Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rosidatul Arifah

NIM : 2210721003

Matkul : Estetika (C)

ESTETIK MATEMATIS

1. Peranan Matematis Dalam Seni

Matematik merupakan suatu cabang ilmu yang sangat aktif dalam kehidupan masyarakat. Dimana
mana terlihat penggunaan matematik itu untuk membantu penyelesaian sesuatu pekerjaan. Bahkan
filsuf dan ahli logika Amerika Charles Peirce (1839-1914) menyatakan bahwa "Every science has a
mathematical part, a branch of work that the mathematician is called to do". (Setiap ilmu
mempunyai suatu bagian matematis, suatu cabang dari pekerjaan yang memerlukan ahli matematik
untuk mengerjakannya) Dengan demikian timbul lah astronomi matematis, biologi matematis, ilmu
ekonomi matematis, psikologi matematis dan pelbagai cabang ilmu campuran semacam itu. Dan
tak mengherankan pula bahwa sekarang dikenal estetik matematis.

Estetik matematis adalah suatu cabang dari estetik ilmiah yang mempelajari dan berusaha
menemukan persamaan- persamaan matematis sebagai kaidah-kaidah untuk men- ciptakan suatu
karya seni atau benda yang indah. Pera- nan matematik dalam seni arsitektur dan musik sudah
menonjol sejak zaman dulu. Salah satu dari empat serangkai pengetahuan yang diajarkan dalam
pen- didikan orang-orang bebas pada zaman Yunani sampai Abad Tengah ialah musik dalam arti
teori harmoni. Teori ini tak lain adalah analisa matematis tentang mu- sik sebagai perimbangan
proportion)

Jenis seni yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh matematik ialah seni lukis. Dengan
mulai dimanfaatkannya konsep-konsep matematik oleh para pelukis sejak abad 14, maka lukisan
lukisan tampak lebih hidup, realistis dan juga indah. (mathematics of painting) banyak dipelajari
dan dipahami oleh para seniman. Perkembangan seni lukis selanjutnya mendorong ahli matematik
untuk menalaah pengertian-pengertian matematik yang terutama lian dengan persoalan-persoalan
tertentu dalam seni itu. Cabang matematik yang mempelajari sifat-
sifat yang tak berubah dari bangun-bangun geometri yang dipancarkan atau gambar-gambar
proyeksi yang diciptakan pelbagai benda apabila dilihat dari sudut yang berbeda.

Cara bekerja seniman diatas memperhatikan sepenuhnya perancangan dan perspektif. Ruang itu
dirancang seolah-seolah sebuah kotak panjang yang besar dengan pelbagai kotak kecil
didalamnya. Lantai,dinding dan langit-langitnya dibagi secara tertib dengan menggunakan
konsep geometri seperti empatpersegi panjang, garis lingkaran, sudut dan titik proyeksi. Titik
yang menjadi pusat pancaran dan kunci dari seluruh struktur.
2. Perbandingan Keemasan

Bangsa Yunani kuno menganggap keindahan dari kata seni sebagai keselarasan dan ini tercipta karena
diterapkannya pertimbangan-pertimbangan tertentu. Oleh karena itu sejak dulu telah dicari kaidah
geometri dalam seni yang menjadi kunci dari keindahan itu. Mazhab Pyhtagoras yang
mempergunakan gambar bintang berujung lima (pentagram) sebagai lambang persaudaraan dari
anggota-anggotanya.

Tatalangkah pemotongan garis digambarkan

1) Disediakan garis AB yang akan dipotong.


2) Dibuat garis panjang setengah AB yang tegaklurus pada AB.
3) Tercipta sebuah segitiga siku-siku dengan menghubungkan titik A dengan titik
ujung garis ½ AB
4) Sisi miring dari segitiga itu dikurangi dengan ½ AB
5) Sisianya dari titik A dipakai sebagai ukuran panjang untuk memotong AB pada
titik

Dengan ini terciptalah proporsi: BC : AC = AC : AB.

