Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PROGRAM UNGGULAN “TP NETWORK”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir

Mata Kuliah : Difusi Inovasi Pendidikan

Dosen Pengampu : Retno Widyaningrum, S.Kom,MM

Disusun Oleh :

Nadia Argiyanti Dewi (111619031)

Yosua Tua Van Basten Sidauruk (1101619044)

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Lulusan sarjana dari perguruan tinggi tempat kita menimba ilmu tentunya
menjadi impian bagi setiap mahasiswa di Indonesia. Namun, perjuangan tidak
berhenti disitu saja. Seorang lulusan baru (fresh graduate) perlu memasuki dunia kerja
yang jauh lebih sulit dengan persaingan yang sangat kompetitif. Diharapkan ilmu-ilmu
yang telah mereka pelajari selama kuliah dapat menjadi bekal mereka dalam mencari
pekerjaan.
Tidak dapat dipungkiri, nilai ataupun IPK tinggi tidak menjamin kinerja atau
kemampuan seseorang itu baik. Diperlukan pula pengalaman-pengalaman dalam
menangani permasalahan-permasalahan dalam organisasi, sehingga ilmu-ilmu yang
telah dipelajari tidak hanya sebatas teori saja melainkan dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, salah satu softskill yang diperlukan dalam dunia kerja adalah
networking.
Menurut Dr. Frank Minirth dalam bukunya berjudul “You can”, beliau
mengungkapkan “networking is a process of getting together and to get ahead. It is
the building of mutually beneficial relationship”. Kutipan tersebut mengatakan bahwa
networking tidak sekedar berkenalan, melainkan bebagi potensi dan informasi,
mendapatkan integritas dan mempengaruhi serta menciptakaan visi yang
mengarahkan kemampuan masing-masing individu.
Di Prodi Teknologi Pendidikan S1 FIP UNJ, seorang lulusan Prodi S1 Teknologi
Pendidikan FIP UNJ diharapkan menjadi seseorang yang inovatif, terbuka, serta
problem solver yang baik dalam kerangka kerja sebagai manusia yang berbudi luhur,
menjunjung tinggi azas kejujuran, terkait dalam profesi yang mencakup merancang
proses belajar dan/atau pembelajaran di lintas organisasi dan jenjang pendidikan.
Sifat-sifat yang disebutkan di atas adalah keterampilan softskills yang harus dimiliki
oleh seorang Teknolog Pendidikan.

1
Untuk mencapai keterampilan softskills tersebut, dapat dilakukan dengan
mengikuti organisasi internal atau eksternal kampus. Salah satu contoh organisasi
yakni organisasi IMATEPSI (Ikatan Mahasiswa Teknologi Pendidikan Se-Indonesia),
yang bertujuan sebagai wadah aspirasi dan eksplorasi mahasiswa Teknologi
Pendidikan untuk saling berkomunikasi dalam mengembangkan ilmu dan keahlian di
bidang Teknologi Pendidikan.
Hal ini menunjukkan bahwa organisasi secara umum berperan sebagai wadah
yang tepat bagi seseorang untuk belajar dan memperoleh pengalaman juga untuk
memperluas networking. Menurut penelitian Arnata, W. I, & Surjosepuo, S. (2014)
mengemukakan bahwa di Harvard University, Amerika Serikat mengatakan bahwa
20% kesuksesan seseorang diperkirakan berasale dari intelegensia yaitu kemampuan
untuk belajar dan memahami. Sementara itu, 80% sisanya berasal dari kemampuan
memahami diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain.
Dalam kasus prodi TP S1 UNJ, mahasiswa TP yang mengikuti organisasi internal
Prodi seperti HMP dan DPM cenderung memiliki hubungan dan interaksi yang erat
dengan alumni-alumni TP. Berbeda dengan mahasiswa TP yang tidak mengikuti
organisasi manapun. Mereka akan kesulitan untuk memperluas networking dengan
alumni-alumni TP. Peneliti menyadari adanya perbedaan atau kesenjangan ini.
Mahasiswa yang mengikuti organisasi cenderung mempunyai networking yang lebih
luas dibandingkan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi. Padahal seperti yang
disebutkan di atas bahwa networking itu penting dalam karir seseorang. Selain itu,
memiliki pengalaman berorganisasi dapat membentuk soft skill seseorang yang
dibutuhkan di dunia kerja.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seorang mahasiswa mengikuti
suatu organisasi diklasifikasikan menjadi faktor internal dan eksternal. Dalam faktor
internal yakni bakat dan minat mahasiswa untuk mengikuti organisasi. sedangkan
faktor eksternal ditentukan oleh lingkungan kampus, keluarga, teman, dan
masyarakat. Setiap orang tentu memiliki motivasi dan tujuannya masing-masing
ketika mengikuti organisasi.
Oleh karena itu, agar semua mahasiswa Teknologi Pendidikan – baik yang
mengikuti organisasi maupun tidak, peneliti berencana menciptakan suatu platform
atau wadah dimana semua mahasiswa TP mendapatkan kesempatan yang sama untuk

