Anda di halaman 1dari 33

PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BISNIS

(Kasus Pemerintah Mengabaikan Kerusakan Lingkungan)

Tugas Mata Kuliah


Etika Profesi

Oleh:
1. Luh Astika Pramesty NPM 062030501314
2. Narada Sasmitha Solehan NPM 062030500154
3. Riska Aulia Juniana NPM 062030500157
4. Silvani Dwi Putri NPM 062030501320
5. Vera Sabiila NPM 062030501323

Dosen Pengampuh: Dr. M. Thoyib, S.E., M.Ak.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Prinsip dan
Kode Etik Dalam Bisnis.
Makalah Bisnis: Sebuah Profesi Etis disusun guna memenuhi tugas Bapak Dr.
M. Thoyib, S.E., M.Si. pada mata kuliah Etika Profesi di Politeknik Negeri
Sriwijaya. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan terkait materi Prinsip dan Kode Etik Dalam Bisnis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Palembang, Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Pengertian Profesi........................................................................................5
2.2 Bisnis Sebagai Profesi..................................................................................6
2.3 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis...........................................................................7
2.4 Etika Lingkungan Hidup...............................................................................9
2.5 Paradigma Etika Lingkungan.....................................................................12
2.6 Kode Etik Di Tempat Kerja.....................................................................13
2.7 Perbandingan Kode Etik..............................................................................22
BAB III KASUS....................................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................26
BAB V KESIMPULAN........................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan alam kita menghadapi tantangan yang semakin kompleks
dan mendesak. Perubahan iklim, deforestasi, polusi air dan udara, hilangnya
keanekaragaman hayati, serta kerusakan ekosistem adalah beberapa isu global
yang mempengaruhi keseimbangan alam dan kualitas hidup kita. Dalam
mengatasi tantangan ini, peran pemerintah sangat penting dalam melindungi dan
menjaga lingkungan bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
Namun, terlepas dari urgensi dan dampak yang jelas dari kerusakan
lingkungan, seringkali kita melihat bahwa pemerintah tidak memberikan perhatian
yang memadai terhadap isu ini. Ada kecenderungan yang mencemaskan di
beberapa negara di mana pemerintah mengabaikan tanggung jawab mereka dalam
melindungi lingkungan alam, dan fokus mereka lebih tertuju pada kepentingan
ekonomi dan politik jangka pendek.
Kasus etika profesi pemerintah terhadap kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh izin penambangan yang ilegal memerlukan perhatian serius.
Penambangan ilegal adalah praktik yang melanggar hukum di mana perusahaan
atau individu mengeksploitasi sumber daya alam tanpa izin atau dengan
menggunakan izin palsu. Dalam konteks ini, penambangan ilegal mengacu pada
penambangan mineral, seperti emas, batu bara, atau bijih besi, tanpa mematuhi
peraturan lingkungan dan hukum penambangan yang berlaku.
Salah satu alasan utama mengapa pemerintah mengabaikan kerusakan
lingkungan adalah tekanan ekonomi dan kepentingan korporasi yang kuat.
Beberapa negara tergantung pada industri berbasis sumber daya alam, seperti
pertambangan dan minyak, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap
pendapatan nasional. Dalam upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi
dan kestabilan politik, seringkali kebijakan yang merugikan lingkungan diabaikan
atau ditangguhkan. Dalam beberapa kasus, pemerintah bahkan memberikan

1
insentif kepada perusahaan yang bertanggung jawab atas kerusakan
lingkungan, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Selain itu, faktor politik juga dapat memainkan peran penting dalam
pengabaian kerusakan lingkungan oleh pemerintah. Dalam sistem politik yang
korup atau terpengaruh oleh kekuatan ekonomi, kepentingan individu atau
kelompok tertentu mungkin mengungguli kepentingan umum. Kebijakan
lingkungan yang melindungi dan berkelanjutan seringkali dikorbankan demi
kepentingan politik dan finansial para pemangku kepentingan.
Dampak dari pengabaian pemerintah terhadap kerusakan lingkungan
dapat sangat merugikan. Bencana alam yang semakin sering dan parah,
kelangkaan sumber daya alam, penurunan kualitas udara dan air, serta hilangnya
ekosistem yang penting adalah beberapa konsekuensi dari tindakan dan kebijakan
yang tidak bertanggung jawab. Kerugian ekonomi dan sosial yang diakibatkan
oleh kerusakan lingkungan ini jauh melebihi manfaat jangka pendek yang
mungkin diperoleh dari eksploitasi sumber daya alam.
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh izin penambangan ilegal
menyoroti kegagalan pemerintah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
mereka untuk melindungi lingkungan. Etika profesi pemerintah yang lemah atau
terkompromi telah memungkinkan penambangan ilegal terus berlanjut,
mengorbankan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk mengubah sikap mereka dan
memberikan perhatian yang serius terhadap kerusakan lingkungan. Pemerintah
harus mengadopsi kebijakan yang berkelanjutan, melindungi lingkungan alam,
mengedepankan energi terbarukan, mengurangi polusi, dan mendukung praktik
pertanian yang berkelanjutan. Penting juga bagi pemerintah untuk melibatkan
masyarakat sipil, para ilmuwan, dan organisasi lingkungan dalam proses
pengambilan keputusan untuk memastikan representasi yang adil dan
berkelanjutan.
Dengan mengatasi kerusakan lingkungan secara efektif, pemerintah dapat
menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat. Keberlanjutan

2
lingkungan adalah kunci untuk kehidupan yang sehat dan berkelanjutan, dan
pemerintah memiliki peran yang tak tergantikan dalam mewujudkannya.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya penegakan hukum yang tegas
terhadap penambangan ilegal, termasuk sanksi yang lebih berat bagi pelaku yang
melanggar. Selain itu, transparansi dan akuntabilitas dalam proses pemberian izin
penambangan perlu ditingkatkan, serta partisipasi aktif masyarakat dalam
pengambilan keputusan terkait penambangan harus didorong. Penegakan etika
profesi pemerintah sangat penting agar para pejabat publik bertindak secara jujur,
bertanggung jawab, dan berintegritas dalam mengelola sumber daya alam demi
keberlanjutan lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tim atau
kelompok penulis berkeinginan untuk mengangkat judul makalah ini yaitu
“Prinsip dan Kode Etik Dalam Bisnis” dalam kasus yang berjudul Pemerintah
Mengabaikan Kerusakan Lingkungan ?

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
a. Menurut Anda, apakah ada hubungan antara etika dengan lingkungan hid
up ?
b. Konsep-konsep etika apa saja yang dapat Anda terapkan untuk kasus ling
kungan di atas ?
c. Menurut Anda, benarkah pemerintah tidak peduli terhadap kerusakan lin
gkungan? Berikan fakta-fakta lain yang Anda ketahui untuk mendukung
pendapat Anda !
d. Seandainya perusahaan tambang PT Meares Soputan Mining menggunak
an analisis dampak lingkungan, apa saja yang harus dipertimbangkan dal
am hal ini ?
e. Apakah ada hubungan analisis dampak lingkungan di atas dengan analisi
s stakeholders dan Corporate Social Responsibility ? Jelaskan !

