BEDAH PLASTIK
Dosen Pengampu:
Hosnu Inayati, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Dimas Setiawan (722621707)
2. Noviana Laili Putri R (722621711)
3. Fitria Noviyana Putri (722621712)
4. Syaiful Dhani Hidayat (722621719)
5. Surya Dwi Putra R (722621732)
6. Fajriyatus Shidqiyah (722621733)
7. Fijjriya Maulina Ananta (722621738)
8. Nandini Ulin Nuha (722621742)
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
dan Hukum Keperawatan dengan judul “Bedah Plastik” berdasarkan
pengumpulan data dari berbagai sumber.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan dosen mata kuliah Etika dan
Hukum Keperawatan yaitu Ibu Hosnu Inayati, S.Kep., Ns., M.Kep untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Kami juga tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada dosen yang membimbing kami dalam menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Disusun agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui
lebih luas tentang “Bedah Plastik” pada makalah ini. Kami menyadari masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisan dan menyusunannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan, baik dalam
bentuk saran maupun kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kualitas dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat guna perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Definisi Bedah Plastik....................................................................................4
2.2 Tujuan Bedah Plastik....................................................................................5
2.3 Macam-Macam Bedah Plastik......................................................................5
2.4 Syarat-Syarat Bedah Plastik.......................................................................10
2.5 Sarana Kesehatan Bedah Plastik................................................................11
2.6 Prosedur Bedah Plastik...............................................................................12
2.7 Faktor Risiko Pada Pasien Bedah Plastik..................................................13
2.8 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Menjalani Bedah Plastik...........14
2.9 Metode-Metode Bedah Plastik....................................................................14
2.10 Peran Perawat Dalam Ranah Bedah Plastik.............................................16
2.11 Prinsip Etika dan Hukum Keperawatan Bedah Plastik...........................17
2.12 Sanksi Tenaga Kesehatan Jika Melanggar Prosedur Bedah Plastik......18
BAB III STUDY KASUS.....................................................................................19
3.1 Kasus.............................................................................................................19
3.2 Pembahasan..................................................................................................20
BAB IV PENUTUP..............................................................................................23
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................23
4.2 Saran..............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan dan memahami lebih dalam mengenai konsep teori dan
konsep etika dan hukum keperawatan tentang bedah plastik
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi bedah plastik
b. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya bedah plastik
c. Untuk mengetahui macam-macam bedah plastik
d. Untuk mengetahui syarat-syarat bedah plastik
e. Untuk mengetahui apa saja sarana kesehatan bedah plastik
f. Untuk mengetahui prosedur bedah plastik
g. Untuk mengetahui faktor risiko pada pasien bedah plastik
h. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
bedah plastik
i. Untuk mengetahui metode-metode bedah plastik
j. Untuk mengetahui peran perawat dalam ranah bedah plastik
3
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai sarana pembelajaran dan pengalaman bagi penulis untuk
melakukan studi kasus serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang
etika dan hukum keperawatan tentang bedah plastik
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan sebagai sumber
bacaan dan data acuan dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Bagi Pelayanan kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik keperawatan yang tepat
khususnya untuk etika dan hukum keperawatan tentang bedah plastik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
(graft), misalnya tandur kulit (skin graft), tandur lemak (fat graft),
tandur kulit dan lemak (dermal-fat graft), tandur tulang (bone graft),
dan sebagainya.
c. Aplikasi implan, implan merupakan suatu bahan atau protesis yang
ditanamkan di dalam jaringan, terdiri dari suatu bahan yang tidak
bereaksi dengan tubuh (inert), misalnya implan silikon padat, bahan
metal, dan sebagainya.
d. Bedah laser, Light Amlification by the Stimulated Emission of Radiation
(laser) merupakan suatu jenis radiasi dengan amplitudo gelombang
yang diperkuat. Dengan afinitas dan panjang gelombang tertentu, sinar
laser dapat dipakai untuk menghancurkan dan merusak sel-sel tubub
tertentu pada kedalaman tertentu pula, misalnya beberapa jenis tumor
pembuluh darah ataupun tato.
e. Aplikasi perekat (plaster) dan krim yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka, serta balutan (balut tekan).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bedah plastik rekonstruksi
pada dasarnya dilakukan karena adanya kelainan atau ketidakfungsian
organ tubuh antara lain disebabkan oleh cacat bawaan atau kecelakaan.
