Anda di halaman 1dari 2

Meraih Rahmat, Ampunan, dan Surga di Bulan Mulia

Termasuk keutamaan itu adalah tiga kado istimewa bulan suci Ramadhan, yaitu rahmat
(kasih sayang Allah), ampunan (maghfirah), dan masuk ke surga-Nya (terbebas dari api
neraka). Rasulullah saw bersabda dalam salah satu haditsnya:

‫َأ ُط‬ ‫َأ‬


‫ َو آِخَر ُه ِع ْت ٌق ِمَن الَّن اِر‬،‫ و ْو َس ُه َم ْغ ِفَر ٌة‬، ‫َّو ُل َش ْه ِر َر َمَض اَن َر ْح َم ٌة‬
Artinya, “Awal Bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya
pembebasan dari api neraka.” (Ibnu Khuzaimah)

Ramadhan sebagai Bulan Rahmat

Berkaitan dengan ini, penting untuk kita simak kisah seorang hamba taat yang beribadah
selama 500 tahun, tapi ia masuk surga bukan karena ibadahnya, melainkan karena rahmat
Allah. Kisah ini diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak-nya. Berikut penulis
sampaikan secara singkat. Sekali waktu Malaikat Jibril as bercerita kepada Nabi
Muhammad saw, “Hai, Muhammad! Demi Allah yang telah menugaskan engkau menjadi
nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba tersebut hidup dan beribadah
selama 500 tahun di atas gunung.”

Ringkas kisah, hamba orang itu memohon kepada Allah mencabut nyawanya dalam keadaan
sujud dan jasadnya tetap utuh sampai tiba hari kiamat. Doanya dikabulkan. Begitu di
akhirat, Allah berkata padanya, "Hamba-Ku, engkau kumasukkan surga berkat Rahmat-Ku!"
Hamba tersebut menyangkal. Seharusnya, protes dia, yang membuatnya masuk surga
adalah ibadahnya ratusan tahun itu, bukan rahmat Allah. Setelah dihitung, ternyata bobot
rahmat-Nya lebih besar daripada amal ibadah tersebut. Allah pun memerintahkan malaikat
untuk memasukan dia ke neraka. Sebelum dimasukkan ke neraka, hamba itu mau
mengakui bahwa rahmat Allah lebih besar dan yang bisa membuatnya masuk surga. Ia pun
tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka. (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, t.t, h.
63)

Kisah tersebut juga dipertegas hadits yang diriwayatkan oleh al-Hasan dan dicatat oleh Abul
Laits as-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin disebutkan:

‫ َو َلِك ْن َي ْر َح ُمُهُم ُهَّللا‬، ‫ُبَد اَل ُء ُأَّمِتي اَل َي ْد ُخ ُلوَن اْلَج َّنَة ِبَك ْث َر ِة َص اَل ٍة َو اَل ِص َي اٍم‬
‫ َو الَّر ْح َمِة ِلَج ِميِع اْلُمْس ِلِميَن‬، ‫ َو َس َخ اَو ِة الَّنْف ِس‬، ‫َت َع اَلى ِبَس اَل َمِة الُّص ُد وِر‬
Artinya, “Para wali abdal dari umatku tidak masuk surga karena banyaknya shalat dan
puasa, melainkan karena Allah merahmati mereka sebab hati yang bersih, jiwa yang
dermawan, dan menyayangi setiap Muslim.” (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin,
2016: h. 63)
Ramadhan sebagai Bulan Meraih Surga Selain rahmat dan ampunan,

Pada bulan Ramadhan ini Allah juga membuka pintu-pintu surga dan menutup rapat-rapat
pintu neraka-Nya. Dalam salah satu hadits disebutkan:

‫ِإَذ ا َج اَء َر َمَض اَن ُفِتَح ْت َأْب َو اُب اْلَج َّن ِة َو ُغ ِّلَقْت َأْب َو اُب الَّن اِر َو ُص ِّفَد ِت‬
‫الَّش َياِط ْي َن‬
Artinya, “Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka
dan setan pun dibelenggu.” (HR Muslim)

Berkaitan dengan hadits di atas, Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan, ‘dibukanya
pintu surga’ merupakan simbol imbauan bagi umat Muslim untuk memperbanyak amal
ibadah di bulan suci Ramadhan, sementara ‘dibelengguhnya setan’ merupakan simbol untuk
mencegah diri dari perbuatan maksiat. (Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam, Maqashidush
Shaum, 1922: 12)

Artinya, kita bisa mendapatkan kesempatan meraih surga di bulan Ramadhan ini jika kita
mengupayakan diri sendiri dengan memperbanyak amal-amal ibadah yang dianjurkan
sekaligus menahan diri dari segala perbuatan maksiat.

Anda mungkin juga menyukai