Acara 5 - 2010401052 - Muhammad Rizal F A S
Acara 5 - 2010401052 - Muhammad Rizal F A S
AGROTEKNOLOGI
ACARA 5
PERKECAMBAHAN BIJI II
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Rizal Firrizzqi Alfi Syach
NPM : 2010401052
Kelas : Agroteknologi B
Asisten Praktikum : Nur Afifah & Zainul Abidin Zaki
4.1 Hasil
4.1.1 Pengamatan
No Tanggal Pengamatan Keterangan/ Hasil
1 12 November 2021 Jagung 0%= berjamur 5
Jagung 25%= -
Jagung 50%= -
Jagung 100%= -
0
Jagung Jagung Jagung Jagung Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Kontrol
0% 25% 50% 100% H2SO4 1 H2SO4 3 H2SO4 6 Amp Smp Amp Ujg
mnt mnt mnt
Rumus =
Benih Jagung
1) NaCl 0% =
2) NaCl 25% =
3) NaCl 50% =
4) NaCl 100% =
Sengon
- Perlakuan khemis
1) H₂SO₄ 1 menit =
2) H₂SO₄ 3 menit =
3) H₂SO₄ 6 menit =
- Perlakuan mekanis
1) Amplas ujung =
2) Amplas samping =
3) Kontrol =
25
20
15
10
0
Jagung Jagung Jagung Jagung Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Kontrol
0% 25% 50% 100% H2SO4 H2SO4 H2SO4 Amp Amp Ujg
1mnt 3mnt 6mnt Smp
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilaksanakan yakni perkecambahan adalah proses pertumbuhan
embrio serta komponen-komponen benih yang memiliki kemampuan untuk tumbuh
secara normal menjadi tumbuhan. Dan pada praktikum ini dilakukan pematahan
dormansi dengan teknik kimia menurut Hasanuddin dkk (2018) bahwa pada pematahan
dormasi secara kimia dapat dilakukan dimana benih direndam pada larutan kimia yakni
H2SO4, Giberelin, HCl, KNO3. Pelaksanaan dari praktikum ini didapatkan hasil yakni
pada benih dari tanaman jagung yang dilakukan perendaman dari larutan NaCl dengan
konsentrasi mulai dari 0%, 25%, 50%, dan 100% didapatkan hasil di hari pertama pada
tanggal 12 November 2021 didapatkan bahwa pada jagung yang direndam pada larutan
0% terdapat 3 benih yang mengalami penjamuran, dan pada benih sengon baik dari
perlakuan secara mekanis ataupun kimiawi dan kontrol belom ada benih tanaman yang
berkecambah. Pada hari kedua untuk benih jagung didapatkan bahwa hasilnya adalah
jagung perendaman 0% terdapat 3 benih yang berjamur dan 1 benih yang berkecambah
sedangkan untuk konsentrasi dari 25%, 50% dan 100% belum terdapat benih yang
berkecambah, selain itu pada benih sengon yang dilakukan permatahan dormasi dengan
teknik mekanis didapatkan hasil dimana pada benih sengon yang diamplas bagian
sampung dan ujung masing-masing terdapat 3 benih yang berkecambah sedangkan pada
perlakuan kimiawi dan kontrol belum terdapat perkecambahan dari benih. Dilanjutkan
pada hari yang ke-3 hasil dari benih yang dikecambahkan baik dari sengon dan jagung
memiliki hasil yang sama dengan hari yang ke-2. Di hari yang ke-4 terdapat banyak
sekali perbedaan dengan hasil yang didapatkan dari hari yang ketiga dimana pada
jagung yang direndam pada konsentrasi 0% terdapat 11 benih yang berjamur dan 2
benih yang berkecambah serta untuk benih jagung dengan konsentrasi lain belum
berkecambah dan juga untuk benih sengon pada perlakuan kimia H2SO4 selama 1
menit terdapat 5 benih yang berjamur, kemudian sengon yang direndam pada H2SO4
selama 3 menit didapatkan hasil 3 benih yang berjamur dan 3 benih yang berkecambah.
Kemudian pada perendaman selama 6 menit didapatkan 3 benih berjamur dan 1
berkecambah, dan penggunaan teknik mekanis didapatkan hasil yakni pengamplasan
samping menghasilkan 4 benih berkecambah, dan amplas ujung yakni 3 benih yang
berkecambah serta pada kontrol terdapat 1 benih berkecambah. Di hari yang ke-5 pada
jagung yang direndam dari konsentrasi 0% hingga 100% tidak ada yang berkecambah
akan tetapi pada konsentrasi 0% terdapat 3 benih yang berjamur dan pada konsesntrasi
dari 25%, 50%, 100% benihnya justru busuk dimana jumlahnya secara berurutan adalah
5, 5, dan 4 benih. Selanjutnya pada Sengon H2SO4 1 menit terdapat 5 benih yang
berjamur, pada durasi 3 menit terdapat 7 benih berjamur, dan 3 benih yang
berkecambah dan untuk durasi 6 menit terdapat 6 benih yang berjamur dan 1 benih
berkecambah, pada perlakuan mekanis dengan pengamplasan yakni samping terdapat 4
benih yang berkecambah, dan ujung yakni 3 benih berkecambah serta kontrol terdapat 1
benih berkecambah. Di hari ke 6, pada benih jagung dengan konsentrasi 0% - 100%
tidak ada benih yang berkecambah pada konsentrasi 0 % justru 2 benih berjamur dan
pada konsentrasi lain mengalami busuk sedangkan pada sengon yang direndam H2SO4
selama 1 menit didapati 6 benih yang berjamur, dalam durasi 3 menit terdapat 10 benih
berjamur dan 4 benih yang berkecambah, dan durasi 6 menit untuk 7 benih berjamur
dan 1 berkecambah. Dan pematahan dormansi dengan mekanis amplas samping terdapat
4 benih yang berkecambah, dan amplas ujung 3 benih berkecambah serta untuk kontrol
2 benih berkecambah. Dan di hari terakhir yakni hari ketujuh, jagung yang direndam
pada berbagai macam konsentrasi NaCl semuanya tidak berkecambah, senajutnya pada
sengon perlakuan kimia yakni direndam pada H2SO4 1 menit terdapat 2 benih
berjamur, 3 menit berjamur 2 dan berkecambah 4, durasi 6 menit berjamur 4
berkecambah 1, perlakuan mekanis yakni amplas samping terdapat 5 benih yang
berkecambah, dan pada amplas ujung terdapat 3 benih kecambah serta kontrol terdapat
2 benih yang berkecambah. Pada hasil yang didapat terdapat benih yang gagal
berkecambah dan hal tersbut dapat dikarenakan oleh beberapa faktor seperti benih yang
kurang baik kualitasnya, terlalu lembab dan lain sebagainya.
Pada indeks dari vigor dan gaya kecambah yang dihitung didapatkan hasil yakni
pada indeks dari vigor benih yang paling tinggi adalah benih sengon pada perlakuan
mekanis amplas samping sedangkan untuk gaya kecambah yang paling tinggi adalah
pada sengon H2SO4 pada durasi 3 menit. Jika ditinjau dari definisinya untuk vigor
adalah kemampuan tumbuh yang dimiliki benih namun pada kondisi lapangan yang
subnormal (Cutrisni dkk, 2015). Sedangkan gaya kecambah adalah kemampuan yang
dimiliki oleh suatu benih diamana dapat bertumbuh dan berproduksi dengan normal
(Ridho dkk, 2019)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada benih yang dilakukan pematahan dormansi terdapat banyak dari benih yang
gagal untuk berkecambah dimana banyak yang mengalami penjamuran ataupun busuk.
Selain itu juga terdapat benih yang memang tidak berkecambah dan hal tersebut bisa
dikarenakan beberapa faktor baik internal atau eksternal dari benih tersebut. dan pada
praktikum jika dilihat dari indeks vigor tertingginya adalah pada benih sengon
perlakuan mekanis yaknik amplas samping dan jika bahan kima pada perendaman
H2SO4 selama 3 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Cutrisni., Suwarno, F. C., Suwarno. 2015. Pengujian Vigor Daya Simpan dengan
Metode Pengusangan Cepat Fisik dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Benih
Padi. Buletin Agrohorti. 3(3). Hal 366-376.
Girsang, R. (2019). Peningkatan Perkecambahan Benih Bawang Merah (Allium
Ascalonium L.) Akibat Interval Perendam H2SO4 Dan Beberapa Media Tanam.
Jasa Padi, 4(1), 24-28.
Hasanuddin, H., & Hereri, A. I. (2018). Teknik pematahan dormansi secara fisik dan
kimia terhadap viabilitas benih aren (Arenga pinnata Merr.). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian, 3(4), 105-112.
Husna, Tuheteru, F. D., Alimuddin, dan Arif. (2015). Penuntun Praktikum Silvika.
Laboratorium Kehutanan, Fakultas Kehutanan Dan Ilmu Lingkungan,
Universitas Halu Oleo : Kendari, Indonesia.
Ridho, K., Muhartini, S., & Kastono, D. Kualitas dan Daya Simpan Benih Hasil Panen
Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merill) yang Ditanam dengan Aplikasi
Mikoriza dan Rhizobium. Vegetalika, 8(1), 13-26.
Triayomi, Y. (2020). PENGARUH MASA SIMPAN DAN JENIS KEMASAN
TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr.) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).
LAMPIRAN
Hari Ke- 1
Hari Ke- 2
Hari Ke-4
Hari Ke-5
Jagung Kedelai
Hari Ke-6
Padi
Hari Ke-7