Macam-macam tindakan beda plastik rekonstruksi yang dapat dilakukan
yaitu, kelainan bawaan pada muka, kulit, dan alat kelamin pria:
a. Cacat yang disebabkan oleh trauma, luka bakar, dan pengangkatan
tumor
b. Bedah kraniofasial dan bedah maksilofasial, merupakan cabang ilmu
bedah plastik yang mengkhususkan diri dalam bidang rekonstruksi
kelainan bawaan bentuk kepala dan muka, serta kelainan yang
disebabkan trauma dan pengangkatan tumor.
c. Bedah mikro, merupakan cabang ilmu bedah plastik yang
mengkhususkan diri dalam bidang rekonstruksi kelainan bawaan,
trauma (misalnya amputasi traumatik) dan pengangkatan tumor yang
memiliki spesialis dalam aplikasi teknik bedah mikro atau
penyambungan pembuluh darah di bawah mikroskop.
7
5. Etika Kedokteran
Praktisi bedah plastik diharapkan beroperasi sesuai dengan etika
kedokteran yang berlaku.
Di dalam praktik terdapat tiga macam sarana kesehatan yang dapat
digunakan untuk melakukan bedah plastik, yaitu sebagai berikut:
1. Tempat praktik dokter spesialis bedah plastik
2. Rumah Sakit Umum, sebagai tempat untuk segala macam jenis
pembedahan
3. Rumah Sakit Khusus Bedah Plastik, sebagai tempat untuk segala macam
pembedahan bedah plastik
2. Bedah Penutup
Cara kerja bedah penutup dalam operasi plastik adalah mirip dengan
cangkok kulit. Metode ini memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi
karena jaringan baru yang ditempelkan pada bagian kulit yang rusak
langsung mendapatkan pasokan darah. Bedah penutup kerap
diimplementasikan pada bedah bibir sumbing atau operasi payudara.
3. Perangkat Tiruan (Prostetik)
Prosedur ini menggunakan suatu alat tiruan atau prostetik yang
dipasangkan di kulit kepala, kepala, wajah atau mulut dengan tujuan
mengembalikan bentuk serta fungsi bagian tubuh yang tidak
sempurna/hilang.
4. Perluasan Jaringan
Pada prosedur ini, dokter memasukkan alat seperti balon ke bawah
lapisan kulit, lalu mengisinya dengan air garam supaya kulit merenggang.
Saat dirasa sudah cukup, alat tersebut akan ditarik keluar kembali,
kemudian jaringan baru akan ditempatkan di lokasi tersebut guna
menggantikan kulit yang rusak/hilang.
5. Microsurgery
Metode berikutnya dari operasi plastik adalah microsurgery (bedah
mikro), yaitu prosedur operasi yang juga dilakukan oleh dokter spesialis
bedah saraf dengan bantuan mikroskop khusus untuk memperbaiki saraf
yang mengalami kerusakan. Dokter spesialis bedah plastik menggunakan
metode microsurgery ini untuk operasi rekonstruksi yang lebih kompleks
termasuk rekonstruksi kulit, otot, dan jaringan yang rusak. Misalnya,
microsurgery digunakan untuk menangani kondisi limfedema dan untuk
membantu dalam upaya reattachment (penyambungan kembali) dan
replantasi (penanaman kembali) bagian tubuh yang diamputasi.
16
3.1 Kasus
Dilansir dari OfficialiNews – Aktris Nani Darham meninggal dunia
pada 21 Oktober 2023 lalu setelah menjalani operasi sedot lemak atau
liposuction disebuah klinik kecantikan di Jakarta Selatan. Kondisi Nani
Darham tidak stabil pasca operasi, sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Dokter
Suetoyo Jakarta Selatan. Nani Darham dinyatakan meninggal dunia setiba di
Rumah Sakit. Keluarga menduga terjadi malpraktik dalam prosedur operasi
sedot lemak (liposuction) sehingga melaporkan kasus ini ke Polres Jakarta
Selatan. Kakak kandung korban Indrie Darham menjelaskan “Saya tidak tau
kalau ada penambahan proses yang terjadi ditanggal 21 oktober, saya juga
tidak tau ada penambahan waktu dari 2 jam ke 5 jam. Itu yang sangat saya
sayangkan, kenapa pihak keluarga dibuat tidak mengetahui kalau ada
perubahan sampai akhirnya terjadi kemalangan ini”.
Nani darham baru 2 bulan melahirkan saat menjalani operasi sedot
lemak (liposuction). Keluarga menyatakan sebelumnya prosedur
menyebutkan harus terdapat jeda waktu 6 bulan sebelum korban dapat
menjalani oparasi sedot lemak (liposuction). Namun kemudian, pihak klinik
menyanggupi melakukan prosedur tersebut lebih cepat. Polisi telah
memeriksa 11 orang saksi dari pihak klinik, diantaranya dokter yang
menangani dan perawat. Polisi juga telah melakukan olah TKP dan
mengumpulkan beberapa alat bukti, diantaranya kamera CCTV serta
beberapa dokumen. “Korban sudah dilakukan outopsi dan saat ini penyidik
masih dalam proses untuk menunggu hasil dari autopsi tersebut” jelas
Kompol Henrikus Yossi, Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan.
Nani darham disebutkan menjalani operasi sedot lemak (liposuction)
dengan biaya 300 juta rupiah di sebuah klinik kecantikan di kawasan Cipete
Jakarta Selatan. Keluarga melalui kuasa hukum melaporkan dokter berinisial
DM selaku dokter yang menangani Nani di klinik tersebut atas dugaan tindak
pidana malpraktik.
19
3.2 Pembahasan
1. Berdasarkan Etika Keperawatan
Berdasarkan kasus ini, beberapa aspek etika keperawatan yang dapat
diidentifikasi melibatkan berbagai pertimbangan, termasuk hak pasien,
keselamatan, komunikasi, dan profesionalisme yaitu sebagai berikut:
a. Informasi dan Persetujuan Pasien
Hak untuk informasi yang jelas dan persetujuan sebelum prosedur
medis merupakan prinsip etika keperawatan. Dalam kasus ini, ada
indikasi bahwa keluarga tidak sepenuhnya diberi tahu tentang
perubahan prosedur operasi sedot lemak dan waktu operasi yang
seharusnya 2 jam memanjang ke 5 jam.
b. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien adalah prioritas utama dalam etika
keperawatan maupun tindakan medis lainnya. Jika ada dugaan
malpraktik yang menyebabkan kematian pasien, ini menggambarkan
bahwa terjadi pelanggaran serius terhadap prinsip etika dan standar
keselamatan pasien.
c. Keterbukaan dan Komunikasi Efektif
Prinsip etika melibatkan keterbukaan dan komunikasi efektif
antara tim perawatan kesehatan, pasien, maupun pihak keluarga. Pada
kasus ini, keluarga menjelaskan bahwa mereka merasa kekurang
informasi atas prosedur operasi yang dijalani oleh korban, sehingga
menciptakan ketidakpastian dan ketidakpuasan.
d. Kepatuhan terhadap Aturan Profesi
Praktik keperawatan seharusnya selalu mematuhi aturan dan
pedoman profesi, termasuk kepatuhan terhadap masalah prosedur dan
waktu yang direkomendasikan antara prosedur operasi sedot lemak
(liposuction) dengan jangka waktu persalinan yaitu sekitar 6 bulan.
e. Konseling dan Dukungan Keluarga
Profesional keperawatan harus menyediakan konseling dan
dukungan yang memadai kepada keluarga pasien, terutama dalam
situasi yang sulit seperti ini.
