Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN PLASMA SAWIT

KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA

Koperasi Sumber Bumi Jaya PT Enggang Alam Swita

(Studi Kasus Desa Long Lalang Kec. Tabang Kabupaten Kutai Kertanegara )

SKRIPSI

Di ajukan Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH : AMIYATI

NPM : 200711442

FAKULTAS HUKUM

UNVERSITAS KUTAI KERTANEGARA

2023
SKRIPSI

ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBAGIAN PLASMA SAWIT

KABUPATEN KUTAIKERTANEGARA

Koperasi Sumber Bumi Jaya

Diajukan sebagai salah satu syarat akhir guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh:

AMIYATI
200711442

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
2023

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

iii
LEMBAR PENGESAHAN

iv
KATA PENGANTAR

v
DAFTAR ISI

Pernyataan Keaslian Skripsi ........................................................................... ii


Halaman Pengesahan .................................................................................... iii
Kata Pengantar .............................................................................................. iv
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... v
Abstrak .......................................................................................................... vi
Daftar Isi....................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 6
E. Metode Penulisan ........................................................................ 6
F. Lokasi Penelitian ......................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan.................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 10


A. Pengertian Perkebunan .............................................................. 10
B. Pengaturan Perkebunan ............................................................ 12
C. Tujuan penyelenggaraan perkebunan ........................................ 12
D. Asas-asas penyelenggaraan perkebunan ................................... 15
E. Ruang lingkup Dalam Penyelenggaraan perkebunan................ 16
F. Plasma Kelapa sawit dalam hukum perkebunan ....................... 17

BAB III. Metode Pembahasan


A.Mekanisme Bagi Hasil koperasi Plasma Inti
B.Dasar Hukum Bagi Hasil Koperasi Plasma Inti Koperasi
C.Program Kemitraan Koperasi Plasma dan PT Enggang Alam sawita

vi
D.Dasar Hukum Perjanjian Kerja sama
E.Hak Dan Kewajiban koperasi Plasma Inti kepada Anggota Koperasi

BAB IV. Penutup


1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Koperasi perkebunan Plasma merupakan salah satu badan usaha yang di
pilih sebagian ,masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya selain
koperasi,terdapat badan usaha lainnya yang memiliki sifat dan ciri yang
berbeda dengan koperasi.salah satu ciri yang membedakan koperasi adalah
falsafahnya .dasar falsafah koperasi untuk mencapai kesejahteraan bersama
berdasarkan asas kekeluargaan .sedangkan dasar falsafah badan usaha
koperasi untuk mencapai Laba sebesar-besarnya.
“Menurut undang-undang Republik indonesia No 17 tahun 2012 tentang
perkoperasian pasal 2 : dan UU Nomor 25 Tahun 1992 ( ttg koperasi)
sebagai Dasar koperasi yang berbunyi ;
“ koperasi di dirikan dengan tujuan utamanya untuk mensejahterakan
rakyat indonesia sangat di butuhkan ,karena koperasi memiliki
karakteristik yang hampir sama dengan kondisi masyarakat indonesia yang
bersahaja .adanya koperasi di tengah masyarakat akan memberikan
dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian,karena dengan adanya
unit-unit usaha yang di jalan kan oleh koperasi .otomatis akan
mengeliatkan roda perekonomian masyarakat.sehingga pada masa
pembangunanini,koperasi sangat besar sekali peranannya dalam sektor
ekonomi bagi bangsa indonesia.oleh karena itu sumber daya manusia pada
tiap badan usaha harus di perhatikan agar sumber daya manusia yang ada
dalam perusahaan senantiasa terjaga dengan baik.kesehatan kompentensi
atau pun sumber daya yang ada dalam perusahaan
Tantangan yang di hadsapi oleh koperasi saat ini, memang sangat
berat.khususnya dalam bidang pengelolaan atau operasional sebab koperasi di
tuntut untuk mandiri ,profesional,dan transparan demi memberikan

1
pelayanan,yang terbaik sekali gus perlindungan hukum bagi anggota yang
menyimpan dana untuk di kelola koperasi.
Desa long lalang, kecamatan Tabang kabupaten kutai kerta negara
terdapat salah satu koperasi serba usaha yang bergerak di bidang plasma sawit
.koperasi ini berdiri pada tahun 2012 yang menjadi mitra perusahaan kelapa
sawit dalam hal,pengelolaan plasma .plasma atau yang di kenal dengan
perkebunan inti Rakyat ( PIR) adalah pola pengembangan perkebunan rakyat di
wilayah lahan bukaan baru dengan perkebunan atau perusahaan besar sebagai
inti yang mebangun dan membimbing ,perkebunan rakyat yaitu.di sekitarnya
sebagai plasma dalam sistem kerja sama yang saling menguntungkan ,utuh dan
berkelanjutan.salah satu tujuan pola perkebunan inti rakyat yaitu memobilisasi
keunggulan atau keahlian teknis dan manajeral yang di miliki perkebunan
besar untuk membantu mengembangkan perkebunan plasma baginmasyarakat
di sekitar perusahaan.(Departemen pertanian 2007 pedoman umumRevitalisasi
perkebunan kelapa sawit E paper Media indonesia )
Lahan plasma tersebut telah beroperasi selama lima tahun dan di kelola
oleh perusahaan PT enggang Alam sawita .oleh pihak perusahaan yang
bermitra dengan koperasi yang di sebut sebagai kebun inti.mengapa baru
terrealisasi di 2015 di karenakan sulitnya mengurus perijinan serta waktu yang
cukup lama untuk merealisasikan lahan ,luas lahan plasma yang di berikan
sekitar.3125 hektar ,ribuan hektar plasma ini berusia 10 tahun selanjutnya
lahan plasma ini.hendaknya dapat di jadikan sebagai penghasilan tambahan
bagi warga desa.
Lahan plasma tersebut di kelola oleh perusahaan yang bermitra dengan
koperasi yang di sebut sebagai kebun inti.dan kebun milik masyarakat.yang di
sebut dengan kebun plasma pola kemitraan merupakan suatu kerja sama saling
menguntungkan ,saling menghargai dan saling menguntungkan ,saling
bertanggung jawab antara perusahaan dan masyarakat sekitarnya.
Masyarakat dalam jangka panjang perkebunan plasma yang terdiri dari
perkebunan mau pun masyarakat setempat yang di koordinasikan serta di
himpun dalam suatu koperasi badan hukum.

2
Berdasarkan penelitian dan wawancara dengan pengurus koperasi dan
perusahaan yang membidangi plasma .
Keterlambatan pembayaran plasma oleh perusahaan kepada koperasi.dan
permasalahan interen pengurus kopeasi dan anggota koperasi.terkadang hasil
dari plsma tidak sesuai dengan keuangan perusahaan.sehingga ini menarik
untuk di teliti .(Wawancara BY Daleq SE selaku ketua Koperasi Sumber Bumi
Daya ) dan Latar belakang masalah perkebunan yang terjadi di kab kutai
kertanegara melibatkan sejumblah isu lingkungan ,sosial dan ekonomi berikut
beberapa aspek di sektor perkebunan sawit :
1. Deforestasi dan kerusakan lingkungan
Deforestasi dan kerusakan lingkungan,” Perluasan perkebunan sawit
seringkali dikaitkan dengan deforestasi dan konversi lahan hutan alami.
Penggundulan hutan untuk memberikan ruang bagi kebun sawit dapat
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan merusak ekosistem
alam”emisi rumah Kaca “Pembukaan lahan baru untuk perkebunan sawit,
terutama melalui pembakaran hutan, dapat menyebabkan pelepasan besar-
besaran gas rumah kaca. Hal ini berkontribusi pada perubahan iklim global
dan pemanasan global.
2. Emisi Gas Rumah Kaca:
Pembukaan lahan baru untuk perkebunan sawit, terutama melalui
pembakaran hutan, dapat menyebabkan pelepasan besar-besaran gas rumah
kaca. Hal ini berkontribusi pada perubahan iklim global dan pemanasan
global.
3. Isu Sosial dan Hak Asasi Manusia:
Perluasan perkebunan sawit juga sering terkait dengan isu-isu sosial,
termasuk konflik tanah dengan masyarakat lokal atau kelompok adat.
Kadang-kadang, pihak-pihak tertentu dapat mengalami pemaksaan atau
pelanggaran hak asasi manusia sebagai akibat dari perubahan penggunaan
lahan.
4. Pekerjaan dan Kesejahteraan Petani:

