Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KUALITAS PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL HASIL DIKLAT TEKNIS

SUBSTANTIF UN GURU MATEMATIKA MTs DITINJAU DARI TINGKAT


KESUKARAN, DAYA PEMBEDA DAN KUALITAS PENGECOH
THE QUQLITY ANALYSIS OF NATIONAL EXAMINATION PREDICTION TEST AS
RESULT OF MADRASAH TSANAWIYAH MATHEMATICS TEACHERS SUBSTANTIVE
TECHNICAL NATIONAL EXAMINATION TRAINING PROGRAM AT PRIVINCES
BALI, NTB AND NTT

ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda dan fungsi pengecoh soal
Prediksi Soal UN hasil Diklat Teknis Substantif UN Matematika MTs tahun 2019. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi.
Sumber data berupa soal ujian, kunci jawaban dan seluruh lembar jawaban siswa pada uji soal prediksi UN
2019 di MTsN 3 Jembrana pada bulan Maret 2020 Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tingkat
kesukaran didapatkan 4 butir (11 % ) tafsiran sangat mudah, 2 butir (3 % ) dalam tafsiran mudah, 19
butir ( 54 %) tafsiram sedang, 7 butir (20 %) tafsiran sukar, dan 3 butir (9 %) tafsiran sangat sukar .
Hasil analisis daya pembeda soal didapatkan 3 butir ( 9 %) memimiki daya beda sangat jelek, 4 butir
( 11 %) memiliki daya beda jelek, 3 butir (9 %) memiliki daya beda cukup, 12 butir ( 34%)
memiliki daya beda baik dan 13 butir (37 %) katagori Baik sekali . Hasil analisis fungsi pengecoh
menunjukkan bahwa dari 105 distraktor, ada 41 pengecoh (39 %) katagori harus direvisi atau
diperbaiki, 64 pengecoh (61 %) dalam katagori efektif . Secara keseluruhan soal Prediksi Soal UN hasil
Diklat Teknis Substantif UN Matematika MTs tahun 2019 dikategorikan sebagai soal yang baik, sebab
memiliki persentase tingkat kesukaran terbesar pada kategori soal sedang yaitu sebanyak 19 butir (54%),
persentase daya pembeda terbesar pada kategori baik dan sangat baik yaitu sebanyak 25 butir soal (71 %)
serta lebih banyak pengecoh yang telah berfungsi dengan baik yaitu sebanyak 64 pengecoh (61 %).
Kata-kata kunci : tingkat kesukaran, daya pembeda, fungsi pengecoh , prediksi soal UN

ABSTRACT:
This study aims to determine the level of difficulty, distinguishing features and deception functions about the
UN Test Prediction Result of the MTs Substantive Technical Training for Mathematics in 2019. The
research method used is descriptive qualitative analysis with data collection techniques in the form of
documentation. The data source is in the form of exam questions, answer keys and all student answer sheets
in the 2019 UN prediction test in MTsN 3 Jembrana at March 2021. The results showed that for the difficulty
level there were 4 items (11%) very easy interpretation, 2 items (3%) in easy interpretation, 19 items (54%)
moderate interpretation, 7 items (20%) difficult interpretation, and 3 items ( 9%) interpretation is very
difficult. The results of the analysis of the distinguishing power obtained 3 items (9%) had very bad power
differences, 4 items (11%) had bad power differences, 3 items (9%) had sufficiently different power, 12
items (34%) had good power difference and 13 items (37%) categorized Very well. The results of the
analysis of the deception function showed that of the 105 distractors, there were 41 deception (39%)
categories that had to be revised or improved, 64 deception (61%) in the effective category. Overall, the
Prediction Questions for the National Examination of the National Mathematics and Natural Sciences Sub-
National Mathematics MTs in 2019 were categorized as good problems, because they had the highest
percentage of difficulty in the medium problem category of 19 items (54%), the biggest percentage of
differentiation in the good and very good categories namely as many as 25 items (71%) as well as more
deceivers that have worked well, as many as 64 deception (61%).
Key words: difficulty level, distinguishing features, deception function, prediction of UN questions

1
PENDAHULUAN balik guna melakukan perbaikan, pembenahan
dan penyempurnaan kembali terhadap butir-
Evaluasi pembelajaran merupakan salah butir item yang telah dikeluarkan dalam tes
satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. hasil belajar, sehingga pada masa-masa yang
Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan akan datang tes hasil belajar yang disusun atau
tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu dirancang oleh tester (guru, dosen dan lain-lain)
mengevaluasi pembelajaran termasuk itu betul-betul dapat menjalankan fungsinya
didalamnya melaksanakan penilaian proses dan sebagai alat pengukur hasil belajar yang
hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan pula memiliki kualitas yang tinggi.