20
f. Pemeriksaan dan Pengumpulan Bukti
Keterlibatan polisi dalam penyelidikan menunjukkan pentingnya
menegakkan etika keperawatan dan hukum. Pemeriksaan menyeluruh
dan pengumpulan bukti diperlukan untuk mendukung jalannya proses
hukum dan menentukan apakah memang adanya tindak pidana
malpraktik yang dilakukan oleh tim medis.
g. Olah TKP dan Autopsi
Pemeriksaan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan autopsi
merupakan langkah-langkah yang penting untuk menentukan dan
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang penyebab
kematian pasien, serta memastikan integritas proses penyelidikan.
h. Pelaporan Malpraktik
Jika terbukti adanya dugaan malpraktik, pelaporan dan tindakan
hukum yang tepat memang harus diambil untuk memastikan
pertanggungjawaban untuk mencegah terjadinya hal atau kasus serupa
di masa depan.
21
c. Pemeriksaan Malpraktik
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran: Mengatur
praktik kedokteran, termasuk ketentuan terkait malpraktik. Penanganan
kasus ini dapat melibatkan aspek-aspek dari undang-undang tersebut.
d. Otoritas Kesehatan dan Lisensi Praktisi
Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
atas PP No. 48 Tahun 2002 tentang Kewenangan, Syarat-Syarat, dan
Tata Cara Pemberian Izin Praktik kepada Tenaga Kesehatan:
Menetapkan persyaratan dan tata cara pemberian izin praktik kepada
tenaga kesehatan, termasuk dokter dan perawat.
e. Hak Pasien
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit: Mengatur hak dan
kewajiban pasien, termasuk hak untuk mendapatkan informasi yang
jelas mengenai prosedur medis yang akan dilakukan.
f. Pengawasan dan Akreditasi Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Mengatur standar pelayanan
kefarmasian yang mencakup pengawasan dan akreditasi apotek.
g. Pemberian Izin pada Klinik Kecantikan
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan: Menetapkan
persyaratan dan tata cara pemberian izin operasional pada fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk klinik kecantikan.
Dalam konteks hukum keperawatan, keselamatan pasien, pelaporan
malpraktik, proses penyelidikan, pengumpulan bukti oleh pihak kepolisian
dan otoritas kesehatan sangat penting. Pelibatan kuasa hukum dan
pengadilan mungkin diperlukan untuk menentukan pertanggungjawaban
dan menegakkan keadilan dalam kasus ini.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bedah plastik adalah spesialisasi medis yang berfokus pada perbaikan
atau pemulihan struktur tubuh dan fungsi yang mencakup berbagai prosedur,
baik rekonstruktif maupun estetika, untuk meningkatkan penampilan dan
kesehatan pasien, terutama pada bagian wajah dan tubuh yang mengalami
cacat atau kelainan struktural. Bedah plastik bertujuan untuk memulihkan
atau meningkatkan kualitas hidup pasien melalui perbaikan penampilan fisik,
fungsi tubuh, dan psikologis. Macam-macam beddah plastik dibagi menjadi
dua, yaitu bedah rekonstruksi dan estetika. Faktor risiko pasien bedah plastik
yaitu infeksi, komplikasi jaringan, kehilangan fungsi, kerusakan psikologis,
kebutuhan operasi tambahan, biaya tambahan.
Bedah plastik dan rekonstruksi pasal 37 ayat 1 UUK berbunyi: Etika
dan hukum keperawatan bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan,
untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu. Ketentuan pidana pasal
81 ayat 1 C berbunyi: Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan
dengan sengaja melakukan bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana
dimaksud pasal 37 ayat 1, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
tahun dan denda paling banyak Rp. 140.000.000,-
4.2 Saran
Dalam praktik bedah plastik, penting untuk menjaga etika dan
mematuhi hukum. Pastikan untuk mendapatkan persetujuan pasien secara
jelas dan memberikan informasi yang akurat mengenai prosedur, risiko, dan
hasil yang mungkin. Selalu prioritaskan kesejahteraan pasien dan hindari
praktik yang dapat dianggap tidak etis atau ilegal. Selalu patuhi regulasi
medis dan jangan terlibat dalam praktik-praktik yang dapat membahayakan
pasien atau melanggar norma hukum.
23
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Diana Siska. 2010. Pelaksanaan Bedah Plastik Dalam Prespektif Peraturan
Undang-Undang Tentang Kesehatan Indonesia (Studi di Rumah Sakit
Daerah Dr. Mowerdi Surakarta). https://digilib.uns.ac.id, diakses pada
tanggal 2 November 2023
24