(Studi Kasus Desa Long Lalang Kec. Tabang Kabupaten Kutai Kertanegara )
SKRIPSI
OLEH : AMIYATI
NPM : 200711442
FAKULTAS HUKUM
2023
SKRIPSI
KABUPATEN KUTAIKERTANEGARA
Diajukan sebagai salah satu syarat akhir guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
Oleh:
AMIYATI
200711442
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
2023
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
D.Dasar Hukum Perjanjian Kerja sama
E.Hak Dan Kewajiban koperasi Plasma Inti kepada Anggota Koperasi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pelayanan,yang terbaik sekali gus perlindungan hukum bagi anggota yang
menyimpan dana untuk di kelola koperasi.
Desa long lalang, kecamatan Tabang kabupaten kutai kerta negara
terdapat salah satu koperasi serba usaha yang bergerak di bidang plasma sawit
.koperasi ini berdiri pada tahun 2012 yang menjadi mitra perusahaan kelapa
sawit dalam hal,pengelolaan plasma .plasma atau yang di kenal dengan
perkebunan inti Rakyat ( PIR) adalah pola pengembangan perkebunan rakyat di
wilayah lahan bukaan baru dengan perkebunan atau perusahaan besar sebagai
inti yang mebangun dan membimbing ,perkebunan rakyat yaitu.di sekitarnya
sebagai plasma dalam sistem kerja sama yang saling menguntungkan ,utuh dan
berkelanjutan.salah satu tujuan pola perkebunan inti rakyat yaitu memobilisasi
keunggulan atau keahlian teknis dan manajeral yang di miliki perkebunan
besar untuk membantu mengembangkan perkebunan plasma baginmasyarakat
di sekitar perusahaan.(Departemen pertanian 2007 pedoman umumRevitalisasi
perkebunan kelapa sawit E paper Media indonesia )
Lahan plasma tersebut telah beroperasi selama lima tahun dan di kelola
oleh perusahaan PT enggang Alam sawita .oleh pihak perusahaan yang
bermitra dengan koperasi yang di sebut sebagai kebun inti.mengapa baru
terrealisasi di 2015 di karenakan sulitnya mengurus perijinan serta waktu yang
cukup lama untuk merealisasikan lahan ,luas lahan plasma yang di berikan
sekitar.3125 hektar ,ribuan hektar plasma ini berusia 10 tahun selanjutnya
lahan plasma ini.hendaknya dapat di jadikan sebagai penghasilan tambahan
bagi warga desa.
Lahan plasma tersebut di kelola oleh perusahaan yang bermitra dengan
koperasi yang di sebut sebagai kebun inti.dan kebun milik masyarakat.yang di
sebut dengan kebun plasma pola kemitraan merupakan suatu kerja sama saling
menguntungkan ,saling menghargai dan saling menguntungkan ,saling
bertanggung jawab antara perusahaan dan masyarakat sekitarnya.
Masyarakat dalam jangka panjang perkebunan plasma yang terdiri dari
perkebunan mau pun masyarakat setempat yang di koordinasikan serta di
himpun dalam suatu koperasi badan hukum.
2
Berdasarkan penelitian dan wawancara dengan pengurus koperasi dan
perusahaan yang membidangi plasma .
Keterlambatan pembayaran plasma oleh perusahaan kepada koperasi.dan
permasalahan interen pengurus kopeasi dan anggota koperasi.terkadang hasil
dari plsma tidak sesuai dengan keuangan perusahaan.sehingga ini menarik
untuk di teliti .(Wawancara BY Daleq SE selaku ketua Koperasi Sumber Bumi
Daya ) dan Latar belakang masalah perkebunan yang terjadi di kab kutai
kertanegara melibatkan sejumblah isu lingkungan ,sosial dan ekonomi berikut
beberapa aspek di sektor perkebunan sawit :
1. Deforestasi dan kerusakan lingkungan
Deforestasi dan kerusakan lingkungan,” Perluasan perkebunan sawit
seringkali dikaitkan dengan deforestasi dan konversi lahan hutan alami.
Penggundulan hutan untuk memberikan ruang bagi kebun sawit dapat
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan merusak ekosistem
alam”emisi rumah Kaca “Pembukaan lahan baru untuk perkebunan sawit,
terutama melalui pembakaran hutan, dapat menyebabkan pelepasan besar-
besaran gas rumah kaca. Hal ini berkontribusi pada perubahan iklim global
dan pemanasan global.
2. Emisi Gas Rumah Kaca:
Pembukaan lahan baru untuk perkebunan sawit, terutama melalui
pembakaran hutan, dapat menyebabkan pelepasan besar-besaran gas rumah
kaca. Hal ini berkontribusi pada perubahan iklim global dan pemanasan
global.
3. Isu Sosial dan Hak Asasi Manusia:
Perluasan perkebunan sawit juga sering terkait dengan isu-isu sosial,
termasuk konflik tanah dengan masyarakat lokal atau kelompok adat.
Kadang-kadang, pihak-pihak tertentu dapat mengalami pemaksaan atau
pelanggaran hak asasi manusia sebagai akibat dari perubahan penggunaan
lahan.
4. Pekerjaan dan Kesejahteraan Petani:
3
Meskipun perkebunan sawit dapat memberikan lapangan pekerjaan, kondisi
kerja di beberapa perkebunan sering kali menjadi perhatian. Ada isu-isu
terkait upah rendah, keamanan kerja, dan hak-hak pekerja yang kurang
diperhatikan.
5. Industri Berkelanjutan dan Sertifikasi:
Beberapa perusahaan dan kebun sawit telah berusaha untuk mempraktikkan
pertanian sawit yang berkelanjutan dan mendapatkan sertifikasi dari
lembaga tertentu. Namun, masih ada tantangan dalam melibatkan semua
pemangku kepentingan dan memastikan kepatuhan terhadap standar
berkelanjutan.
6. Ketergantungan Ekonomi:
Sebagian besar negara penghasil minyak kelapa sawit, seperti Indonesia dan
Malaysia, memiliki ketergantungan ekonomi yang signifikan pada industri
ini. Oleh karena itu, perubahan dalam industri ini dapat memiliki dampak
ekonomi yang luas.
7. Teknologi dan Inovasi:
Penggunaan teknologi dalam praktik perkebunan sawit dapat berkontribusi
pada peningkatan produktivitas dan pengurangan dampak lingkungan.
Namun, implementasi teknologi ini dapat menimbulkan tantangan terkait
biaya dan ketersediaan infrastruktur.
4
perusahaan perkebunan besar sebagai bagian dari program plasma. Berikut
beberapa faktor dan upaya yang dapat memengaruhi kesejahteraan petani
plasma dalam konteks perkebunan kelapa sawit:
1. Pengelolaan Lahan:
Keberhasilan perkebunan kelapa sawit plasma tergantung pada manajemen
lahan yang baik. Petani plasma perlu diberdayakan dengan pengetahuan
dan keterampilan yang cukup untuk mengelola lahan mereka dengan
efisien dan berkelanjutan.
2. Teknologi Pertanian:
Pengenalan teknologi pertanian yang efisien dan berkelanjutan dapat
membantu meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Pelatihan
dan pendampingan teknis perlu diberikan kepada petani plasma untuk
memastikan penggunaan teknologi yang benar.
3. Akses ke Pasar:
Peningkatan akses petani plasma ke pasar dapat membantu meningkatkan
pendapatan mereka. Ini melibatkan pembentukan rantai pasokan yang
efisien dan transparan, serta memastikan bahwa petani plasma
mendapatkan harga yang adil dan kompetitif untuk hasil panen mereka.
4. Hak Tanah dan Kepemilikan:
Kesejahteraan petani plasma juga terkait erat dengan hak tanah dan
kepastian kepemilikan. Jaminan keamanan tanah dan hak tanah yang jelas
dapat meningkatkan motivasi petani untuk berinvestasi dalam perkebunan
dan meningkatkan produktivitas.
5. Keamanan Pangan dan Kesejahteraan Sosial:
Program perkebunan kelapa sawit plasma seharusnya tidak hanya berfokus
pada aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan keamanan pangan dan
kesejahteraan sosial petani. Ini termasuk akses ke layanan kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur dasar.
6. Partisipasi dan Keterlibatan Petani:
Penting untuk melibatkan petani plasma dalam pengambilan keputusan
terkait program perkebunan. Partisipasi aktif petani dalam proses
5
pengelolaan dan kebijakan dapat meningkatkan rasa memiliki dan
kesejahteraan mereka.