3
f. Bila ingin mengaitkan suatu proses keputusan atau tindakan dengan prins
ip-prinsip etika bisnis atau kode etik profesi, tunjukkan dan jelaskan prin
sip-prinsip mana atau unsur kode etik yang mana yang relevan dengan ka
sus di atas ?
g. Warga setempat menginformasikan keluhannya ini melalui media massa
(jumpa pers) karena merasa perusahaan dan pemerintah tidak lagi peduli
terhadap keluhan masyarakat. Apa nama istilah yang tepat terhadap tinda
kan warga semacam ini ? Jelaskan !

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Profesi


Istilah profesi, profesional, dan profesionalisme sudah sangat sering dipe
rgunakan baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam berbagai tulisan di me
dia massa, jurnal ilmiah, atau buku teks. Untuk memahami beragamnya pengertia
n profesi, profesional, dan profesionalisme tersebut, di bawah ini dikutip beberapa
definisi dari berbagai sumber.
Menurut Hidayat Nur Wahid dalam Economics, Business, Accounting R
eview, edisi II/April 2006:
“Profesi adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebu
ah 'pekerjaan' yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, ko
ntinu ditekuni, sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofe
si di bidang tersebut. Sedangkan profesionalisme yang memayungi profe
si tersebut adalah semangat, paradigma, spirit, tingkah laku, ideologi, pe
mikiran, gairah untuk terus menerus secara dewasa (mature), secara intel
ek meningkatkan kualitas profesi mereka.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan sebagai berikut:


“Profesi: bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampil
an, kejuruan, dan sebagainya ) tertentu”.
“Profesional: (a) bersangkutan dengan profesi; (b) memerlukan kepandai
an khusus untuk menjalankannya; (c) mengharuskan adanya pembayaran
untuk melakukannya (lawan amatir).”
“Profesionalisme: merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesion
al.”
Definisi yang sangat sederhana tetapi amat jelas diberikan oleh Pro. Dr.
Widjojo Nitisastro (dalam Hans Kartika hadi: Jurnal Economics, Business, Accou
nting Review, edisi II/April 2006) sebagai berikut: “Seorang profesional akan selal

5
u mempersoalkan (concern) apakah karyanya sesuai dengan kaidah yang berlak
u”. Dari definisi yang diberikan oleh Widjojo Nitisastro, dapat dipetik intisari dari
pengertian profesi adalah sebagai berikut:
1. Karyanya berarti hasil karya (hasil pekerjaan) dari seorang profesional.
2. Kaidah berarti pedoman, aturan, norma, asas. Dalam kaitannya dengan pr
ofesi, diperlukan minimal tiga unsur kaidah, yaitu: kaidah pengetahuan
(keilmuan), kaidah keterampilan (teknis), dan kaidah tingkah laku (sering
disebut kode etik).
Adapun secara lebih rinci, pengertian profesi dalam konteks ini ditandai
oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.
b. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian, dan keterampila
n tinggi.
c. Pengetahuan, keahlian, dan keterampilan diperoleh melalui pendidikan formal,
pelatihan, dan praktik/pengalaman langsung.
d. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
e. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
f. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi un
tuk hidup layak.
g. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan
program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan, men
egakkan, dan mengawasi pelaksanaan kode etik di antara anggota profesi terse
but.
h. Ada izin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.

2.2 Bisnis Sebagai Profesi


Bisnis dapat dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi
dan ciri-ciri suatu profesi, yaitu:
a. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerja
an.

6
b. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan-terutama yang dilaks
anakan oleh jajaran manajemen-menuntut pengetahuan dan keterampilan
tinggi, baik melalui pendidikan formal maupun melalui berbagai jenis pel
atihan dan pengalaman.
c. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat. Begitu
pula di dalam bisnis, saat ini telah disadari bahwa semua pelaku bisnis kh
ususnya para eksekutif/manajemen juga harus dituntut mempunyai tingka
t kesadaran/kaidah moral yang tinggi.
d. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis karen
a pengalaman membuktikan bahwa perilaku para pelaku bisnis menentuk
an kinerja perusahaan yang akan berpengaruh besar bagi kehidupan ekon
omi masyarakat dan negara baik secara positif (misalnya perluasan lapan
gan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan sebagainya) maupun
secara negatif (terjadinya kasus penyelewengan/ manipulasi yang menga
kibatkan PHK, pengangguran, penurunan pendapatan masyarakat dan ne
gara, dan sebagainya).

2.3 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis


Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois A.
Nugroho, 2001), merupakan suatu kombinasi yang dilandasi secara bersama oleh
konsep etika Jepang kyosei yang sifatnya lebih menekankan kebersamaan (commu
nitarian) dan konsep etika Barat yang lebih menekankan pada penghormatan terha
dap martabat/nilai-nilai individu (human dignity), yang terdiri dari:
a. Tanggung Jawab Bisnis: dari Shareholders ke Stakeholders.
Tujuan perusahaan menurut prinsip ini adalah menghasilkan barang dan j
asa untuk menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara luas (stakeh
olders), bukan hanya terbatas untuk kepentingan shareholders para peme
gang saham (pemilik perusahaan), tetapi juga harus mewakili dan mempe
rhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan (stakcholders).
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan dan
Komunitas Dunia.

7
Prinsip ini menyiratkan bahwa kegiatan bisnis tidak semata mencari keun
tungan ekonomis, tetapi juga mempunyai dimensi sosial dan perlunya me
negakkan keadilan dalam setiap praktik bisnis mereka. Di samping itu, pr
insip ini juga menyiratkan bahwa kegiatan bisnis ke depan harus selalu di
dasarkan atas inovasi dan keadilan. Semua pihak harus menciptakan suat
u iklim dan kesadaran agar aktivitas bisnis dapat bebas bergerak secara gl
obal melampaui batas-batas suatu negara menuju satu kesatuan masyarak
at ekonomi dunia.
c. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya.
Prinsip ini menekankan pentingnya membangun sikap kebersamaan dan
sikap saling percaya. Sikap ini hanya dapat dikembangkan bila para pela
ku bisnis mempunyai integritas dan kepedulian sosial.
d. Sikap Menghormati Aturan.
Prinsip ini menyiratkan perlunya dikembangkan perangkat hukum dan at
uran yang berlaku secara multilateral dan diharapkan semua pihak dapat t
unduk dan menghormati hukum/aturan multilateral tersebut.
e. Dukungan bagi Perdagangan Multilateral.
prinsip yang memperkuat prinsip kedua agar semua pihak mendukung
perdagangan global dalam mewujudkan satu kesatuan ekonomi dunia.
f. Sikap Hormat bagi Lingkungan Alam.
Prinsip ini meminta kesadaran semua pelaku bisnis akan pentingnya bers
ama-sama menjaga lingkungan bumi dan alam dari berbagai tindakan ya
ng dapat memboroskan sumber daya alam atau mencemarkan dan merusa
k lingkungan hidup.
g. Menghindari Operasi-operasi yang Tidak Etis.
Prinsip ini mewajibkan semua pelaku bisnis untuk mencegah tindakan-ti
ndakan tidak etis, seperti: penyuapan, pencucian uang, korupsi, dan prakt
ik-praktik tidak etis lainnya.
2.4 Etika Lingkungan Hidup
Persoalan lingkungan hidup yaitu hubungan dan keterkaitan antara manus
ia dengan alam dan pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan lingkungan ba

8
ru mulai disadari, bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan bisnis modern dengan
dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran ini mulai muncul
setelah ada indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi global yang ditulang punggungi
oleh perusahaan-perusahaan raksasa berskala global (perusahaan-perusahaan mult
inasional) telah mulai mengancam eksistensi bumi. Sebagaimana dikatakan oleh B
ertens (2001), pertumbuhan ekonomi global saat ini telah memunculkan enam per
soalan lingkungan hidup, keenam isu lingkungan hidup ini dibahas secara lebih ri
nci dalam bahasan berikut.
1. Akumulasi Bahan Beracun
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pabrik-pabrik yang berdiri selama ini u
mumnya membuang limbahnya ke dalam saluran-saluran yang pada akhirnya
mengalir ke sungai-sungai dan laut. Berbagai kasus pencemaran air akibat
limbah beracun, berdampak pada kematian ikan dan jenis kehidupan lain
yang hidup disungai terancam punah, banyak penduduk yang menderita
penyakit kulit akibat limbah bahan merkuri yang dibuang kelaut, air dari
perusahaan air minum (PAM) yang bahan bakunya bersumber dari air sungai,
banyak yang tidak memenuhi syarat untuk keperluan air minum.
Dan bukan hanya air sungai dan laut yang tercemar. Ada banyak hal
lainnya juga telah tercemar seperti udara disekitar kita telah tercemar oleh
asap hitam yang mengandung gas beracun yang keluar dari knalpot
kendaraan, banyaknya penggunaan berbagai jenis pupuk kimia non-organik
mulai mencemari hasil produksi pertanian, produk hasil pertanian dan hasil
olahan industri diawetkan dengan formalin, minuman dan makanan ada yang
dicampur dengan zat pewarna yang berbahaya untuk kesehatan, dan bahkan
terdapat penemuan teknologi nuklir untuk pembuatan berbagai jenis senjata
jelas merupakan ancaman besar bagi keberadaan bumi beserta seluruh isinya,
bahaya radioaktif dari limbah nuklir ini bukan saja menyebabkan kematian,
tetapi juga bisa menimbulkan penyakit kanker, keguguran bagi ibu hamil,
mutasi gen, cacat lahir dan sebagainya.
2. Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect)

9
Para ahli mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya pemanasan
global adalah efek dari rumah kaca (Greenhouse Effect). hawa panas yang
diterima bumi dari sinar matahari terhalang dan terperangkap tidak dapat
keluar dari atmosfer bumi oleh partikel-partikel gas polutan atau yang sering
disebut gas rumah kaca. Hal yang akan terjadi jika pemanasan global tidak
dapat dikendalikan, sebagaimana diprediksi oleh Nasru Alam Aziz yaitu
kenaikan permukaan air laut akan menggenangi daratan sejauh 50 meter dari
garis pantai dan akan menenggelamkan ribuan pulau kecil di Indonesia. Dan
tidak hanya itu, pemanasan global juga dapat menimbulkan berbagai
bencana, seperti kekeringan, banjir, badai dan topan akibat iklim yang tidak
menentu, mengganggu pola hidup flora dan fauna, pola tanam petani dan pola
penangkapan ikan dilaut, merubah habitat hama dan penyakit, dan lain
sebagainya.
3. Perusakan Lapisan Ozon
Kegunaan lapisan ozon (O3) adalah untuk melindungi semua kehidupan
di bumi dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sinar matahari. Bahaya
radiasi sinar ultraviolet ini antara lain bisa menyebabkan kanker kulit,
penurunan sistem kekebalan tubuh, katarak, serta kerusakan bentuk-bentuk
(spesies) kehidupan dilaut dan didaratan.
Dan pada saat ini ada laporan bahwa bukan saja telah terjadi penipisan
lapisan ozon, tetapi juga telah terjadi perobekan sehingga menimbulkan
lubang pada bagian tertentu dari lapisan ozon tersebut. Penyebab paling
utama hal tersebut adalah gas polutan Chloro-fluoro-carbon (CFC). CFC ini
banyak digunakan untuk penyejuk ruangan (AC), kulkas, industri plastik dan
busa, dan aerosol. Bila penggunaan tersebut tidak dapat dikendalikan, maka
gas polutan CFC akan makin banyak memenuhi lapisan ozon sehingga dapat
membahayakan lapisan ozon tersebut.
4. Hujan Asam (Acid Rain)
Perlombaan pendirian pabrik-pabrik di banyak kawasan industri oleh
hampir semua negara demi memacu pertumbuhan ekonomi tanpa disertai
program pengendalian limbah asap telah mengakibatkan banyaknya volume

10
asap hitam pekat yang terus menerus dimuntahkan dari cerobong-cerobong
pabrik tersebut. Asap tebal yang berwarna hitam pekat ini kemudian menyatu
dengan udara dan awan, yang pada gilirannya menurunkan hujan asam (acid
rain) ke bumi di sekitar awan tersebut. Hujan asam ini ternyata sangat
berbahaya bagi kehidupan di bumi. Bila ini terus berlangsung, maka hujan
asam itu dapat merusak hutan, mencemari air danau, dan bahkan merusak
gedung-gedung.
5. Deforestasi dan Penggurunan
Hutan sebenarnya mempunyai fungsi dan kegunaan yang sangat besar
untuk kepentingan lingkungan hidup dan untuk menjamin kelangsungan dan
kelestarian bumi dan seluruh isinya. Mengetahui bahwa hutan menyimpan
harta karun terpendam dan didukung oleh keserakahan umat manusia untuk
mengumpulkan kekayaan, maka manusia dengan dukungan teknologi maju
mulai berlomba-lomba memburu kayu dan berbagai jenis hasil hutan lainnya.
Konsekuensi logis dari eksploitasi hutan tak terkendali ini adalah timbulnya
penyempitan areal hutan serta perusakan hutan yang masih tersisa.
Akibat negatif dari penyempitan dan perusakan hutan ini, antara lain:
terjadi erosi dan banjir yang meluas; berkurangnya fungsi hutan untuk
menyerap gas polutan; musnah/berkurangnya spesis flora dan fauna tertentu;
meluasnya penggurunan daratan; menurunnya kualitas kesuburan tanah;
berkurangnya cadangan air tanah; serta terjadi perubahan pola cuaca . Akibat
lanjutan dari proses penggundulan dan perusakan hutan ini adalah
berkurangnya kapasitas produksi hasil pertanian karena perubahan pola
cuaca, berkurangnya kesuburan tanah, dan mempercepat proses pemanasan
global.
6. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman berbagai bentuk
dan jenis kehidupan (species) di bumi ini, mencerminkan keindahan dan
menunjukkan kekayaan alam, berfungsi sebagai unsur-unsur dalam mata
rantai kehidupan yang membentuk satu kesatuan sistem kehidupan yang utuh,
sekaligus menjaga keseimbangan alam sebagai suatu sistem.

11
Namun dengan terjadinya pencemaran lingkungan, perusakan hutan, dan
pemanasan global, secara pasti telah menyebabkan berkurangnya populasi
jenis-jenis (species) kehidupan tertentu. Bahkan tidak mustahil jenis-jenis
kehidupan tertentu telah punah dari muka bumi, seperti punahnya dinosaurus
pada zaman dahulu. Penyempitan dan perusakan hutan di Jawa dan Bali,
misalnya, secara nyata telah mengancam keberadaan jenis dan bentuk
kehidupan satwa tertentu atau bahkan mungkin telah punah, seperti misalnya:
harimau jawa, gajah jawa, burung rajawali, burung jalak bali, dan sebagainya.

2.5 Paradigma Etika Lingkungan


Ada beberapa paradigma (cara pandang/pola pikir) yang berkembang
dalam memahami etika dalam kaitannya dengan isu lingkungan hidup.
1. Etika kepentingan generasi mendatang
Pandangan ini sering dikaitkan dengan upaya manusia dalam
mengeksploitasi sumber daya alam (tambang) yang sifatnya tidak dapat
diperbarui (non renewable), seperti: minyak bumi, batu bara, dan
sebagainya. Manusia diingatkan agar sumber daya alam (tambang) yang
sifatnya tidak dapat diperbarui tersebut dihemat dan tidak dihabiskan
untuk kepentingan generasi saat ini saja. Pandangan ini masih tergolong
antroposentrisme karena suatu keputusan dan tindakan dalam mengelola
sumber daya alam hanya dilihat dari sudut kepentingan manusia saja,
sedangkan sumber daya alam atau lingkungan hanya bersifat
instrumental; artinya hanya dilihat dalam konteks manfaat bagi umat
manusia.
2. Etika lingkungan biosentris
Memandang perilaku etis bukan saja dari sudut pandang manusia, tetapi
juga dari sudut pandang non manusia (flora, fauna, dan benda benda
bumi non organisme) sebagai satu kesatuan sistem lingkungan
(ecosystem). Adapun perbedaan penafsiran tentang batasan dan lingkup
elemen non manusia tersebut dapat dikemukakan antara lain:

12
a. Yang dianggap sebagai non manusia sehingga dapat dianggap dan
diperlakukan sebagai moral patients adalah spesies binatang (fauna).
Hal ini antara lain diungkapkan oleh G.J. Warnock dan Richard Rorty.
b. Yang dianggap sebagai non manusia adalah seluruh jenis tumbuh-
tumbuhan (flora) dan binatang (fauna). Hal ini antara lain
diungkapkan oleh Albert Schweitzer.
c. Yang dianggap sebagai non manusia adalah semua jenis binatang
(fauna), tumbuh-tumbuhan (flora), dan benda-benda non-organisme.
Hal ini antara lain diungkapkan oleh Charles Birch.
3. Etika ekosistem (ecosystem)
Menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya (bumi dan
seluruh isinya, sistem tata surya, sistem galaksi, dan sistem alam jagat
raya) dianggap sebagai moral patients. Etika dalam hal ini dipahami
dalam arti luas dan terpadu antara pencipta dengan seluruh ciptaannya,
mirip dengan teori etika Nafis yang mencakup: psiko etika, sosio etika,
dan teo etika.

2.6 Kode Etik Di Tempat Kerja


Walaupun masing-masing fungsi membentuk satu organisasi perusahaan
sebagai satu kesatuan secara bersama, tetap saja ada perbedaan mengenai tujuan d
an tanggung jawab, persyaratan pengetahuan dan keterampilan, serta dalam batas-
batas tertentu yang berhubungan dengan sikap dan perilaku yang diperlukan. Pada
bagian berikut ini akan dibahas prinsip dan isu etika untuk beberapa fungsi, sepert
i: fungsi sumber daya manusia (SDM), pemasaran, akuntansi, keuangan, teknologi
informasi, dan fungsi-fungsi lainnya.
1. Kode Etik Sumber Daya Manusia (Human Resource)
Sekarang ini makin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya aspe
k sikap dan perilaku sehingga makin banyak perusahaan yang mengembangk
an kode etik untuk dijadikan acuan perilaku bagi seluruh karyawannya. Meng
ingat makin pentingnya aspek sikap dan perilaku ini, maka perusahaan tidak c
ukup sekadar menghasilkan pedoman kode etik saja. Yang lebih penting adal

13
ah bagaimana kode etik ini dapat dipahami, disadari pentingnya, dan dijalank
an oleh semua karyawan termasuk manajemen puncak. Oleh karena itu, berda
sarkan studi oleh Weaver, Trevino, dan Cochran (dalam Brooks, 2003: 149),
diperlukan paket program implementasi dengan memperhatikan sedikitnya en
am dimensi program etik agar suatu kode etik dapat dipatuhi. Enam dimensi t
ersebut adalah sebagai berikut:
 Kode etik formal,yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan
secara resmi oleh suatu asosiasi, organisasi profesi, atau suatu lembaga/e
ntitas tertentu.
 Komite Etika, yaitu entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevalu
asi tindakan, menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran
etika.
 Sistem komunikasi etika, yaitu suatu media atau cara untuk menyosialisa
sikan kode etik dan perubahannya, termasuk isu-isu etika dan cara meng
atasinya yang bersifat dua arah antara pejabat otoritas etika dengan piha
k-pihak terkait dalam suatu entitas/organisasi.
 Pejabat etika (ethics officers, ombuds persons), yaitu pihak yang mengoo
rdinasikan kebijakan, memberikan pendidikan, dan menyelidiki tuduhan
adanya pelanggaran etika.
 Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujuan untuk meningkat
kan kesadaran dan membantu karyawan dalam merespons masalah-masa
lah etika.
 Proses penetapan disiplin dalam hal terjadi perilaku tidak etis.

Sejalan dengan paradigma/pandangan bahwa karyawan (SDM, human re


source) saat ini sudah dianggap sebagai mitra kerja dan bukan lagi semata-mata se
bagai SDM yang harus dieksploitasi, maka dalam pembuatan kode etik untuk kary
awan hendaknya jangan hanya berisi perintah, larangan, atau kewajiban yang haru
s dipenuhi oleh setiap karyawan, tetapi juga perlu mempertimbangkan hak-hak (ri
ghts) karyawan yang harus dihormati. Jangan sampai terjadi adanya ketentuan ata
u kode etik yang melanggar hak asasi manusia (HAM).

