Allah menciptakan virus untuk mengingatkan manusia tentang keterbatasan ilmunya
dan mendorongnya bersikap rendah hati. Corona bukanlah “azab” melainkan cobaan/ujian karena tidak hanya menyerang orang- orang yang berbuat kerusakan saja, jika itu adalah “azab” maka Allah pasti tidak akan memberikannya kepada orang-orang yang taat juga (selayaknya kisah Nuh dan Luth) Siksa bentuknya selalu menyakitkan karena merupakan dampak dari perilaku buruk seseorang. Sedangkan ujian/cobaan bisa berbentuk hal yang menyenangkan hati. Ujian yang diberikan Allah tidak akan melampaui kemampuan seseorang untuk melewatinya. Jika gagal, maka itu berarti orang tersebut gagal memanfaatkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya untuk melewati ujian tersebut. Doa dapat menenangkan hati seseorang dari penyakit yang dideritanya. Qada hanya dapat diubah dengan doa Segala sesuatu yang terjadi di bumi diketahui oleh Allah. Namun, pengetahuan-Nya tersebut tidak mengekang dan tidak memaksa manusia untuk melakukan ini dan itu. “Jika saya punya ilmu tentang kemalasan dan kebodohan seorang mahasiswa, lalu ada seorang mahasiswa yang tidak lulus, apakah itu kesalahan akibat dari ilmu yang saya miliki?” “Kun Fayakun” bukan berarti menciptakan tanpa proses, melainkan bahwa penciptaan segala sesuatu bagi Allah tidak terikat kepada waktu. Manusia diberikan pilihan untuk memilih takdir mana yang akan ia tuju, berbeda contohnya dengan bumi dan langit. Ada “kehendak yang pasti terjadi” (iradah kawniyah) dan “kehendak yang belum pasti terjadi” karena berhubungan dengan upaya manusia (iradah syar’iyah) Peringatan-peringatan akan diberikan oleh Allah ketika manusia mulai lengah. Peringatan tersebut bertujuan untuk mengembalikan manusia ke jalan yang lurus. “Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit, kecuali menurunkan juga penyebab kesembuhannya”. (HR. Bukhari) “Keburukan diperlukan untuk mengenal kebaikan, kekacauan diperlukan untuk mengenal kedamaian”. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Al- Baqarah: 216) Setiap bencana pasti memiliki hikmahnya BAB 2
Apakah corona adalah tentara Allah?
“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri”. (Al- Muddatstsir : 31) Maka, corona bukanlah tentara Allah. Jika corona adalah tentara Allah, maka kita yang berusaha membasminya tidak akan menang Karena “Dan sesungguhnya tentara kami pastilah menang”. (As- Shaffat : 173). Juga dengan anggapan tersebut berarti dokter akan dianggap sebagai musuh Allah. Virus ini adalah “setan” yang Allah perintahkan untuk dimusuhi dan diperangi. Bencana tidak boleh diartikan sebagai upaya Allah untuk melaksanakan syariat-Nya. “Memang dengan adanya virus corona kita jadi terbiasa hidup bersih sesuai syariat-Nya, namun bukankah bersilaturahmi dan berjabat tangan juga sesuatu yang dianjurkan- Nya?”. Bencana adalah peringatan dari Allah untuk menyadari keberadaan-Nya, menyadari kesalahan, serta berusaha mendekat kepada-Nya. “Takut kepada Allah” tidak bertentangan dengan “takut kepada makhluk (virus)” Banyak hadits/ayat Qur’an yang ditafsirkan seenaknya dan dikaitkan dengan pandemic sekarang tanpa melihat asbabun nuzul dan konteks sebenarnya. Seperti perintah “berdiam diri” dalam An-Nur ayat 33 yang sebenarnya ditujukan kepada perempuan, atau hadits “yang duduk saat itu lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri saat itu lebih baik daripada orang yang berjalan dan orang yang berjalan saat itu lebih baik daripada orang yang berlari” yang sebenarnya berarti tersebarnya fitnah. Ijtihad diperlukan untuk membahas sesuatu yang dianggap baru dan berbeda dari kehidupan zaman dulu. Boleh tidak solat selama pandemic karena bertujuan untuk menjaga kehidupan diri sendiri maupun orang lain. Jika tidak solat jumat 3x dikarenakan halangan yang dapat diterima, maka hal itu diperbolehkan dan tidak tertutup hatinya. Allah mengajarkan saling membantu kepada sesama manusia (bahkan kepada binatang) meskipun berbeda agama. Tidak boleh menyebarkan pesimisme seperti “corona tanda kiamat” karena yang harus diperhatikan bukanlah “kapan terjadinya kiamat” melainkan “apa yang telah dipersiapkan” (HR. Bukhari dan Muslim) Allah memberikan pilihan alternative dalam pelaksanaan hal yang terhalang oleh pademi ini. Seperti solat tarawih yang biasanya dilakukan berjamaah di masjid, dapat diganti dengan solat di rumah.