2
memperluas networking. Platform ini disebut dengan “TP Network” dapat
menghubungkan para alumni TP dengan mahasiswa TP yang masih aktif berkuliah.
Dengan begitu, komunitas-komunitas alumni dapat mendayagunakan inovasi ini
untuk memperluas jaringan professional yang kredibel di dunia kerja. Selain itu,
inovasi ini dapat menjadi tempat berbagi ilmu dan informasi yang didapatkan di dunia
kerja kepada mahasiswa semester akhir atau yang sedang aktif magang dan mencari
lowongan pekerjaan.
Platform ini diharapkan menjadi bentuk silahturahmi dan kerjasama alumni TP
dan mahasiswa TP dalam mewujudkan Prodi Teknologi Pendidikan UNJ sebagai
organisasi belajar yang berkualitas, bermartabat, dan mampu memberikan kontribusi
secara optimal kepada masyarakat sesuai dengan tuntutan dan perkembangannya.
B. Permasalahan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, inovasi ini dibuat sebagai upaya
untuk mewadahi alumni-alumni TP dengan mahasiswa TP yang masih aktif berkuliah.
Sebelumnya interaksi dengan alumni-alumni TP hanya melalui webinar atau acara-
acara tertentu yang mengundang alumni. Tak jarang beberapa mahasiswa aktif TP
tidak mengenal siapa saja alumni-alumni TP yang pernah menjadi pemateri dalam
webinar atau acara-acara tertentu.
Agar alumni-alumni TP dengan mahasiswa TP yang masih aktif berkuliah tetap
terjalin dan dapat mengenal satu sama lain, dibuatlah inovasi ini. Jadi, tidak hanya
mahasiswa TP yang ikut organisasi saja yang dapat mengenal alumni-alumni TP,
mahasiswa TP yang lain juga dapat mengenalnya, sehingga antara alumni TP dengan
mahasiswa TP yang masih aktif berkuliah tidak merasa asing satu sama lain.
Misalnya ketika mahasiswa TP merasa bingung dengan tugas mata kuliah atau
materi mata kuliah tertentu dapat berdiskusi dan menanyakan langsung kepada
alumni-alumni TP yang ilmunya sudah diterapkan secara langsung, sehingga dapat
memahami secara lebih jelas dengan bahasa yang mudah dipahami. Alumni-alumni TP
dapat menjadi mentor bagi mahasiswa TP yang mengalami kesulitan atau
kebingungan dalam perkuliahan atau bahkan sekedar berbagi pengalaman dan cerita.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan maupun
pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan

3
dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Beberapa batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sasaran lembaga adalah Prodi Teknologi Pendidikan S1 FIP UNJ
2. Target sasaran dari penelitian ini adalah mahasiswa TP dan alumni TP
3. Informasi yang disajikan berkaitan dengan penerapan ilmu Teknologi Pendidikan
di organisasi maupun lembaga pendidikan.
D. Tujuan Proposal
Adapun tujuan dibuatnya proposal ini yakni :
1. Untuk memperluas networking atau jaringan mahasiswa TP, baik yang mengikuti
organisasi maupun yang tidak mengikuti organisasi.
2. Sebagai solusi untuk mewadahi mahasiswa TP dengan alumni TP untuk berbagi
informasi terkait pekerjaan, pengalaman, dan ilmu yang berguna saat memasuki
dunia kerja.
3. Agar alumni-alumni TP dapat mendayagunakan inovasi ini untuk memperluas
jaringan professional yang kredibel di dunia kerja dengan sesama rekan alumni
maupun mahasiswa TP.
E. Manfaat
Dengan menggunakan platform TP Network, alumni berhak mendapatkan berbagai
keuntungan, antara lain :
1. Mendapatkan informasi berkaitan seminar, training, workshop, dan lain-lain.
2. Kemudahan perekrutan alumni TP lainnya dan mahasiswa TP yang yang bertalenta
terbaik sesuai kebutuhan industri.
3. Dapat mempromosikan bisnis, event, training, seminar, dan kegiatan lainnya yang
melibatkan alumni atau pihak Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNJ.
4. Jaringan mentoring dari alumni-alumni yang berpengalaman untuk membantu
alumni junior atau mahasiswa tingkat akhir untuk menemukan keahliannya di
bidang tertentu.
5. Memudahkan alumni untuk memposting lowongan kerja atau magang untuk
alumni lainnya atau mahasiswa yang baru lulus (fresh graduate) secara kredibel.

4
BAB II
Tinjauan Literatur

A. Pengertian Difusi dan Inovasi


Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers 1995 dalam
Sciffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan difusi sebagai (the process by which an
innovation is communicated through certain channels overtime among the members of
a social system), proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu
dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial disamping itu,
difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh
individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu
ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain.
Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide,
praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses penyebar
serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat
yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu
kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang
lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
B. Elemen Difusi Inovasi
Rogers mengemukakan empat elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi, (2)
komunikasi dengan saluran tertentu, (3) waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota
sistem sosial). Untuk lebih jelasnya, setiap elemen diurakan sebagai berikut. Menurut
Rogers 1995 dalam Sciffman dan Kanuk (2010), bahwa proses difusi inovasi terdapat
empat elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi
tertentu, dalam jangka waktu danterjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.
1. Inovasi