14
2. Kode Etik Pemasaran
Fungsi pemasaran di dalam perusahaan memegang peranan yang sangat p
enting dan menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan karena menjadi
ujung tombak perusahaan yang bersentuhan langsung dengan pelanggan di lua
r perusahaan.
Perilaku dan kualitas hubungan para eksekutif dan karyawan pada fungsi
pemasaran dengan para pelanggan dan calon pelanggan menjadi sangat krusia
l karena menentukan citra perusahaan dan produknya di mata publik, serta me
nentukan tingkat loyalitas dan kepuasan para pelanggan. Kode etik menjadi pe
doman bagi suatu profesi untuk membangun sikap dan perilaku (attitude) yan
g mendukung citra profesi tersebut.
Lawrence,Weber, Post (2005) mengungkapkan bahwa di AS telah terbent
uk organisasi profesi di bidang pemasaran yang bernama American Marketing
Association (AMA). Organisasi profesi ini telah mempunyai kode etik bagi an
ggotanya, yang pada intinya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Tanggung jawab (Responsibilities)
Pelaku pemasaran harus bertanggung jawab atas konsekuensi aktivitas
mereka dan selalu berusaha agar keputusan, rekomendasi, dan fungsi t
indakan mereka mengidentifikasi, melayani, dan memuaskan masyara
kat (publik) yang relevan: para pelanggan, organisasi dan masyarakat.
2. Kejujuran dan Kewajaran (Honesty and Fairness)
Pelaku pemasaran harus menjaga dan mengembangkan integritas,
kehormatan, dan martabat profesi pemasaran
3. Hak (Rights) dan Kewajiban (Duties)
Pelaku dalam proses pertukaran pemasaran harus mampu
mengharapkan bahwa: (1) produk dan jasa yang ditawarkan
perusahaan aman dan cocok dengan kegunaan yang dimaksudkan; (2)
mengomunikasikan bahwa produk dan jasa yang ditawarkan tidak
menipu; (3) semua pihak mematuhi kewajiban, keuangan, dan
sejenisnya dengan itikad baik: (4) terdapat metode internal yang layak

15
untuk penyesuaian yang adil dan/atau memperbaiki keluhan yang
menyangkut pembelian
4. Hubungan Organisasi (Organizational Relationships)
Pelaku pemasaran harus menyadari betapa perilakunya akan
memengaruhi perilaku orang-orang lain dalam hubungan organisasi.
Mereka seharusnya tidak menimbulkan, mendorong, atau menerapkan
kekerasan untuk menimbulkan tindakan perilaku tidak etis dalam
hubungannya dengan orang lain

3. Kode Etik Akuntansi


Dua indikator karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu: relevan (re
levant) dan dapat diandalkan (reliable). Suatu laporan dianggap relevan kalau
laporan tersebut bermanfaat bagi berbagai pihak untuk mendukung proses pen
gambilan keputusan. Dan disebut andal bila laporan itu disusun dengan cerma
t (akurat), sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta mengga
mbarkan apa adanya (netral, objektif, bebas dari konflik kepentingan). Agar l
aporan akuntansi yang dihasilkan oleh akuntan manajemen dapat memenuhi k
arakteristik kualitatif, maka akuntan manajemen harus menguasai ilmu akunta
nsi dan disiplin lain yang relevan, mempunyai keterampilan dalam mengolah
data dengan teknologi informasi, serta harus mempunyai integritas yang tingg
i.
Akuntan manajemen akan mudah sekali terpengaruh untuk menyusun lap
oran keuangan yang tidak benar (menyesatkan) dan terperangkap untuk meng
ikuti kemauan pihak tertentu bila tidak mempunyai kesadaran etis yang kuat d
alam menjalankan profesinya. Menurut Duska & Duska (2005), kode etik aku
ntan manajemen setidaknya harus meliputi empat standar perilaku etis, yaitu:
1. Kompetensi
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan mempunyai sua
tu tanggung jawab untuk:
 Memelihara tingkat kompetensi profesional yang layak dengan meng
embangkan pengetahuan dan keterampilan mereka.

16
 Menjalankan kewajiban profesional dengan mematuhi hukum, peratu
ran, dan standar teknis yang relevan.
 Menyiapkan laporan dan rekomendasi yang lengkap dan jelas setelah
melakukan analisis terhadap informasi yang andal dan relevan.
2. Kerahasiaan
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tan
ggung jawab untuk:
 Menahan diri untuk membeberkan informasi rahasia yang diperoleh
dari menjalankan tugas sesuai kewenangannya,kecuali diwajibkan se
cara hukum untuk membeberkannya.
 Memberitahukan kepada bawahan menyangkut kerahasiaan informas
i yang mereka ketahui dalam menjalankan tugas mereka dan memant
au kegiatan mereka untuk memastikan kerahasiaannya.
 Menahan diri dari keinginan untuk menggunakan atau terkesan meng
gunakan informasi rahasia yang diperoleh dalam menjalankan tugasn
ya untuk kepentingan tidak etis atau melawan hukum baik secara prib
adi maupun melalui pihak ketiga.
3. Integritas
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tan
ggung jawab untuk:
 Menghindari konflik kepentingan sesungguhnya atau yang tampak da
n memberitahu para pihak terkait dalam hal terjadi konflik kepenting
an.
 Menahan diri untuk melakukan ikatan dalam setiap aktivitas yang da
pat menimbulkan prasangka menyangkut kemampuannya menjalanka
n kewajiban secara etis.
 Menolak setiap pemberian, kemurahan hati, dan pelayanan yang dapa
t memengaruhi atau tampaknya memengaruhi tindakan mereka.
 Menahan diri baik secara aktif maupun pasif dari tindakan yang men
yimpang terhadap pencapaian tujuan etis dan legitimasi organisasi.

17
 Mengungkapkan dan mengomunikasikan keterbatasan profesional ata
u kendala lainnya yang akan menghambat penilaian yang bertanggun
g jawab atau kinerja yang sukses atas suatu kegiatan.
 Mengomunikasikan informasi yang tidak menyenangkan dan yang m
enyenangkan serta pendapat dan penilaian yang profesional.
 Menahan diri dari suatu ikatan atau suatu dukungan aktivitas yang da
pat mendiskreditkan profesi.
4. Objektivitas
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan mempunyai tan
ggung jawab untuk:
 Mengomunikasikan informasi secara adil dan objektif.
 Mengungkapkan semua informasi relevan sepenuhnya yang diperkira
kan dapat memengaruhi pemahaman pihak pengguna atas laporan, ko
mentar, dan rekomendasi yang disampaikan.
5. Resolusi atas Konflik Etis
Dalam menerapkan standar kode etik, praktisi akuntansi manajemen dan
manajemen keuangan mungkin menghadapi masalah dalam mengidentifi
kasikan perilaku tidak etis, atau di dalam memecahkan suatu konflik eti
s. Bila menghadapi isu etika yang signifikan, praktisi akuntansi manajem
en dan manajemen keuangan harus mengikuti kebijakan organisasi yang
telah ditentukan dalam memecahkan konflik tersebut. Bila kebijakan ini
tidak mampu memecahkan konflik etis, maka praktisi harus mempertimb
angkan langkah-langkah berikut ini:
 Diskusikan masalah dengan atasan langsung, kecuali ada indikasi ata
san langsung terlibat. Dalam kasus seperti ini, permasalahan diterusk
an ke tingkat manajemen yang lebih tinggi. Bila tidak memperoleh re
solusi yang memuaskan, kasus dapat diteruskan ke tingkat manajeme
n yang lebih tinggi berikutnya. Bila atasan langsung adalah Direktur
Utama (Chief Executive Officer), atau yang setingkat, pejabat penilai
yang dapat diterima adalah komite audit, komite eksekutif, dewan dir
eksi, dewan trustee, atau pemilik. Kontak dengan pejabat di atas atasa

18
n langsung harus dilakukan dengan sepengetahuan atasan langsung te
rsebut, dengan asumsi atasan langsung tersebut tidak terlibat. Kecuali
dimungkinkan secara hukum, mengomunikasikan masalah dengan pe
jabat atau individu yang bukan karyawan perusahaan, atau ditugaska
n oleh organisasi, tidak layak dipertimbangkan.
 Mengklarifikasi isu etis yang relevan melalui diskusi rahasia dengan
penasehat yang tepat (misalnya, Dewan Penasihat Kode Etik IMA) u
ntuk memperoleh pemahaman jernih tentang berbagai kemungkinan t
indakan. Konsultasi dengan pengacara yang berkaitan dengan hak da
n kewajiban hukum yang menyangkut konflik etis tersebut.
 Bila konflik etis masih muncul setelah bersusah payah mendapatkan
pandangan internal dari pejabat pada berbagai tingkatan, tidak ada jal
an lain yang lebih baik selain mengundurkan diri dari organisasi dan
memberikan nota memorandum kepada perwakilan organisasi yang t
epat. Setelah berhenti, dapat saja hal tersebut diberitahukan kepada pi
hak-pihak lainnya, tergantung sifat dari konflik etis tersebut.

