Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROTEKNOLOGI

ACARA 5
PERKECAMBAHAN BIJI II

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Rizal Firrizzqi Alfi Syach
NPM : 2010401052
Kelas : Agroteknologi B
Asisten Praktikum : Nur Afifah & Zainul Abidin Zaki

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman adalah salah satu makhluk hidup dimana memiliki ciri khusus atau
karakter khusus dimana berbeda dengan makhluk hidup lainnya yakni dapat
memproduksi makanannya sendiri. Dan dari makanan tersebutlah yang dibuat oleh
tanaman digunakan sebagai sumber energy untuk pertumbuhan dan perkembangan dari
tanaman itu sendiri. Dan proses dari pertumbuhan diawali dari perkecambahan,
pertumbuhan vegetative, pertumbuhan generative dan masa akhir yakni kematian.
Perkecambahan jika didefinisikan menurut Menurut Marten (2013) bahwa
perkecambahan adalah suatu kegiatan atau proses dimana plumula atau radikula muncul
dan berkembang. Pada perkecambahan ini sendiri sebenarnya terbagi menjadi 2 juga
yakni perkecambahan epigeal dan perkecambahan hypogeal. Pada perkecambahan
epigeal adalah perkecambahan yang terjadi pada benih tanaman dimana kotiledon dari
benih terangkat naik ke atas permukaan tanah, sedangkan untuk perkecambahan
hypogeal berbanding terbalik dengan epigeal dimana pada hypogeal untuk benih yang
ditanam nantinya akan tetap didalam tanah atau dibawah permukaan tanah.
Pada pelaksanaan dari praktikum acara 5 “Perkecambahan Biji II” dimaksudkan
agar para mahasiwa dapat mengetahui dari bagaimana biji tersebut berkecambah, dan
juga mengetahui pengaruh dari perendaman pada larutan dengan perkecambahan dari
benih tanaman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum acara 5 “Perkecambahan Biji II” adalah
untuk mengetahui perkecambahan dari biji dan mengetahui pengaruh perendaman pada
berberapa larutan pada perkecambahan dari biji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan embrio serta komponen-


komponen benih yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi
tumbuhan. Benih merupakan biji yang nantinya akan digunakan untuk perbanyakan
tanaman secara generatif. Dan benih serta biji terdapat perbedaan dimana pada biji
belom dipilih untuk dijadikan bibit sedangkan untuk benih sedah mengalami pemilihan
untuk dijadikan bibit. Alat perkembangbiakan berupa benih ini memerlukan waktu yang
tepat supaya dapat tumbuh dengan baik. Perkecambahan benih merupakan batas antara
benih yang masih tergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman
yang mampu mengambil sendiri unsur hara (Husna dkk, 2015). Terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi supaya benih dapat berkecambah, salah satunya yaitu
ketersediaan air yang terdapat di lingkungan yang akan disemaikan. Namun, tersedianya
air tersebut belum tentu dapat meresap melalui kulit biji ke dalam biji (Girsang, 2019).
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji, diantara yaitu
faktor dalam dan faktor luar. Pada faktor dalam terdiri atas tingkat kemasakan benih,
ukuran benih, dormansi, dan hormon penghambat perkecambahan. Pada tingkat
kemasakan benih, benih yang sudah dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya
tercapai dan tidak memiliki viabilitas tinggi. Pada ukuran benih, benih yang berukuran
besar dan berat disangka mengandung cadangan maknan yang lebih banyak
dibandingkan dengan benih yang kecil. Kemudian faktor lainnya yaitu dormansi, benih
dikatakan dormansi ketika itu sebenarnya hidup namun tidak mau berkecambah
walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi
perkecambahannya. Faktor yang terakhir yaitu hormon penghambat perkecambahan
(inhibitor), hormon ini berupa NaCl, herbisida, sianida yang terkandung dalam buah
diantara yaitu gas etilen dan asam absisat. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi
perkecambahan diantaranya yaitu air, suhu, udara, dan cahaya. Air merupakan faktor
terpenting dalam proses perkecambahan biji. Suhu yang diperlukan biji untuk proses
perkecambahan yaitu suhu minimum yang disebut dengan “minimum hydration” yang
memiliki sifat khusus untuk perkecambahan. Faktor lainnya yang mempengaruhi proses
perkecambahan yaitu udara. Udara terdiri atas 20% oksigen, 0.03% karbon dioksida,
dan 80% nitrogen. Terdapatnya oksigen pada proses respirasi pada perkecambahan
sangat berpengaruh. Apabila konsentrasi oksigen diudara sangat rendah maka dapat
menyebabkan terhambatnya perkecambahan. Faktor yang terakhit yaitu cahaya. Cahaya
merupakan faktor lingkungan lain yang menentukan kemampuan atau sebagai faktor
pengontrol biji berkecambah (Triyomi, 2020).
Pada perkecambahan terdapat benih yang kulit bijinya keras dan untuk biji yang
keras tersebut dapat dilakukan pematahan dormasi dengan beberapa cara yakni terdapat
teknik mekanis, kimia, dan fisik serta dengan perendaman pada air. Tujuan dari
pematahan dormansi adalah untuk membuat tanaman tersebut dapat tumbuh atau
berkecambah dan nantinya menjadi bibit atau tanaman baru yang sempurna. Contoh dari
pematahan dormansi dengan teknik kimia menurut Hasanuddin dkk (2018) bahwa pada
pematahan dormasi secara kimia dapat dilakukan dimana benih direndam pada larutan
kimia yakni H2SO4, Giberelin, HCl, KNO3.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada tanggal 11 November 2021 dan
tempat dilaksanakannya praktikum adalah pada Lahan Praktikum Fakultas Pertanian di
Bandongan dan secara online di Dusun Tabang RT. 06 RW. 014, Desa Gulon,
Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama pelaksanaan praktikum adalah gelas beker, pinset,
cawan petridish dan timbangan. Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam
praktikum adalah H2SO4, NaCl, aquadest, air, benih padi, jagung, kedelai dan sengon
3.3 Cara Kerja
a. Alat dan bahan disiapkan dahulu
b. Benih padi, jagung dan kedelai disiapkan sebanyak masing-masing 100 benih
c. Masing-masing benih dimasukkan pada gelas
d. Gelas diisikan air untuk pemilihan benih
e. Benih yang tidak bernas diambil dan dibuang
f. NaCl ditimbang 3 kali dengan masing-masing berat 25gram, 50gram, dan
100gram.
g. NaCl dimasukkan pada masing-masing gelas beker yang telah diberi label 25%,
50%, dan 100%
h. Aquadest dituangkan pada gelas beker sebanyak 100 ml
i. Aquadest dan NaCl diaduk hingga homogen
j. Benih direndam selama 15 menit dalam masing masing gelas dengan konsentrasi
yang beda-beda sebanyak 25 benih
k. Benih diletakkan pada cawan petri dan diberi label
l. Benih diamati selama 10 hari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengamatan
No Tanggal Pengamatan Keterangan/ Hasil
1 12 November 2021 Jagung 0%= berjamur 5
Jagung 25%= -
Jagung 50%= -
Jagung 100%= -

Sengon H2SO4 1 menit= -


Sengon H2SO4 3 menit=-
Sengon H2SO4 6 menit=-
Amplas samping= -
Amplas ujung= -
Kontrol= -
2 13 November 2021 Jagung 0%= berjamur 3, berkecambah 1
Jagung 25%= -
Jagung 50%= -
Jagung 100%= -

Sengon H2SO4 1 menit=


Sengon H2SO4 3 menit=
Sengon H2SO4 6 menit=
Amplas samping= berkecambah 3
Amplas ujung= berkecambah 3
Kontrol= -
3 14 November 2021 Jagung 0%= berjamur 3, berkecambah 1
Jagung 25%= -
Jagung 50%= -
Jagung 100%= -

Sengon H2SO4 1 menit=


Sengon H2SO4 3 menit=
Sengon H2SO4 6 menit=
Amplas samping= berkecambah 3
Amplas ujung= berkecambah 3
Kontrol= -
4 15 November 2021 Jagung 0%= berjamur 11, berkecambah 2
Jagung 25%= -
Jagung 50%= -
Jagung 100%= -

Sengon H2SO4 1 menit= berjamur 5


Sengon H2SO4 3 menit= berjamur 3,
berkecambah 3
Sengon H2SO4 6 menit= berjamur 3,
berkecambah 1
Amplas samping= berkecambah 4
Amplas ujung= berkecambah 3
Kontrol= berkecambah 1
5 16 November 2021 Jagung 0%= berjamur 3
Jagung 25%= busuk 5
Jagung 50%= busuk 5
Jagung 100%= busuk 4

Sengon H2SO4 1 menit= berjamur 5


Sengon H2SO4 3 menit= berjamur 7,
berkecambah 3
Sengon H2SO4 6 menit= berjamur 5,
berkecambah 1
Amplas samping= berkecambah 4
Amplas ujung= berkecambah 3
Kontrol= berkecambah 1
6 17 November 2021 Jagung 0%= berjamur 2
Jagung 25%= busuk 7
Jagung 50%= busuk 7
Jagung 100%= busuk 7

Sengon H2SO4 1 menit= berjamur 6


Sengon H2SO4 3 menit= berjamur 10,
berkecambah 4
Sengon H2SO4 6 menit= berjamur 7,
berkecambah 1
Amplas samping= berkecambah 4
Amplas ujung= berkecambah 3
Kontrol= berkecambah 2
7 18 November 2021 Jagung 0%= berjamur 1
Jagung 25%= busuk 5
Jagung 50%= busuk 4
Jagung 100%= busuk 6

Sengon H2SO4 1 menit= berjamur 2


Sengon H2SO4 3 menit= berjamur 2,
berkecambah 4
Sengon H2SO4 6 menit= berjamur 4,
berkecambah 1
Amplas samping= berkecambah 5
Amplas ujung= berkecambah 3
Kontrol= berkecambah 2

4.1.2 Perhitungan Indeks Vigor


Rumus Indeks Vigor
IV = G1/D1 + G2/D2 + G3/D3 + G4/D4 + G5/D5 + G6/D6 + G7/D7
a. Benih Jagung 0%
= 0/1 + 1/2 + 1/3 + 2/4 + 0/5 + 0/6 + 0/7
=1.33
b. Benih Jagung 25%
= 0/1 + 0/2 + 0/3 + 0/4 + 0/5 + 0/6 + 0/7
=0
c. Benih Jagung 50%
= 0/1 + 0/2 + 0/3 + 0/4 + 0/5 + 0/6 + 0/7
=0
d. Benih Jagung 100%
= 0/1 + 0/2 + 0/3 + 0/4 + 0/5 + 0/6 + 0/7
=0
e. Sengon H2SO4 1 menit
= 0/1 + 0/2 + 0/3 + 0/4 + 0/5 + 0/6 + 0/7
=0
f. Sengon H2SO4 3 menit
= 0/1 + 0/2 + 0/3 + 3/4 + 3/5 + 4/6 + 4/7
= 2.58
g. Sengon H2SO4 6 menit
= 0/1 + 0/2 + 0/3 + 1/4 + 1/5 + 1/6 + 1/7
= 0.75
h. Amplas Samping
= 0/1 + 3/2 + 3/3 + 4/4 + 4/5 + 4/6 + 5/7
= 5.67
i. Amplas Ujung
= 0/1 + 3/2 + 3/3 + 3/4 + 3/5 + 3/6 + 3/7
= 4.77
j. Kontrol
= 0/1 + 0/2 + 0/3 + 1/4 + 1/5 + 2/6 + 2/7
= 1.56

4.1.3 Grafik Indeks Vigor Benih


Grafik 1.1 Indeks Vigor Benih

Indeks Vigor Benih


6

0
Jagung Jagung Jagung Jagung Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Kontrol
0% 25% 50% 100% H2SO4 1 H2SO4 3 H2SO4 6 Amp Smp Amp Ujg
mnt mnt mnt

4.1.4 Gaya Kecambah

Rumus =

 Benih Jagung

1) NaCl 0% =

2) NaCl 25% =

3) NaCl 50% =

4) NaCl 100% =
 Sengon
- Perlakuan khemis

1) H₂SO₄ 1 menit =

2) H₂SO₄ 3 menit =

3) H₂SO₄ 6 menit =

- Perlakuan mekanis

1) Amplas ujung =

2) Amplas samping =

3) Kontrol =

4.1.4 Grafik Gaya Kecambah

Grafik Gaya Kecambah


30

25

20

15

10

0
Jagung Jagung Jagung Jagung Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Kontrol
0% 25% 50% 100% H2SO4 H2SO4 H2SO4 Amp Amp Ujg
1mnt 3mnt 6mnt Smp

4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilaksanakan yakni perkecambahan adalah proses pertumbuhan
embrio serta komponen-komponen benih yang memiliki kemampuan untuk tumbuh
secara normal menjadi tumbuhan. Dan pada praktikum ini dilakukan pematahan
dormansi dengan teknik kimia menurut Hasanuddin dkk (2018) bahwa pada pematahan
dormasi secara kimia dapat dilakukan dimana benih direndam pada larutan kimia yakni
H2SO4, Giberelin, HCl, KNO3. Pelaksanaan dari praktikum ini didapatkan hasil yakni
pada benih dari tanaman jagung yang dilakukan perendaman dari larutan NaCl dengan
konsentrasi mulai dari 0%, 25%, 50%, dan 100% didapatkan hasil di hari pertama pada
tanggal 12 November 2021 didapatkan bahwa pada jagung yang direndam pada larutan
0% terdapat 3 benih yang mengalami penjamuran, dan pada benih sengon baik dari
perlakuan secara mekanis ataupun kimiawi dan kontrol belom ada benih tanaman yang
berkecambah. Pada hari kedua untuk benih jagung didapatkan bahwa hasilnya adalah
jagung perendaman 0% terdapat 3 benih yang berjamur dan 1 benih yang berkecambah
sedangkan untuk konsentrasi dari 25%, 50% dan 100% belum terdapat benih yang
berkecambah, selain itu pada benih sengon yang dilakukan permatahan dormasi dengan
teknik mekanis didapatkan hasil dimana pada benih sengon yang diamplas bagian
sampung dan ujung masing-masing terdapat 3 benih yang berkecambah sedangkan pada
perlakuan kimiawi dan kontrol belum terdapat perkecambahan dari benih. Dilanjutkan
pada hari yang ke-3 hasil dari benih yang dikecambahkan baik dari sengon dan jagung
memiliki hasil yang sama dengan hari yang ke-2. Di hari yang ke-4 terdapat banyak
sekali perbedaan dengan hasil yang didapatkan dari hari yang ketiga dimana pada
jagung yang direndam pada konsentrasi 0% terdapat 11 benih yang berjamur dan 2
benih yang berkecambah serta untuk benih jagung dengan konsentrasi lain belum
berkecambah dan juga untuk benih sengon pada perlakuan kimia H2SO4 selama 1
menit terdapat 5 benih yang berjamur, kemudian sengon yang direndam pada H2SO4
selama 3 menit didapatkan hasil 3 benih yang berjamur dan 3 benih yang berkecambah.
Kemudian pada perendaman selama 6 menit didapatkan 3 benih berjamur dan 1
berkecambah, dan penggunaan teknik mekanis didapatkan hasil yakni pengamplasan
samping menghasilkan 4 benih berkecambah, dan amplas ujung yakni 3 benih yang
berkecambah serta pada kontrol terdapat 1 benih berkecambah. Di hari yang ke-5 pada
jagung yang direndam dari konsentrasi 0% hingga 100% tidak ada yang berkecambah
akan tetapi pada konsentrasi 0% terdapat 3 benih yang berjamur dan pada konsesntrasi
dari 25%, 50%, 100% benihnya justru busuk dimana jumlahnya secara berurutan adalah
5, 5, dan 4 benih. Selanjutnya pada Sengon H2SO4 1 menit terdapat 5 benih yang
berjamur, pada durasi 3 menit terdapat 7 benih berjamur, dan 3 benih yang
berkecambah dan untuk durasi 6 menit terdapat 6 benih yang berjamur dan 1 benih
berkecambah, pada perlakuan mekanis dengan pengamplasan yakni samping terdapat 4
benih yang berkecambah, dan ujung yakni 3 benih berkecambah serta kontrol terdapat 1
benih berkecambah. Di hari ke 6, pada benih jagung dengan konsentrasi 0% - 100%
tidak ada benih yang berkecambah pada konsentrasi 0 % justru 2 benih berjamur dan
pada konsentrasi lain mengalami busuk sedangkan pada sengon yang direndam H2SO4
selama 1 menit didapati 6 benih yang berjamur, dalam durasi 3 menit terdapat 10 benih
berjamur dan 4 benih yang berkecambah, dan durasi 6 menit untuk 7 benih berjamur
dan 1 berkecambah. Dan pematahan dormansi dengan mekanis amplas samping terdapat
4 benih yang berkecambah, dan amplas ujung 3 benih berkecambah serta untuk kontrol
2 benih berkecambah. Dan di hari terakhir yakni hari ketujuh, jagung yang direndam
pada berbagai macam konsentrasi NaCl semuanya tidak berkecambah, senajutnya pada
sengon perlakuan kimia yakni direndam pada H2SO4 1 menit terdapat 2 benih
berjamur, 3 menit berjamur 2 dan berkecambah 4, durasi 6 menit berjamur 4
berkecambah 1, perlakuan mekanis yakni amplas samping terdapat 5 benih yang
berkecambah, dan pada amplas ujung terdapat 3 benih kecambah serta kontrol terdapat
2 benih yang berkecambah. Pada hasil yang didapat terdapat benih yang gagal
berkecambah dan hal tersbut dapat dikarenakan oleh beberapa faktor seperti benih yang
kurang baik kualitasnya, terlalu lembab dan lain sebagainya.
Pada indeks dari vigor dan gaya kecambah yang dihitung didapatkan hasil yakni
pada indeks dari vigor benih yang paling tinggi adalah benih sengon pada perlakuan
mekanis amplas samping sedangkan untuk gaya kecambah yang paling tinggi adalah
pada sengon H2SO4 pada durasi 3 menit. Jika ditinjau dari definisinya untuk vigor
adalah kemampuan tumbuh yang dimiliki benih namun pada kondisi lapangan yang
subnormal (Cutrisni dkk, 2015). Sedangkan gaya kecambah adalah kemampuan yang
dimiliki oleh suatu benih diamana dapat bertumbuh dan berproduksi dengan normal
(Ridho dkk, 2019)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada benih yang dilakukan pematahan dormansi terdapat banyak dari benih yang
gagal untuk berkecambah dimana banyak yang mengalami penjamuran ataupun busuk.
Selain itu juga terdapat benih yang memang tidak berkecambah dan hal tersebut bisa
dikarenakan beberapa faktor baik internal atau eksternal dari benih tersebut. dan pada
praktikum jika dilihat dari indeks vigor tertingginya adalah pada benih sengon
perlakuan mekanis yaknik amplas samping dan jika bahan kima pada perendaman
H2SO4 selama 3 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Cutrisni., Suwarno, F. C., Suwarno. 2015. Pengujian Vigor Daya Simpan dengan
Metode Pengusangan Cepat Fisik dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Benih
Padi. Buletin Agrohorti. 3(3). Hal 366-376.
Girsang, R. (2019). Peningkatan Perkecambahan Benih Bawang Merah (Allium
Ascalonium L.) Akibat Interval Perendam H2SO4 Dan Beberapa Media Tanam.
Jasa Padi, 4(1), 24-28.
Hasanuddin, H., & Hereri, A. I. (2018). Teknik pematahan dormansi secara fisik dan
kimia terhadap viabilitas benih aren (Arenga pinnata Merr.). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian, 3(4), 105-112.
Husna, Tuheteru, F. D., Alimuddin, dan Arif. (2015). Penuntun Praktikum Silvika.
Laboratorium Kehutanan, Fakultas Kehutanan Dan Ilmu Lingkungan,
Universitas Halu Oleo : Kendari, Indonesia.