dengan instrumen penilaian kemampuan guru Kemampuan melaksanakan evaluasi
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pembelajaran merupakan kemampuan dasar
Dalam sistem pembelajaran evaluasi yang mesti dikuasai oleh seorang pendidik
pembelajaran merupakan salah satu komponen sebagai salah satu kompetensi professionalnya.
penting dan tahap yang harus ditempuh oleh Evaluasi pembelajaran merupakan satu
guru untuk mengetahui keefektifan hasil kompetensi professional seorang pendidik.
pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen
evaluasi dapat dijadikan balikan (feed back) penilaian kemampuan guru, yang salah satu
bagi guru dalam memperbaiki dan indikatornya adalah melakukan evaluasi
menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran
pembelajaran. Istilah evaluasi pembelajaran sering
Proses evaluasi merupakan salah satu disamaartikan dengan ujian.mMeskipun saling
sarana penting dalam meraih tujuan berkaitan, akan tetapi tidak mencakup
pembelajaran. Salah satu metode yang dapat keseluruhan makna yang sebenarnya. Ujian
digunakan untuk melakukan proses evaluasi ulangan harian yang dilakukan guru di kelas
pembelajaran adalah dengan melakukan ujian atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun,
atau tes. Menurut Thoha (2001: 43), tes adalah belum dapat menggambarkan esensi evaluasi
alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan
dan petunjuk yang ditujukan kepada testee penerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi
untuk mendapatkan respon sesuai dengan pembelajaran pada dasarnya bukan hanya
petunjuk itu. menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses
Alat penilaian atau tes merupakan salah yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam
satu komponen penting dalam evaluasi keseluruhan proses pembelajaran.
pembelajaran, yang tujuannya untuk Tes adalah pemberian suatu tugas atau
mengetahui sejauh mana pembelajaran telah rangkaian tugas dalam bentuk soal atau perintah
dicapai peserta didik. Oleh karena itu seorang / suruhan lain yang harus dikerjakan oleh
pendidik atau guru dituntut memiliki peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas tersebut
kemampuan dalam merencanakan, menyusun digunakan untuk menarik kesimpulan-
dan membuat alat penilaian. Namun, setelah kesimpulan tertentu terhadap peserta didik
membuat dan memberikan tes kepada peserta (Asrul,dkk :2015). Sedangkan menurut Sax
didik, jarang ada guru yang melakukan evaluasi (1980 : 13) bahwa “a test may be defined as a
terhadap alat penilaian atau butir-butir tes task or series of task used to obtain systematic
tersebut. Kebanyakan guru hanya terfokus observations presumed to be representative of
untuk mengevaluasi peserta didiknya tanpa educational or psychological traits or
mengidentifikasi tingkat kesukaran, daya attributes”. (tes dapat didefinisikan sebagai
pembeda dan fungsi distraktor soal-soal itu. tugas atau serangkaian tugas yang digunakan
Padahal, menurut Sudijono (2009: 369-370) untuk memperoleh pengamatan-pengamatan
identifikasi terhadap setiap butir item tes hasil sistematis, yang dianggap mewakili ciri atau
belajar itu dilakukan dengan harapan akan aribut pendidikan atau psikologis). Istilah tugas
menghasilkan berbagai informasi berharga, dapat berbentuk soal atau perintah/suruhan lain
yang pada dasarnya akan merupakan umpan yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil
kuantitatif ataupun kualitatif dari pelaksanaan yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita
tugas itu digunakan untuk menarik simpulan- susun. Tingkat Kesukaran Soal
simpulan tertentu terhadap peserta didik. Sudijono (2009:370) menjelaskan bahwa
Sementara itu, S. Hasan Hamid (1988 : 7) penganalisisan terhadap butir-butir item tes
menjelaskan “tes adalah alat pengumpulan data hasil belajar dapat dilakukan dari tiga segi,
yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes yaitu: (1) dari segi derajat kesukaran itemnya,
dapat terlihat dari konstruksi butir (soal) yang
(2) dari segi daya pembeda itemnya, (3) dari
dipergunakan”.
segi fungsi distraktornya
Dengan demikian, tes pada hakikatnya
adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas Dari beberapa pendapat di atas dapat
yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus disimpulkan bahwa analisis soal adalah
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur langkah-langkah yang dilakukan secara teratur
suatu aspek perilaku tertentu. Artinya, fungsi untuk menganalisis butir item soal yang disusun
tes adalah sebagai alat ukur. Dalam tes prestasi berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda
belajar, aspek perilaku yang hendak diukur dan fungsi distraktornya. Sebelum menghitung
adalah tingkat kemampuan peserta didik dalam tingkat kesukaran, daya pembeda dan fungsi
menguasai materi pelajaran yang telah distraktor perlu terlebih dahulu
disampaikan mengelompokkan hasil tes berdasarkan
Untuk mendapatkan manfaat dari peringkat dari keseluruhan skor yang diperoleh.