4. Kode Etik Keuangan


Akhir-akhir iní makin banyak dan makin sering terdengar berita tentang i
su/skandal pelanggaran etika di bidang keuangan yang dilakukan dan melibat
kan oknum pejabat terkait di bidang keuangan. Pelanggaran etika yang sudah
sering terdengar, antara lain: insider trading, transaksi saham ilegal, proyeksi l
aporan keuangan yang direkayasa untuk memperoleh kredit bank, rekayasa la
poran keuangan untuk tujuan pembayaran pajak atau untuk mendongkrak harg
a saham, dan sebagainya belum lagi karena sifat uang yang sangat likuid, mak
a harta perusahaan dalam bentuk kas/uang mudah sekali menjadi sasaran penc
urian dan manipulasi.
Para profesional di bidang keuangan di AS telah lama mempunyai organi
sasi profesi yang disebut Association for Investment Management and Resear
ch (AIMR). AIMR juga telah mempunyai kode etik yang dapat dijadikan acua
n perilaku bagi semua anggotanya. Ringkasan kode etik AIMR:

19
 Anggota AIMR akan:
1. Bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat (dignity), dan
bertindak etis dalam berhubungan dengan publik, pelanggan, calon pe
langgan, atasan, karyawan, dan sesama anggota profesi.
2. Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk bertindak etis dan profe
sional yang akan mencerminkan kepercayaan anggota profesi dan prof
esi mereka.
3. Berusaha keras untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi dan
kompetensi pihak lain dalam profesi ini.
4. Menerapkan kehati-hatian dan menjalankan penilaian profesional yan
g bersifat independen.
 Standar-standar perilaku profesional ini juga meliputi:
1. Tanggung jawab fundamental-memahami semua hukum, peraturan, da
n regulasi yang terkait.
2. Hubungan dan tanggung jawab atas profesi termasuk tidak mengikatka
n diri dengan perilaku tidak etis dan melarang melakukan plagiarisme.
3. Hubungan dan tanggung jawab pada atasan-termasuk pengungkapan k
onflik dan pengaturan kompensasi tambahan.
4. Hubungan dan tanggung jawab pada pelanggan dan calon pelanggan-te
rmasuk perwakilan yang masuk akal, independensi dan objektifitas, ta
nggung jawab fiduciary dan dealing yang wajar, memelihara kerahasi
aan, dan pengungkapan konflik serta jasa rujukan (referral fees).
5. Hubungan dan tanggung jawab kepada publik termasuk larangan meng
gunakan informasi bukan publik dan larangan atas penyesatan kinerja
investasi.

5. Kode Etik Teknologi Informasi


Bukan rahasia lagi bahwa kemajuan perangkat keras dan perangkat lunak
komputer juga diikuti oleh munculnya beragam jenis virus komputer yang set
iap saat dapat mengancam data apa pun dan milik siapa pun. Kejahatan kerah
putih makin sering terjadi dengan dampak kerugian yang ditimbulkan makin

20
besar, seperti: penggelapan dana nasabah bank, manipulasi laporan keuangan,
penerbitan dokumen fiktif, pencetakan uang palsu yang makin canggih, penga
ksesan data oleh oknum yang tidak berwenang, munculnya situs-situs porno
melalui Internet, dan sebagainya yang semuanya pasti melibatkan oknum pela
ku yang menguasai teknologi informasi. Sehubungan dengan hal-hal tersebut,
maka makin disadari pentingnya membangun dan menanamkan sikap dan per
ilaku etis di kalangan profesi di bidang teknologi informasi.
Di AS telah terbentuk organisasi profesi di bidang teknologi informasi ya
ng bernama Association for Computing Machinary (ACM). Organisasi ini jug
a telah membuat kode etik profesi yang berlaku bagi semua anggotanya.
Ringkasan kode etik ACM ini berisikan: keharusan umum untuk anggota AC
M mencakup kontribusi bagi masyarakat dan kesejahteraan umat manusia, me
nghindari merugikan orang lain, bertindak jujur dan dapat dipercaya, adil dan
tidak melakukan diskriminasi, menghormati hak kekayaan, termasuk hak cipt
a dan hak paten, memberikan penghargaan yang pantas bagi hak kekayaan int
elektual, menghormati privasi orang lain, dan menghargai kerahasiaan. Ketaat
an terhadap kode etik ini bersifat sukarela. Akan tetapi, jika anggota melangg
ar kode etik ini dengan melakukan perilaku tidak etis, keanggotaannya pada A
CM akan dicabut.

6. Kode Etik Fungsi Lainnya


Organisasi perusahaan adalah suatu sistem. Ciri pokok suatu sistem adala
h bahwa setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan lai
nnya yang akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan. Misalnya, peril
aku seorang operator telepon di suatu perusahaan bisa saja menggagalkan suat
u proyek besar dari seorang calon pelanggan bila telepon dari calon pelangga
n besar ini diterima oleh seorang operator telepon perusahaan dengan sikap ti
dak sopan. Komunikasi yang tidak efektif antar orang di dalam satu bagian, at
au komunikasi yang tidak kondusif antar bagian di dalam satu perusahaan bis
a menimbulkan suasana dan budaya perusahaan yang tidak kondusif, seperti:
saling curiga, saling menyalahkan, saling menjatuhkan, bersaing tidak sehat d

21
alam memperebutkan suatu jabatan, dan sebagainya. Hal ini akan menimbulk
an stres bagi karyawan yang pada akhirnya merugikan perusahaan secara kese
luruhan. Oleh karena itu, semua karyawan pada semua fungsi di suatu perusa
haan harus selalu bersikap profesional, yaitu: menguasai bidang ilmu dan kete
rampilan teknis pada bidangnya, serta harus mempunyai sikap dan perilaku et
is. Ketaatan dalam mematuhi kode etik yang telah ditetapkan oleh perusahaan
akan menentukan kualitas SDM di dalam perusahaan.

2.7 Perbandingan Kode Etik


Perbandingan topik-topik yang dimasukkan kedalam kode etik profesi
yang bersangkutan sebagai berikut
Institute of Association for
American Marketing Association for Computing
Management Investment Management
Association (AMA) Machine (ACM)
Accountants and Research (AIMR)
Tanggung jawab Kompetensi Kompetensi Tanggung jawab dan komitmen
Kejujuran dan Integritas, Jujur dan dapat
Integritas
Kewajaran Martabat (dignity ) dipercaya
Kerahasiaan, Kerahasiaan,
Kerahasiaan,
Hak dan Kewajiban Objektivitas, Menghormati hak
Objektivitas
Independensi kekayaan intelektual
Kehati-hatian; Adil dan tidak
Resolusi atas
Hubungan organisasi Larangan menggunakan diskriminatif;
konflik etis
informasi nonpublik Menghormati privasiorang lain

Sehubungan dengan hal tersebut, di bawah ini akan diulas beberapa kons
ep yang biasa muncul dalam pedoman kode etis suatu profesi.
1. Integritas
 Menyiratkan pengertian keutuhan atau keseimbangan (dalam hal kece
rdasan/kesehatan fisik, mental, dan spiritual; atau pengetahuan, ketera
mpilan, serta sikap dan perilaku);
 Menjadi dasar/fondasi untuk membangun kepercayaan;
 Meliputi banyak atribut atau kualitas terkait untuk membangun karakt
er/pribadi utuh, antara lain: pengetahuan, keterampilan, kejujuran, kek
ukuhan, konsistensi, tindakan benar, tanggung jawab, kematangan, lo
yalitas, ketekunan dan keaktifan, sifat tidak korup, dan sebagainya.

22
Dengan demikian, integritas merupakan dasar penegakan etika karena jik
a integritas sudah melekat menjadi sifat seseorang, maka atribut-atribut la
innya sudah dengan sendirinya menjadi bagian dari karakternya.
2. Whistleblowing
Whistleblowing dalam konteks etika, sebagaimana diungkapkan oleh Son
ny Keraf (1998) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beb
erapa orang karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilaku
kan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain. Pihak yang dilapo
ri ini bisa saja atasan yang lebih tinggi, atau masyarakat luas. Bila lapora
n ini masih ditujukan kepada orang/pejabat di dalam perusahaan, maka ti
ndakan ini disebut internal whistleblowing. Namun bila tindakan pemboc
oran ini sudah dilakukan kepada masyarakat/orang di luar perusahaan, m
aka tindakan ini disebut external whistleblowing.
3. Kompetensi
Kompetensi berarti kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu
pekerjaan atau profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang
dapat menjalankan pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik. Dalam
arti luas, kompetensi mencakup penguasaan ilmu/pengetahuan
(knowledge), dan keterampilan (skil1) yang mencukupi, serta mempunyai
sikap dan perilaku (attitude) yang sesuai untuk melaksanakan
pekerjaan/profesinya. Bila pengertian kompetensi mencakup ketiga unsur
ini pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku maka orang yang
kompeten sama artinya dengan orang yang profesional. Namun sering
kali konsep kompetensi dimaksudkan dalam pengertian yang lebih
sempit, yaitu hanya dikaitkan dengan pengetahuan dan keterampilan saja,
tanpa mempertimbangkan sikap dan perilaku.
4. Objektivitas dan Independensi
Objektif berarti: sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu
didasarkan atas fakta atau bukti yang mendukung. Konsep ini
menyiratkan bahwa segala sesuatu diungkapkan apa adanya, tidak
menyembunyikan sesuatu, jujur, dan wajar (fair). Independensi

23
mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau
tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan.

BAB III
KASUS

Pemerintah Mengabaikan Kerusakan Lingkungan?


Pemerintah dinilai “gelap mata” terhadap dampak kerusakan lingkungan
dengan memberikan izin penambangan di wilayah hutan Toka Tindung,
Kabupaten Bitung, Sulawesi Utara, pada awal Maret 2008. Beberapa warga
setempat dalam konferensi pers di Jakarta menyampaikan hal itu. Selama ini tidak
ada perhatian pemerintah terhadap kerugian warga akibat rusaknya lingkungan
yang disebabkan oleh kegiatan persiapan penambangan. “Seumur-umur, sampai
35 tahun saya tidak pernah mengalami banjir di kampung ini, baru kali ini terjadi
banjir setelah hutan di atas kampung kami dibabat untuk penambangan”, kata
David Katang, salah seorang warga desa Batu Putih Atas. Enam desa di wilayah
lingkar rencana tambang PT Meares Soputan Mining itu mengalami musibah
banjir lumpur untuk pertama kalinya pada 11 Maret 2007. Enam desa itu adalah

24
Likupang Satu, Likupang Dua, Kampung Ambon, Rinondoran, Pinenek, dan Desa
Maen. Perusahaan tambang ini sudah membangun tiga buah dam, fasilitas pabrik,
perkantoran, dan dermaga. Di hulu, perusahaan ini juga memotong dan
membelokkan arus sungai Budo. Kapasitas penampungan limbah bijih emas
direncanakan sepuluh juta ton, sedangkan usia tambang hanya enam tahun. Akibat
kegiatan ini, terjadi banjir lumpur sehingga nelayan tidak dapat lagi memetik
kepiting di hutan bakau karena ketika hujan ada genangan lumpur.

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan penjelasan kasus di atas, terkait dengan perizinan penambangan


diwilayah Hutan Toka Tindung, Kabupaten Bitung, Sulawesi Utara, pemerintah
mungkin memberikan alasan atau argumen untuk mendukung keputusan tersebut,
salah satunya, pemerintah mungkin berpendapat bahwa penambangan diwilayah
tersebut akan memberikan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,
menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat, namun kenyataannya yang terjadi, akibat perizinan tersebut
menimbulkan beberapa dampak negatif yang dapat merugikan warga setempat,
dan terdapat 6 desa wilayah sekitarnya pun terkena dampak bencana banjir lumpur
akibat dari penambangan tersebut.
Dan dari kasus tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang akan dibahas pada
bab ini, antara lain:

25
a. Apakah ada hubungan antara etika dengan lingkungan hidup?
Ada, karena perilaku manusia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kelangsungan hidup bumi beserta isinya. Pada dasarnya karakter manusia
sangat menentukan bagaimana kondisi lingkungan kita. Sebagai manusia, kita
harus mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan dengan
membatasi perilaku, tingkah laku, dan sikap kita agar tetap berada dalam
batas kewajaran lingkungan hidup. Dengan kata lain, kita harus benar-benar
menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kehidupan kita sehari-sehari,
khususnya etika lingkungan hidup.
b. Konsep-konsep etika apa saja yang dapat anda terapkan untuk kasus
lingkungan di atas?
Konsep etika lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan
hanya dinilai dari sudut pandang manusia, tetapi juga dari sudut pandang non-
manusia (flora, fauna, dan benda-benda bumi non-organisme) sebagai satu
kesatuan sistem lingkungan (ecosystem).
Etika kewajiban dan hak, etika kewajiban menyatakan bahwa ada tugas-tugas
yang harus dilakukan tanpa mempedulikan apakah tindakan ini adalah
tindakan terbaik. Sedangkan, etika hak menekankan bahwa kita semua
mempunyai hak moral, dan semua tindakan yang melanggar hak ini tidak
dapat diterima secara etika. Individu harus dihormati, dan tindakan dianggap
etis bila tindakan itu mempertahankan rasa hormat kita kepada orang lain.
c. Menurut anda, benarkah pemerintah tidak peduli terhadap kerusakan
lingkungan? Berikan fakta-fakta lain yang anda ketahui untuk mendukung
pendapat anda!
Dalam kasus ini, menurut saya Pemerintah memang kurang memperhatikan
kondisi lingkungan karena pemerintah telah memberikan izin penambangan
di wilayah hutan Toka Lindung. Hal ini saya simpulkan dari diterbitkannya
Keputusan MESDM dalam Surat Keputusan No. 42.K/30.00/DJB/2008 yang
isinya memperpanjang izin kontruksi PT MSM. Seharusnya pemerintah
dalam memberikan izin penambangan harus dikaji dan ditelusuri terlebih
dahulu manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini. Apakah ada