Ridho, K., Muhartini, S., & Kastono, D. Kualitas dan Daya Simpan Benih Hasil Panen
Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merill) yang Ditanam dengan Aplikasi
Mikoriza dan Rhizobium. Vegetalika, 8(1), 13-26.
Triayomi, Y. (2020). PENGARUH MASA SIMPAN DAN JENIS KEMASAN
TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr.) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).
LAMPIRAN

Hari Ke- 1

Jagung 0% Jagung 25%

Jagung 50% Jagung 100%


Kedelai 0% – 100%

Hari Ke- 2

Jagung 0% Jagung 0% yang berjamur


Jagung 25% Jagung 50%

Jagung 100% Kedelai 0% - 100%


Sengon perlakuan amplas samping,
H2SO4 1, 3, dan 6 menit serta kontrol

Hari Ke-4

Sengon amplas samping Sengon amplas ujung


Jagung 25% Jagung 100%

Kedelai 0% - 100% Padi


Sengon H2SO4 1 menit Sengon kontrol

Hari Ke-5

Jagung Kedelai

Padi Sengon H2SO4


Sengon Amplas

Hari Ke-6

Sengon H2SO4 Jagung


Kedelai Sengon amplas

Padi
Hari Ke-7

Sengon H2SO4 Jagung

Kedelai Sengon diamplas


Padi

Anda mungkin juga menyukai