3
Meskipun perkebunan sawit dapat memberikan lapangan pekerjaan, kondisi
kerja di beberapa perkebunan sering kali menjadi perhatian. Ada isu-isu
terkait upah rendah, keamanan kerja, dan hak-hak pekerja yang kurang
diperhatikan.
5. Industri Berkelanjutan dan Sertifikasi:
Beberapa perusahaan dan kebun sawit telah berusaha untuk mempraktikkan
pertanian sawit yang berkelanjutan dan mendapatkan sertifikasi dari
lembaga tertentu. Namun, masih ada tantangan dalam melibatkan semua
pemangku kepentingan dan memastikan kepatuhan terhadap standar
berkelanjutan.
6. Ketergantungan Ekonomi:
Sebagian besar negara penghasil minyak kelapa sawit, seperti Indonesia dan
Malaysia, memiliki ketergantungan ekonomi yang signifikan pada industri
ini. Oleh karena itu, perubahan dalam industri ini dapat memiliki dampak
ekonomi yang luas.
7. Teknologi dan Inovasi:
Penggunaan teknologi dalam praktik perkebunan sawit dapat berkontribusi
pada peningkatan produktivitas dan pengurangan dampak lingkungan.
Namun, implementasi teknologi ini dapat menimbulkan tantangan terkait
biaya dan ketersediaan infrastruktur.

Upaya global dan nasional terus dilakukan untuk mengatasi masalah-


masalah ini dan mendorong transformasi industri kelapa sawit menuju praktik-
praktik yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ini melibatkan
kerjasama antara pemerintah, industri, masyarakat sipil, dan pemangku
kepentingan lainnya untuk mencapai keseimbangan antara keberlanjutan
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam mensejahterakan masyarakat
khususnya petani plasma dalam perkebunan kelapa sawit harus. Kesejahteraan
petani plasma dalam usaha perkebunan kelapa sawit merupakan aspek yang
sangat penting dan kompleks. Petani plasma adalah para petani yang
menyediakan sebagian lahan mereka untuk ditanami kelapa sawit oleh

4
perusahaan perkebunan besar sebagai bagian dari program plasma. Berikut
beberapa faktor dan upaya yang dapat memengaruhi kesejahteraan petani
plasma dalam konteks perkebunan kelapa sawit:
1. Pengelolaan Lahan:
Keberhasilan perkebunan kelapa sawit plasma tergantung pada manajemen
lahan yang baik. Petani plasma perlu diberdayakan dengan pengetahuan
dan keterampilan yang cukup untuk mengelola lahan mereka dengan
efisien dan berkelanjutan.
2. Teknologi Pertanian:
Pengenalan teknologi pertanian yang efisien dan berkelanjutan dapat
membantu meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Pelatihan
dan pendampingan teknis perlu diberikan kepada petani plasma untuk
memastikan penggunaan teknologi yang benar.
3. Akses ke Pasar:
Peningkatan akses petani plasma ke pasar dapat membantu meningkatkan
pendapatan mereka. Ini melibatkan pembentukan rantai pasokan yang
efisien dan transparan, serta memastikan bahwa petani plasma
mendapatkan harga yang adil dan kompetitif untuk hasil panen mereka.
4. Hak Tanah dan Kepemilikan:
Kesejahteraan petani plasma juga terkait erat dengan hak tanah dan
kepastian kepemilikan. Jaminan keamanan tanah dan hak tanah yang jelas
dapat meningkatkan motivasi petani untuk berinvestasi dalam perkebunan
dan meningkatkan produktivitas.
5. Keamanan Pangan dan Kesejahteraan Sosial:
Program perkebunan kelapa sawit plasma seharusnya tidak hanya berfokus
pada aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan keamanan pangan dan
kesejahteraan sosial petani. Ini termasuk akses ke layanan kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur dasar.
6. Partisipasi dan Keterlibatan Petani:
Penting untuk melibatkan petani plasma dalam pengambilan keputusan
terkait program perkebunan. Partisipasi aktif petani dalam proses

5
pengelolaan dan kebijakan dapat meningkatkan rasa memiliki dan
kesejahteraan mereka.
7. Pelatihan dan Pendidikan:
Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada petani plasma dalam hal
praktik pertanian yang berkelanjutan, manajemen usaha, dan keterampilan
lainnya dapat membantu meningkatkan daya saing mereka di pasar.
8. Kepatuhan Terhadap Standar Berkelanjutan:
Penerapan praktik perkebunan yang berkelanjutan dan memenuhi standar
sertifikasi dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi petani plasma,
termasuk akses ke pasar yang lebih luas dan pembayaran premi untuk
produk berkelanjutan.

Kesejahteraan petani plasma dalam usaha perkebunan kelapa sawit harus menjadi
fokus utama dalam upaya meningkatkan keberlanjutan industri ini. Langkah-
langkah tersebut harus bersifat holistik dan memperhatikan berbagai aspek
kehidupan petani plasma, termasuk aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki sejumlah kewajiban yang harus
dipenuhi, baik dari segi hukum, sosial, maupun lingkungan. Berikut adalah
beberapa kewajiban yang seringkali harus dipatuhi oleh perusahaan perkebunan
kelapa sawit:

1. Kewajiban Hukum:

Kepatuhan Hukum: Perusahaan perkebunan kelapa sawit harus mematuhi


semua peraturan dan undang-undang yang berlaku di tingkat lokal, nasional,
dan internasional. Ini termasuk regulasi terkait lingkungan, ketenagakerjaan,
pajak, dan aspek-aspek hukum lainnya.

2. Kewajiban Sosial:

Kesejahteraan Pekerja: Perusahaan perkebunan kelapa sawit bertanggung


jawab untuk menyediakan kondisi kerja yang aman, sehat, dan adil bagi para
pekerja. Hal ini mencakup upah yang layak, jaminan sosial, dan fasilitas
kesejahteraan lainnya.

6
Keterlibatan dengan Komunitas Lokal: Perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan komunitas lokal. Ini
mencakup berbagai kegiatan seperti program pendidikan, kesehatan, dan
pengembangan ekonomi yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat
sekitar.

3. Kewajiban Lingkungan:

Pengelolaan Lingkungan: Perusahaan perkebunan kelapa sawit wajib


mengelola lahan secara berkelanjutan, meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan, dan mematuhi standar lingkungan yang berlaku. Ini
mencakup praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan, pengelolaan limbah,
dan konservasi sumber daya alam.

Pelestarian Keanekaragaman Hayati: Perusahaan memiliki tanggung jawab


untuk menjaga dan, jika mungkin, meningkatkan keanekaragaman hayati di
sekitar area perkebunan. Ini melibatkan perlindungan terhadap hutan dan
ekosistem alam, serta pemantauan dampak kegiatan perkebunan terhadap
spesies dan habitat lokal.

4. Pelaporan dan Transparansi:

Pelaporan Kinerja Berkelanjutan: Banyak perusahaan perkebunan kelapa


sawit telah mengadopsi praktik pelaporan kinerja berkelanjutan. Mereka
diharapkan untuk secara transparan melaporkan dampak sosial, lingkungan,
dan ekonomi dari kegiatan perkebunan mereka.

Keterbukaan Terhadap Pihak Ketiga: Beberapa perusahaan berkomitmen


untuk melibatkan pihak ketiga, seperti lembaga sertifikasi dan lembaga non-
pemerintah, untuk memastikan bahwa operasi mereka memenuhi standar
berkelanjutan.

5. Kewajiban Pemantauan dan Evaluasi:

Pemantauan Kinerja:

7
Perusahaan harus secara teratur memantau kinerja mereka terhadap berbagai
parameter, termasuk lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ini melibatkan
pemantauan produksi, penggunaan pestisida, dan dampak terhadap komunitas
setempat.

Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Jika ditemukan isu-isu atau


pelanggaran, perusahaan harus bersedia melakukan evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan untuk memastikan bahwa operasional mereka berada pada jalur
keberlanjutan.

Penting untuk diingat bahwa kewajiban-kewajiban ini dapat bervariasi


tergantung pada negara, regulasi lokal, dan kebijakan perusahaan itu sendiri.
Dalam beberapa kasus, perusahaan yang beroperasi secara global atau yang
berpartisipasi dalam rantai pasokan internasional juga diharapkan mematuhi
standar global untuk keberlanjutan. Kewajiban perusahaan perkebunan dalam
mensejahterakan petani plasma inti (atau sering disebut juga sebagai petani
plasma) melibatkan berbagai aspek, termasuk ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Berikut adalah beberapa kewajiban yang umumnya diharapkan dari perusahaan
perkebunan terkait dengan mensejahterakan petani plasma inti:

1. Pemberdayaan Ekonomi:

Harga yang Adil: Perusahaan perkebunan memiliki kewajiban untuk


memberikan harga yang adil dan kompetitif untuk hasil panen petani plasma.
Ini termasuk memastikan bahwa petani plasma menerima bagian yang layak
dari nilai tambah yang dihasilkan oleh kebun sawit.

2. Akses ke Layanan Keuangan:

Fasilitasi Akses Keuangan: Perusahaan perkebunan dapat membantu petani


plasma dengan memfasilitasi akses mereka ke layanan keuangan. Ini dapat
mencakup bantuan dalam mendapatkan kredit atau dukungan finansial untuk
meningkatkan produksi atau mengatasi kesulitan keuangan.

3. Pendidikan dan Pelatihan:

8
Program Pelatihan: Perusahaan harus menyediakan program pelatihan untuk
petani plasma. Ini termasuk pelatihan dalam teknik pertanian yang
berkelanjutan, manajemen kebun, dan pemahaman akan praktik-praktik
terbaik.

4. Infrastruktur dan Fasilitas:

Peningkatan Infrastruktur: Perusahaan perkebunan memiliki tanggung jawab


untuk meningkatkan infrastruktur di sekitar area perkebunan, termasuk akses
jalan, sarana air bersih, dan infrastruktur dasar lainnya yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

5. Kesejahteraan Sosial:

Program Kesejahteraan Masyarakat: Perusahaan perkebunan seharusnya


mendukung program kesejahteraan masyarakat yang berfokus pada kesehatan,
pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat mencakup
pembangunan sekolah, pusat kesehatan, dan inisiatif sosial lainnya.

6. Konsultasi dan Keterlibatan Petani:

Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan: Perusahaan perkebunan harus


melibatkan petani plasma dalam pengambilan keputusan terkait manajemen
kebun dan program pembangunan. Ini dapat dilakukan melalui dialog reguler,
pertemuan komunitas, atau melibatkan perwakilan petani dalam proses
pengambilan keputusan.

7. Keberlanjutan Lingkungan:

Praktik Pertanian yang Berkelanjutan: Perusahaan memiliki tanggung jawab


untuk memastikan bahwa petani plasma menerapkan praktik pertanian yang
berkelanjutan, termasuk pengelolaan limbah, penggunaan pestisida yang
bijaksana, dan pelestarian sumber daya alam.

8. Hak Tanah dan Kepemilikan:

9
Jaminan Hak Tanah: Perusahaan harus menjamin hak tanah dan kepastian
kepemilikan untuk petani plasma. Hal ini mencakup memberikan petani plasma
akses ke lahan dengan jangka waktu yang cukup dan melindungi mereka dari
risiko kehilangan tanah.

9. Pemantauan dan Evaluasi:

Pemantauan Kinerja Bersama: Perusahaan dan petani plasma seharusnya


bersama-sama memantau kinerja keberlanjutan. Evaluasi berkala dapat
membantu mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan dan
memastikan keberlanjutan operasi perkebunan.

Kesejahteraan petani plasma inti merupakan aspek krusial dalam mencapai


keberlanjutan perkebunan kelapa sawit. Kerjasama yang baik antara perusahaan
perkebunan, petani plasma, dan pihak-pihak terkait lainnya diperlukan untuk
memastikan bahwa keberlanjutan tidak hanya diterapkan pada aspek ekonomi
tetapi juga memperhatikan keberlanjutan sosial dan lingkungan.

Kemitraan antara perusahaan perkebunan dan petani plasma adalah


hubungan kerjasama yang melibatkan sejumlah perjanjian dan kewajiban yang
harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Hubungan kemitraan ini didasarkan pada
konsep bahwa perusahaan perkebunan dan petani plasma bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bersama, termasuk meningkatkan produksi kelapa sawit,
meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Berikut adalah beberapa elemen utama dari hubungan kemitraan perusahaan
dengan petani plasma:

1. Kemitraan Bisnis:

Bagian dari Rantai Pasokan: Petani plasma menyediakan sebagian lahan


mereka untuk ditanami kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan. Hasil panen
dari lahan petani plasma kemudian menjadi bagian dari rantai pasokan kelapa
sawit perusahaan.

2. Pemberdayaan Ekonomi:

10
Harga dan Pembayaran yang Adil: Perusahaan perkebunan memiliki tanggung
jawab untuk memberikan harga yang adil dan pembayaran yang sesuai kepada
petani plasma untuk hasil panen mereka. Ini mencakup memberikan insentif
ekonomi yang layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi petani plasma.

3. Kesepakatan Kontraktual:

Perjanjian Kemitraan: Biasanya, hubungan ini diatur oleh perjanjian


kontraktual yang mencantumkan hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Perjanjian tersebut dapat mencakup berbagai aspek, termasuk durasi kerjasama,
harga, dan ketentuan mengenai teknik pertanian yang harus diikuti.

4. Pemberdayaan Sosial:

Peningkatan Kesejahteraan Sosial: Perusahaan perkebunan harus


memberdayakan petani plasma secara sosial, termasuk memberikan akses ke
layanan kesehatan, pendidikan, dan fasilitas sosial lainnya. Peningkatan
kesejahteraan sosial juga dapat mencakup pembangunan infrastruktur di sekitar
area perkebunan.

5. Pelatihan dan Dukungan Teknis:

Pendampingan Teknis: Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk


memberikan pelatihan dan dukungan teknis kepada petani plasma. Ini
mencakup pelatihan dalam praktik pertanian yang berkelanjutan, manajemen
kebun, dan penggunaan teknologi pertanian yang efisien.

6. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan:

Konsultasi dan Partisipasi: Penting bagi perusahaan untuk melibatkan petani


plasma dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kegiatan
perkebunan. Dialog reguler, pertemuan komunitas, atau pembentukan
kelompok konsultasi dapat menjadi cara untuk mencapai hal ini.

7. Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan:

11
Praktik Pertanian Berkelanjutan: Perusahaan perkebunan harus memastikan
bahwa petani plasma menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan,
termasuk pengelolaan limbah, pelestarian sumber daya alam, dan perlindungan
terhadap keanekaragaman hayati.

8. Pemantauan dan Evaluasi Bersama:

Pemantauan Kinerja Bersama: Kedua belah pihak seharusnya terlibat dalam


pemantauan kinerja bersama untuk mengevaluasi pelaksanaan perjanjian
kemitraan. Evaluasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberhasilan,
perbaikan yang diperlukan, dan memastikan keberlanjutan operasional.

9. Kepemilikan Tanah dan Hak Petani:

Jaminan Hak Tanah: Perusahaan perkebunan harus memberikan jaminan hak


tanah yang jelas dan kepastian kepemilikan kepada petani plasma. Ini
mencakup hak-hak tanah yang diperlukan untuk menjaga kestabilan dan
kontinuitas operasional petani plasma.

Kemitraan antara perusahaan perkebunan dan petani plasma seharusnya


didasarkan pada prinsip-prinsip saling menguntungkan dan saling menghormati,
dengan tujuan untuk mencapai keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan
dalam jangka panjang. Untuk perkembangan perkebunan sawit di kabupaten kutai
kertanegara

Hingga pengetahuan saya yang terakhir pada Januari 2022, saya tidak
memiliki data spesifik atau perkembangan terbaru mengenai perkebunan sawit di
Kabupaten Kutai Kertanegara. Informasi seperti ini dapat berubah seiring waktu,
dan untuk mendapatkan pemahaman yang akurat tentang perkembangan terkini,
disarankan untuk merujuk pada sumber data yang lebih up-to-date seperti
pemerintah daerah, badan statistik, atau lembaga terkait.

Untuk informasi terkini, Anda dapat melakukan beberapa langkah:

1. Dinas Pertanian atau Perkebunan Daerah:

12
Hubungi Dinas Pertanian atau Perkebunan di Kabupaten Kutai Kertanegara
untuk mendapatkan informasi langsung tentang perkembangan perkebunan
sawit di wilayah tersebut. Mereka mungkin memiliki data terkini, kebijakan,
dan proyek-proyek terbaru terkait sektor perkebunan.

2. Badan Statistik Daerah:

Badan Statistik Daerah biasanya menyediakan data statistik terkini terkait


pertanian, termasuk perkebunan. Anda dapat memeriksa situs web atau
menghubungi kantor Badan Statistik di Kabupaten Kutai Kertanegara.

3. Pemerintah Daerah:

Pemerintah daerah seringkali memiliki portal atau saluran komunikasi resmi


yang menyajikan informasi tentang berbagai sektor di daerah tersebut. Cek
situs web resmi pemerintah daerah atau hubungi kantor pemerintahan setempat.

4. Laporan Berita Lokal atau Studi Kasus:

Artikel berita lokal atau studi kasus yang berkaitan dengan perkebunan sawit di
Kabupaten Kutai Kertanegara dapat memberikan wawasan tambahan tentang
perkembangan terbaru. Berbagai sumber berita lokal atau publikasi riset dapat
memberikan perspektif yang lebih mendalam.

5. Organisasi Non-Pemerintah (NGO):

Beberapa organisasi non-pemerintah atau lembaga riset mungkin juga


memonitor perkembangan perkebunan sawit dan isu terkait di tingkat lokal.
Lembaga seperti ini mungkin memiliki laporan atau penelitian terkini.

Pastikan untuk memverifikasi informasi dari beberapa sumber yang


berbeda untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan memastikan
keakuratan data. Perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki sejumlah
kewajiban yang harus dipenuhi, baik dari segi hukum, sosial, maupun lingkungan.
Berikut adalah beberapa kewajiban yang seringkali harus dipatuhi oleh
perusahaan perkebunan kelapa sawit:

13
1. Kewajiban Hukum:

Kepatuhan Hukum: Perusahaan perkebunan kelapa sawit harus mematuhi


semua peraturan dan undang-undang yang berlaku di tingkat lokal, nasional,
dan internasional. Ini termasuk regulasi terkait lingkungan, ketenagakerjaan,
pajak, dan aspek-aspek hukum lainnya.

2. Kewajiban Sosial:

Kesejahteraan Pekerja: Perusahaan perkebunan kelapa sawit bertanggung


jawab untuk menyediakan kondisi kerja yang aman, sehat, dan adil bagi para
pekerja. Hal ini mencakup upah yang layak, jaminan sosial, dan fasilitas
kesejahteraan lainnya.

Keterlibatan dengan Komunitas Lokal: Perusahaan memiliki tanggung jawab


untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan komunitas lokal. Ini mencakup
berbagai kegiatan seperti program pendidikan, kesehatan, dan pengembangan
ekonomi yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.

3. Kewajiban Lingkungan:

Pengelolaan Lingkungan: Perusahaan perkebunan kelapa sawit wajib


mengelola lahan secara berkelanjutan, meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan, dan mematuhi standar lingkungan yang berlaku. Ini mencakup
praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan, pengelolaan limbah, dan
konservasi sumber daya alam.

Pelestarian Keanekaragaman Hayati: Perusahaan memiliki tanggung jawab


untuk menjaga dan, jika mungkin, meningkatkan keanekaragaman hayati di
sekitar area perkebunan. Ini melibatkan perlindungan terhadap hutan dan
ekosistem alam, serta pemantauan dampak kegiatan perkebunan terhadap
spesies dan habitat lokal.

4. Pelaporan dan Transparansi:

14
Pelaporan Kinerja Berkelanjutan: Banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit
telah mengadopsi praktik pelaporan kinerja berkelanjutan. Mereka diharapkan
untuk secara transparan melaporkan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi
dari kegiatan perkebunan mereka.

Keterbukaan Terhadap Pihak Ketiga: Beberapa perusahaan berkomitmen untuk


melibatkan pihak ketiga, seperti lembaga sertifikasi dan lembaga non-
pemerintah, untuk memastikan bahwa operasi mereka memenuhi standar
berkelanjutan.

5. Kewajiban Pemantauan dan Evaluasi:

Pemantauan Kinerja:

Perusahaan harus secara teratur memantau kinerja mereka terhadap berbagai


parameter, termasuk lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ini melibatkan
pemantauan produksi, penggunaan pestisida, dan dampak terhadap komunitas
setempat.

Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Jika ditemukan isu-isu atau


pelanggaran, perusahaan harus bersedia melakukan evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan untuk memastikan bahwa operasional mereka berada pada jalur
keberlanjutan.

Penting untuk diingat bahwa kewajiban-kewajiban ini dapat bervariasi


tergantung pada negara, regulasi lokal, dan kebijakan perusahaan itu sendiri.
Dalam beberapa kasus, perusahaan yang beroperasi secara global atau yang
berpartisipasi dalam rantai pasokan internasional juga diharapkan mematuhi
standar global untuk keberlanjutan.

Kewajiban perusahaan perkebunan dalam mensejahterakan petani plasma


inti (atau sering disebut juga sebagai petani plasma) melibatkan berbagai aspek,
termasuk ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berikut adalah beberapa kewajiban
yang umumnya diharapkan dari perusahaan perkebunan terkait dengan
mensejahterakan petani plasma inti:

15
1. Pemberdayaan Ekonomi:

Harga yang Adil: Perusahaan perkebunan memiliki kewajiban untuk


memberikan harga yang adil dan kompetitif untuk hasil panen petani plasma.
Ini termasuk memastikan bahwa petani plasma menerima bagian yang layak
dari nilai tambah yang dihasilkan oleh kebun sawit.

2. Akses ke Layanan Keuangan:

Fasilitasi Akses Keuangan: Perusahaan perkebunan dapat membantu petani


plasma dengan memfasilitasi akses mereka ke layanan keuangan. Ini dapat
mencakup bantuan dalam mendapatkan kredit atau dukungan finansial untuk
meningkatkan produksi atau mengatasi kesulitan keuangan.

3. Pendidikan dan Pelatihan:

Program Pelatihan: Perusahaan harus menyediakan program pelatihan untuk


petani plasma. Ini termasuk pelatihan dalam teknik pertanian yang
berkelanjutan, manajemen kebun, dan pemahaman akan praktik-praktik
terbaik.

4. Infrastruktur dan Fasilitas:

Peningkatan Infrastruktur: Perusahaan perkebunan memiliki tanggung jawab


untuk meningkatkan infrastruktur di sekitar area perkebunan, termasuk akses
jalan, sarana air bersih, dan infrastruktur dasar lainnya yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

5. Kesejahteraan Sosial:

Program Kesejahteraan Masyarakat: Perusahaan perkebunan seharusnya


mendukung program kesejahteraan masyarakat yang berfokus pada kesehatan,
pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat mencakup
pembangunan sekolah, pusat kesehatan, dan inisiatif sosial lainnya.

6. Konsultasi dan Keterlibatan Petani:

16
Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan: Perusahaan perkebunan harus
melibatkan petani plasma dalam pengambilan keputusan terkait manajemen
kebun dan program pembangunan. Ini dapat dilakukan melalui dialog reguler,
pertemuan komunitas, atau melibatkan perwakilan petani dalam proses
pengambilan keputusan.

7. Keberlanjutan Lingkungan:

Praktik Pertanian yang Berkelanjutan: Perusahaan memiliki tanggung jawab


untuk memastikan bahwa petani plasma menerapkan praktik pertanian yang
berkelanjutan, termasuk pengelolaan limbah, penggunaan pestisida yang
bijaksana, dan pelestarian sumber daya alam.

8. Hak Tanah dan Kepemilikan:

Jaminan Hak Tanah: Perusahaan harus menjamin hak tanah dan kepastian
kepemilikan untuk petani plasma. Hal ini mencakup memberikan petani plasma
akses ke lahan dengan jangka waktu yang cukup dan melindungi mereka dari
risiko kehilangan tanah.

9. Pemantauan dan Evaluasi:

Pemantauan Kinerja Bersama: Perusahaan dan petani plasma seharusnya


bersama-sama memantau kinerja keberlanjutan. Evaluasi berkala dapat
membantu mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan dan
memastikan keberlanjutan operasi perkebunan.

Kesejahteraan petani plasma inti merupakan aspek krusial dalam mencapai


keberlanjutan perkebunan kelapa sawit. Kerjasama yang baik antara perusahaan
perkebunan, petani plasma, dan pihak-pihak terkait lainnya diperlukan untuk
memastikan bahwa keberlanjutan tidak hanya diterapkan pada aspek ekonomi
tetapi juga memperhatikan keberlanjutan sosial dan lingkungan.

17
Kemitraan antara perusahaan perkebunan dan petani plasma adalah
hubungan kerjasama yang melibatkan sejumlah perjanjian dan kewajiban yang
harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Hubungan kemitraan ini didasarkan pada
konsep bahwa perusahaan perkebunan dan petani plasma bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bersama, termasuk meningkatkan produksi kelapa sawit,
meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Berikut adalah beberapa elemen utama dari hubungan kemitraan perusahaan
dengan petani plasma:

1. Kemitraan Bisnis:

Bagian dari Rantai Pasokan: Petani plasma menyediakan sebagian lahan mereka
untuk ditanami kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan. Hasil panen dari lahan
petani plasma kemudian menjadi bagian dari rantai pasokan kelapa sawit
perusahaan.

2. Pemberdayaan Ekonomi:

Harga dan Pembayaran yang Adil: Perusahaan perkebunan memiliki tanggung


jawab untuk memberikan harga yang adil dan pembayaran yang sesuai kepada
petani plasma untuk hasil panen mereka. Ini mencakup memberikan insentif
ekonomi yang layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi petani plasma.

3. Kesepakatan Kontraktual:

Perjanjian Kemitraan: Biasanya, hubungan ini diatur oleh perjanjian kontraktual


yang mencantumkan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian tersebut
dapat mencakup berbagai aspek, termasuk durasi kerjasama, harga, dan ketentuan
mengenai teknik pertanian yang harus diikuti.

4. Pemberdayaan Sosial:

Peningkatan Kesejahteraan Sosial: Perusahaan perkebunan harus memberdayakan


petani plasma secara sosial, termasuk memberikan akses ke layanan kesehatan,

18
pendidikan, dan fasilitas sosial lainnya. Peningkatan kesejahteraan sosial juga
dapat mencakup pembangunan infrastruktur di sekitar area perkebunan.

5. Pelatihan dan Dukungan Teknis:

Pendampingan Teknis: Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk memberikan


pelatihan dan dukungan teknis kepada petani plasma. Ini mencakup pelatihan
dalam praktik pertanian yang berkelanjutan, manajemen kebun, dan penggunaan
teknologi pertanian yang efisien.

6. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan:

Konsultasi dan Partisipasi: Penting bagi perusahaan untuk melibatkan petani


plasma dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kegiatan
perkebunan. Dialog reguler, pertemuan komunitas, atau pembentukan kelompok
konsultasi dapat menjadi cara untuk mencapai hal ini.

7. Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan:

Praktik Pertanian Berkelanjutan: Perusahaan perkebunan harus memastikan


bahwa petani plasma menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan, termasuk
pengelolaan limbah, pelestarian sumber daya alam, dan perlindungan terhadap
keanekaragaman hayati.

8. Pemantauan dan Evaluasi Bersama:

Pemantauan Kinerja Bersama: Kedua belah pihak seharusnya terlibat dalam


pemantauan kinerja bersama untuk mengevaluasi pelaksanaan perjanjian
kemitraan. Evaluasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberhasilan,
perbaikan yang diperlukan, dan memastikan keberlanjutan operasional.

9. Kepemilikan Tanah dan Hak Petani:

Jaminan Hak Tanah: Perusahaan perkebunan harus memberikan jaminan hak


tanah yang jelas dan kepastian kepemilikan kepada petani plasma. Ini mencakup

19
hak-hak tanah yang diperlukan untuk menjaga kestabilan dan kontinuitas
operasional petani plasma.

Kemitraan antara perusahaan perkebunan dan petani plasma seharusnya


didasarkan pada prinsip-prinsip saling menguntungkan dan saling menghormati,
dengan tujuan untuk mencapai keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan
dalam jangka panjang.

Hingga pengetahuan saya yang terakhir pada Januari 2022, saya tidak
memiliki data spesifik atau perkembangan terbaru mengenai perkebunan sawit di
Kabupaten Kutai Kertanegara. Informasi seperti ini dapat berubah seiring waktu,
dan untuk mendapatkan pemahaman yang akurat tentang perkembangan terkini,
disarankan untuk merujuk pada sumber data yang lebih up-to-date seperti
pemerintah daerah, badan statistik, atau lembaga terkait.

Untuk informasi terkini, Anda dapat melakukan beberapa langkah:

1. Dinas Pertanian atau Perkebunan Daerah:

Hubungi Dinas Pertanian atau Perkebunan di Kabupaten Kutai Kertanegara untuk


mendapatkan informasi langsung tentang perkembangan perkebunan sawit di
wilayah tersebut. Mereka mungkin memiliki data terkini, kebijakan, dan proyek-
proyek terbaru terkait sektor perkebunan.

2. Badan Statistik Daerah:

Badan Statistik Daerah biasanya menyediakan data statistik terkini terkait


pertanian, termasuk perkebunan. Anda dapat memeriksa situs web atau
menghubungi kantor Badan Statistik di Kabupaten Kutai Kertanegara.

3. Pemerintah Daerah:

Pemerintah daerah seringkali memiliki portal atau saluran komunikasi resmi yang
menyajikan informasi tentang berbagai sektor di daerah tersebut. Cek situs web
resmi pemerintah daerah atau hubungi kantor pemerintahan setempat.

20
4. Laporan Berita Lokal atau Studi Kasus:

Artikel berita lokal atau studi kasus yang berkaitan dengan perkebunan sawit di
Kabupaten Kutai Kertanegara dapat memberikan wawasan tambahan tentang
perkembangan terbaru. Berbagai sumber berita lokal atau publikasi riset dapat
memberikan perspektif yang lebih mendalam.

5. Organisasi Non-Pemerintah (NGO):

Beberapa organisasi non-pemerintah atau lembaga riset mungkin juga memonitor


perkembangan perkebunan sawit dan isu terkait di tingkat lokal. Lembaga seperti
ini mungkin memiliki laporan atau penelitian terkini.

Pastikan untuk memverifikasi informasi dari beberapa sumber yang berbeda untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan memastikan keakuratan data.

Sistem plasma dalam perkebunan kelapa sawit mengacu pada model kemitraan
antara perusahaan perkebunan dan petani plasma. Petani plasma adalah para
petani yang menyediakan sebagian kecil lahan mereka untuk ditanami oleh
perusahaan perkebunan. Model ini memiliki beberapa kepentingan bagi
masyarakat dan berbagai pihak terlibat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
plasma dalam perkebunan sawit sangat penting bagi masyarakat:

1. Pemberdayaan Ekonomi:

Melalui sistem plasma, petani lokal dapat berpartisipasi dalam industri kelapa
sawit tanpa harus memiliki lahan yang besar sendiri. Hal ini memberi mereka
akses ke pasar dan peluang ekonomi yang mungkin tidak tercapai sebaliknya.

2. Pendapatan Tambahan:

Bagi petani plasma, pertanian kelapa sawit dapat menjadi sumber pendapatan
tambahan yang signifikan. Hasil panen dari lahan plasma mereka dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka dan membantu mengurangi tingkat
kemiskinan.

21
3. Partisipasi Komunitas Lokal:

Sistem plasma memberikan kesempatan kepada komunitas lokal untuk terlibat


secara langsung dalam kegiatan perkebunan. Hal ini dapat menciptakan ikatan
yang lebih erat antara perusahaan perkebunan dan masyarakat setempat.

4. Peningkatan Infrastruktur:

Sebagai bagian dari perjanjian kemitraan, perusahaan perkebunan mungkin


berkontribusi pada pengembangan infrastruktur di sekitar area perkebunan, seperti
jalan, sekolah, atau fasilitas kesehatan. Ini dapat memberikan manfaat lebih luas
bagi masyarakat setempat.

5. Pengembangan Keterampilan:

Melalui pelatihan dan dukungan teknis dari perusahaan perkebunan, petani plasma
dapat mengembangkan keterampilan dalam manajemen pertanian, teknik
budidaya yang berkelanjutan, dan pemahaman akan praktik-praktik terbaik dalam
industri kelapa sawit.

6. Keamanan Pangan:

Pertanian kelapa sawit di lahan plasma juga dapat memberikan kontribusi pada
keamanan pangan di tingkat lokal. Dengan meningkatkan produksi kelapa sawit,
masyarakat setempat dapat memiliki akses lebih baik ke minyak kelapa sawit
untuk konsumsi lokal.

7. Pemberdayaan Perempuan:

Sistem plasma dapat membuka peluang bagi petani perempuan untuk terlibat
dalam kegiatan perkebunan dan meningkatkan peran serta ekonomi mereka. Ini
dapat memberikan dampak positif terhadap pemberdayaan perempuan dalam
konteks pertanian.

8. Kesejahteraan Sosial:

22
Kesejahteraan sosial masyarakat setempat juga dapat meningkat melalui program-
program sosial dan kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan perkebunan
sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan.

Sistem plasma dalam perkebunan kelapa sawit, jika dikelola dengan baik dan
berkelanjutan, dapat menjadi mekanisme yang memberikan manfaat ekonomi dan
sosial yang signifikan bagi masyarakat setempat, sambil tetap memperhatikan
aspek-aspek lingkungan dan keberlanjutan yang penting.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagi hasil Plasma sawit dari koperasi ke petani perkebunan inti
2. Penyelesaian maslah sangketa bagi hasil kebun plasma inti

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana mekanisme Bagi hasil
kebun plasma
2. Untuk mengetahui dan menganalisa akibat hukum jika terjadi Sangketa
dalam pembagian hasil kebun Plasma antara anggota koperasi

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran
bagi koperasi dan petani pekebun Plasma ilmu pada umumnya dan ilmu
mengenai Keperdataan pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat sumbangan pengetahuan bagi masyarakat
khususnya tentang hukum Perjanjian Kerjasama dan dasar hukum
Pembagian Hasil Usaha Tani
E. Metode Penelitian

23
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan
pendekatan secara Normatif Empiris. yaitu metode penelitian Judicial
Case Study Pendekatan ini merupakan pendekatan studi kasus hukum
melibatkan campur tangan dengan Pengurus sumber bumi Jaya untuk
memberikan keputusan penyelesaian (yurisprudensi), karena penelitian
ditinjau dari peraturan perundang-undangan serta doktrin-doktrin
didalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide yang melahirkan
pengertian hukum, konsep hukum dan asas hukum yang relevan dengan
isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki 2014: 60).

2. Sumber Bahan Hukum


a. Bahan Hukum Primer
Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh
melalui studi lapangan, dari sumber asalnya yang pertama yang belum
diolah dan diuraikan oleh orang lain, untuk mendapatkan data
langsung objek penelitian dengan cara melakukan wawancara
langsung dengan pihak terkait.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang terdiri atas buku-
buku literatur, karya ilmiah, jurnal-jurnal hukum, pendapat para
sarjana dan berbagai media cetak dan media online yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membaca
sejumlah literatur yang relevan dengan tinjauan.
b. Penelitian di Lapangan (Field Research)
Penulis melakukan tanya jawab (interview) dengan pihak Koperasi
sumber Bumi Jaya Dan PT enggang Alam swita
4. Analisa Bahan Hukum

24
Metode analisa yang digunakan dalam skripsi ini, yaitu metode deskriptif
analisa. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek,
apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel
yang dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Bahan
hukum yang diperoleh berdasarkan fakta dan kasus ini kemudian
dikaitkan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kemudian dibahas, dianalisa, kemudian ditarik kesimpulan yang
akhirnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.
F. Lokasi Penelitian
Sejalan dengan judul penelitian mengenai “Analisis Yuridis Pembagian
Plasma Sawit Kab kutai Kertanegara dalam penelitian ini penulis
mengkhususkan koperasi sumber Bumi jaya dan PT Enggang alam Swita
memilih lokasi penelitian di Desa Long lalang Kecamatan Tabang
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini secara garis besar terdiri dari IV (empat) Bab, dimana
masing-masing berisikan tentang:
BAB I: Membahas tentang Pendahuluan yang berisi Latar
Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Lokasi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Membahas tentang Tinjauan Pustaka
BAB III: Membahas tentang pembahasan dari perumusan
masalah tentang Mekanisme pembagian Plasma inti
akibat hukum jika terjadi sangketa yang membuat
permasalahan yang terjadi pada petani plasma inti
BAB IV: Membahas akhir dari penulisan, berisi mengenai
B
kesimpulan dari permasalahan yang dibahas serta
saran-saran.

25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PERKEBUNAN
Pengertian Perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang
mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau mediatumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan bareng dan jasa hasil tanaman
tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan
sertamanajemen untukmewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan
dan masyarakat.15 Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pertanian, Perkebunan
adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran
terkait tanaman perkebunan Perkebunan merupakan suatu andalan komoditas
unggulan dalam menopang pembangunan perekonomian Nasional Indonesia, baik
dari sudut pandang pemasukan devisa Negara maupun dari sudut pandang
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dengan cara membuka
lapangan pekerjaan yang sangat terbuka luas. Dalam dictum menimbang UU
Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan dinyatakan bahwa, untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkeadilan, maka per
kebunan perlu dijamin keberlanjutan serta ditingkatkan fungsi dan peranannya dan
perkebunan sebagai salah satu bentuk pengelolaan sumber daya alam perlu
dilakukan secara terencana, terbuka, terpadu, professional, dan bertanggung
jawab. Komoditas perkebunan yang sangat mengalami perkembangan pesat, yakni
perkebunan kelapa sawit, yang saat ini menggeser kedudukan perkebunan
karet.Pergantian minat membuka perkebunan karet ke perkebuunan sawit
dilatarbelakangi suatu pertimbangan dari sektor perekonomian.Pengelolaan
perkebunan karet, hasil panennya membutuhkan waktu yang sangat panjang,
sementara perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu yang pendek.
Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dengan kapasitas yang luas,
pada sisi perekonomian Negara sangat menguntungkan karena akan menambah
pendapatan Negara, sementara pada sisi lingkungan perlu mendapat perhatian

26
yang serius, karena perluasan perkebunan ini akan memerlukan lahan yang tidak
sedikit, apalagi jika pembukaan lahan perkebunan ini dilakukan dihutan alam ini
yang menjadi masalah. Sebab, diharapkan kedepan pembangunan lahan
perkebunan dilaksanakan di lahan yang tidak produktif lagi, misalnya dibekas
lahan yang telah ditinggalkan oleh pengusaha hutan, lahan bekas tambang batu
bara, tambang nikel, tambang timah. Selain itu, pembangunan perkebunan kelapa
sawit dapat pula dilaksanakan di semak belukar, di lahan ilalang yang sangat luas
di Indonesia. Oleh karena itu, dalam memacu dan memperluas kebun kelapa sawit
ke depan, betul-betul pemerintah diharapkan memberikan izin pembukaan lahan
perkebunan bukan lagi hutan alam, hutan produksi, tetapi di lahan yang tidak
produktif.
Pembukaan lahan kelapa sawit merupakan kegiatan awal dalam rangka
membudidayakan tanaman sawit. Proses ini dilakukan mulai dari perencanaan tata
letak dan ruang lahan hingga pembukaan hutan menjadi lahan. Dalam
penerapannya, diperlukan upaya-upaya yang bersifat ramah lingkungan dan tidak
berdampak negatif bagi area di sekitarnya.Tahap perencanaan tata letak lahan dan
ruangannya dikerjakan melalui serangkaian penelitian untuk mengetahui sifat dan
karakteristik lahan tersebut.Penelitian yang dimaksud meliputi topografi, iklim,
tanah, status, air, jalan, dan penduduk.Dengan dilakukannya penelitian ini, maka
dapat ditarik kesimpulan tentang kelayakan suatu lahan untuk dijadikan
perkebunan.