5
Gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini,
kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya.
2. Saluran komunikasi
Alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika
komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak
yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan
efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah
sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling
tepat adalah saluran interpersonal.
3. Waktu
Proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan
untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat
berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses
pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang relatif lebih awal atau lebih
lambat dalam menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem
sosial.
4. Sistem Sosial
Kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk
memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
C. Karakteristik Inovasi
Semua produk tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk di diterima oleh
konsumen, beberapa produk bisa menjadi populer hanya dalam waktu satu malam
sedangkan yang lainnya memerlukan waktu yang sangat panjang untuk di terima atau
bahkan tidak pernah diterima secara luas oleh konsumen. Karakteristik Produk
menentukan kecepatan terjadinya proses adopsi inovasi ditingkat Mahasiswa Teknologi
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Dalam kecepatan proses adopsi inovasi
ditentukan oleh beberapa faktor seperti: saluran komunikasi, ciri ciri sistem sosial,
kegiatan promosi dan peran komunikator. ada lima karakteristik yang dapat digunakan
sebagai indikator dalam mengukur persepsi, antara lain:
1. Keuntungan relatif (relative advantages), adalah merupakan tingkatan

6
dimana suatu ide dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada
sebelumnya, dan secara ekonomis menguntungkan.
2. Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan
adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri
sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel.
3. Kerumitan (complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap
relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan digunakan,
akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi.
4. Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi
dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi
lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dahulu.
5. Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi dapat
dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga mempercepat
proses adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap
percobaan, dapat terus ke tahap adopsi
D. Saluran Komunikasi
Komunikasi dalam difusi inovasi diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara
anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain.
Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal: (1) inovasi, (2) individu atau
kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi, (3) individu atau
kelompok lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang
menggabungkan kedua pihak tersebut. Saluran komunikasi merupakan alat untuk
menyampaikan informasi dari seseorang ke orang lain. Kondisi kedua pihak yang
berkomunikasi akan memengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk
mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya, saluran media massa seperti radio, elevisi,
surat kabar, dan sebagainya telah digunakan untuk menyampaikan informasi dari
seseorang atau sekelompok orang kepada orang banyak (massa) Biasanya media massa
digunakan untuk menyampaikan informasi kepada audiensi dengan maksud agar
audiensi (penerima informasi) mengetahui dan menyadari adanya inovasi. Saluran
interpersonal (hubungan secara langsung antar individu) lebih efektif untuk
memengaruhi atau membujuk seseorang agar menerima inovasi, terutama antara

7
orang yang bersahabat atau mempunyai hubungan yang erat. Dalam penggunaan
saluran interpersonal dapat juga terjadi hubungan untuk beberapa orang. Dengan kata
lain, saluran interpersonal dapat dilakukan dalam suatu kelompok. Proses komunikasi
interpersonal akan efektif jika sesuai dengan prinsip homophily (kesamaan), yaitu
komunikasi akan lebih efektif jika dua orang yang berkomunikasi memiliki kesamaan,
seperti asal daerah, bahasa, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan sebagainya.
Seandainya seseorang diberi kebebasan untuk berinteraksi dengan sejumlah orang, ada
kecenderungan jika orang itu akan memilih orang yang memiliki kesamaan dengan
dirinya. Proses komunikasi antarorang yang homophily akan lebih terasa akrab dan
lancar sehingga kemungkinan terjadinya pengaruh individu satu terhadap yang lain lebih
besar. Akan tetapi, dalam kenyataannya apa yang banyak dijumpai dalam proses difusi
justru berlawanan dengan homophily, yaitu heterophily. Misalnya, seorang agen
pembaharu yang bertugas di luar daerahnya harus berkomunikasi dengan orang yang
mempunyai banyak perbedaan dengan dirinya (heterophily), berbeda tingkat
kemampuannya, mungkin juga berbeda tingkat pendidikan, bahasa, dan sebagainya,
akibatnya komunikasi kurang efektif.
E. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu merupakan aspek
utama dalam proses komunikasi. Akan tetapi, banyak peneliti komunikasi yang kurang
memerhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara eksplisit
variabel waktu. Mungkin hal ini karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas
dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan.
Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal, yaitu sebagai berikut.
1. Proses keputusan inovasi, yaitu proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama
kali sampai memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Ada lima langkah
(tahap) dalam proses keputusan inovasi, yaitu (a) pengetahuan tentang inovasi; (b)
bujukan atau imbauan; (c) penetapan atau keputusan; (d) penerapan
(implementasi); (e) konfirmasi (confirmation).
2. Kepekaan seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial
menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dari urutan
waktu, artinya ada yang dahulu, ada yang kemudian. Orang yang menerima inovasi
lebih dahulu secara reletif lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima

8
inovasi lebih akhir. Jadi, kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya
seseorang menerima inovasi daripada yang lain dalam suatu sistem sosial
(masyarakat). Kepekaan terhadap inovasi dapat dikategorikan menjadi lima kategori
penerima inovasi, yaitu: (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas,
(e) terlambat (tertinggal).
3. Kecepatan penerimaan inovasi, yaitu kecepatan relatif diterimanya inovasi oleh
warga masyarakat. Kecepatan inovasi diukur berdasarkan lamanya waktu yang
diperlukan untuk mencapai persentase tertentu dari jumlah waktu masyarakat yang
telah menerima inovasi. Oleh karena itu, kecepatan inovasi cenderung diukur
berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat,
bukan penerimaan inovasi secara individual.
F. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat
dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
(Rogers, 1983). Sistem sosial adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang
mempunyai hubungan timbal balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan
kegiatannya itu berlangsung terus menerus. Sistem sosial memengaruhi perilaku
manusia, karena di dalam suatu sistem sosial tercakup pula nilai-nilai dan norma - norma
yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap sistem
sosial pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batasbatas yang
memisahkan dan membedakan dari lingkungannya (sistem sosial lainnya). Selain itu, di
dalam sistem sosial ditemukan juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau
berfungsi mempertahankan sistem sosial tersebut. Anggota sistem sosial dapat dibagi
ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat
keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang
bisa dijadikan rujukan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, (Rogers, 1983).
G. Proses Adopsi Inovasi
Menurut Rogers (1983), proses pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental
dimana seseorang/individu berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi
dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak
atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan
inovasi. Berikut tahapan proses adopsi menurut Rogers :

9
1. Tahap Pengetahuan
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.
Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui
berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media
cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga
dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu
karakteristik sosial-ekonomi, nilai-nilai pribadi dan pola komunikasi.
2. Tahap Persuasi
Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail
mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran
calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan karakteristik inovasi
itu sendiri, seperti: Kelebihan, inovasi, tingkat keserasian, kompleksitas, dapat
dicoba dan dapat dilihat.
3. Tahap pengambilan keputusan.
Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang
keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan
mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Tahap Impelementasi
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi. Dalam tahap impelementasi berlangsung keaktifan, baik
mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide dibuktikan
dalam praktik. Pada umumnya, implementasi mengikuti hasil keputusan inovasi.
Akan tetapi, dapat juga terjadi karena sesuatu hal, seseorang sudah memutuskan
menerima inovasi, tetapi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi
karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia. Tahap implementasi berlangsung
dalam waktu yang sangat lama, bergantung pada keadaan inovasi. Suatu tanda
bahwa tahap implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi sudah
melembaga dan menjadi hal-hal yang bersifat rutin atau merupakan hal yang
baru lagi. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara inovasi yang
sangat komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat
memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi yang
memungkinkan berbagai kemungkinan

10
komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat
luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga
dapat menimbulkan re-invensi.
5. Tahap Konfirmasi
Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari
pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang
kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi
setelah melakukan evaluasi.

Proses pengambilan keputusan inovasi dapat dilihat pada gambar berikut :

H. Tipe Keputusan Inovasi


Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem
sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima
inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan
dasar kenyataan tersebut, dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi.
1. Keputusan Inovasi Opsional
Keputusan inovasi opsional adalah pemilihan menerima atau menolak inovasi
berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri
tanpa bergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain,
meskipun orang yang mengambil keputusan itu berdasarkan norma sistem sosial
atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial yang lain.

11
2. Keputusan Inovasi Kolektif
Keputusan inovasi kolektif adalah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi
berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama dengan kesepakatan
antaranggota sistem sosial.
3. Keputusan Inovasi Otoritas
Keputusan inovasi otoritas adalah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi
berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempunyai kedudukan, status, wewenang, atau kemampuan yang lebih tinggi
daripada anggota lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota tidak mempunyai
pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi
4. Keputusan Inovasi Kontingensi
Keputusan inovasi kontingensi (contingent), yaitu pemilihan menerima atau
menolak suatu inovasi dapat dilakukan setelah ada keputusan inovasi yang
mendahuluinya. Misalnya, di sebuah perguruan tinggi, seorang dosen tidak mungkin
untuk memutuskan secara opsional untuk memakai komputer sebelum didahului
keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan
komputer.
I. Adopsi Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah dalam pendidikan.
Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem
pendidikan, baik dalam arti sempit, yaitu tingkat lembaga pendidikan, maupun arti luas,
yaitu sistem pendidikan nasional. Inovasi dalam dunia pendidikan dapat berupa apa saja,
produk ataupun sistem.
Menurut Rogers dalam cepat tidaknya proses adopsi inovasi teknologi baru dapat
dikategorikan berdasarkan suatu kurva yang mendistribusi normal. Klasifikasi tingkat
kecepatan adopsi inovasi dibagi dalam 5 kelompok yakni: 1) perintis (innovators), 2)
pelopor (early adopters), 3) penganut dini atau mayoritas awal (early mayority), 4)
penganut akhir atau mayoritas akhir (late mayority) dan 5) kolot (laggard). Berdasarkan
distribusi frekuensi normal dengan menggunakan standar deviasi sebagai pembagi,
menghasilkan daerah yang terletak sebelah kiri mean meliputi 2,5 persen individu yang
pertama kali mengadopsi suatu inovasi disebut perintis, 13,5 persen berikutnya disebut
pelopor, 34 persen berikutnya disebut pengikut dini, 34 persen berikutnya disebut

