Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BEDAH PLASTIK

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah:


Etika dan Hukum Keperawatan

Dosen Pengampu:
Hosnu Inayati, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Dimas Setiawan (722621707)
2. Noviana Laili Putri R (722621711)
3. Fitria Noviyana Putri (722621712)
4. Syaiful Dhani Hidayat (722621719)
5. Surya Dwi Putra R (722621732)
6. Fajriyatus Shidqiyah (722621733)
7. Fijjriya Maulina Ananta (722621738)
8. Nandini Ulin Nuha (722621742)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
dan Hukum Keperawatan dengan judul “Bedah Plastik” berdasarkan
pengumpulan data dari berbagai sumber.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan dosen mata kuliah Etika dan
Hukum Keperawatan yaitu Ibu Hosnu Inayati, S.Kep., Ns., M.Kep untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Kami juga tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada dosen yang membimbing kami dalam menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Disusun agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui
lebih luas tentang “Bedah Plastik” pada makalah ini. Kami menyadari masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisan dan menyusunannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan, baik dalam
bentuk saran maupun kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kualitas dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat guna perkembangan dunia pendidikan.

Sumenep, 30 Oktober 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Definisi Bedah Plastik....................................................................................4
2.2 Tujuan Bedah Plastik....................................................................................5
2.3 Macam-Macam Bedah Plastik......................................................................5
2.4 Syarat-Syarat Bedah Plastik.......................................................................10
2.5 Sarana Kesehatan Bedah Plastik................................................................11
2.6 Prosedur Bedah Plastik...............................................................................12
2.7 Faktor Risiko Pada Pasien Bedah Plastik..................................................13
2.8 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Menjalani Bedah Plastik...........14
2.9 Metode-Metode Bedah Plastik....................................................................14
2.10 Peran Perawat Dalam Ranah Bedah Plastik.............................................16
2.11 Prinsip Etika dan Hukum Keperawatan Bedah Plastik...........................17
2.12 Sanksi Tenaga Kesehatan Jika Melanggar Prosedur Bedah Plastik......18
BAB III STUDY KASUS.....................................................................................19
3.1 Kasus.............................................................................................................19
3.2 Pembahasan..................................................................................................20
BAB IV PENUTUP..............................................................................................23
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................23
4.2 Saran..............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bedah plastik adalah spesialisasi medis yang berfokus pada perbaikan
atau pemulihan struktur tubuh dan fungsi. Ini mencakup berbagai prosedur,
baik rekonstruktif maupun estetika, untuk meningkatkan penampilan dan
kesehatan pasien, American Society of Plastic Surgeons (ASPS). Bedah
plastik merupakan cabang dari ilmu bedah yang fokus pada pemulihan atau
perbaikan bentuk dan fungsi tubuh, terutama pada bagian wajah dan tubuh
yang mengalami cacat atau kelainan struktural. Pada dasarnya, bedah plastik
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui perbaikan
penampilan fisik, fungsi tubuh, dan psikologis. Meskipun prosedur bedah
plastik memberikan manfaat besar bagi banyak individu, tantangan etika dan
hukum muncul dalam konteks praktik keperawatan. Di Negara Indonesia
masyarakat harus hidup dengan aturan yang mengikat sehingga aturan
tersebut yang melindungi masyarakat agar tidak terjadi sesuatu yang
merugikan. Dalam bidang kesehatan Negara Indonesia telah melahirkan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 yang di dalamnya mengatur tentang
Kesehatan.
Etika keperawatan mencakup nilai-nilai moral, prinsip-prinsip, dan
norma-norma yang membimbing perilaku perawat dalam memberikan asuhan
kepada pasien. Dalam konteks bedah plastik, perawat memiliki peran krusial
dalam mendukung pasien sepanjang perjalanan perawatan mereka. Beberapa
pertanyaan etis yang muncul melibatkan pertimbangan terhadap otonomi
pasien, keadilan dalam akses terhadap prosedur bedah plastik, serta dampak
psikologis dan sosial dari intervensi tersebut. Sementara itu, aspek hukum
keperawatan memainkan peran penting dalam mengatur praktik kesehatan,
termasuk bedah plastik. Perawat perlu memahami dan mematuhi regulasi
hukum yang berlaku, termasuk izin praktik dan standar perawatan. Selain itu,
perlindungan terhadap hak pasien, seperti hak informasi dan hak keamanan,
menjadi landasan hukum yang harus dijunjung tinggi dalam praktik
keperawatan bedah plastik.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari bedah plastik?
2. Apa tujuan dilakukannya bedah plastik?
3. Apa saja macam-macam bedah plastik?
4. Apa saja syarat-syarat bedah plastik?
5. Apa saja sarana kesehatan bedah plastik?
6. Bagaimana prosedur bedah plastik?
7. Apa faktor risiko pada pasien bedah plastik?
8. Apa hal yang perlu diperhatikan sebelum menjalani bedah plastik?
9. Apa saja metode-metode bedah plastik?
10. Apa peran perawat dalam ranah bedah plastik?
11. Bagaimana prinsip etika dan hukum keperawatan bedah plastik?
12. Apa sanksi tenaga kesehatan jika melanggar prosedur bedah plastik?
13. Bagaimana etika dan hukum keperawatan berdasarkan kasus pada pasien
bedah plastik liposuction?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan dan memahami lebih dalam mengenai konsep teori dan
konsep etika dan hukum keperawatan tentang bedah plastik
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi bedah plastik
b. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya bedah plastik
c. Untuk mengetahui macam-macam bedah plastik
d. Untuk mengetahui syarat-syarat bedah plastik
e. Untuk mengetahui apa saja sarana kesehatan bedah plastik
f. Untuk mengetahui prosedur bedah plastik
g. Untuk mengetahui faktor risiko pada pasien bedah plastik
h. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
bedah plastik
i. Untuk mengetahui metode-metode bedah plastik
j. Untuk mengetahui peran perawat dalam ranah bedah plastik
3

k. Untuk mengetahui prinsip dari etika dan hukum keperawatan bedah


plastik
l. Untuk mengetahui sanksi dari tenaga kesehatan jika melanggar
prosedur bedah plastik
m. Untuk mengetahui etika dan hukum keperawatan berdasarkan kasus
pada pasien bedah plastik liposuction

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai sarana pembelajaran dan pengalaman bagi penulis untuk
melakukan studi kasus serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang
etika dan hukum keperawatan tentang bedah plastik
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan sebagai sumber
bacaan dan data acuan dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Bagi Pelayanan kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik keperawatan yang tepat
khususnya untuk etika dan hukum keperawatan tentang bedah plastik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bedah Plastik


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bedah plastik adalah
bedah yang berkenaan dengan pembentukan kembali bagian tubuh (terutama
bagian kulit) yang cacat atau rusak agar dapat mendekati normal. Plastik
berasal dari kata Plastique, Plasticos, Plasty yang berarti perbaikan,
pengolahan, atau pembentukan. Dalam hal ini yang menjadi objek dari
perbaikan tersebut adalah jaringan tubuh. Istilah bedah plastik ini mulai
digunakan dan pertama kali dipopulerkan dalam buku teks kedokteran oleh
John Staige Davis melalui bukunya yang berjudul Plastic Surgery (Its
Principles and Practice) pada tahun 1919. Arti asal bedah plastik menurut M.
Makagiansar adalah ilmu bedah yang mengusahakan perubahan bentuk
permukaan tubuh. Dapat dikatakan bahwa bedah plastik merupakan
perpaduan yang harmonis antara ilmu pengetahuan kedokteran, khususnya
ilmu bedah dengan keterampilan, imajinasi, dan seni. Jadi di dalam bedah
plastik tidak hanya mempermasalahkan mengenai penerapan ilmu bedah
plastik, tetapi juga bagaimana cara mengembangkan ilmu bedah tersebut
menjadi sesuatu yang lebih beragam, berguna, serta lebih bernilai.
Bedah plastik adalah rangkaian tindakan medis yang dilakukan untuk
memulihkan atau meningkatkan keadaan fisik pasien dengan penekanan pada
penampakan dan fungsi. Termasuk dalam ruang lingkup pengertian ini adalah
bedah plastik rekonstruksi dan bedah plastik estetik. Dalam pembedahan
rekonstruksi yang dilakukan untuk penanggulangan cacat atau kerusakan
organ oleh dokter spesialis lain yang bukan spesialis bedah plastik, maka
istilah yang digunakan adalah bedah rekonstruksi, tanpa menyebutkan istilah
bedah plastik. Hal ini disebabkan karena istilah bedah plastik hanya khusus
dipergunakan dalam spesialisme Ilmu Bedah Plastik.

4
5

2.2 Tujuan Bedah Plastik


Tujuan dilakukannya bedah plastik dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki fungsi bagian tubuh sehingga dapat digunakan untuk
bekerja
2. Untuk memperoleh efek kosmetis yang sebaik-baiknya dalam batas
kemampuan sebagai manusia biasa
3. Untuk memberikan pengaruh baik terhadap perkembangan dan
pembentukan jiwa pasien sehingga ia dapat terjun ke dalam masyarakat
sebagai seorang yang mampu dan memiliki kehidupan ekonomi pribadi
4. Agar pasien dalam kehidupannya tidak bergantung pada orang lain

2.3 Macam-macam Bedah Plastik


Tindakan bedah plastik pada dasarnya dapat disebabkan oleh ada atau
tidaknya indikasi medis. Atas dasar tersebut bedah plastik dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Bedah Plastik Rekonstruksi
Bedah plastik rekonstruksi merupakan tindakan bedah plastik yang
bertujuan untuk memperbaiki kelainan fungsi tubuh atau bagian tubuh
tertentu dan penampilan yang disebabkan oleh cacat bawaan, cacat akibat
trauma, kecelakaan, maupun akibat pengangkatan tumor. Dalam bedah
plastik rekonstruksi terdapat indikasi medis, dikarenakan tindakan bedah
plastik yang dilakukan berdasarkan kepada keperluan pengobatan.
Bedah plastik rekonstruksi pada umumnya dikerjakan dalam
beberapa tahap operasi demi memperoleh hasil yang optimal. Setiap
tahapan tindakan ini biasanya memerlukan jarak waktu yang cukup lama,
yaitu berkisar antara 6-12 bulan. Modal utama yang diperlukan dalam
melakukan tindakan bedah plastik rekonstruksi sebagai berikut:
a. Aplikasi teknik penjahitan yang didasari proses penyembuhan luka,
sebagai upaya memperoleh hasil akhir yang baik.
b. Aplikasi tandur alih komponen tubuh tertentu (graft dan flap). Tandur
alih ini dapat mengandung satu atau beberapa komponen tubuh yang
sangat sederhana tanpa vaskularisasi sebagai sumber nutrisi jaringan
6

(graft), misalnya tandur kulit (skin graft), tandur lemak (fat graft),
tandur kulit dan lemak (dermal-fat graft), tandur tulang (bone graft),
dan sebagainya.
c. Aplikasi implan, implan merupakan suatu bahan atau protesis yang
ditanamkan di dalam jaringan, terdiri dari suatu bahan yang tidak
bereaksi dengan tubuh (inert), misalnya implan silikon padat, bahan
metal, dan sebagainya.
d. Bedah laser, Light Amlification by the Stimulated Emission of Radiation
(laser) merupakan suatu jenis radiasi dengan amplitudo gelombang
yang diperkuat. Dengan afinitas dan panjang gelombang tertentu, sinar
laser dapat dipakai untuk menghancurkan dan merusak sel-sel tubub
tertentu pada kedalaman tertentu pula, misalnya beberapa jenis tumor
pembuluh darah ataupun tato.
e. Aplikasi perekat (plaster) dan krim yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka, serta balutan (balut tekan).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bedah plastik rekonstruksi
pada dasarnya dilakukan karena adanya kelainan atau ketidakfungsian
organ tubuh antara lain disebabkan oleh cacat bawaan atau kecelakaan.
Macam-macam tindakan beda plastik rekonstruksi yang dapat dilakukan
yaitu, kelainan bawaan pada muka, kulit, dan alat kelamin pria:
a. Cacat yang disebabkan oleh trauma, luka bakar, dan pengangkatan
tumor
b. Bedah kraniofasial dan bedah maksilofasial, merupakan cabang ilmu
bedah plastik yang mengkhususkan diri dalam bidang rekonstruksi
kelainan bawaan bentuk kepala dan muka, serta kelainan yang
disebabkan trauma dan pengangkatan tumor.
c. Bedah mikro, merupakan cabang ilmu bedah plastik yang
mengkhususkan diri dalam bidang rekonstruksi kelainan bawaan,
trauma (misalnya amputasi traumatik) dan pengangkatan tumor yang
memiliki spesialis dalam aplikasi teknik bedah mikro atau
penyambungan pembuluh darah di bawah mikroskop.
7

d. Amputasi traumatik, yaitu terputusnya bagian atau anggota tubuh


karena trauma atau kecelakaan yang memerlukan tindakan
penyambungan dengan aplikasi bedah mikro.
e. Bedah tangan, merupakan cabang ilmu bedah plastik yang
mengkhususkan diri pada penatalaksanaan kelainan tangan, baik
kelainan bawaan, dan kelainan yang disebabkan oleh pengangkatan
tumor.
2. Bedah Plastik Estetik
Bedah plastik estetik merupakan tindakan bedah plastik yang
bertujuan untuk memperbaiki kondisi tubuh yang dianggap kurang
harmonik. Dalam hal ini tidak terdapat indikasi medis, oleh karena bedah
plastik estetik dilakukan semata-mata untuk memenuhi keinginan pasien
yang merasa kurang puas dengan bentuk fisik dirinya. Bedah plastik
estetik biasanya dilakukan terhadap salah satu organ atau jaringan tubuh
yang dirasa oleh pasien kurang optimal bentuknya. Dalam bedah plastik
estetik ini lebih kental untuk kecantikan atau memperbaiki diri.
Bedah plastik estetik seringkali disamakan dengan bedah kosmetik.
Hal ini disebabkan bagian tubuh yang diperbaiki dalam bedah plastik
estetik pada dasarnya adalah sama dengan bedah kosmetik, misalnya
bagian muka. Jadi orang kerap menyamakan istilah bedah kosmetik
dengan bedah plastik estetik, hanya saja dikalangan masyarakat istilah
bedah kosmetik lebih populer dibandingkan dengan bedah plastik estetik.
Macam-macam tindakan bedah plastik estetik yang dapat dilakukan
atas seseorang antara lain sebagai berikut:
a. Tindakan bedah plastik estetik untuk proses penuaan, yang bertujuan
untuk memperbaiki struktur otot dan kulit yang mengalami proses
degenerasi, misalnya operasi pengencangan muka (facelift).
b. Tindakan bedah estetik untuk kelainan bentuk anatomi tubuh yang
kurang harmonis, misalnya operasi pembuatan lipatan kelopak mata
(blefaroplasty), operasi hidung (rinoplasty), operasi dagu (mentoplasty),
operasi telinga (otoplasty), operasi mata, dan sebagainya.
8

c. Tindakan bedah estetik untuk proses pertumbuhan lemak berlebihan,


yang bertujuan memberi bentuk pada tubuh (body conturing, body
reshaping, body sclupture) dengan cara membuang lemak yang berlebih
tanpa menurunkan berat badan, misalnya bedah sedot lemak
(liposuction).
d. Bedah kraniomaksilofacial, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan
untuk memberi bentuk pada rangka tulang dan muka yang kurang
harmonis agar tampak lebih indah, misalnya bedah craniofacial shaping
dan bedah orthognatic.
Selain berbagai macam bedah plastik di atas, terdapat pula cara-cara
yang dilakukan sebagai pelengkap bedah estetik, antara lain sebagai
berikut:
a. Dermabrasi (kupas kulit), merupakan suatu cara mengupas kulit dengan
menggunakan alat. Kulit yang dikupas adalah kulit lapisan teratas
(epidermis) serta bagian atas dari kulit bawah (dermis). Alat yang
digunakan menyerupai gerinda (boor) dengan ujung lebar dan
permukaan kasar yang terbuat dari besi atau graniet. Dalam praktik,
dermabrasi ini dilakukan untuk menghilangkan noda hitam dan kerutan
di wajah.
b. Peeling muka, dikenal juga di negara lain sebagai chemical peeling,
adalah pengupasan kulit muka dengan bahan kimia yag menggunakan
larutan phenol atau trichlor acid. Caranya yaitu larutan phenol
diusapkan ke kulit muka dengan kuas, dengan terlebih dahulu
menyuntikkan pasien dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit yang
ditimbulkan oleh larutan phenol tersebut. Pada kulit muka yang telah
diolesi phenol ditempelkan plester, kemudian setelah plester diangkat
kulit ditaburkan bubuk antiseptik. Setelah diberi obat cream selama
beberapa hari, maka akan merangsang pertumbuhan kulit baru.
Sedangkan peeling yang digunakan di salon-salon pada dasarnya bukan
mengelupas kulit asli wajah. Melainkan wajah diolesi lapisan obat yang
kemudian akan mengering dan membentuk lapisan kulit tipis. Lapisan
kulit tipis inilah yang kemudian akan diambil dan dikupas. Dalam
9

praktik, peeling digunakan untuk membuat wajah terasa lebih kencang


dan bersih.
c. Perbaikan leher, ini biasanya dilakukan pada pasien yang merasa kulit
lehernya mulai mengendur diakibatkan faktor usia. Perbaikan leher
disini juga mencakup perbaikan dagu yang terlalu pendek, serta
penyedotan lemak (liposuction) di daerah sekitar dagu dan leher.
d. Perbaikan botak kepala, pada kepala yang mengalami gejala kebotakan,
hanya mempunyai rambut di samping kiri dan kanan kepala. Rambut di
bagian ini dapat tumbuh terus-menerus, begitu pula dengan akar
rambutnya. Sedangkan pada bagian tengah kepala, akar rambutnya telah
mati sehingga rambut di bagian ini tidak dapat tumbuh sebagaimana
mestinya. Untuk mengatasi kebotakan tersebut, operasi dapat dilakukan
dengan flap atau jabir yang dipindahkan dari bagian samping kepala ke
bagian yang botak.
e. Operasi payudara, pada dasarnya operasi payudara yang dilakukan
terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1) Operasi membesarkan payudara, pada operasi pembesaran payudara
dilakukan sayatan di lipatan bawah payudara. Melalui sayatan
tersebut dimasukkan bahan silikon seperti gel yang terbungkus
dalam kantong silikon. Cara operasi kantong silikon seperti ini telah
disetujui oleh Depertement Food and Drugs di Amerika Serikat.
Berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan, disimpulkan tidak
ada bukti yang menyatakan adanya hubungan antara silikon dan
kanker payudara.
2) Operasi mengecilkan payudara, pada operasi mengecilkan payudara
dilakukan sayatan seperti pada operasi pembesaran payudara untuk
mengeluarkan jaringan kelenjar yang harus dipotong.
3) Mastopexy, merupakan suatu cara memperbaiki payudara yang
sudah mulai mengendur akibat melahirkan atau tubuh yang sudah
terlalu kurus. Pada operasi ini sebagian kulit payudara yang mulai
mengendur di bagian bawah sipotong sehingga akan membuat
payudara terlihat kencang.
10

f. Abnominal Plasty, merupakan bedah plastik yang ditujukan untuk


mengubah atau memperbaiki bentuk parut yang diakibatkan oleh lemak
yang berlebihan serta lipatan kulit di daerah parut.
g. Penyedotan Lemak (Liposuction), teknik sedot lemak diperkenalkan
pertama kali oleh dr. George Fischer, seorang berkewarganegaraan
Italia. Pada pertengahan tahun 1970 di suatu Kongres Bedah Kosmetik
Internasional yang bertempat di Paris, Perancis. Dalam melakukan
penyedotan lemak, bagian kulit yang terdapat lemak dimasukkan suatu
tube metal kecil melalui sayatan kecil berukuran sekitar 1 cm. Tube
metal kemudian melakukan gerakan maju mundur di daerah lemak di
bawah kulit, sehingga gumpalan lemak tersebut akan tersedot keluar.
Apabila lemak sudah tersedot habis, maka kulit di atasnya akan
mengencang.

2.4 Syarat-Syarat Bedah Plastik


Syarat untuk menjalani bedah plastik dapat bervariasi tergantung pada
jenis prosedur dan regulasi medis di suatu negara. Umumnya, beberapa syarat
umum melibatkan:
1. Kesehatan Fisik dan Mental
Calon pasien harus dalam kondisi kesehatan fisik yang memadai untuk
menjalani prosedur bedah. Kesehatan mental yang stabil juga sering
menjadi pertimbangan penting.
2. Usia Minimum
Beberapa jenis bedah plastik mungkin memiliki batasan usia minimum
untuk pasien. Pada bedah rekonstruksi seperti defek kongenital (bibir
sumbing atau sumbing langit-langit) operasi plastik dapat dilakukan sejak
usia dini, yaitu sejak usia 6 minggu hingga 6 bulan. Sedangkan batas usia
bedah plastik estetika seperti operasi estetik hidung biasanya baru bisa
dilakukan pada usia 15-16 tahun.
3. Ekspektasi yang Realistis
Pasien diharapkan memiliki ekspektasi yang realistis terkait hasil bedah
plastik yang akan dilakukan.
11

4. Kondisi Kesehatan yang Spesifik


Pada beberapa kasus, kondisi kesehatan tertentu seperti tidak adanya
masalah jantung atau masalah pernapasan dapat menjadi syarat
dilakukannya bedah plastik.
5. Persetujuan Pasien
Pasien biasanya harus memberikan persetujuan tertulis setelah memahami
risiko dan manfaat dari prosedur bedah plastik.
6. Tidak Ada Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi medis yang melarang pasien menjalani prosedur
tertentu. Pentingnya untuk berkonsultasi langsung dengan dokter bedah
plastik untuk menentukan syarat yang tepat berdasarkan situasi kesehatan
dan jenis prosedur yang diinginkan oleh pasien.

2.5 Sarana Kesehatan Bedah Plastik


Di Indonesia, praktik bedah plastik diatur oleh Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Beberapa poin yang terkait dengan praktik
bedah plastik dan siapa yang diizinkan untuk melakukannya yaitu dapat
melibatkan sebagai berikut:
1. Lisensi Kedokteran
Bedah plastik umumnya harus dilakukan oleh dokter yang telah memiliki
lisensi medis yang sah dari otoritas kesehatan setempat.
2. Spesialisasi dan Sertifikasi
Beberapa jenis bedah plastik mungkin memerlukan dokter untuk memiliki
sertifikasi atau spesialisasi tertentu sebelum dapat melaksanakannya.
3. Standar Kesehatan dan Keselamatan
Dokter yang melakukan bedah plastik diharapkan mengikuti standar
kesehatan dan keselamatan yang ditetapkan oleh peraturan kesehatan.
4. Persetujuan Pasien
Persetujuan informir dari pasien sebelum menjalani prosedur bedah plastik
adalah keharusan.
12

5. Etika Kedokteran
Praktisi bedah plastik diharapkan beroperasi sesuai dengan etika
kedokteran yang berlaku.
Di dalam praktik terdapat tiga macam sarana kesehatan yang dapat
digunakan untuk melakukan bedah plastik, yaitu sebagai berikut:
1. Tempat praktik dokter spesialis bedah plastik
2. Rumah Sakit Umum, sebagai tempat untuk segala macam jenis
pembedahan
3. Rumah Sakit Khusus Bedah Plastik, sebagai tempat untuk segala macam
pembedahan bedah plastik

2.6 Prosedur Bedah Plastik


Sebelum dilakukannya tindakan bedah plastik oleh seorang dokter dan
tenaga kesehatan lain kepada pasien, terlebih dahulu harus melewati berbagai
prosedur sebagai suatu persiapan tindakan bedah plastik. Alur dalam bedah
plastic yaitu sebagai berikut:
1. Konsultasi awal dengan dokter bedah plastik untuk menentukan tujuan dan
ekspektasi pasien
2. Evaluasi medis untuk menentukan kondisi kesehatan pasien dan
menentukan apakah pasien cocok untuk menjalani operasi
3. Persiapan pasien sebelum operasi, seperti pemeriksaan darah, tes
pencitraan, dan penghentian konsumsi obat tertentu
4. Operasi bedah plastik dilakukan dengan teknik dan prosedur yang sesuai
dengan tujuan pasien
5. Pasien diberi perawatan pasca operasi untuk memastikan pemulihan yang
optimal
6. Pasien melakukan follow-up dan evaluasi untuk memantau hasil operasi
dan menentukan tindakan lanjutan yang diperlukan untuk pemulihan dan
penyembuhan bekas luka operasinya
13

2.7 Faktor Risiko Pada Pasien Bedah Plastik


1. Infeksi
Pasien yang mengalami kegagalan bedah plastik memiliki risiko tinggi
terkena infeksi di area operasi. Infeksi dapat menyebabkan pembengkakan,
nyeri, dan bahkan memerlukan perawatan tambahan untuk mengobati
infeksi.
2. Komplikasi jaringan
Kegagalan bedah plastik dapat menyebabkan komplikasi pada jaringan di
sekitar area operasi, seperti kehilangan sensasi, kekakuan, atau bahkan
nekrosis jaringan.
3. Kehilangan fungsi
Pasien juga berisiko mengalami kehilangan fungsi pada bagian tubuh yang
menjalani prosedur bedah plastik. Misalnya, kegagalan operasi wajah
dapat menyebabkan gangguan bicara atau sulitnya mengunyah makanan.
4. Kerusakan psikologis
Pasien yang mengalami kegagalan bedah plastik juga dapat mengalami
kerusakan psikologis, seperti depresi, kecemasan, atau rendahnya rasa
percaya diri akibat hasil yang tidak sesuai harapan.
5. Kebutuhan operasi tambahan
Kegagalan bedah plastik juga dapat menyebabkan pasien perlu menjalani
operasi tambahan untuk memperbaiki hasil yang tidak memuaskan atau
mengatasi komplikasi yang timbul.
6. Biaya tambahan
Pasien juga akan menghadapi biaya tambahan untuk perawatan dan
prosedur tambahan akibat kegagalan bedah plastik, yang dapat menjadi
beban finansial yang signifikan bagi pasien.
14

2.8 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Melakukan Bedah Plastik


Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk
menjalani operasi bedah plastik adalah sebagai berikut:
1. Tanyakan segala hal yang ingin diketahui tentang hasil serta risiko operasi
bedah plastik. Perlu diperhatikan pula foto-foto sebelum dan sesudah
menjalani operasi.
2. Cari tahu lebih dalam mengenai dokter spesialis anestesi dan dokter
spesialis bedah plastik yang akan menangani operasi. Pasalnya,
kemampuan dokter anestesi juga berpengaruh besar terhadap kelancaran
operasi yang akan dilakukan.
3. Perlu diketahui bahwa operasi plastik tidak bisa memberikan hasil
permanen, karena hasil dari bedah plastik tersebut biasanya hanya akan
bertahan selama beberapa waktu dan memudar seiring dengan proses
penuaan.
4. Pilih rumah sakit atau tempat praktik dokter spesialis bedah plastik secara
selektif. Pastikan bahwa yang melakukan tindakan operasi plastik adalah
seorang dokter bedah plastik yang berpengalaman.

2.9 Metode – Metode Bedah Plastik


Teknik operasi plastik berbeda-beda, tergantung dari tujuan
pembedahannya. Beberapa metode umum yang dilakukan selama operasi
plastik adalah sebagai berikut:
1. Cangkok Kulit
Cangkok kulit adalah metode yang dilakukan dengan cara
mengambil sebagian kulit dari area yang sehat untuk menutupi bagian kulit
yang rusak atau akan diperbaiki. Metode ini sering kali dilakukan untuk
menutupi luka bakar, patah tulang, luka berukuran besar, bibir sumbing,
atau bagian kulit yang perlu dihilangkan karena beberapa hal, seperti
kanker. Teknik ini disebut juga dengan skin flapping. Biasanya, bagian
kulit yang digunakan untuk cangkok kulit adalah bagian paha atau
punggung. Jika daerah kulit yang mengalami luka luas, maka tindakan
cangkok kulit ini mungkin perlu dilakukan beberapa kali.
15

2. Bedah Penutup
Cara kerja bedah penutup dalam operasi plastik adalah mirip dengan
cangkok kulit. Metode ini memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi
karena jaringan baru yang ditempelkan pada bagian kulit yang rusak
langsung mendapatkan pasokan darah. Bedah penutup kerap
diimplementasikan pada bedah bibir sumbing atau operasi payudara.
3. Perangkat Tiruan (Prostetik)
Prosedur ini menggunakan suatu alat tiruan atau prostetik yang
dipasangkan di kulit kepala, kepala, wajah atau mulut dengan tujuan
mengembalikan bentuk serta fungsi bagian tubuh yang tidak
sempurna/hilang.
4. Perluasan Jaringan
Pada prosedur ini, dokter memasukkan alat seperti balon ke bawah
lapisan kulit, lalu mengisinya dengan air garam supaya kulit merenggang.
Saat dirasa sudah cukup, alat tersebut akan ditarik keluar kembali,
kemudian jaringan baru akan ditempatkan di lokasi tersebut guna
menggantikan kulit yang rusak/hilang.
5. Microsurgery
Metode berikutnya dari operasi plastik adalah microsurgery (bedah
mikro), yaitu prosedur operasi yang juga dilakukan oleh dokter spesialis
bedah saraf dengan bantuan mikroskop khusus untuk memperbaiki saraf
yang mengalami kerusakan. Dokter spesialis bedah plastik menggunakan
metode microsurgery ini untuk operasi rekonstruksi yang lebih kompleks
termasuk rekonstruksi kulit, otot, dan jaringan yang rusak. Misalnya,
microsurgery digunakan untuk menangani kondisi limfedema dan untuk
membantu dalam upaya reattachment (penyambungan kembali) dan
replantasi (penanaman kembali) bagian tubuh yang diamputasi.
16

2.10Peran Perawat Dalam Ranah Bedah Plastik


Perawat dalam ranah bedah plastik bertanggung jawab untuk memberikan
perawatan pasien sebelum dan sesudah operasi, seperti:
1. Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengindentifikasi pasien, dan
memeriksa formulir persetujuan
2. Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis pembedahan yang
akan dilaksanakan. Tim bedah harus diberitahu jika terdapat kelainan kulit
yang mungkin dapat menjadi kontraindikasi pembedahan
3. Memeriksa kebersihan dan kerapihan operasi sebelum pembedahan. Perawat
juga harus memperhatikan bahwa peralatan telah siap dan dapat digunakan.
Semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur pembedahan, apabila
prosedur ini tidak dilaksanakan maka dapat mengakibatkan penundaan atau
kesulitan dalam pembedahan
4. Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi pasien,
mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor, atau alat-alat
lain yang mungkin diperlukan
5. Membantu tim bedah mengenakan busana (baju dan sarung tangan steril)
6. Tetap ditempat selama prosedur pembedahan untuk mengawasi atau
membantu setiap kesulitan yang mungkin memerlukan bahan dari luar area
steril
7. Memastikan kondisi pasien stabil selama operasi
8. Mempersiapkan catatan barang yang digunakan serta penyulit yang terjadi
selama pembedahan
9. Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi pada
akhir prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan, dan
mempersiapkan ruang operasi untuk prosedur berikutnya
10. Memberikan perawatan pasca operasi dan memantau kondisi pasien selama
masa pemulihan
11. Memberikan edukasi dan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga
selama proses perawatan.
17

2.11 Prinsip Etika dan Hukum Keperawatan Bedah Plastik


Etika dan hukum di bidang keperawatan bedah plastik sangat penting
untuk memastikan bahwa pelayanan kesehatan diberikan dengan standar etika
tinggi dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Beberapa prinsip
etika dan hukum yang relevan dalam keperawatan bedah plastik melibatkan
aspek-aspek berikut:
1. Persetujuan Pasien (Informed Consent)
Keperawatan bedah plastik membutuhkan proses persetujuan informir
dimana pasien diberikan informasi yang memadai mengenai prosedur,
risiko, dan manfaatnya. Hal ini sesuai dengan prinsip etika otonomi dan
melibatkan persyaratan hukum untuk mendapatkan persetujuan tertulis
dari pasien sebelum tindakan.
2. Privasi dan Kerahasiaan
Etika keperawatan bedah plastik menekankan perlunya menjaga privasi
dan kerahasiaan pasien. Ini melibatkan penanganan informasi medis
dengan hati-hati dan menghormati hak privasi pasien sesuai dengan hukum
kesehatan dan ketentuan etika.
3. Kejujuran dan Keterbukaan
Etika keperawatan bedah plastik menuntut kejujuran dan keterbukaan
dalam memberikan informasi kepada pasien. Jika ada risiko atau hasil
yang mungkin tidak sesuai harapan, penting untuk berkomunikasi secara
jujur dan terbuka dengan pasien. Ini juga mendukung prinsip etika
keadilan.
4. Kewajiban Profesional
Keperawatan bedah plastik tunduk pada kewajiban profesional untuk
memberikan perawatan berkualitas dan aman. Ini mencakup pemahaman
dan kepatuhan terhadap standar etika profesi keperawatan dan peraturan
hukum yang terkait.
5. Perlindungan terhadap Pasien
Hukum keperawatan bedah plastik melibatkan perlindungan terhadap
pasien dari praktik yang tidak etis atau tindakan yang merugikan. Ini
18

mencakup pengawasan regulasi dan prosedur yang dirancang untuk


memastikan keamanan pasien.
6. Hak Pasien untuk Pilihan Perawatan
Pasien memiliki hak untuk membuat pilihan mengenai perawatan mereka,
termasuk keputusan terkait bedah plastik. Prinsip etika ini mencerminkan
hak pasien untuk otonomi dan penghormatan terhadap nilai-nilai dan
keyakinan pribadi.
Penting untuk diingat bahwa etika dan hukum dalam keperawatan
bedah plastik dapat bervariasi sesuai dengan yurisdiksi dan peraturan lokal
atau nasional. Keperawatan bedah plastik yang etis dan hukum membantu
menjaga integritas profesi keperawatan dan memberikan perlindungan terbaik
kepada pasien.

2.12 Sanksi Tenaga Kesehatan Jika Melanggar Prosedur Bedah Plastik


1. Bedah Plastik dan Rekonstruksi Pasal 37 ayat (1) UUK berbunyi: Etika
Dan Hukum Keperawatan Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
2. Ayat (2) : Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
3. Ayat (3) : Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan
rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
4. Ketentuan Pidana : Pasal 81 ayat (1) c berbunyi : Barangsiapa yang tanpa
keahlian dan kewenangan dengan sengaja melakukan bedah plastik dan
rekonstruksi sebagaimana dimaksud Pasal 37 ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak
Rp 140.000.000,- (seratus empat puluh juta rupiah).
BAB III
STUDY KASUS

3.1 Kasus
Dilansir dari OfficialiNews – Aktris Nani Darham meninggal dunia
pada 21 Oktober 2023 lalu setelah menjalani operasi sedot lemak atau
liposuction disebuah klinik kecantikan di Jakarta Selatan. Kondisi Nani
Darham tidak stabil pasca operasi, sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Dokter
Suetoyo Jakarta Selatan. Nani Darham dinyatakan meninggal dunia setiba di
Rumah Sakit. Keluarga menduga terjadi malpraktik dalam prosedur operasi
sedot lemak (liposuction) sehingga melaporkan kasus ini ke Polres Jakarta
Selatan. Kakak kandung korban Indrie Darham menjelaskan “Saya tidak tau
kalau ada penambahan proses yang terjadi ditanggal 21 oktober, saya juga
tidak tau ada penambahan waktu dari 2 jam ke 5 jam. Itu yang sangat saya
sayangkan, kenapa pihak keluarga dibuat tidak mengetahui kalau ada
perubahan sampai akhirnya terjadi kemalangan ini”.
Nani darham baru 2 bulan melahirkan saat menjalani operasi sedot
lemak (liposuction). Keluarga menyatakan sebelumnya prosedur
menyebutkan harus terdapat jeda waktu 6 bulan sebelum korban dapat
menjalani oparasi sedot lemak (liposuction). Namun kemudian, pihak klinik
menyanggupi melakukan prosedur tersebut lebih cepat. Polisi telah
memeriksa 11 orang saksi dari pihak klinik, diantaranya dokter yang
menangani dan perawat. Polisi juga telah melakukan olah TKP dan
mengumpulkan beberapa alat bukti, diantaranya kamera CCTV serta
beberapa dokumen. “Korban sudah dilakukan outopsi dan saat ini penyidik
masih dalam proses untuk menunggu hasil dari autopsi tersebut” jelas
Kompol Henrikus Yossi, Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan.
Nani darham disebutkan menjalani operasi sedot lemak (liposuction)
dengan biaya 300 juta rupiah di sebuah klinik kecantikan di kawasan Cipete
Jakarta Selatan. Keluarga melalui kuasa hukum melaporkan dokter berinisial
DM selaku dokter yang menangani Nani di klinik tersebut atas dugaan tindak
pidana malpraktik.

19
3.2 Pembahasan
1. Berdasarkan Etika Keperawatan
Berdasarkan kasus ini, beberapa aspek etika keperawatan yang dapat
diidentifikasi melibatkan berbagai pertimbangan, termasuk hak pasien,
keselamatan, komunikasi, dan profesionalisme yaitu sebagai berikut:
a. Informasi dan Persetujuan Pasien
Hak untuk informasi yang jelas dan persetujuan sebelum prosedur
medis merupakan prinsip etika keperawatan. Dalam kasus ini, ada
indikasi bahwa keluarga tidak sepenuhnya diberi tahu tentang
perubahan prosedur operasi sedot lemak dan waktu operasi yang
seharusnya 2 jam memanjang ke 5 jam.
b. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien adalah prioritas utama dalam etika
keperawatan maupun tindakan medis lainnya. Jika ada dugaan
malpraktik yang menyebabkan kematian pasien, ini menggambarkan
bahwa terjadi pelanggaran serius terhadap prinsip etika dan standar
keselamatan pasien.
c. Keterbukaan dan Komunikasi Efektif
Prinsip etika melibatkan keterbukaan dan komunikasi efektif
antara tim perawatan kesehatan, pasien, maupun pihak keluarga. Pada
kasus ini, keluarga menjelaskan bahwa mereka merasa kekurang
informasi atas prosedur operasi yang dijalani oleh korban, sehingga
menciptakan ketidakpastian dan ketidakpuasan.
d. Kepatuhan terhadap Aturan Profesi
Praktik keperawatan seharusnya selalu mematuhi aturan dan
pedoman profesi, termasuk kepatuhan terhadap masalah prosedur dan
waktu yang direkomendasikan antara prosedur operasi sedot lemak
(liposuction) dengan jangka waktu persalinan yaitu sekitar 6 bulan.
e. Konseling dan Dukungan Keluarga
Profesional keperawatan harus menyediakan konseling dan
dukungan yang memadai kepada keluarga pasien, terutama dalam
situasi yang sulit seperti ini.

20
f. Pemeriksaan dan Pengumpulan Bukti
Keterlibatan polisi dalam penyelidikan menunjukkan pentingnya
menegakkan etika keperawatan dan hukum. Pemeriksaan menyeluruh
dan pengumpulan bukti diperlukan untuk mendukung jalannya proses
hukum dan menentukan apakah memang adanya tindak pidana
malpraktik yang dilakukan oleh tim medis.
g. Olah TKP dan Autopsi
Pemeriksaan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan autopsi
merupakan langkah-langkah yang penting untuk menentukan dan
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang penyebab
kematian pasien, serta memastikan integritas proses penyelidikan.
h. Pelaporan Malpraktik
Jika terbukti adanya dugaan malpraktik, pelaporan dan tindakan
hukum yang tepat memang harus diambil untuk memastikan
pertanggungjawaban untuk mencegah terjadinya hal atau kasus serupa
di masa depan.

2. Berdasarkan Hukum Keperawatan


Berbagai aspek hukum keperawatan dan undang-undang kesehatan
dapat terlibat dalam kasus ini. Beberapa pertimbangan hukum melibatkan
hak pasien, standar etika keperawatan, dan regulasi kesehatan. Berikut
adalah beberapa hukum keperawatan dan undang-undang yang relevan
dengan kasus yang terjadi pada Nani Darham:
a. Undang-Undang Kesehatan
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan: Regulasi ini
mencakup berbagai aspek kesehatan, yaitu termasuk hak pasien, standar
pelayanan kesehatan, dan peraturan terkait praktik medis.
b. Standar Profesi Kesehatan
Standar Praktik Keperawatan: Perawat diwajibkan untuk
mengikuti standar praktik keperawatan yang mencakup aspek
keselamatan pasien, komunikasi efektif, dan keterbukaan informasi.

21
c. Pemeriksaan Malpraktik
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran: Mengatur
praktik kedokteran, termasuk ketentuan terkait malpraktik. Penanganan
kasus ini dapat melibatkan aspek-aspek dari undang-undang tersebut.
d. Otoritas Kesehatan dan Lisensi Praktisi
Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
atas PP No. 48 Tahun 2002 tentang Kewenangan, Syarat-Syarat, dan
Tata Cara Pemberian Izin Praktik kepada Tenaga Kesehatan:
Menetapkan persyaratan dan tata cara pemberian izin praktik kepada
tenaga kesehatan, termasuk dokter dan perawat.
e. Hak Pasien
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit: Mengatur hak dan
kewajiban pasien, termasuk hak untuk mendapatkan informasi yang
jelas mengenai prosedur medis yang akan dilakukan.
f. Pengawasan dan Akreditasi Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Mengatur standar pelayanan
kefarmasian yang mencakup pengawasan dan akreditasi apotek.
g. Pemberian Izin pada Klinik Kecantikan
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan: Menetapkan
persyaratan dan tata cara pemberian izin operasional pada fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk klinik kecantikan.
Dalam konteks hukum keperawatan, keselamatan pasien, pelaporan
malpraktik, proses penyelidikan, pengumpulan bukti oleh pihak kepolisian
dan otoritas kesehatan sangat penting. Pelibatan kuasa hukum dan
pengadilan mungkin diperlukan untuk menentukan pertanggungjawaban
dan menegakkan keadilan dalam kasus ini.

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bedah plastik adalah spesialisasi medis yang berfokus pada perbaikan
atau pemulihan struktur tubuh dan fungsi yang mencakup berbagai prosedur,
baik rekonstruktif maupun estetika, untuk meningkatkan penampilan dan
kesehatan pasien, terutama pada bagian wajah dan tubuh yang mengalami
cacat atau kelainan struktural. Bedah plastik bertujuan untuk memulihkan
atau meningkatkan kualitas hidup pasien melalui perbaikan penampilan fisik,
fungsi tubuh, dan psikologis. Macam-macam beddah plastik dibagi menjadi
dua, yaitu bedah rekonstruksi dan estetika. Faktor risiko pasien bedah plastik
yaitu infeksi, komplikasi jaringan, kehilangan fungsi, kerusakan psikologis,
kebutuhan operasi tambahan, biaya tambahan.
Bedah plastik dan rekonstruksi pasal 37 ayat 1 UUK berbunyi: Etika
dan hukum keperawatan bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan,
untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu. Ketentuan pidana pasal
81 ayat 1 C berbunyi: Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan
dengan sengaja melakukan bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana
dimaksud pasal 37 ayat 1, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
tahun dan denda paling banyak Rp. 140.000.000,-

4.2 Saran
Dalam praktik bedah plastik, penting untuk menjaga etika dan
mematuhi hukum. Pastikan untuk mendapatkan persetujuan pasien secara
jelas dan memberikan informasi yang akurat mengenai prosedur, risiko, dan
hasil yang mungkin. Selalu prioritaskan kesejahteraan pasien dan hindari
praktik yang dapat dianggap tidak etis atau ilegal. Selalu patuhi regulasi
medis dan jangan terlibat dalam praktik-praktik yang dapat membahayakan
pasien atau melanggar norma hukum.

23
DAFTAR PUSTAKA

Djaja Surya Atmadja, Mikhael. 2008. Bedah plastic; UU Tentang Kesehatan.


https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?
tabID=61&src=k&id=148154#:~:text=tenaga%20kesehatan%20yang
%20mempunyai%20keahlian,pidana%20denda%20paling%20banyak
%20Rp, diakses pada tanggal 10 November 2023

Hukumonline.com. 2023. Apa Hukumnya Melakukan Bedah Plastik. https://www.


hukumonline.com/klinik/a/apa-hukumnya-melakukan-bedah-plastik-lt5d104
115f3648/, diakses pada tanggal 12 November 2023

Kavacare. 2022. Mengenal Prosedur Operasi Plastik: Persiapan Dan Rekomendasi


Rumah Sakit. https://www.kavacare.id/prosedur-operasi-plastik-persiapan-
dan-rekomendasi/, diakses pada tanggal 1 November 2023

Kompas.com. 2020. Bedah Plastik, Asal Istilah dan Sejarahnya. https://www.


kompas.com/tren/read/2020/12/14/183000565/bedah-plastik-asal-istilah-dan
-sejarahnya, diakses pada tanggal 10 November 2023

Sari, Diana Siska. 2010. Pelaksanaan Bedah Plastik Dalam Prespektif Peraturan
Undang-Undang Tentang Kesehatan Indonesia (Studi di Rumah Sakit
Daerah Dr. Mowerdi Surakarta). https://digilib.uns.ac.id, diakses pada
tanggal 2 November 2023

Siloam Hospital. 2023. Operasi Plastik Mengenai Prosedur, Manfaat, Dan


Resikonya. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-
itu-operasi-plastik, diakses pada tanggal 3 Novermber 2023

24

Anda mungkin juga menyukai