B. Pengertian Pembukaan Lahan


Pengertian tentang pembukaan lahan yaitu merubah fungsi lahan secara
alami sehingga dapat dijadikan sebagai suatu area perkebunan.Untuk
merealisasikan hal tersebut dibutuhkan sumber energi yang berguna untuk
mendukung perwujudan fungsi ini.Sederhananya, pembukaan lahan dikerjakan
dengan mengubah hutan menjadi perkebunan yang didukung oleh ketersediaan
fasilitas-fasilitas tertentu. Sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang ada
di Indonesia, pembukaan lahan kelapa sawit harus dilakukan dengan metode zero
burning atau tanpa pembakaran. Walaupun pembukaan lahan melalui pembakaran

27
memakan biaya yang sangat murah, namun dampak negatifnya juga tidak kalah
sedikit.Membakar hutan berarti merusak sumber daya alam, mengganggu iklim,
dan mengorbankan kesehatan manusia.Lahan bekas pembakaran mengandung
unsur hara yang berkurang drastis, karakteristik tanah menjadi rusak, mengandung
unsur yang berbahaya bagi tanaman, dan rawan mengalami bencana alam .

C. Peraturan Yang Mengatur Tentang Perkebunan


Hukum perkebunan adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara
pelaku perkebunan dan perkebun serta pemerintah dalam bidang
perkebunan.segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran
terkait tanaman Perkebunan. - Selengkapnya
Pengertian hukum perkebunan Indonesia merupakan negara yang kaya
akan sumber daya perkebunan. Sumber daya perkebnunan itu tersebar diseluruh
provinsi, yang berjumlah 43 provinsi. Hukum perkebunan yang dalam bahasa
inggris disebut denganplantation law, sedangkan dalam bahasa belanda disebut
denganwet plantationterdiri atas dua suku kata, yang meliputi
1. Hukum, dan
2. Perkebunan. Perkebunan dikonsepkan sebagai :
“segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana
produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait
tanaman perkebunan”. Pengendalian dikonsepkan sebagai upaya untuk
mengekang atau membatasi usaha perkebunan. Objek yang dikelola, yaitu :
1. Sumber daya alam,
2. Sumber daya manusia,
3. Sarana produksi,
4. Alat dan mesin,
5. Budi daya,
6. Panen,
7. Pengolahan, dan
8. Pemasaran

28
Dari uraian diatas, dapat dikemukakan pengertian hukum perkebunan.
Hukum : perkebunan adalah : “kaidah kaidah atau norma norma hukum yang
mengatur hubungan antara negara dengan perkebunan dan mengatur hubungan
antara negara dengan subjek hukum dalam rangka pengelolaan dan pemanfaan
usaha perkebunan”

D. Landasan filosofis, yuridis, dan sosiologis undang-undang


Perkebunan Landasan filosofis keberadaan hukum perkebunan tercantum
dalam pertimbangan undang undang nomor 39 tahun 2014 tentang perkebunan. Di
dalam pertimbangan itu disebutkan bahwa :
1. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalam wilayah negara
republic Indonesia merupakan anugerah tuhan yang maha esa untuk
dimanfaatkan dan dipergunakan bagi sebesar besar kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam undang
undang dasar negara republic Indonesia tahun 1945;
2. Perkebunan berperan penting dan memiliki potensi besar dalam pembangunan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudukan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat secara berkeadilan;
3. Penyelenggaraan perkebunan yang diatur dalam undang undangnomor 18
tahun 2004 tentang perkebunan sudah tidak sesuai dengan dinamika dan
kebutuhan hukum masyarakat, bekum mampu memberikan hasil yang optimal,
serta belum mampu meningkatkan nilai tambah usaha perkebunan nasional,
sehingga perlu diganti; dan
4. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu membentuk undang undang tentang perkebunan. Sementara itu,
yang menjadi landasan yuridis pelaksanaan kegiatan perkebunan dindonesia,
yaitu didasarkan pada :
1) Undang undang nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan, dan
2) Undang undang nomor 39 tahun 2014 tentang perkebunan.

Landasan sosiologis pelaksanaan kegiatan perkebunan, adalah karena :

29
1. Belum mampu memberikan hasil yang optimal
2. Belum mampu meningkatkan nilai tambah usaha perkebunan nasional, dan
3. Tidak efektifnya pelaksanaan undang undang nomor 18 tahun 2004 tentang
perkebunan.

Peraturan-peraturan tentang perkebunan dapat bervariasi antara negara dan


wilayah, tergantung pada kebijakan pemerintah setempat. Sebagai contoh, di
Indonesia, peraturan tentang perkebunan dapat mencakup berbagai aspek,
termasuk izin usaha, tata cara pengelolaan, lingkungan, dan hak-hak petani.
Namun, perlu diingat bahwa informasi ini mungkin sudah berubah setelah
pengetahuan terakhir saya pada Januari 2022.
Di Indonesia, beberapa peraturan dan undang-undang yang berkaitan
dengan perkebunan antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan: Regulasi ini
memberikan kerangka hukum umum untuk sektor perkebunan di Indonesia,
termasuk ketentuan-ketentuan tentang izin usaha, hak dan kewajiban pemilik
perkebunan, dan lain sebagainya.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2013 tentang Pengelolaan dan
Pemanfaatan Perkebunan: Regulasi ini menetapkan tata cara pengelolaan
perkebunan, hak dan kewajiban pemilik perkebunan, serta ketentuan mengenai
lingkungan hidup.
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang
Petunjuk Teknis Pemanfaatan Lahan Perkebunan dan Pengawasan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perkebunan: Regulasi ini
menetapkan panduan teknis terkait pemanfaatan lahan perkebunan dan
keselamatan kerja di sektor perkebunan
4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/2/2017 tentang
Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Implementasi Kebijakan
Penyelenggaraan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (ISPO):
Berkaitan dengan perkebunan kelapa sawit, peraturan ini menetapkan

30
pedoman untuk implementasi kebijakan penanaman kelapa sawit
berkelanjutan.
Penting untuk selalu memeriksa peraturan terkini dan mendapatkan
informasi terbaru dari otoritas terkait di setiap negara atau wilayah karena
peraturan dapat mengalami perubahan seiring waktu.

A. Tujuan Penyelenggaraan perkebunanan


Penyelenggaraan perkebunan memiliki berbagai tujuan yang mencakup
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berikut adalah beberapa tujuan umum
penyelenggaraan perkebunan:
1. Peningkatan Produksi dan Produktivitas: Salah satu tujuan utama perkebunan
adalah meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Hal ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan bahan baku industri, serta
meningkatkan pendapatan petani dan sektor perkebunan secara keseluruhan.
2. Pengembangan Ekonomi Lokal: Penyelenggaraan perkebunan dapat menjadi
motor pengembangan ekonomi di daerah setempat. Dengan menciptakan
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani, perkebunan dapat
memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokal.
3. Peningkatan Kesejahteraan Petani: Salah satu aspek sosial dari
penyelenggaraan perkebunan adalah meningkatkan kesejahteraan petani. Ini
dapat dicapai melalui pemberdayaan petani, penyediaan akses terhadap
sumber daya, dan pembangunan infrastruktur yang mendukung.
4. Konservasi Sumber Daya Alam: Penyelenggaraan perkebunan juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan konservasi lingkungan. Hal
ini mencakup pengelolaan lahan yang berkelanjutan, pelestarian
keanekaragaman hayati, dan perlindungan lingkungan hidup secara umum.
5. Pemberdayaan Petani dan Masyarakat Lokal: Penyelenggaraan perkebunan
dapat memberdayakan petani dan masyarakat lokal dengan memberikan
pendidikan, pelatihan, dan dukungan teknis. Pemberdayaan ini dapat
meningkatkan kapasitas petani dalam mengelola perkebunan mereka dan
mendukung perkembangan masyarakat setempat.

31
6. Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku Industri: Banyak perkebunan, seperti
kelapa sawit, karet, dan teh, menyediakan bahan baku bagi industri.
Penyelenggaraan perkebunan yang baik dapat menjaga pasokan bahan baku
industri dan mendukung pertumbuhan sektor industri tersebut.
7. Penting untuk mencapai keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan dalam penyelenggaraan perkebunan agar dapat memberikan
manfaat maksimal secara berkelanjutan.