pelaksanaan evaluasi pembelajaran diperlukan Ketiga kelompok yang dimaksud adalah :
sebuah alat evaluasi berupa tes. Karenanya (1) Kelompok atas (27% dari peringkat atas)
guru harus mempunyai kompetensi yang baik (2) Kelompok tengah (46% dari peringkat
dalam mengembangkan evaluasi instrumen tes tengah)
sebagai alat ukur yang tepat. (3) Kelompok bawah (27% dari peringkat
bawah)
Analisis kualitas soal merupakan suatu
Yang diperlukan dalam menganalisis soal
tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui
selanjutnya adalah kelompok atas dan
derajat kualitas suatu soal , baik soal secara
kelompok bawah, sedangkan kelompok tengah
keseluruhan maupun butir soal yang menjadi
dibiarkan. Menurut Sudijono (2009:387), “para
bagian dari soal tersebut. Soal sebagai alat
pakar di bidang evaluasi pendidikan banyak
evaluasi diharapkan menghasilkan nilai yang
menggunakan pengambilan subyek sebanyak
objektif dan akurat. Jika soal yang digunakan
27% testee kelompok atas dan 27% testee
guru kurang baik, maka hasil yang
kelompok bawah disebabkan karena
diperolehpun tentunya kurang baik. Hal ini
berdasarkan bukti-bukti empirik telah
dapat merugikan peserta didik itu sendiri.
menunjukkan kesensitifannya, atau dengan kata
Artinya, hasil yang diperoleh peserta didik
lain cukup dapat diandalkan.”
menjadi tidak objektif dan tidak adil. Oleh
Tingkat kesulitan item atau disebut juga
sebab itu, soal yang digunakan guru harus
indeks kesulitan item menurut Sukardi
memiliki kualitas yang lebih baik dilihat dari
(2011:136) adalah angka yang menunjukkan
berbagai segi. Tes hendaknya disusun sesuai
proporsi siswa yang menjawab betul dalam satu
dengan prinsip dan prosedur penyusunan soal.
soal yang dilakukan dengan menggunakan tes
Setelah digunakan perlu diketahui apakah soal
objektif. Menurut Daryanto (2010:179), soal
tersebut berkualitas baik atau kurang baik.
yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah
Untuk mengetahui apakah suatu soal yang
atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu
digunakan termasuk baik atau kurang baik,
mudah tidak merangsang siswa untuk
maka perlu dilakukan analisis kualitas soal.
mempertinggi usaha memecahkannya.
Menurut Daryanto (2010:177), analisis
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
soal adalah suatu prosedur yang sistematis,
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan
yang akan memberikan informasi-informasi

3
tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi kelompok Bawah, yaitu kelompok siswa yang
karena di luar jangkauannya. Dari beberapa tergolong tidak pandai.
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Dalam hubungan ini, jika sebuah butir
tingkat kesukaran soal adalah angka yang soal memiliki angka indeks diskriminasi butir
menunjukkan bahwa apakah soal yang diujikan soal dengan tanda positif, hal ini merupakan
termasuk mudah, sedang atau sukar. petunjuk bahwa butir soal tersebut telah
memiliki daya pembeda, dalam arti bahwa
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan
peserta yang termasuk kategori pandai lebih
untuk mengetahui apakah soal tersebut
banyak yang dapat menjawab dengan benar
tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran terhadap butir soal yang bersangkutan,
adalah bilangan yang menunjukan sukar atau sedangkan peserta yang termasuk kategori tidak
mudahnya sesuatu soal. (Arikunto, 2008: 207). pandai lebih banyak yang menjawab salah.
Perhitungan tingkat kesularan butir Klasifikasi daya pembeda ditentukan
soalnda[at di hitung dengan rumus berikut : berdasarkan angka indeksdiskriminasi (D) butir
soal. Dengan kata lainnya, apabila suatu butir
soal mempunyai daya pembeda yangbaik maka
P = Tingkat kesukaran dapat diartikan bahwa butir soal itu mampu
membedakan antara peserta pelatihan yang
= Banyak peserta yang menjawab benar berkemampuan tinggi dengan peserta pelatihan
N = Banyak Peserta (Asrul 2015 :349) yang berkemampuan rendah. Nilai D dapat
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran ditentukan menggunakan persamaan
tersebut, dapat digunakan kriteria sebagai berikut : Perhitungan daya pembeda adalah
P > 0,70 = mudah pengukuran sejauhmana suatu butir soal mampu
membedakan peserta didik yang sudah
0,30 ≤ P ≤ 0,70 = sedang
menguasai kompetensi dengan peserta didik
p < 0,30 = sukar yang belum/kurang menguasai kompetensi
berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi
Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, koefisien daya pembeda suatu butir soal,
sebaiknya proporsi antara tingkat kesukaran soal semakin mampu butir soal tersebut
tersebar secara normal. Perhitungan proporsi
membedakan antara peserta didik yang
tersebut dapat diatur sebagai berikut :
menguasai kompetensi dengan peserta didik
a. Soal sukar 25%, soal sedang 50%, soal mudah yang kurang menguasai kompetensi. Untuk
25%, atau menghitung daya pembeda setiap butir soal
b. Soal sukar 20%, soal sedang 60%, soal mudah dapat digunakan rumus sebagai berikut :
20%, atau
c. Soal sukar 15%, soal sedang 70%, soal mudah
15%.
Daya pembeda soal adalah kemampuan DP ; Indeks daya pembeda,
suatu soal untuk membedakan antara siswa Ba ; banyaknya peserta tes kelompok
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang atas yang menjawab soal dengan benar,
berkemampuan rendah (Arikunto, 1999 : 211) . Bb : banyaknya peserta tes kelompok
Salah satu tujuan analisis daya pembeda butir bawah yang menjawab soal dengan benar,
soal adalah untuk menentukan mampu tidaknya Ja : merupakan banyaknya peserta tes kelompok
suatu butir soal membedakan antara peserta atas, dan
pelatihan yang berkemampuan tinggi dengan Jb : banyaknya peserta tes kelompok bawah
peserta pelatihan yang berkemampuan Kriteria indeks daya pembeda dapat disajikan
rendah.Daya pembeda pada dasarnya dihitung sebagai berikut
atas dasar pembagian peserta pelatihan ke
dalam dua kelompok, yaitu kelompok Atas Daya Pembeda Kualifikasi
yaitu kelompok yang tergolong pandai, dan
Negatif tidak baik, harus sejumlah peserta test. Penentuan kualitas
0,00 – 0,19 dibuang pengecoh, beberapa ahli penilaian mengatakan
0,20 – 0,39 jelek kualitas pengecoh dikatakan baik apabila dipilih
0,40 – 0,69 cukup oleh 5% peserta test. Rumus menghitung
0,70 – 1,00 baik efektifitas pengecoh
baik sekali
(Arikunto 2008: 350)
n= jumlah option
Menganalisis fungsi pengecoh (distractor)
dikenal dengan istilah menganalisis pola Dalam penelitian ini peserta tes 26 dan jumlah
penyebaran jawaban butir soal pada soal bentuk option 4 maka hasil analisis pengecoh akan
pilihan ganda. Pola tersebut diperoleh dengan berfungsi jika
menghitung banyaknya testee yang memilih D = (26 : 4.4)
pilihan jawaban butir soal atau yang tidak D = 26 : 16
memilih pilihan manapun (blangko). Dari pola D = 1,625 dibulatkan 2
penyebaran jawaban butir soal dapat ditentukan Jadi pengecoh dikatakan berfungsi jika pengecoh
apakah pengecoh berfungsi dengan baik atau dipilih sedikitnya oleh 2 peserta tes
tidak. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi
dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 %
pengikut tes. Pertimbangan terhadap analisis Pada penelitian ini, peneliti akan
pengecoh: menggunakan soal yang dibuat peserta Dikat
a. Diterima, karena sudah baik Teknis Substantif UN Matematika MTs untuk
b. Ditolak, karena tidak baik dianalisis tingkat kesukaran, daya pembeda dan
c. Ditulis kembali, karena kurang baik fungsi distraktornya. Hasil Uji coba Soal akan
Karenanya , dalam menyiapkan pengecoh memberikan gambaran kualitas soal yang
penulis tes harus mempertimbangkan berberapa dibuat oleh peserta diklat dan sebagai bahan
hal antara lain :
evaluasi hasil suatu kediklatan. Sehingga
a. Homogenitas pengecoh, artinya pengecoh
memberikan manfaat bagi pelaksanaan dan
harus setara dengan kunci jawaban
penyelenggaraan Diklat Teknis Substantif UN
b. Panjang pendek kalimat atau pernyataan
jawaban Matematika MTs.
c. Jawaban sama-sama terkait dengan stimulus Rumusan masalah dalam penelitian ini
soal 1. Bagaimana prosentase penyebaran soal
Kualitas pengecoh dikatakan apabila opsi yang dibuat peserta dikat teknis substantif
jawaban dipilih oleh sejumlah peserta tes (test UN Guru Matematika MTs di tinjau dari
Takers). Tujuan penulisan pengecoh menurut tingkat kesukaran ?