12
pengikut akhir dan 16 persen berikutnya disebut pengikut kolot. Lebih lanjut Rogers
mengemukakan bahwa sebelum inovasi diterima oleh masyarakat, selalu ditemui
pemuka pendapat yang sering bertindak sebagai pemegang kunci pintu atau penyaring
terhadap inovasi-inovasi yang akan tersebar ke dalam sistem sosial. Tiap kelompok
adopter digambarkan oleh ciri-ciri pokok sebagai pembandingan antara anggota sistem
yang lebih inovatif dengan yang kurang inovatif dan antara inovator dengan yang kolot
dan sebagainya.
J. Kerangka Pemikiran
Teknologi TP Network adalah suatu platform atau wadah dimana semua mahasiswa
TP mendapatkan kesempatan untuk memperluas networking. Platform ini dapat
menghubungkan para alumni TP dengan mahasiswa TP yang masih aktif berkuliah.
Dengan begitu, komunitas-komunitas alumni dapat mendayagunakan inovasi ini untuk
memperluas jaringan professional yang kredibel di dunia kerja. Selain itu, inovasi ini
dapat menjadi tempat berbagi ilmu dan informasi yang didapatkan di dunia kerja kepada
mahasiswa semester akhir atau yang sedang aktif magang dan mencari lowongan
pekerjaan.
K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan permasalahan yang diajukan dan
kerangka pemikiran yang dikembangkan untuk penelitian ini, maka hipotesis yang di
ajukan adalah:
H1: Karakteristik inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap adopsi
inovasi TP Network Di Prodi Teknologi Pendidikan UNJ
H2: Sistem sosial berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap adopsi
TP Network di Prodi Teknologi Pendidikan UNJ
H3: Saluran komunikasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap adopsi
TP Network di Prodi Teknologi Pendidikan UNJ..

13
BAB III

PEMBAHASAN INOVASI

1. Inovasi
a) Karakteristik inovasi
Karakteristik inovasi adalah sifat difusi inovasi, dimana karakteristik inovasi
merupakan salah satu yang menentukan proses inovasi. Peneliti melakukan proses
pendefinisian setiap variabel karakteristik inovasi guna memperkirakan persepsi
responden sebagai berikut.
Relative advantage atau keuntungan relatif, adalah kelebihan suatu inovasi
yang dirasakan oleh alumni TP dan mahasiswa TP sebagai penerima inovasi atau
adopter, yang dapat ditinjau dari segi teknis, segi ekonomi, dan sebagainya.
Menurut penelitian Agarwal & Prasad (1997) menemukan relative advantage
berpengaruh terhadap niat menggunakan layanan teknologi informasi internet
(World Wide Web) untuk bekerja di masa depan. Dengan demikian dalam inovasi
“TP Network” menunjukkan variabel relative advantage berpengaruh secara
positif terhadap niat mahasiswa TP dan alumni TP menggunakan inovasi “TP
Network”. Karena TP Network berbasis website dan memanfaatkan layanan
teknologi infomasi internet (World Wide Web) untuk meningkatkan networking
mahasiswa TP dengan alumni TP.
Compatility atau kompatibilitas (keserasian) didefinisikan sebagai tingkat
keserasian suatu inovasi dengan aturan yang ada. Dalam hal ini suatu inovasi
dianggap konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman, dan kebutuhan
yang ada.
Jika dilihat variabel compatibility dari inovasi “TP Network”, inovasi ini
menganut nilai-nilai dasar untuk mewujudkan prinsip organisasi belajar dan
menerapkan konsep continuous improvement agar mahasiswa TP dan alumni TP
bisa terus menerus berbagi ilmu dan menumbuhkan rasa ingin terus belajar
disamping pembelajaran yang didapatkan dari perkuliahan. Hal ini sesuai dengan
salah satu misi Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNJ yakni membangun budaya
mutu, menerapkan prinsip organisasi yang belajar.

14
Variabel Complexity atau kerumitan inovasi, adalah kondisi seberapa sulit
mahasiswa TP dan alumni TP memahami dan menggunakan inovasi. Ada tiga
indikator yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1) terbentuknya sistem tacit
to explicit knowledge, yakni membagikan ilmu, konsep, gagasan yang dimiliki oleh
para alumni TP diubah ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat dipahami
oleh orang lain, baik mahasiswa TP maupun sesama alumni TP lainnya. 2) Perlunya
menumbuhkan budaya knowledge management, yakni sistem yang memberikan
kesempatan belajar yang sama bagi mahasiswa TP serta memperluas networking
mereka dengan alumni-alumni TP. Akan sulit bagi mereka, mahasiswa TP yang
tidak mengikuti keorganisasian manapun untuk memperluas networkingnya. Oleh
karena itu, dengan inovasi ini mereka setidaknya mendapatkan networking dari
para alumni TP.
3) Partisipasi dan keaktifan mahasiswa TP untuk mencari ilmu dari para alumni
TP. Suatu siklus belajar tidak akan berlangsung jika tidak ada yang mencari atau
membutuhkan belajar. Oleh karena itu, mahasiswa TP perlu menyiapkan
pertanyaan berkaitan tentang kuliah maupun pekerjaan kepada alumni TP agar
mereka dapat membantu menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan sudut
pandang mereka sebagai ahli di bidang mereka masing-masing.
Variabel Trialability atau dapat diujicoba merupakan kondisi apakah suatu
inovasi dapat dicoba terlebih dahulu untuk menggunakannya. Dalam penelitian ini
diukur melalui tiga indikator, yaitu : 1) dapat diujicoba oleh mahasiswa TP, 2) dapat
diujicoba oleh alumni TP, dan 3) dapat diujicoba dengan interaksi mahasiswa TP
dengan alumni TP.
Variable Observability atau observabilitas adalah derajat di mana hasil inovasi
dapat dilihat oleh orang lain (Rogers, 1983). Inovasi “TP Network” dapat dilihat
dan diamati prakteknya secara langsung melalui website “TP Network”. Suatu
inovasi akan lebih cepat diadopsi manakala pengaruhnya atau hasilnya mudah
atau cepat dilihat atau diamati oleh komunikannya (Levis, 1987).
b) Bentuk inovasi
Inovasi “TP Network” termasuk ke dalam bentuk inovasi teknologi. Maksud
dari teknologi disini adalah “TP Network” dapat menjadi wadah atau alat bagi

15
mahasiswa TP dan alumni TP untuk memperluas networking atau jaringan
professional yang kredibel di dunia kerja.
Selain itu, inovasi ini berguna sebagai bentuk kerjasama alumni TP dan
mahasiswa TP dalam mewujudkan Prodi Teknologi Pendidikan UNJ sebagai
organisasi belajar yang berkualitas, bermartabat, dan mampu memberikan
kontribusi secara optimal kepada masyarakat sesuai dengan tuntutan dan
perkembangannya.
Sebagaimana misi dari Prodi Teknologi Pendidikan UNJ yakni memberikan
layanan jasa dalam memecahkan masalah belajar dan pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan berbasis sumber-sumber berteknologi. Dengan TP
Network yang berupa website, ini artinya inovasi tersebut menggunakan
pendekatan berbasis teknologi, juga berperan untuk menyediakan layanan bagi
mahasiswa TP maupun alumni TP dalam berbagi ilmu dan pengalaman. Manfaat
inovasi ini bagi alumni TP yakni memudahkan mereka untuk merekrut alumni TP
lainnya atau mahasiswa TP yang bertalenta terbaik bagi industri pekerjaan.
Sedangkan manfaat inovasi ini bagi mahasiswa TP yakni memperoleh informasi
berkaitan perkuliahan juga dunia pekerjaan.
c) Tipe pengambilan keputusan inovasi
Keputusan inovasi merupakan suatu tipe pengambilan keputusan yang khas.
Dalam kasus inovasi, seseorang harus memilih alternatif setelah inovasi itu ada.
Tahapan proses keputusan inovasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tahapan keputusan yang didasarkan pada tipe keputusan opsional. Keputusan
opsional yaitu keputusan yang dibuat oleh seseorang terlepas dari keputusan-
keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.
Kaitannya dengan penelitian ini proses keputusan inovasi tidak didasarkan
pada konsensus melainkan keputusan didasarkan pada keputusan tiap individu.
Hal ini dikarenakan inovasi “TP Network” merupakan platform yang bersifat
alternatif bagi mahasiswa TP dan alumni TP untuk memperluas networking,
dimana di masa sekarang ini tidak dianjurkan untuk berdiskusi/berkumpul di suatu
tempat. Oleh karena itu, dengan inovasi ini dapat mempererat dan mengenal satu
sama lain. Mahasiswa TP pun juga mendapat gambaran bidang pekerjaan apa saja
yang termasuk dalam kawasan TP dari para alumni TP yang sudah bekerja. Inovasi

16
ini menekankan situasi komunikasi interpersonal antara mahasiswa TP dengan
alumni.
d) Konsekuensi inovasi
Konsekuensi akan terjadi apabila ada suatu hasil yang diakibatkan oleh adanya
inovasi, baik itu konsekuensi yang berupa penolakan, maupun penerimaan.
Memperkirakan akibat konsekuensi tersebut terjadi adalah hal yang sulit
dipastikan. Hal ini karena konsekuensi suatu inovasi baru dapat dipelajari setelah
terjadinya penyebaran suatu inovasi.
Namun, apapun bentuk konsekuensi inovasi akan menghasilkan tiga bentuk
keseimbangan yaitu : 1) Stable equilibrium, 2) Dynamic equilibrium, dan 3)
Disequilibrium. Dalam penelitian ini, termasuk ke dalam bentuk konsekuensi
Dynamic Equilibrium. Hal ini dikarenakan platform “TP Network” ini akan berisi
beragam topik pembahasan, baik yang berhubungan dengan perkuliahan maupun
dunia pekerjaan. Tentunya setiap topik yang dibahas memiliki respon yang
berbeda-beda tergantung individu yang membacanya.
Selain itu, keaktifan mahasiswa TP dan alumni TP dalam menggunakan
platform tersebut juga dapat mengalami perubahan yang tidak bertahan lama.
Misalnya, diminggu pertama, ada lima orang mahasiswa TP sedang aktif (online)
menggunakan website “TP Network” untuk mencari kontak dan profil alumni TP
yang dapat dihubungi. Kemudian, diminggu kedua, ada tiga orang mahasiswa TP
yang aktif (online) menggunakan website “TP Network”. Perubahan ini tidak
bertahan lama dan tidak menetap sesuai dengan kebutuhan tiap individu.
2. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan
terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan
bersama (Rogers, 1983). Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-
kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran inovasi adalah mahasiswa TP dan
alumni TP. Hal ini dikarenakan peneliti berencana menciptakan suatu platform atau
wadah dimana semua mahasiswa TP mendapatkan kesempatan yang sama untuk
memperluas networking. Platform ini disebut dengan “TP Network” dapat
menghubungkan para alumni TP dengan mahasiswa TP yang masih aktif berkuliah.

17
Dengan begitu, komunitas-komunitas alumni dapat mendayagunakan inovasi ini
untuk memperluas jaringan professional yang kredibel di dunia kerja. Selain itu,
inovasi ini dapat menjadi tempat berbagi ilmu dan informasi yang didapatkan di dunia
kerja kepada mahasiswa semester akhir atau yang sedang aktif magang dan mencari
lowongan pekerjaan.
Di samping itu, “TP Network” diharapkan menjadi bentuk silahturahmi dan
kerjasama alumni TP dan mahasiswa TP dalam mewujudkan Prodi Teknologi
Pendidikan UNJ sebagai organisasi belajar yang berkualitas, bermartabat, dan mampu
memberikan kontribusi secara optimal kepada masyarakat sesuai dengan tuntutan
dan perkembangannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea
menunjukkan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu
sendiri dan juga sistem sosial dimana individu tersebut berada. Berdasarkan penelitian
ini, maka sistem sosialnya merupakan Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNJ dan
masyarakat.
Kemudian, dalam proses komunikasi, penelitian ini menganut hubungan
heterophily. Heterophily didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang
berinteraksi memiliki latar belakang dan sifat yang berbeda. Hal ini dibuktikan dengan
adanya interaksi mahasiswa TP dengan alumni TP yang dari segi pemahaman tentang
keilmuan jauh berbeda, begitu juga dengan pengalaman yang dimilikinya.
Selanjutnya, kategori adopter pada penelitian ini termasuk ke dalam kategori
early adopters dan early majority. Hal ini dikarenakan mahasiswa TP dibentuk menjadi
mahasiswa yang kreatif, inovatif, terbuka dan terbiasa dengan adanya perubahan.
Sehingga ketika ada suatu inovasi baru, mahasiswa TP akan cenderung lebih cepat
untuk memahami dan mengadopsi inovasi tersebut. Selain itu juga, dalam prakteknya
seorang teknolog pendidikan harus mampu menciptakan suatu inovasi dalam
memfasilitasi belajar/pembelajaran, baik di lembaga pendidikan maupun organisasi.

18
3. Strategi Inovasi
Terdapat dua strategi yang perlu diperhatikan dalam mendifusikan inovasi, yakni :
A. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu merupakan
aspek utama dalam proses komunikasi. Jangka waktu dalam proses difusi inovasi
ditargetkan berdasarkan :
1) Proses pengambilan keputusan inovasi.
Tahapan proses keputusan inovasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tahapan keputusan yang didasarkan pada tipe keputusan opsional.
Keputusan opsional yaitu keputusan yang dibuat oleh seseorang terlepas dari
keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.
Kaitannya dengan penelitian ini proses keputusan inovasi tidak
didasarkan pada konsensus melainkan keputusan didasarkan pada keputusan
tiap individu. Hal ini dikarenakan inovasi “TP Network” merupakan platform
yang bersifat alternatif bagi mahasiswa TP dan alumni TP untuk memperluas
networking, dimana di masa sekarang ini tidak dianjurkan untuk
berdiskusi/berkumpul di suatu tempat. Oleh karena itu, dengan inovasi ini
dapat mempererat dan mengenal satu sama lain. Mahasiswa TP pun juga
mendapat gambaran bidang pekerjaan apa saja yang termasuk dalam kawasan
TP dari para alumni TP yang sudah bekerja. Inovasi ini menekankan situasi
komunikasi interpersonal antara mahasiswa TP dengan alumni.
2) Tingkat kecepatan individu.
Kategori adopter pada penelitian ini termasuk ke dalam kategori early
adopters dan early majority. Hal ini dikarenakan mahasiswa TP dibentuk
menjadi mahasiswa yang kreatif, inovatif, terbuka dan terbiasa dengan adanya
perubahan. Sehingga ketika ada suatu inovasi baru, mahasiswa TP akan
cenderung lebih cepat untuk memahami dan mengadopsi inovasi tersebut.
Selain itu juga, dalam prakteknya seorang teknolog pendidikan harus mampu
menciptakan suatu inovasi dalam memfasilitasi belajar/pembelajaran, baik di
lembaga pendidikan maupun organisasi. Dengan begitu, tingkat kecepatan
individu mahasiswa TP cenderung cepat dalam mengadopsi suatu inovasi.