7. Pelatihan dan Pendidikan:
Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada petani plasma dalam hal
praktik pertanian yang berkelanjutan, manajemen usaha, dan keterampilan
lainnya dapat membantu meningkatkan daya saing mereka di pasar.
8. Kepatuhan Terhadap Standar Berkelanjutan:
Penerapan praktik perkebunan yang berkelanjutan dan memenuhi standar
sertifikasi dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi petani plasma,
termasuk akses ke pasar yang lebih luas dan pembayaran premi untuk
produk berkelanjutan.
Kesejahteraan petani plasma dalam usaha perkebunan kelapa sawit harus menjadi
fokus utama dalam upaya meningkatkan keberlanjutan industri ini. Langkah-
langkah tersebut harus bersifat holistik dan memperhatikan berbagai aspek
kehidupan petani plasma, termasuk aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki sejumlah kewajiban yang harus
dipenuhi, baik dari segi hukum, sosial, maupun lingkungan. Berikut adalah
beberapa kewajiban yang seringkali harus dipatuhi oleh perusahaan perkebunan
kelapa sawit:
1. Kewajiban Hukum:
2. Kewajiban Sosial:
6
Keterlibatan dengan Komunitas Lokal: Perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan komunitas lokal. Ini
mencakup berbagai kegiatan seperti program pendidikan, kesehatan, dan
pengembangan ekonomi yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat
sekitar.
3. Kewajiban Lingkungan:
Pemantauan Kinerja:
7
Perusahaan harus secara teratur memantau kinerja mereka terhadap berbagai
parameter, termasuk lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ini melibatkan
pemantauan produksi, penggunaan pestisida, dan dampak terhadap komunitas
setempat.
1. Pemberdayaan Ekonomi:
8
Program Pelatihan: Perusahaan harus menyediakan program pelatihan untuk
petani plasma. Ini termasuk pelatihan dalam teknik pertanian yang
berkelanjutan, manajemen kebun, dan pemahaman akan praktik-praktik
terbaik.
5. Kesejahteraan Sosial:
7. Keberlanjutan Lingkungan:
9
Jaminan Hak Tanah: Perusahaan harus menjamin hak tanah dan kepastian
kepemilikan untuk petani plasma. Hal ini mencakup memberikan petani plasma
akses ke lahan dengan jangka waktu yang cukup dan melindungi mereka dari
risiko kehilangan tanah.
1. Kemitraan Bisnis:
2. Pemberdayaan Ekonomi:
10
Harga dan Pembayaran yang Adil: Perusahaan perkebunan memiliki tanggung
jawab untuk memberikan harga yang adil dan pembayaran yang sesuai kepada
petani plasma untuk hasil panen mereka. Ini mencakup memberikan insentif
ekonomi yang layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi petani plasma.
3. Kesepakatan Kontraktual:
4. Pemberdayaan Sosial:
11
Praktik Pertanian Berkelanjutan: Perusahaan perkebunan harus memastikan
bahwa petani plasma menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan,
termasuk pengelolaan limbah, pelestarian sumber daya alam, dan perlindungan
terhadap keanekaragaman hayati.
Hingga pengetahuan saya yang terakhir pada Januari 2022, saya tidak
memiliki data spesifik atau perkembangan terbaru mengenai perkebunan sawit di
Kabupaten Kutai Kertanegara. Informasi seperti ini dapat berubah seiring waktu,
dan untuk mendapatkan pemahaman yang akurat tentang perkembangan terkini,
disarankan untuk merujuk pada sumber data yang lebih up-to-date seperti
pemerintah daerah, badan statistik, atau lembaga terkait.
12
Hubungi Dinas Pertanian atau Perkebunan di Kabupaten Kutai Kertanegara
untuk mendapatkan informasi langsung tentang perkembangan perkebunan
sawit di wilayah tersebut. Mereka mungkin memiliki data terkini, kebijakan,
dan proyek-proyek terbaru terkait sektor perkebunan.
3. Pemerintah Daerah:
Artikel berita lokal atau studi kasus yang berkaitan dengan perkebunan sawit di
Kabupaten Kutai Kertanegara dapat memberikan wawasan tambahan tentang
perkembangan terbaru. Berbagai sumber berita lokal atau publikasi riset dapat
memberikan perspektif yang lebih mendalam.