B. Asas-Asas Penyelenggaraan Perkebunanan


Penyelenggaraan perkebunan didasarkan pada beberapa asas yang
mencakup prinsip-prinsip dasar yang harus diikuti untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Berikut adalah beberapa asas penyelenggaraan perkebunan:
1. Asas Keberlanjutan (Sustainability): Penyelenggaraan perkebunan harus
memperhatikan aspek keberlanjutan agar dapat mempertahankan produktivitas
lahan dan sumber daya alam jangka panjang. Ini mencakup praktik-praktik
pertanian yang berkelanjutan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan
pengelolaan air yang efisien.
2. Asas Pemberdayaan (Empowerment): Penyelenggaraan perkebunan
seharusnya memberdayakan petani dan masyarakat lokal. Ini melibatkan
penyediaan pelatihan, pendidikan, dan dukungan teknis agar petani dapat
mengelola perkebunan mereka dengan lebih baik dan meningkatkan
kesejahteraan mereka.
3. Asas Partisipasi (Participation): Melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan, termasuk petani dan masyarakat lokal, dalam proses
pengambilan keputusan terkait perkebunan adalah prinsip yang penting.
Partisipasi mereka dapat meningkatkan penerimaan dan keberlanjutan
kebijakan dan program perkebunan.
4. Asas Keadilan (Equity): Penyelenggaraan perkebunan harus mengedepankan
prinsip keadilan, baik dalam distribusi manfaat ekonomi maupun akses
terhadap sumber daya. Keadilan sosial dapat dicapai dengan memperhatikan
hak-hak petani, pekerja perkebunan, dan masyarakat lokal.

32
5. Asas Kesejahteraan (Welfare): Penyelenggaraan perkebunan seharusnya
berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar.
Ini termasuk peningkatan pendapatan, pemberdayaan ekonomi, dan
peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.
6. Asas Kemitraan (Partnership): Kerjasama antara pemerintah, sektor swasta,
dan masyarakat sipil penting untuk mencapai penyelenggaraan perkebunan
yang berkelanjutan. Kemitraan ini dapat mencakup berbagai pihak yang
terlibat dalam rantai nilai perkebunan.
7. Asas Tanggung Jawab (Responsibility): Pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan perkebunan, termasuk perusahaan dan petani, harus
bertanggung jawab atas dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan mereka.
Ini mencakup pematuhan terhadap peraturan, standar etika, dan kepatuhan
terhadap norma-norma yang berlaku.
8. Penyelenggaraan perkebunan yang baik harus memadukan prinsip-prinsip ini
untuk mencapai hasil yang optimal secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Penerapan asas-asas ini dapat membantu menciptakan model perkebunan yang
berkelanjutan dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

C. Ruang Lingkup Dalam Penyelenggaraan Perkebunan


Ruang lingkup dalam penyelenggaraan perkebunan mencakup berbagai
aspek yang melibatkan perencanaan, pengelolaan, dan pemantauan berbagai
kegiatan terkait perkebunan. Ruang lingkup ini dapat mencakup, tetapi tidak
terbatas pada, hal-hal berikut:
1. Perencanaan Perkebunan:
a. Identifikasi jenis tanaman atau komoditas yang akan ditanam.
b. Penentuan lokasi perkebunan berdasarkan faktor-faktor seperti iklim,
tanah, dan ketersediaan air.
c. Perancangan tata letak perkebunan dan infrastruktur yang diperlukan.
2. Pembukaan Lahan:
a. Metode pembukaan lahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan
setempat.

33
b. Pengelolaan tanah agar tetap subur dan produktif.
3. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman:
a. Pemilihan bibit atau benih yang berkualitas.
b. Penanaman tanaman sesuai dengan prinsip-prinsip agronomi.
c. Pemberian pemeliharaan, seperti penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian hama dan penyakit.
4. Manajemen Air:
a. Pengelolaan air untuk irigasi yang efisien.
b. Pengendalian erosi dan pelestarian kualitas air.
5. Aspek Sosial dan Ekonomi:
a. Pemberdayaan petani dan masyarakat lokal.
b. Pengembangan kesejahteraan ekonomi petani.
c. Penerapan praktik-praktik yang mendukung hak tenaga kerja.
6. Konservasi Lingkungan:
a. Pelestarian keanekaragaman hayati.
b. Pengelolaan limbah dan pengurangan dampak lingkungan.
c. Penerapan praktik-praktik pertanian berkelanjutan.
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
a. Implementasi kebijakan dan praktik keselamatan kerja.
8. Pemantauan dan Evaluasi:
a. Pelatihan untuk petani dan pekerja perkebunan mengenai aspek-aspek
kesehatan dan keselamatan.
b. Pengembangan sistem pemantauan untuk memantau produksi,
produktivitas, dan dampak lingkungan.
c. Evaluasi terhadap keberlanjutan dan keberlanjutan sosial ekonomi.
9. Perizinan dan Kepatuhan Hukum:
a. Memastikan perizinan dan izin usaha diperoleh sesuai dengan regulasi
yang berlaku.
b. Kepatuhan terhadap peraturan hukum dan lingkungan
10. Inovasi dan Penelitian:
a. Penerapan inovasi dan teknologi baru dalam pengelolaan perkebunan.

34
b. Penelitian untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.
Ruang lingkup penyelenggaraan perkebunan ini mencakup berbagai aspek
yang harus dikelola dengan hati-hati untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang berkelanjutan. Penerapan praktik-praktik terbaik dan kepatuhan
terhadap standar-standar industri dan regulasi pemerintah sangat penting dalam
pengelolaan perkebunan yang sukses.

E. Plasma kelapa sawit dalam hukum perkebunan


Sejauh pengetahuan saya hingga Januari 2022, tidak ada istilah "G.Plasma
kelapa sawit" yang umumnya dikenal dalam hukum perkebunan atau dalam
konteks peraturan perkebunan di Indonesia atau di banyak negara lainnya.
Kemungkinan besar, ada kebingungan atau ketidakjelasan terkait istilah ini atau
mungkin terjadi perubahan atau perkembangan setelah tanggal pengetahuan saya.
Namun, saya menduga bahwa istilah ini dapat merujuk pada "Germplasm Kelapa
Sawit," yang mengacu pada materi genetik atau bahan tanaman yang berpotensi
dapat digunakan untuk pemuliaan kelapa sawit. Germplasm kelapa sawit
mencakup berbagai varietas atau genotipe dengan karakteristik tertentu yang
diinginkan, seperti ketahanan terhadap penyakit, hasil tinggi, atau sifat lainnya
yang diinginkan.
Dalam hukum perkebunan, pengelolaan germplasm kelapa sawit mungkin
terkait dengan ketentuan-ketentuan tentang perlindungan hak kekayaan intelektual,
seperti hak paten atau hak kekayaan varietas tanaman. Pemilik atau pemegang hak
atas varietas unggul kelapa sawit mungkin dapat memiliki hak eksklusif terhadap
penggunaan dan pemanfaatan materi genetik tersebut.
Penting untuk memahami bahwa hukum perkebunan dan peraturan tentang
pengelolaan tanaman dapat bervariasi antara negara. Oleh karena itu, jika Anda
memiliki pertanyaan spesifik tentang "G.Plasma kelapa sawit" atau hal-hal terkait,
disarankan untuk merujuk pada peraturan perkebunan terkini dan berkonsultasi
dengan ahli hukum atau pihak berwenang di wilayah yang bersangkutan.

35
Daftar Pustaka

"Principles of Agronomy" oleh T. Yellamanda Reddy dan G. H. Sankara Reddi


Buku ini mencakup prinsip-prinsip agronomi dan dapat memberikan pemahaman
yang baik tentang manajemen tanaman dan tanah dalam konteks pertanian dan
perkebunan.
"Sustainable Agriculture and Resistance: Transforming Food Production in Cuba"
oleh Fernando Funes Monzote
Buku ini memberikan perspektif tentang pertanian berkelanjutan, yang juga
relevan untuk perkebunan. Studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang
praktik-praktik yang dapat diadopsi untuk keberlanjutan.
"Oil Palm: Management for Large and Sustainable Yields" oleh RAH Dixon, RO
Sayer, dan MJA Pinard
Buku ini fokus pada manajemen kelapa sawit, mencakup aspek-aspek agronomi
dan manajemen keberlanjutan.
"The Oil Palm" oleh R. H. V. Corley dan P. B. H. Tinker
Buku ini merupakan referensi lengkap tentang kelapa sawit, melibatkan aspek-
aspek agronomi, produksi, dan perkembangan industri.
"Agroecology: The Ecology of Sustainable Food Systems" oleh Stephen R.
Gliessman
Buku ini mengulas konsep agroekologi dan dapat memberikan wawasan tentang
pendekatan berkelanjutan dalam pertanian, yang dapat diterapkan pada
perkebunan.

36
37

Anda mungkin juga menyukai