Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mahadwal Rizka Firdaus

NIM : E1041221063
Program Studi : Sosiologi
Mata Kuliah : Sosiologi Kependudukan
Dosen Pengampu : Antonia Sasap Abao

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Sebelum memilih teori kependudukan mana yang menurut saya lebih cocok
dan efektif untuk mengatasi permasalahan dan persoalan kependudukan di Indonesia,
kita harus mengetahui dahulu permasalahan apa saja yang ada di Indonesia. Inilah
permasalahan kependudukan yang ada di Indonesia.
1. Taraf pendidikan rendah
Salah satu masalah kependudukan di Indonesia adalah taraf pendidikan
rendah. Risiko putus sekolah di Indonesia masih tinggi, terutama untuk anak dan
remaja dari keluarga miskin, penyandang disabilitas, serta yang tinggal di daerah 3T
(Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Kurang lebih seperempat dari total 46 juta remaja
(usia 15-19) di Indonesia tidak bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, dan tidak
mengikuti les keterampilan. Salah satu solusi atas masalah kependudukan yang
berkaitan dengan rendahnya taraf pendidikan di Indonesia adalah menerapkan
program "Satu Desa, Satu Paud". Program ini bertujuan memupuk anak-anak di awal
kehidupan mereka melalui pendidikan usia dini (PAUD). Indonesia juga bekerja sama
dengan UNICEF untuk meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan berkualitas
pada anak dan remaja terpinggirkan usia 3-18.
2. Banyaknya penduduk miskin
Badan Pusat Statistik menuliskan bahwa persentase penduduk miskin di
Indonesia pada September 2022 sebesar 9,57 persen. Jumlah ini meningkat 0,03
persen dari Maret 2022. Solusi pemerintah atas masalah kependudukan di aspek
kemiskinan ini adalah menjalankan program pemerataan pembangunan, peningkatan
lapangan kerja, serta pemberian subsidi.
3. Tingkat kesehatan rendah
Berdasarkan laporan Global Health Security Index, taraf kesehatan Indonesia
berada di angka 50,4. Indonesia baru menempati peringkat 45 dari 195 negara di
dunia. Penilaian Global Health Security Index diukur berdasarkan enam indikator
seperti risiko politik dan keamanan terhadap wabah, kekuatan sistem kesehatan yang
lebih luas, dan kepatuhan negara terhadap norma-norma global. Rendahnya tingkat
kesehatan di Indonesia bisa terjadi karena pembangunan fasilitas yang belum merata
serta kurangnya kesadaran masyarakat. Pemerintah Indonesia telah menjalankan
berbagai program guna memberikan pemahaman kepada masyarakat pentingnya
kesehatan, penyediaan program BPJS, dan lain sebagainya.
4. Persebaran penduduk tidak merata
Persebaran penduduk yang tidak merata juga menjadi salah satu masalah
kependudukan di Indonesia. Indikatornya dapat dilihat dari jumlah penduduk yang
ada di setiap provinsi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per 2022, jumlah
penduduk di Jambi mencapai 3.631,1 jiwa. Jumlah itu timpang sangat jauh dibanding
penduduk di beberapa provinsi di Pulau Jawa, seperti Jawa Barat (49.405,8 jiwa) dan
Jawa Timur (41.150 jiwa) Solusi yang pernah dilakukan pemerintah Indonesia atas
masalah kependudukan ini adalah transmigrasi. Kendati demikian, program tersebut
harus diimbangi dengan pemerataan pembangunan di wilayah luar Jawa.
5. Pertumbuhan penduduk tinggi
Pertumbuhan penduduk di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada 2023 sebesar 1,13
persen. Penyebab tingginya pertumbuhan penduduk, salah satunya adalah
meningkatnya angka kelahiran atau natalitas. Terlebih, sebagian kalangan masyarakat
masih banyak yang memercayai pepatah "banyak anak banyak rezeki". Padahal, jika
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, hal itu bisa
menjadi masalah kependudukan di Indonesia. Solusi masalah kependudukan terkait
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk adalah menerapkan program KB serta
edukasi manajemen anak.
6. Besarnya jumlah penduduk
Jumlah penduduk Indonesia per Juli 2023 telah menyentuh angka 277.534.122
jiwa. Dibandingkan potensi positif, keadaan tersebut justru menimbulkan berbagai
permasalahan kependudukan; mulai dari terbatasnya lapangan kerja, sarana dan
prasarana kesehatan, fasilitas umum, bahan pangan, hingga lahan. Besarnya jumlah
penduduk harus ditangani pemerintah dengan program pengurangan tingkat kelahiran
melalui KB, pemerataan penduduk ke wilayah luar Jawa, serta peningkatan sumber
daya manusia. Baca juga: Klasifikasi Kota Berdasarkan Perkembangan dan Jumlah
Penduduk.
7. Tingginya perkawinan di bawah umur
Tingkat perkawinan di bawah umur masih tinggi di Indonesia. Menukil
laporan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tercatat pada
2022, pengajuan dispensasi perkawinan di bawah umur mencapai 55 ribu. Sebagian
besar pengajuan pengajuan perkawinan di bawah umur disebabkan oleh kasus hamil
duluan dan dorongan orang tua. Perkawinan di bawah umur memunculkan berbagai
permasalahan kependudukan, mulai dari meningkatkan angka kemiskinan, stunting,
putus sekolah, hingga kesehatan anak. Pemerintah menanggulangi permasalahan
perkawinan di bawah umur dengan mengamandemen Undang-Undang Perkawinan
pada 2019, yang mengubah batas minimal menikah yakni 19 tahun. Edukasi
pentingnya reproduksi matang sebelum menikah juga digalakkan.
8. Banyaknya pengangguran
Badan Pusat Statistik menginformasikan bahwa jumlah pengangguran di
Indonesia per Februari 2023 mencapai 7,9 juta jiwa. Cara pemerintah mengatasi
pengangguran adalah dengan membuka investor asing, berharap perusahaan luar
negeri tersebut dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pelatihan
kerja dalam program Prakerja juga dijalankan oleh pemerintah.
9. Rendahnya asupan nutrisi
Rendahnya asupan nutrisi menjadi salah satu permasalahan kependudukan di
Indonesia. Penyebab timbulnya masalah ini di antaranya kemiskinan atau
ketidakmampuan membeli asupan nutrisi serta meningkatnya konsumsi makanan
instan. Masalah kependudukan satu ini menyebabkan penurunan kesehatan
masyarakat. Misalnya, meningkatnya risiko penyakit menular. Pemerintah dalam hal
ini menggalakan berbagai pemahaman kepada masyarakat luas akan pentingnya
asupan nutrisi baik.
10. Tingginya kriminalitas
Kemiskinan menjadi faktor utama meningkatnya kriminalitas di Indonesia.
Berdasarkan laporan Kepolisian Republik Indonesia, dalam kurun Januari hingga
April 2023, setidaknya terdapat 137.419 kasus kejahatan. Solusi pemerintah dalam
menanggulangi tingginya tindak kejahatan di antaranya adalah edukasi, pemerataan
kesejahteraan penduduk, pembukaan lapangan kerja lebih luas, serta hukuman yang
harusnya tanpa pandang bulu.
Berdasarkan permasalahan penduduk di Indonesiai, maka saya emilih Teori
Kependudukan Marxist sebagai teori kependudukan yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan penduduk di Indonesia.

Teori Kependudukan Marxist


Aliran Marxist dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Aliran ini
tidak sependapat dengan teori Malthus bahwa manusia akan mengalami kekurangan
bahan pangan jika tidak dilakukan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk.
Menurut Marx, tekanan dalam suatu negara bukanlah bahan pangan tetapi tekanan
kesempatan kerja. Marx menentang usaha-usaha moral restraint yang disarankan oleh
Malthus, ia berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia maka semakin tinggi
produksi yang dihasilkan sehingga tidak perlu diadakan pembatasan pertumbuhan
penduduk. Karl Marx berpendapat, Kemelaratan atau kemiskinan bukan terjadi karena
cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak
para buruh. Selanjutnya, Karl Mark menyatakn bahwa semakin tinggi tingkat populasi
manusia maka akan semakin tinggi produktivitasnya, jika teknologi tidak
menggantikan manusia. Sehingga manusia tidak perlu menekan jumlah kelahirannya,
ini berarti menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka
kelahiran. Teori ini sangat sejalan dengan nilai-nilai negara Indonesia karena
pembatasan penduduk menurut Malthus adalah penekanan angka kelahiran dan
meminimalisir angka kematian dengan dilakukannya aborsi, homoseksual,
pembunuhan anak-anak, dan orang cacat, serta segala jenis pencabutan nyawa lainnya
yang dimana di Indonesia itu semua sangat tidak lazim dan melanggar HAM. Marx
hanya berfokus pada peningkatan kesempatan kerja bukan pertumbuhan atau
penekanan penduduk, cara ini dapat di terapkan di Indonesia yang memang
pertumbuhan penduduknya tidak dapat dihindari. Selain itu kemiskinan yang terjadi
di Indonesia bukan karena pertumbuhan penduduk yang cepat, melainkan karena
kesalahan masyarakat atau Indonesia sendiri terhadap negara kapitalis.

Anda mungkin juga menyukai