sedang mangandung 7 Bulan. pada Kasus ini peneliti tertarik untuk

meneliti kasus tersebut yang berkaitan dengan penyidikan terhadap ibu

hamil/wanita hamil jika dibandingkan dengan wanita pada umumnya dalam

perkara narkotika, sehingga dalam hal ini penulis mengangkat judul skripsi

“Penyidikan Terhadap Ibu Hamil Dalam Perkara Narkotika di Satresnarkoba

Polresta Banjarmasin”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas,maka dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana penyidikan terhadap ibu hamil dalam perkara narkotika di

Satresnarkoba Polresta Banjarmasin?

2. Apa saja kendala yang dihadapi penyidik dalam melakukan penyidikan

terhadap ibu hamil pada perkara narkotika di Satresnarkoba Polresta

Banjarmasin ?
9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan adalah:

1. Untuk mengetahui penyidikan dalam perkara ibu hamil yang

menggunakan narkotika di Polresta banjarmasin.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi penyidik dalam melakukan

penyidikan terhadap ibu hamil pada perkara narkotika di Satresnarkoba

Polresta Banjarmasin.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis, memberikan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan

ilmu hukum khususnya dalam ranah hukum acara pidana mengenai

proses beracara dalam upaya penyelesaian hukum terkait penyidikan

perkara ibu hamil yang menggunakan narkotika.

2. Manfaat praktik, memberikan bahan masukan bagi masyarakat, aparat

penegak hukum, dan praktisi hukum dalam beracara, khususnya bagi

penyidik di Kepolisian Negara Republik Indonesia serta masyarakat agar

dapat mengetahui bagaimana proses penyidikan yang dilakukan oleh

penyidik dalam membatu menyelesaikan perkara ibu hamil yang

menggunakan narkotika.

3. Merupakan suatu pengetahuan bagi penulis dan teman-teman mahasiswa

lainnya tentang peran penyidik satuan narkoba Polresta Banjarmasin

dalam penyidikan tindak pidana nakotika.

E. Sistematika Penulisan
10

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab dimana masing-

masing bab terdiri dari beberapa sub-sub bab yang saling berhubungan yang

satu dengan yang lainnya guna memperjelas ruang lingkup dan cakupan

permasalahan yang diteliti dan dapat memberikan penjelasan yang sistematis

dalam satu kesatuan sebagai berikut:

BAB I, merupakan Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II, bab yang berisikan tinjauan pustaka, di dalam bab ini berisi tentang

pengertian penyidik dan penyidikan, dasar hukum penyidik dan

penyidikan, tugas dan wewenang penyidik, Proses dan tata cara

penyidikan, pengertian kehamilan, hak ibu hamil,perbedaan

psikologis dan fisik ibu hamil, pengertian narkotika, jenis-jenis

narkotika

BAB III, bab yang berisikan penjelasan mengenai metode penelitian dari jenis

penelitian, sifat penelitian, jenis data, populasi atau objek penelitian,

sample atau teknik sampling, teknik pengumpulan data, sampai

dengan pengolahan dan analisis data.

BAB IV, bab yang berisikan hasil penelitian mengenai permasalahan yang

telah dirumuskan dalam rumusan masalah mengenai bagaimana

proses penyidikan dalam perkara ibu hamil sebagai pemakai

Narkotika di Satresnarkoba Polresta Banjarmasin Kalimantan

Selatan serta kendala apa saja yang dihadapi penyidik dalam proses
11

penyidikan mengenai ibu hamil sebagai pemakai Narkotika di

Polresta Banjarmasin.

BAB V, merupakan bab terakhir yang berisi penutup mengenai rangkuman

kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya serta saran

terhadap pokok pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai