Anda di halaman 1dari 3

“Jessica atau Laptop?

Cerpen Oleh : Aisyah Ramadhona

Langkah kakiku gontai, menelusuri jalan setapak menuju bangunan putih di belakang pohon
rambutan itu. Kubuka pintu bangunan itu, dengan tatapan sayuh kulihat pintu kamarku ,
berharap bisa merebahkan tubuh ,memeluk guling kesayanganku dan terlelap tanpa beban
apapun.
“Huh!”. Hanya itu yang bisa kuucapkan,sembari membuka pintu kamarku dan melepas
beban dipundakku dan menggantungnya pada paku di dinding dalam kamarku. Sebelumnya
aku telah membuka sepatu dan meletakkannya di rak luar kamar. Di dalam kamar hawa panas
khas perkotaan ditambah pancaran sinar matahari yang membias di jendela bening
itu,membuatku segera ingin mandi. Namun karena lelah, aku hanya menghidupkan kipas.
Baru saja punggungku menempel pada kasur,handphone-ku tiba-tiba berdering ,kulihat nama
‘jessica’ di layar nya,tanpa pikir panjang aku langsung menyentuh tombol hijau.
“Rin kamu tahu ga?aku ke..” suara Karin terputus oleh sanggahku.
“salam dulu ka.”potongku.
“hehe habisnya aku sudah tidak sabar menceritakan peristiwa kemarin.Iya-iya lainkali aku
ucapin salam.”
“hmm,ada apa?”tanyaku lewat handphone
Tanpa basa-basi aku langsung saja menyuruhnya ke kosanku.
***
Rasanya kecemasanku bertambah mengingat cerita Jessica kemarin. Hanya tempat inilah
yang bisa menenangkanku.Di lapangan hijau ini,yang dipenuhi rumput senja sore hari
membuatku sedikit lega tetapi juga mengingatkanku pada indahnya masa kecilku saat
dijemput ibu sehabis pulang bermain. Di tengah lapangan berumput ini aku duduk,lalu
kupejamkan mata dan..
Tiga jam sebelum jesicca bercerita kepadaku
“Bagaimana ini tidak ada satu kelompok pun yang bisa presentasi?” tanya bu mirsih, dosen
sosiologi sastra memecah keheningan.
Batinku yang terus mengucap jangan tampil,jangan tampil. Ternyata penolakanku seperti doa
yang dibalikkan,kelompokku dipilih untuk mempresentasikan materi hari ini. Sungguh
menyedihkan,di antara kami berempat tidak ada satupun yang mempunyai laptop. Akhirnya
kami hanya mempresentasikan menggunakan handphone.
Sebelum memulai presentasi,diskusi dibuka dengan ceramah bu mirsih. Ia mengatakan bahwa
laptop itu penting,apalagi di semester empat ini. Yang tertangkap di kepalaku adalah tanpa
laptop aku tidak akan bisa kuliah ,ditambah tugas ujian akhir yang sudah mulai menghujani
isi kepalaku.
Akhirnya kelas pun selesai,meski sebelumnya diwarnai suasana mencekam. Karena Bu
mirsih menambah khutbahnya akibat isi dari power point kelompok kami tidak
lengkap,banyak kesalahan pengetikkan dan sumber yang tidak akurat. Kemudian aku pulang
menggunakan kendaraan umum dan berjalan sekitar sepuluh meter menuju kosanku dengan
langkah gontai dan wajah lesu.
***
“Rin” tiba-tiba saja Jessica menepuk pundak ku dari belakang. Aku pun sadar semburat
oranye pada langit sudah mulai menghitam dan sebentar lagi malam tiba.
Kami berdua berjalan menuju kosanku,sepertinya Jessica hendak menyampaikan salam
perpisahan sebelum pindah ke kampus impiannya. Dia lolos di kampus ternama nomor dua di
Indonesia. Sebenarnya dia adalah temanku satu-satunya di kelas,tetapi karena tekad dan
keberaniannya,ia mendaftarkan diri sebagai mahasiswa pertukaran antar universitas.
Walaupun hanya satu semester,rasanya berat jika harus berpisah.
Jessica orang yang ceria,terbuka dalam bercerita,dan pekerja keras. Setiap hari kulewati
dengan cerita sedihnya ,namun kemarin bukan hanya tentang kesedihannya saja,tetapi juga
kesedihanku.
Sebulan yang lalu ia menangis tersedu-sedu dipundakku,karena tidak menang dalam lomba
bulu tangkis,tapi menurutku dia hebat.Jangankan lomba,membuat tugas saja,aku selalu
mepet.
Lalu,seminggu yang lalu ia juga mengeluh ,karena tidak masuk final dalam olimpiade
sosiologi atau sosiolympic. Jessica merasa bahwa dirinya tak berguna karena tidak bisa
seperti orang lain yang bisa berhasil. Namun satupun tak ia dapatkan,padahal sudah
bekerjakeras.Terkadang aku iri ,dia saja yang sudah berusaha masih gagal,apalagi aku yang
selalu pasrah bahkan bisa dibilang pemalas. Setidaknya dia berani mencoba dan sudah
berusaha,sedangkan aku hanya cemas karena tidak memiliki laptop
Ada saja cerita hari-harinya yang ia bagikan padaku. Itu membuatku sedikit sedih ,laku
memberinya semangat lebih lagi. Namun entah apa yang salah ,aku justru bersedih atas
keberhasilannya. Bukan tidak mau mendukung,hanya saja berat bagiku berpisah dengan
teman satu-satunya,apalagi aku adalah seorang pendiam ,ya bisa dibilang introvert. Sebab
itulah aku jarang keluar kos atau mengikuti kegiatan di luar kampus.
Benar dugaanku,Jessica menemuiku untuk mengucapkan salam perpisahannya. Tiga detik
setelah kami bertatapan ,kami berdua berpelukkan.
“Secepat ini,padahal baru kemarin rasanya kita kenalan.” Suaraku parau menggambarkan
ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan akan kehilangan seorang teman baik,yang sudah
kuanggap seperti saudara.
“Kan Cuma satu semester Rin,jangan sedih ya. Aku janji balik lagi ke sini.” Balas Jessica
seolah meyakinkanku.
“bawa oleh-oleh,janji!”tambahnya menenangkanku.
Setelah cukup lama berpelukkan ,kami melepaskannya. Dan air mata yang sudah berlinang
cepat-cepat kuusap. Lengkungan bibir yang bisa menutupi kesedihan.
***
Di kamarku sudah kosong tanpa suara rengekan jessica lagi,dan canda tawa kami. Begitupun
suasana hatiku yang mulai terasa kosong. Tiba-tiba saja kepalaku terisi,iya terisi dengan tugas
akhir yang sudah mulai menumpuk.
Sekarang kamar ini dipenuhi rengekanku yang mengeluh tak punya laptop untuk mengetik
tugas.
“Haaaaa, bagaimana ini?” keluhku sambil merengek tapi bukan seperti bayi.
Sambil duduk di atas kasur dan memeluk guling kesayanganku aku membayangkan...
‘Jika aku disuruh memilih antara jessica kembali, atau mendapat dorprize laptop aku akan
memilih Karin. Tentu,karena aku akan mendapatkan teman kembali dan seperti biasa
meminjam laptopnya untuk mengetik makalah’
‘hihihi’ batinku tertawa,namun raut wajahku masih muram.
“Kapan aku punya laptop ya?”gumamku.
Sekarang aku hanya bisa pasrah,dan mulai mengerjakan tugas mengarang cerpen,seperti yang
saat ini kulakukan dengan handphoneku.
~•~

100% karangan,tapi kisah nyata dari 40% keadaan mahasiswa semester tua yang
kewalahan akibat belum memiliki laptop! Gapapa kan masih ada hp untuk sekarang

Anda mungkin juga menyukai