Perimbangan tersebut diatas dapat ditulis menjadi :


 Rumus aljabar : a/b = b / (a+b)
 Rumus aritmetik : ½ (√5 + 1)
 Angka perbandingan 1.1,6...
(atau 3:5, 5:8, 8:13 dan seterusnya)
Golden ratio adalah suatu perbandingan yang juga adalah sebuah pertimbangan
(proportion). Setiap pro porsi memerlukan 3 unsur, disini terdapat 2 unsur a dan b, unusr
ketiga diperoleh dari penjumlahan kedua unsur itu. Dengan demikian golden ratio bersifat
lebih ekonomis. Selain itu penyelidikan ternyata bahwa geometri, bangunan gedung atau
karya seni apapun yang menerapkan ratio itu paling enak dipandang.
Sebuah deret dari bilangan-bilangan untuk mengembangbiakkan hubungan-hubungan yang
dikaitkan dengan golden ratio dikemukakan oleh ahli matematik Leonardo dari Pisa yang dikenal
juga sebagai Fibonacci (1175-1230). Deret Fibonacci itu ialah 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21 dan seterusnya.
Berpendapat bahwa deret seperti diatas saring muncul dalam bentuk kehidupan tumbuh-
tumbuhan..

3. Kesetangkupan Dinamis

suatu konsep matematik lainnya telah dipergunakan sehingga menjadi sebuah sty!
Perancangan (style of design) dalam karya seni. Styl itu oleh Jay Hambidge dari Yale
School of fine arts diberi nama dynamic symmetry (kesetangkupan dinamis).
Empatpersegi bentukan itu dapat pula menciptakan empatsegi empat panjang yang lebih
kecil lagi tapi dengan ratio yang tetap sama. Demikian seterusnya dapat diadakan
pembagian yang tiada habisnya.
Tatalangkah menciptakan dynamic symmetry itu adalah sebagai berikut:
1) Disediakan empatpersegi panjang ABCD.
2) Dibuat diagonal AC.
3) Dibuat lagi diagonal dari titik B yang tegaklurus diaginal AC dan diteruskan
sehingga menyentuh sisi CD pada titik E.
4) Dari E itu dibuat sisi EF sehingga terbentuk empatpersegi BCEF.

Menurut penyelidikan Hambidge (dynamic symmetry in composition) penggunaan styl


kesetangkupan yang dinamis itu memungkinkan bangsa yunani dulu

mencapai perimbangan yang indah pada candi, pahatan dan jembangan. Kesamaan proporsi dari
empatpersegi panjang yang disusun itu dianggap memberikan keselarasan dan daya hidup pada
lukisan-lukisan yang menerapkan styl itu, contohnya dari penerapan lukisan George Bellows.
4. Ukuran Estetis

Suatu usaha baru untuk menalaah estetik secara matematis dan menciptakan sebuah teori matemis
tentang seni indah telah dirintis oleh seorang ahli matematik Amerika/David Birkhoff estetik
adalah cabang pengetahuan yang terutama berhubungan dengan perasaan estetis (yakni perasaan
intuitif tentang nilai). Birkhoff membenarkan asas lama tentang kesatuan dalam keanekaan (unity
in variety) dan batasan keindahan yang dirumuskanoleh filsuf Belanda Frans (sesuatu yang
memberi kita jumlah buah pikiran yang terbanyak dalam jangka waktu yang terpendek)

Berdasarkan pokok-pokok pikiran Birkhoff berpendapat bahwa pengalaman estetis


seseorang terdiri dari 3 tahap dengan faktor yang dapat diukur:

1) Suatu usaha pemulaan untuk memperhatikan dan mencerap benda estetis


yang meningkat dalam perimbangannya dengan keruwetan (complexity,
disingkat C) dari benda itu.
2) Perasaan tentang nilai atau ukuran estetis (aesthehtic Maesure, disingkat M)
yang mengejarkan usaha diatas.
3) Kesadaran bahwa benda itu mempunyai ciri berupa sesutau keselarasan,
kesetangkupkan atau tatatertib (order, disingkat O) tertentu yang penting bagi
adanya efek estetis.

Birkhoff menciptkan rumus matematis untuk menghitung perbanbuah yang nilainya tertinggi
(yakni menarik dan menimbulkan perasaan estetis). Dalam perkembangan berikutnya Birkhoff
menerapkan rumusnya untuk mempelajari pelbagai benda estetis. Penyelidikannya yang terkenal
ialah terhadap ukuran estetis dari 90 bangun geometri segibanyak (polygonal forms). Masing-
masing unsur itu diberi angka tertentu untuk keperluan penghitungan nilai dari setiap polygonal
form. Dengan tatacara demikian itu Birkhoff menentukan nilai M dari ke- 90 bangun segibanyak
yang diselidikinya.

Teori dan tatacara penelahaan dari Birkhoff diatas sebagaimana halnya dengan estetik
eksperimentil yang dikemukakan oleh fechner tidak memperoleh penerimaan luas dari para ahli
estetik maupun seniman. Tapi ini tidak berarti bahwa matematik tidak bisa mempunyai peranan
penting dalam bidang estetik maupun seni.

Anda mungkin juga menyukai