19
B. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi adalah saluran yang dipakai untuk menyebarluaskan atau
mendifusikan inovasi. Saluran komunikasi diklasifikasikan menjadi saluran
komunikasi media massa VS saluran komunikasi interpersonal dan saluran
komunikasi kosmpolit VS saluran komunikasi lokalit.
Berdasarkan penelitian ini, inovasi “TP Network” akan menggunakan
komunikasi lokalit, yakni saluran komunikasi yang berasal dari dalam sistem sosial
yang sedang diteliti. Sistem sosial pada penilitian ini yakni Prodi Teknologi
Pendidikan FIP UNJ (mahasiswa TP) dan masyarakat (alumni TP). Meskipun sistem
sosialnya terdapat sistem sosial internal (Mahasiswa TP FIP UNJ) dan eksternal
(Masyarakat/publik), hal ini karena fokus pada penelitian ini adalah memperluas
networking secara internal dan eksternal. Maka dari itu, komunikasi untuk internal
dapat menggunakan saluran komunikasi lokalit, kemudian untuk saluran
eksternalnya seperti kepada masyarakat/publik dapat menggunakan saluran
media massa.
Agen perubahan juga ikut serta mengambil bagian untuk mempengaruhi dan
membantu penyebaran suatu inovasi. Peran agen perubahan menurut Havelock
(1973: 7) adalah sebagai pembantu proses perubahan dan sebagai penghubung
(linker), sebagai katalisator dan sebagai pemberi solusi. Tugas agen perubahan
adalah a) menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan, b)
membina hubungan baik dengan masyarakat, c) menganalisis masalah
masyarakat, d) menciptakan keinginan klien untuk berubah, e) mengubah
keinginan masyrakat menjadi sebuah tindakan nyata, f) menjaga kestabilan
perubahan, dan g) mencapai suatu terminal hubungan.
Selain memiliki peran dan tugas, agen perubahan merupakan sosok pembina
yang mempunyai gaya kepemimpinan dalam membina masyarakat binaannya.
Gaya kepemimpinan digunakan oleh agen perubahan dalam menjalankan
program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan. Agen perubahan
merupakan semua pihak yang ikut membantu proses terjadinya proses perubahan
pada suatu masyarakat. Maka dalam penelitian ini, yang berperan sebagai agen
perubahan yakni Ketua organisasi internal Prodi Teknologi Pendidikan yakni Ketua
HMP karena merupakan sosok pemimpin yang dihormati oleh masyarakat TP. Hal

20
ini senada dengan pendapat Jabal (2003:152) bahwa “seorang pimpinan (agen
perubahan) berusaha membimbing, memberi pengarahan, memengaruhi
perasaan dan perilaku orang lain, serta menggerakkan orang lain untuk keperluan
menuju sasaran yang diinginkan bersama”.

21
BAB IV

PENJADWALAN DAN BIAYA

A. Rencana Penjadwalan Inovasi TP NETWORK

NO Waktu Kegiatan
1 Januari 2021 Peneliti melakukan assesment tentang
Konsep dasar seputar TP NETWORK
2 Maret 2021 Lokakarya Penyusunan Rencana dan
Penguatan Program TP NETWORK
3 Juni 2021 Pelatihan Teknis Pengelolaan TP
NETWORK
4 September 2021 Miniloka Review Realisasi TP NETWORK
5 Oktober 2021 Uji coba program TP NETWORK di Prodi
Teknologi Pendidikan UNJ
6 Januari 2022 Evaluasi kekurangan platform TP
NETWORK
7 April 2022 Penggunaan massal platform TP
NETWORK

22
B. Pembiayaan Inovasi TP NETWORK
a) Estimasi Biaya

NO Keterangan/Kebutuhan Biaya

1 Resources (Sumber Daya) Rp. 5.000.000/Bulan


2 VPS Rp. 500.000/Bulan
3 Google Play Rp. 500.000/Bulan
4 Management Fee Rp. 2.000.000/Bulan
TOTAL RP. 8.000.000

b) Estimasi Pembiayaan

NO Penyumbang Dana Nilai (Rp)

1 Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ Rp. 4.000.000/Bulan


2 Himpunan Mahasiswa Prodi Rp. 500.000/Bulan
Teknologi UNJ
3 Layanan Iklan/Google Ads Rp. 5000.000/Bulan
4 Sdr. Yosua Tua Van Basten Rp. 2.000.000/Bulan
5. Sdr. Nadia Argiyanti Dewi RP. 1.000.000/Bulan
TOTAL RP. 8.000.000

23
DAFTAR PUSTAKA

• Rusdiana, H. A. 2014. Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia


• Sznajd-Weron, Katarzyna. 2016. Diffusion of innovation – a physicist’s
perspective. Wrocław: Wroclaw University Of Technology
• Rogers, Everett. 2003. Diffusion Of Innovations – Fifth Edition. New York :
Free Press.
• MqQuail, Dennis. (1987). Mass Communication Theory. Jakarta: Erlangga.
• Felker, Don. 2011. Android App Development For Dummies. United
Kingdom: For Dummies

24

Anda mungkin juga menyukai