26
pihak yang dirugikan atau tidak? Atau apakah manfaat yang dihasilkan
sebanding dengan risiko yang ada? Dsb. Mungkin kegiatan ini memang
menguntungkan bagi negara karena investasi PT MSM mencapai US$ 78,4
juta serta penyerapan tenaga kerja ratusan orang, tetapi pemerintah juga harus
memperhatikan dampak bagi rakyat di sekitar lokasi penambangan. Jadi,
pemerintah harus lebih bijak dalam mengambil keputusan. Jangan semerta-
merta hanya karena manfaat ekonomi saja tetapi juga kelestarian lingkungan
harus dijaga, karena kerusakan lingkungan menurut saya juga termasuk
kerugian bagi negara.
d. Seandainya perusahaan tambang PT Meares Soputan Mining menggunakan
analisis dampak lingkungan, apa saja yang harus anda pertimbangkan dalam
hal ini?
Yang harus dipertimbangkan adalah penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup agar kegiatan pembangunan dapat berjalan
berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup dan meminimalisir
dampak negatif bagi lingkungan juga masyarakat sekitar.
e. Apakah ada hubungan analisis dampak lingkungan di atas dengan analisis
steakholders dan Corporate Social Responsibility? Jelaskan!
Analisis dampak lingkungan berhubungan dengan analisis stakeholders dan
CSR Analisis stakeholders adalah pihak-pihak, individu ataupun organisasi
yang secara aktif terlibat dalam proyek dan mempunyai interest yang
terpengaruh, baik positif maupun negatif atas terlaksananya proyek.
Corporate Social Responsibility merupakan sebuah komitmen dari suatu
perusahaan untuk memberikan kontribusi yang lebih pada masyarakat, baik
melalui tindakan sosial maupun tanggung jawab lingkungan. Intinya adalah
perusahaan yang melaksanakan proyek tidak boleh melakukan pencemaran,
tidak berkontribusi dalam limbah dan harus melindungi lingkungan dari
kerusakan. Dalam melakukan hal ini tentu tidak lepas dari tanggung jawab
stakeholders perusahaan dan juga pemerintah yang memiliki andil besar
dalam kegiatan ini.

27
f. Bila ingin mengaitkan suatu proses keputusan atau tindakan dengan prinsip-
prinsip etika bisnis atau kode etik profesi, tunjukkan dan jelaskan prinsip-
prinsip mana atau unsur kode etika yang mana yang relevan dengan kasus di
atas?
 Prinsip otonomi, seorang pelaku bisnis harus bisa mengambil keputusan
yang baik dan tepat, dan mempertanggungjawabkan keputusan tersebut.
Pelaku usaha bisa dikatakan punya prinsip otonomi dalam berbisnis jika
ia dapat memahami bidang usaha yang dikerjakan, situasi yang dihadapi,
serta tuntutan dan aturan yang berlaku di bidang tersebut. Pelaku usaha
juga dikatakan memiliki prinsip otonomi bila ia sadar bahwa keputusan
dan tindakan yang diambil sesuai atau bertentangan dengan nilai atau
norma moral tertentu.
 Prinsip Keadilan, adil dalam hal ini berarti semua pihak yang terlibat
dalam bisnis memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama
sesuai aturan yang berlaku. Dengan begitu, maka semua pihak yang
terkait dalam bisnis harus memberikan kontribusi terhadap keberhasilan
bisnis yang dijalankan, baik secara langsung maupun tak langsung.
Prinsip keadilan menuntut agar semua pihak tidak merasa rugi.
g. Warga setempat menginformasikan keluhannya ini melalui media massa
(jumpa pers) karena merasa perusahaan dan pemerintah tidak lagi peduli
terhadap keluhan masyarakat. Apa nama istilah yang tepat terhadap tindakan
warga semacam ini? Jelaskan!
Tindakan tersebut dinamakan extemal whistleblowing yang mana adalah
tindakan yang dilakukan seseorang atau beberapa orang untuk membocorkan
masalah kepada media massa atau khalayak ramai. Motivasi utama dari
whistle blowing ini adalah mencegah kerugian bagi masyarakat. Whistle
Blowing Eksternal secara moral dibenarkan jika ada bukti yang jelas, dan
kuat bahwa suatu organisasi melakukan aktivitas yang melanggar hukum atau
berakibat serius pada pihak lain.

28
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan


bahwa:
1. Semua kegiatan bisnis yang di lakukan merupakan sebuah profesi yang men
untut profesionalisme dan ketaatan terhadap kode etik yang berlaku. Pada p
raktiknya dalam perusahaan prinsip etika bisnis akan membentuk nilai, nor
ma, dan perilaku para pekerja, mulai dari bawahan hingga atasan. Prinsip e
tika bisnis yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan praktik bisni
s, yaitu: prinsip otonomi, prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip saling
menguntungkan dan prinsip integritas moral jika suatu bisnis dilakukan terl
alu berlebihan dan sering menyimpang dari kode etik maka akan menimbul
kan beberapa kerusakan lingkungan.
2. Kode etik yang harus di penuhi dalam bisnis mengupayakan untuk mencega
h terjadinya benturan-benturan kepentingan yang akan merugikan beberapa
pihak ,walaupun masih dalam himbauan, kode etik ditempat kerja terdiri da
ri 6 macam yaitu;
1. Kode etik sumber daya manusia
2. Kode etik pemasaran

29
3. Kode etik akuntansi
4. Kode etik keuangan
5. Kode etik teknologi informasi
6. Kode etik fungsi lain nya
3. Kasus kerusakan lingkungan di wilayah hutan Toka Tindung, Sulawesi
Utara, menunjukkan pengabaian pemerintah terhadap dampak lingkungan
yang serius. Beberapa warga setempat mengalami kerugian, seperti banjir
lumpur dan gangguan pada mata pencaharian nelayan, akibat izin
penambangan yang diberikan tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Dalam konteks ini, terdapat hubungan yang erat antara etika dan
lingkungan hidup. Etika melibatkan pertimbangan moral tentang
perlindungan dan keberlanjutan lingkungan. Pemerintah dinilai tidak
peduli terhadap kerusakan lingkungan karena memberikan izin
penambangan tanpa mempertimbangkan dampaknya, tidak memperhatikan
keluhan warga, dan tidak memperhatikan analisis dampak lingkungan yang
seharusnya menjadi pertimbangan penting.

30

Anda mungkin juga menyukai