13
1. Kewajiban Hukum:
2. Kewajiban Sosial:
3. Kewajiban Lingkungan:
14
Pelaporan Kinerja Berkelanjutan: Banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit
telah mengadopsi praktik pelaporan kinerja berkelanjutan. Mereka diharapkan
untuk secara transparan melaporkan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi
dari kegiatan perkebunan mereka.
Pemantauan Kinerja:
15
1. Pemberdayaan Ekonomi:
5. Kesejahteraan Sosial:
16
Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan: Perusahaan perkebunan harus
melibatkan petani plasma dalam pengambilan keputusan terkait manajemen
kebun dan program pembangunan. Ini dapat dilakukan melalui dialog reguler,
pertemuan komunitas, atau melibatkan perwakilan petani dalam proses
pengambilan keputusan.
7. Keberlanjutan Lingkungan:
Jaminan Hak Tanah: Perusahaan harus menjamin hak tanah dan kepastian
kepemilikan untuk petani plasma. Hal ini mencakup memberikan petani plasma
akses ke lahan dengan jangka waktu yang cukup dan melindungi mereka dari
risiko kehilangan tanah.
17
Kemitraan antara perusahaan perkebunan dan petani plasma adalah
hubungan kerjasama yang melibatkan sejumlah perjanjian dan kewajiban yang
harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Hubungan kemitraan ini didasarkan pada
konsep bahwa perusahaan perkebunan dan petani plasma bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bersama, termasuk meningkatkan produksi kelapa sawit,
meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Berikut adalah beberapa elemen utama dari hubungan kemitraan perusahaan
dengan petani plasma:
1. Kemitraan Bisnis:
Bagian dari Rantai Pasokan: Petani plasma menyediakan sebagian lahan mereka
untuk ditanami kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan. Hasil panen dari lahan
petani plasma kemudian menjadi bagian dari rantai pasokan kelapa sawit
perusahaan.
2. Pemberdayaan Ekonomi:
3. Kesepakatan Kontraktual:
4. Pemberdayaan Sosial:
18
pendidikan, dan fasilitas sosial lainnya. Peningkatan kesejahteraan sosial juga
dapat mencakup pembangunan infrastruktur di sekitar area perkebunan.
19
hak-hak tanah yang diperlukan untuk menjaga kestabilan dan kontinuitas
operasional petani plasma.
Hingga pengetahuan saya yang terakhir pada Januari 2022, saya tidak
memiliki data spesifik atau perkembangan terbaru mengenai perkebunan sawit di
Kabupaten Kutai Kertanegara. Informasi seperti ini dapat berubah seiring waktu,
dan untuk mendapatkan pemahaman yang akurat tentang perkembangan terkini,
disarankan untuk merujuk pada sumber data yang lebih up-to-date seperti
pemerintah daerah, badan statistik, atau lembaga terkait.
3. Pemerintah Daerah:
Pemerintah daerah seringkali memiliki portal atau saluran komunikasi resmi yang
menyajikan informasi tentang berbagai sektor di daerah tersebut. Cek situs web
resmi pemerintah daerah atau hubungi kantor pemerintahan setempat.
20
4. Laporan Berita Lokal atau Studi Kasus:
Artikel berita lokal atau studi kasus yang berkaitan dengan perkebunan sawit di
Kabupaten Kutai Kertanegara dapat memberikan wawasan tambahan tentang
perkembangan terbaru. Berbagai sumber berita lokal atau publikasi riset dapat
memberikan perspektif yang lebih mendalam.
Pastikan untuk memverifikasi informasi dari beberapa sumber yang berbeda untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan memastikan keakuratan data.
Sistem plasma dalam perkebunan kelapa sawit mengacu pada model kemitraan
antara perusahaan perkebunan dan petani plasma. Petani plasma adalah para
petani yang menyediakan sebagian kecil lahan mereka untuk ditanami oleh
perusahaan perkebunan. Model ini memiliki beberapa kepentingan bagi
masyarakat dan berbagai pihak terlibat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
plasma dalam perkebunan sawit sangat penting bagi masyarakat:
1. Pemberdayaan Ekonomi:
Melalui sistem plasma, petani lokal dapat berpartisipasi dalam industri kelapa
sawit tanpa harus memiliki lahan yang besar sendiri. Hal ini memberi mereka
akses ke pasar dan peluang ekonomi yang mungkin tidak tercapai sebaliknya.
2. Pendapatan Tambahan:
Bagi petani plasma, pertanian kelapa sawit dapat menjadi sumber pendapatan
tambahan yang signifikan. Hasil panen dari lahan plasma mereka dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka dan membantu mengurangi tingkat
kemiskinan.
21
3. Partisipasi Komunitas Lokal:
4. Peningkatan Infrastruktur:
5. Pengembangan Keterampilan:
Melalui pelatihan dan dukungan teknis dari perusahaan perkebunan, petani plasma
dapat mengembangkan keterampilan dalam manajemen pertanian, teknik
budidaya yang berkelanjutan, dan pemahaman akan praktik-praktik terbaik dalam
industri kelapa sawit.
6. Keamanan Pangan:
Pertanian kelapa sawit di lahan plasma juga dapat memberikan kontribusi pada
keamanan pangan di tingkat lokal. Dengan meningkatkan produksi kelapa sawit,
masyarakat setempat dapat memiliki akses lebih baik ke minyak kelapa sawit
untuk konsumsi lokal.
7. Pemberdayaan Perempuan:
Sistem plasma dapat membuka peluang bagi petani perempuan untuk terlibat
dalam kegiatan perkebunan dan meningkatkan peran serta ekonomi mereka. Ini
dapat memberikan dampak positif terhadap pemberdayaan perempuan dalam
konteks pertanian.
8. Kesejahteraan Sosial:
22
Kesejahteraan sosial masyarakat setempat juga dapat meningkat melalui program-
program sosial dan kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan perkebunan
sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Sistem plasma dalam perkebunan kelapa sawit, jika dikelola dengan baik dan
berkelanjutan, dapat menjadi mekanisme yang memberikan manfaat ekonomi dan
sosial yang signifikan bagi masyarakat setempat, sambil tetap memperhatikan
aspek-aspek lingkungan dan keberlanjutan yang penting.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagi hasil Plasma sawit dari koperasi ke petani perkebunan inti
2. Penyelesaian maslah sangketa bagi hasil kebun plasma inti
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana mekanisme Bagi hasil
kebun plasma
2. Untuk mengetahui dan menganalisa akibat hukum jika terjadi Sangketa
dalam pembagian hasil kebun Plasma antara anggota koperasi
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran
bagi koperasi dan petani pekebun Plasma ilmu pada umumnya dan ilmu
mengenai Keperdataan pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat sumbangan pengetahuan bagi masyarakat
khususnya tentang hukum Perjanjian Kerjasama dan dasar hukum
Pembagian Hasil Usaha Tani
E. Metode Penelitian
23
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan
pendekatan secara Normatif Empiris. yaitu metode penelitian Judicial
Case Study Pendekatan ini merupakan pendekatan studi kasus hukum
melibatkan campur tangan dengan Pengurus sumber bumi Jaya untuk
memberikan keputusan penyelesaian (yurisprudensi), karena penelitian
ditinjau dari peraturan perundang-undangan serta doktrin-doktrin
didalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide yang melahirkan
pengertian hukum, konsep hukum dan asas hukum yang relevan dengan
isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki 2014: 60).
24
Metode analisa yang digunakan dalam skripsi ini, yaitu metode deskriptif
analisa. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek,
apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel
yang dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Bahan
hukum yang diperoleh berdasarkan fakta dan kasus ini kemudian
dikaitkan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kemudian dibahas, dianalisa, kemudian ditarik kesimpulan yang
akhirnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.
F. Lokasi Penelitian
Sejalan dengan judul penelitian mengenai “Analisis Yuridis Pembagian
Plasma Sawit Kab kutai Kertanegara dalam penelitian ini penulis
mengkhususkan koperasi sumber Bumi jaya dan PT Enggang alam Swita
memilih lokasi penelitian di Desa Long lalang Kecamatan Tabang
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini secara garis besar terdiri dari IV (empat) Bab, dimana
masing-masing berisikan tentang:
BAB I: Membahas tentang Pendahuluan yang berisi Latar
Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Lokasi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Membahas tentang Tinjauan Pustaka
BAB III: Membahas tentang pembahasan dari perumusan
masalah tentang Mekanisme pembagian Plasma inti
akibat hukum jika terjadi sangketa yang membuat
permasalahan yang terjadi pada petani plasma inti
BAB IV: Membahas akhir dari penulisan, berisi mengenai
B
kesimpulan dari permasalahan yang dibahas serta
saran-saran.
25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PERKEBUNAN
Pengertian Perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang
mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau mediatumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan bareng dan jasa hasil tanaman
tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan
sertamanajemen untukmewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan
dan masyarakat.15 Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pertanian, Perkebunan
adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran
terkait tanaman perkebunan Perkebunan merupakan suatu andalan komoditas
unggulan dalam menopang pembangunan perekonomian Nasional Indonesia, baik
dari sudut pandang pemasukan devisa Negara maupun dari sudut pandang
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dengan cara membuka
lapangan pekerjaan yang sangat terbuka luas. Dalam dictum menimbang UU
Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan dinyatakan bahwa, untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkeadilan, maka per
kebunan perlu dijamin keberlanjutan serta ditingkatkan fungsi dan peranannya dan
perkebunan sebagai salah satu bentuk pengelolaan sumber daya alam perlu
dilakukan secara terencana, terbuka, terpadu, professional, dan bertanggung
jawab. Komoditas perkebunan yang sangat mengalami perkembangan pesat, yakni
perkebunan kelapa sawit, yang saat ini menggeser kedudukan perkebunan
karet.Pergantian minat membuka perkebunan karet ke perkebuunan sawit
dilatarbelakangi suatu pertimbangan dari sektor perekonomian.Pengelolaan
perkebunan karet, hasil panennya membutuhkan waktu yang sangat panjang,
sementara perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu yang pendek.
Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dengan kapasitas yang luas,
pada sisi perekonomian Negara sangat menguntungkan karena akan menambah
pendapatan Negara, sementara pada sisi lingkungan perlu mendapat perhatian
26
yang serius, karena perluasan perkebunan ini akan memerlukan lahan yang tidak
sedikit, apalagi jika pembukaan lahan perkebunan ini dilakukan dihutan alam ini
yang menjadi masalah. Sebab, diharapkan kedepan pembangunan lahan
perkebunan dilaksanakan di lahan yang tidak produktif lagi, misalnya dibekas
lahan yang telah ditinggalkan oleh pengusaha hutan, lahan bekas tambang batu
bara, tambang nikel, tambang timah. Selain itu, pembangunan perkebunan kelapa
sawit dapat pula dilaksanakan di semak belukar, di lahan ilalang yang sangat luas
di Indonesia. Oleh karena itu, dalam memacu dan memperluas kebun kelapa sawit
ke depan, betul-betul pemerintah diharapkan memberikan izin pembukaan lahan
perkebunan bukan lagi hutan alam, hutan produksi, tetapi di lahan yang tidak
produktif.
Pembukaan lahan kelapa sawit merupakan kegiatan awal dalam rangka
membudidayakan tanaman sawit. Proses ini dilakukan mulai dari perencanaan tata
letak dan ruang lahan hingga pembukaan hutan menjadi lahan. Dalam
penerapannya, diperlukan upaya-upaya yang bersifat ramah lingkungan dan tidak
berdampak negatif bagi area di sekitarnya.Tahap perencanaan tata letak lahan dan
ruangannya dikerjakan melalui serangkaian penelitian untuk mengetahui sifat dan
karakteristik lahan tersebut.Penelitian yang dimaksud meliputi topografi, iklim,
tanah, status, air, jalan, dan penduduk.Dengan dilakukannya penelitian ini, maka
dapat ditarik kesimpulan tentang kelayakan suatu lahan untuk dijadikan
perkebunan.
27
memakan biaya yang sangat murah, namun dampak negatifnya juga tidak kalah
sedikit.Membakar hutan berarti merusak sumber daya alam, mengganggu iklim,
dan mengorbankan kesehatan manusia.Lahan bekas pembakaran mengandung
unsur hara yang berkurang drastis, karakteristik tanah menjadi rusak, mengandung
unsur yang berbahaya bagi tanaman, dan rawan mengalami bencana alam .
28
Dari uraian diatas, dapat dikemukakan pengertian hukum perkebunan.
Hukum : perkebunan adalah : “kaidah kaidah atau norma norma hukum yang
mengatur hubungan antara negara dengan perkebunan dan mengatur hubungan
antara negara dengan subjek hukum dalam rangka pengelolaan dan pemanfaan
usaha perkebunan”
29
1. Belum mampu memberikan hasil yang optimal
2. Belum mampu meningkatkan nilai tambah usaha perkebunan nasional, dan
3. Tidak efektifnya pelaksanaan undang undang nomor 18 tahun 2004 tentang
perkebunan.
30
pedoman untuk implementasi kebijakan penanaman kelapa sawit
berkelanjutan.
Penting untuk selalu memeriksa peraturan terkini dan mendapatkan
informasi terbaru dari otoritas terkait di setiap negara atau wilayah karena
peraturan dapat mengalami perubahan seiring waktu.
31
6. Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku Industri: Banyak perkebunan, seperti
kelapa sawit, karet, dan teh, menyediakan bahan baku bagi industri.
Penyelenggaraan perkebunan yang baik dapat menjaga pasokan bahan baku
industri dan mendukung pertumbuhan sektor industri tersebut.
7. Penting untuk mencapai keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan dalam penyelenggaraan perkebunan agar dapat memberikan
manfaat maksimal secara berkelanjutan.
32
5. Asas Kesejahteraan (Welfare): Penyelenggaraan perkebunan seharusnya
berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar.
Ini termasuk peningkatan pendapatan, pemberdayaan ekonomi, dan
peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.
6. Asas Kemitraan (Partnership): Kerjasama antara pemerintah, sektor swasta,
dan masyarakat sipil penting untuk mencapai penyelenggaraan perkebunan
yang berkelanjutan. Kemitraan ini dapat mencakup berbagai pihak yang
terlibat dalam rantai nilai perkebunan.
7. Asas Tanggung Jawab (Responsibility): Pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan perkebunan, termasuk perusahaan dan petani, harus
bertanggung jawab atas dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan mereka.
Ini mencakup pematuhan terhadap peraturan, standar etika, dan kepatuhan
terhadap norma-norma yang berlaku.
8. Penyelenggaraan perkebunan yang baik harus memadukan prinsip-prinsip ini
untuk mencapai hasil yang optimal secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Penerapan asas-asas ini dapat membantu menciptakan model perkebunan yang
berkelanjutan dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
33
b. Pengelolaan tanah agar tetap subur dan produktif.
3. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman:
a. Pemilihan bibit atau benih yang berkualitas.
b. Penanaman tanaman sesuai dengan prinsip-prinsip agronomi.
c. Pemberian pemeliharaan, seperti penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian hama dan penyakit.
4. Manajemen Air:
a. Pengelolaan air untuk irigasi yang efisien.
b. Pengendalian erosi dan pelestarian kualitas air.
5. Aspek Sosial dan Ekonomi:
a. Pemberdayaan petani dan masyarakat lokal.
b. Pengembangan kesejahteraan ekonomi petani.
c. Penerapan praktik-praktik yang mendukung hak tenaga kerja.
6. Konservasi Lingkungan:
a. Pelestarian keanekaragaman hayati.
b. Pengelolaan limbah dan pengurangan dampak lingkungan.
c. Penerapan praktik-praktik pertanian berkelanjutan.
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
a. Implementasi kebijakan dan praktik keselamatan kerja.
8. Pemantauan dan Evaluasi:
a. Pelatihan untuk petani dan pekerja perkebunan mengenai aspek-aspek
kesehatan dan keselamatan.
b. Pengembangan sistem pemantauan untuk memantau produksi,
produktivitas, dan dampak lingkungan.
c. Evaluasi terhadap keberlanjutan dan keberlanjutan sosial ekonomi.
9. Perizinan dan Kepatuhan Hukum:
a. Memastikan perizinan dan izin usaha diperoleh sesuai dengan regulasi
yang berlaku.
b. Kepatuhan terhadap peraturan hukum dan lingkungan
10. Inovasi dan Penelitian:
a. Penerapan inovasi dan teknologi baru dalam pengelolaan perkebunan.
34
b. Penelitian untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.
Ruang lingkup penyelenggaraan perkebunan ini mencakup berbagai aspek
yang harus dikelola dengan hati-hati untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang berkelanjutan. Penerapan praktik-praktik terbaik dan kepatuhan
terhadap standar-standar industri dan regulasi pemerintah sangat penting dalam
pengelolaan perkebunan yang sukses.
35
Daftar Pustaka
36
37