Sudjiono (2005) adalah dalam rangka memberi 2. Bagaimana kualitas soal yang dibuat
pilihan alternatif kepada peserta tes umtuk dipilih. peserta dikat teknis substantif UN Guru
Menurut M. Ngalim Purwanto (2000) pengecoh Matematika MTs ditinjau dari dari daya
dikatagorikan baik jika perbandingan kelompok
pembeda ?
memilih jawaban salah lebih sedikit dibandingkan
dengan kelompok bawah yang memilih jawaban 3. Bagaimana efektifitas pengecoh dari soal
salah. Sedangkan menurut Chatib (1991) tujuan yang dikembangkan peserta dikat teknis
pengecoh adalah untuk mengecoh peserta test substantif UN Guru Matematika MTs ?
yang kurang atau tidak kompeten pada materi
yang diteskan
Pengecoh dikatakan berfungsi dan Metode Penelitian
berkualitas dengan baik apabila dipilih oleh
sejumlah peserta tes. Artinya jika oeserta test
1. Jenis Penelitian
tidak ada yang memilih berarti pengecoh tidak
berfungsi atau tidak efektifdan perlu diperbaiki. Penelitian ini adalah penelitian analisis
Menurut Sudijono (2005), katagori pengecoh Diskripsi kualitatif. Data hasil penelitian diolah
dikatakan berfungsi baik jika dipilih oleh secara kualitatif dengan menggunakan

5
prosentase, selanjutnya dideskripsikan dan 2 16 61,54 Sedang
3 16 61,54 Sedang
dianalisis secara kualitatif (Sugiyono: 2013) 4 1 3,85 Sangat Sukar
dalam hal ini peneliti mengelompokkan analisis 5 17 65,38 Sedang
6 15 57,69 Sedang
berdasar tingkat kesukaran, daya pembeda soal 7 15 57,69 Sedang
dan efektifitas pengecoh jawaban 8 17 65,38 Sedang
9 13 50,00 Sedang
10 23 88,46 Sangat Mudah
2. Subyek penelitian 11 0 0,00 Sangat Sukar
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini 12 10 38,46 Sedang
13 1 3,85 Sangat Sukar
adalah guru matematika Madrasah Tsanawiyah 14 15 57,69 Sedang
yang mengikuti Diklat teknis substantif Ujian 15 19 73,08 Mudah
16 20 76,92 Mudah
Nasional Guru Matematika Madrasah 17 14 53,85 Sedang
Tsanawiyah Kementrian Agama Prop Bali , 18 6 23,08 Sukar
19 9 34,62 Sedang
NTB dan NTT tahun 2019 pada Balai Diklat 20 12 46,15 Sedang
Keagamaan Denpasar tanggal 5 – 10 Agustus 21 7 26,92 Sukar
2019. Sampel peneliian 30 guru peserta Diklat 22 5 19,23 Sukar
23 8 30,77 Sukar
dari populasi 30 peserta. Dalam penelitian ini 24 17 65,38 Sedang
sampel sekaligus populasi 25 6 34,62 Sedang
26 17 23,08 Sukar
3. Metode pengumpulan data 27 9 34,62 Sedang
Data dikumpulkan dengan teknik 28 6 23,08 Sukar
29 9 34,62 Sedang
dokumentasi. Yaitu peneliti menganalisis 30 10 38,46 Sedang
lembar jawaban peserta test (26 siswa kelas IX 31 6 23,08 Sukar
32 6 23,08 Sukar
MTsN 3 Jembrana pada maret 2021) 33 14 53,85 Sedang
mengerjakan soal prediksi yang telah 34 10 38,46 Sedang
dikembengkan oleh peserta diklat di Balai 35 23 88,46 Sangat mudah
Sangat Mudah : 4 butir (11 %)
Diklat Keagamaan Denpasar tahun 2019 Mudah : 2 butir (3 %)
4. Analisis Data Sedang :19 butir (54 %)
Sukar : 7 butir (20 %)
Data tentang kualitas tingkat kesukaran, Sangat Sukar : 3 butir (9 %)
daya pembeda dan efektifitas pengecoh
dianalisis menggunakan aplikasi Anates versi Data di atas menunjukkan bahwa dari 35
4.0.9 butir soal terdapat 4 butir (11 % ) dalam
katagori tafsiran sangat mudah, 2 butir (3 % )
HASIL DAN PEMBAHASANA dalam tafsiran mudah, 19 butir ( 54 %) dalam
A. Hasil katagori tafsiram sedang, 7 butir (20 %) dalam
Data yng dikumpulkan dakam penelitian katagori tafsiran sukar, dan 3 butir (9 %) dalam
adalah hasil analisis jawaban 26 siswa yang katori tafsiran sangat sukar
mengerjakan soal prediksi UN 2019 2. Daya Pembeda
menggunakan Anates Versi 4.09. Hasil analisis Jumlah Subyek : 26 orang
dapat disajikan sebagai berikut : Jumlah Soal : 35 butir soal
1. Tingkat kesukaran Kelompok atas/ bawah : 7
Dari hasil analisis data tentang tingat
kesukaran dapat ditampilkan data sebagai
berikut :
Jumlah Subyek : 26 orang Tabel Hasil Analisis Daya Beda
Jumlah Soal : 35 butir soal
Tabel Hasil Analisis Tingkat Kesukaran No Klp Klp Bed Indeks Katagori
Butir Atas Bawah a DP (%)
No Jml TK Tafsiran 1 7 4 3 42,86 Baik
Butir Benar Kesukaran 2 7 1 6 85,71 Baik sekali
1 23 88,46 Sangat Mudah 3 7 3 4 57,71 Baik
4 0 0 0 0,00 Jelek 5 0-- 4+ 5- 17** 0 1 2
5 7 0 7 100,00 Baik sekali 6 9--- 15* 1- 1- 0 1 2
6 7 0 7 100,00 Baik sekali *
7 7 2 5 71,43 Baik sekali 7 1- 9--- 1- 15** 0 1 2
8 7 3 4 57,14 Baik 8 6-- 3++ 0-- 17** 0 2 1
9 7 2 5 71,43 Baik sekali
9 13** 1-- 12--- 0-- 0 3 0
10 7 4 3 42,86 Baik
11 0 0 0 0,00 Jelek 10 3--- 0-- 23** 0-- 0 3 0
12 7 1 6 85,71 Baik seali 11 0-- 8++ 0** 18-- 0 2 1
13 0 0 0 0,00 Jelek 12 4+ 10* 2- 10-- 0 1 2
14 2 5 -3 -42,86 Jelek sekali *
15 7 5 2 28,57 Cukup 13 11+ 13- 1-- 1** 0 1 2
16 7 4 3 42,86 Baik 14 5+ 15* 3++ 3++ 0 0 3
17 5 4 1 14,29 Jelek *
18 4 1 3 42,86 Baik 15 5--- 2++ 19** 0-- 0 2 1
19 4 0 4 57,14 Baik
16 20** 1- 3+ 2++ 0 0 3
20 0 5 -5 -71,43 Jelek sekali
17 5++ 6+ 1-- 14** 0 1 2
21 4 1 3 42,86 Baik
22 4 0 4 57,14 Baik 18 7++ 10+ 6** 3- 0 0 3
23 7 0 7 100,00 Baik sekali 19 1-- 6++ 10-- 9** 0 2 1
24 7 1 6 85,71 Baik sekali 20 12** 8- 4++ 2- 0 0 3
25 4 0 4 57,14 Baik 21 7** 6++ 2- 11- 0 0 3
26 4 6 -2 -28,57 Jelek sekali 22 18--- 5** 1-- 2- 0 2 1
27 6 1 5 71,43 Baik sekali 23 8** 15-- 2- 1-- 0 2 1
28 4 0 4 57,14 Baik 24 1- 7--- 17** 1- 0 1 2
29 0 3 -3 -42,86 Jelek sekali
25 6** 8++ 3- 9+ 0 0 3
30 5 0 5 71,43 Baik sekali
26 4+ 17* 1- 4+ 0 0 3
31 5 0 5 71,43 Baik sekali
32 2 0 2 28,57 Cukup *
33 7 1 6 85,71 Baik sekali 27 2- 9** 8+ 7++ 0 0 3
34 4 0 4 57,14 Baik 28 6** 4+ 2- 14--- 0 2 2
35 7 5 2 28,57 Cukup 29 6++ 9** 7++ 4+ 0 0 3
Jelek sekali : 3 butir ( 9 %) 30 3+ 4+ 9- 10** 0 1 3
Jelek : 4 butir ( 11 %) 31 2- 6++ 6** 12-- 0 1 2
Cukup : 3 butir ( 9 % ) 32 3- 3- 6** 14--- 0 1 2
Baik : 12 butir ( 34 %) 33 10--- 14* 1-- 3+ 0 2 1
Baik sekali : 13 butir (37 %) *
34 10** 12--- 1-- 3+ 0 2 1
Data daya beda di atas menunjukkan dari 35 1++ 2-- 23** 0-- 0 2 1
35 butir soal yang diuji coba pada 26 siswa Total 41 64
Pro 39 61
terdapat 3 butir ( 9 %) memimiki daya beda
sentase
sangat jelek, 4 butir ( 11 %) memiliki daya beda ** = Kunci jawaban ++ = Sangat Baik
jelek, 3 butir (9 %) memiliki daya beda cukup, + = Baik - = Kurang
12 butir ( 34%) memiliki daya beda baik dan 13 -- = Buruk --- = Sangat Buruk
butir (37 %) katagori Baik sekali.
Data analisis kualitas pengecoh
3. Kualitas Pengecoh
menunjukkan 41 pengecoh (39 %) katagori
Hasil analisis data tentang efektifitas
harus direvisi atau diperbaiki dari total
pengecoh dapat disajikan data sebagai berikut ;
pengecoh 105, sedang 64 pengecoh (61 %)
dalam katagori efektif atau baik harus
Jumlah subyek : 26 orang
dipertahankan untuk digunakan.
Jumlah soal : 35
Jumlah pilihan : 4
B. Pembahasanan
Tabel Hasil Analisis Kualitas Pengecoh Arikunto (2008:206-207) menyatakan betapa
pentingnya mengadakan analisis terhadap soal yang
No A B C D * Di Efektif
Butir Revisi
telah dibuat untuk mengetahui soal yang baik,
1 1++ 2-- 0-- 23** 0 2 1 kurang baik dan soal yang jelek untuk selanjutnya
2 16** 2+ 7--- 1- 0 1 2 dilakukan perbaikan terhadap soal yang dianggap
3 4++ 16** 6-- 0-- 0 2 1 kurang baik atau jelek.
4 1** 12+ 0-- 13- 0 1 2

7
Berkenaan dengan analisis tingkat kesukaran, porsi tidak banyak. Sehingga dapat dikatakana
Sudijono (2009: 376-378) mengemukakan bahwa soal prediksi UN Matematika hasil Diklat
untuk butir-butir item yang berdasarkan hasil Teknis Substantif UN Matematika 2019 dalam
analisis termasuk dalam kategori baik (dalam arti katagori Sedang.
derajat kesukaran itemnya cukup atau sedang), Ditinjau dari segi daya pembeda, Sudijono
seyogyanya butir item tersebut segera dicatat dalam (2009: 408-409) mengemukakan bahwa untuk butir-
buku bank soal, selanjutnya butir-butir soal tersebut butir item yang sudah memiliki daya pembeda item
dapat dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang baik (satisfactory, good dan excellent)
pada waktu-waktu yang akan datang. Kemudian hendaknya dimasukkan dalam buku bank soal tes
untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori hasil belajar. Kemudian untuk butir-butir item yang
mudah hendaknya tester (guru) meneliti ulang, daya pembedanya masih rendah (poor), hendaknya
melacak dan menelusuri sehingga dapat diketahui tester (guru) menelusuri untuk kemudian
faktor yang menyebabkan butir item tersebut dapat memperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan
dijawab oleh hampir seluruh testee. Menurut lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang; kelak
Kemendiknas (2010:11), jika butir soal termasuk item tersebut dianalisis lagi, apakah daya
kategori mudah, maka prediksi terhadap soal itu pembedanya meningkat ataukah tidak. Khusus
adalah : pengecoh butir soal itu tidak berfungsi; butir-butir item yang angka indek diskriminasi
sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu, itemnya bertanda negatif, sebaiknya pada tes hasil
artinya bahwa sebagian besar siswa telah belajar yang akan datang tidak usah dikeluarkan
memahami materi yang ditanyakan. Selanjutnya lagi. Menurut Kemendiknas (2010:11), apabila
untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua
sukar hendaknya tester (guru) meneliti ulang, kemampuan siswa, maka kemungkinan yang terjadi
melacak dan menelusuri sehingga dapat diketahui pada soal tersebut adalah: kunci jawaban butir soal
faktor yang menyebabkan butir item yang itu tidak tepat; butir soal itu memiliki 2 atau lebih
bersangkutan sulit dijawab oleh testee/siswa. kunci jawaban yang benar; kompetensi yang diukur
Menurut Kemendiknas (2010:11), jika suatu butir tidak jelas; pengecoh tidak berfungsi; materi yang
soal termasuk kategori sukar, maka prediksinya ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang
adalah : butir soal itu mungkin salah kunci jawaban; menebak; atau sebagian besar siswa yang
butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada
benar; materi yang ditanyakan belum diajarkan atau yang salah informasi dalam butir soalnya.
belum tuntas pembelajarannya, sehingga
Dari hasil analisis daya beda soal prediksi
kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa
belum tercapai; materi yang diukur tidak cocok
soal UN Matematika Mts hasil Diklat Teknis
ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang Substantif UN Matematika Mts tahun 2019
diberikan; atau kalimat soal terlalu kompleks dan pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar
panjang menunjukkan butir soal yang memiliki daya
Dari hasil analisis tingkat kesukaran soal beda jelek sekali no butir 14,20,26 dan jelek no
prediksi soal UN Matematika Mts hasil Diklat butir 4,11,13,17 sebanyak 7(20 %) butir soal
Teknis Substantif UN Matematika Mts tahun tidak bisa dipakai atau di ganti soal baru.. 3
2019 pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar (9%) butir katagori cukup . Butir soal yang
menunjukkan 11 % butir soal katagori sangat memiliki daya beda baik dan baik sekali
mudah,3 % butir soal katagori mudah, 54 % sebanyak 25 ( 71%) butir soal.
butir soal katagori sedang, 20 % butir soal Sehingga dapat dikatakana soal prediksi
katagori sukar dan 9 % butir soal katagori UN Matematika hasil Diklat Teknis Substantif
sangat sukar. UN Matematika 2019 dalam memilikidaya beda
Soal katagori sangat mudah yaitu soal no katagori Baik
1, 10 dan 35 dan sangat sukar 4,11 dan 13 perlu Kemudian dari segi fungsi distraktor, menurut
(Sudijono, 2009: 417) bahwa distraktor yang sudah
ada revisi atau perbaikan
dapat menjalankan fungsinya dengan baik dapat
Tingkat kesulitan menunjukan diagram dipakai lagi pada tes-tes yang akan datang,
kurva norman. Artinya jumlah butir soal sedangkan distraktor yang belum dapat berfungsi
katagori sangat mudah dan mudah mempunyai dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti
porsi yang tidak banyak, begitu juga butir soal dengan distraktor lain.
katagor sukar dan sangat sukar mempunyai
. Dari hasil analisis fungsi pengecoh soal b. Sedangkan untuk soal-soal yang dikategorikan
prediksi soal UN Matematika Mts hasil Diklat sebagai soal yang kurang baik hendaknya
Teknis Substantif UN Matematika Mts tahun dilakukan perbaikan-perbaikan.
2019 pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar c. Hendaknya melakukan koordinasi bersama
menunjukkan dari 105 pengecoh 41 (39%) dalam penyusunan kisi-kisi soal, perakitan soal
distraktor katagori harus direvisi atau diperbaiki dan analisis soal agar diperoleh soal yang
dan 64(61%) pengecoh katagori efektif. Butir berkualitas.
soal no 8 dan 9 perlu mendapat perhatian d. Hendaknya guru melakukan validasi setiap soal
khusus karena ketiga pengecoh yang ada yang dibuatnya sebelum soal-soal itu diberikan
ketiganyan tidak ada yang efektif dan ini perlu kepada para siswa.
mendapat perhatian khusus.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN DAN SARAN Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Simpulan
Berdasarkan analisa data dari hasil penelitian Asrul dkk, 2015. Evaluasi Pembelajaran, Jakarta :
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Soal Cita Pustaka Media
Prediksi UN Hasil Diklat Teknis Substantif UN Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Matematika MTs Tahun 2019 : Rineka Cipta
1. Ditinjau dari tingkat kesukaran, secara
keseluruhan dikategorikan sebagai soal yang Hamid, S.Hasan, 1988 Evaluasi Kurikulum,
sedang sebab persentase soal terbanyak dalam Jakarta : P2LPTK-Ditjen Dikti- Depdikbud
kategori soal yang sedang. Kemendiknas. 2010. “Materi Bimbingan Teknis
2. Bila ditinjau dari indeks daya pembeda soal, KTSP dan Soal Terstandar 2010: Panduan
secara keseluruhan dikategorikan sebagai soal Analisis Butir Soal
yang baik sebab persentase soal terbanyak Purwanto, M. Ngalim,2000. Prinsip-prinsip dan
dalam kategori soal yang baik dan amat baik. Teknik Evaluasi, Pengajaran. Bandung: Remaja
3. Ditinjau dari segi fungsi distraktor, secara Rosda Karya
keseluruhan dilihat dari hasil jawaban siswa
Sax, G., 1980 Principles of Educational and
dikategorikan memiliki distraktor yang telah
Psychological Measurement and Evaluation,
berfungsi dengan baik.
Belmont California : Wads Worth Pub.Co.
Saran
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi
Berdasarkan keseluruhan hasil kajian penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
yang telah dilakukan, maka peneliti menyampaikan Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan
beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait Operasionalnya. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara
sebagaiberikut :
Thoha, Chabib M, 1991. Teknik Evaluasi
1. Bagi Balai Diklat Keagamaan Denpasar Pendidikan, Jakarta: CV. Rajawali,.
hendaknya senantiasa mengadakan Diklat
Teknis UN bagi para guru dengan memperkuat
penyusunan soal sesuai dengan kaidah-kaidah
soal yang baik, sehingga menambah wawasan
para guru dalam pembuatan soal dan
mengaplikasikannya dalam pembuatan soal
berikutnya.
2. Bagi guru/ penyusun soal
a. Untuk soal-soal yang dikategorikan sebagai soal
yang baik hendaknya disimpan dan digunakan
pada masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai