Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGEMBANGAN BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN

PETERNAKAN
“Konsep Smart Farming Dan Digitalisasi Peternakan”

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Kelas E

Widzar Ramadhan 200110200221


Tedi Setiyadi 200110200250
Rania Zabina Safitry 200110200260
Haura Fauziah 200110200287

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Konsep Smart
Farming dan Digitalisasi Peternakan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dr. Hasni Arief, SP., M.P. pada mata kuliah Pengembangan Bisnis dan Kewirausahaan
Peternakan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hasni Arief, SP., M.P.. selaku
Dosen mata kuliah Pengembangan Bisnis dan Kewirausahaan Peternakan, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan
pengetahuan bagi pembaca dan juga penulis.

Jatinangor

6 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................. 2
BAB 2 ........................................................................................................................... 3
2.1. Sejarah Industri/ Revolusi Industri ................................................................. 3
2.2. Industri Peternakan ......................................................................................... 7
2.3. Smart Farming dan Digitalisasi Peternakan ................................................... 8
BAB 3 ......................................................................................................................... 10
3.1 Agri Drone Sprayer ...................................................................................... 10
3.2 Drone untuk Pemetaan Lahan (Drone Surveillance)..................................... 11
3.3 Sensor Tanah dan Cuaca (Soil and Weather Sensor) .................................... 12
3.4 Digitalisasi Data Hewan Ternak dengan Barcode ........................................ 13
3.5 Penjualan dan Pemasaran berbasis Web ....................................................... 14
BAB 4 ......................................................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18
LAMPIRAN ................................................................................................................ 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Revolusi industri 4.0 merupakan tahap terkini dalam perkembangan revolusi


industri dunia. Smart farming dengan berbasis kecerdasan buatan menjadi unggulan
yang dicanangkan Kementerian Pertanian. Smart farming 4.0 mendorong petani untuk
bekerja lebih efisien, terukur, dan terintegrasi. Melalui teknologi, petani mampu
melakukan praktik bertani dengan mengandalkan mekanisasi, bukan musim tanam,
dari tanam hingga panen secara akurat. Beberapa teknologi pertanian pintar seperti
blockchain untuk pertanian off-farm modern, penyemprot drone pertanian,
pengawasan drone (drone untuk pemetaan tanah), sensor tanah dan cuaca, sistem irigasi
cerdas, Ruang Perang Pertanian (AWR), siscrop (sistem informasi) 1.0 telah
dikembangkan dilaksanakan di beberapa daerah. Namun, petani menghadapi berbagai
latar belakang pendidikan, fenomena penuaan petani, dan mahalnya alat teknologi
pertanian pintar untuk menerapkan pertanian pintar. Tulisan ini bertujuan untuk
menganalisis besarnya peluang smart farming dengan memanfaatkan potensi petani
milenial sebagai aktor dan menganalisis berbagai kebijakan pemerintah untuk
mendukung smart farming 4.0. Kementerian PDTT telah melakukan pilot project
penerapan smart farming di beberapa lokasi. Kementerian Pertanian juga perlu
berperan dengan membuat peta jalan pertanian yang cerdas. Proyek Strategis
Pemerintah 2020–2024 melalui food estate berbasis korporasi petani dapat mendukung
aplikasi pertanian pintar secara masif.

Pada Perkembangan dunia yang semakin modern ini, pemanfaatan teknologi


menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Pemanfaatan teknologi yang
semakin berkembang ini juga dimanfaatkan dalam pekerjaan utama manusia sehari-
hari. Sebagai contoh, pemanfaatan teknologi dalam bidang pertanian sehingga disebut
smart farming. Perkembangan teknologi informasi dan teknologi modern ke dalam

1
pertanian ini mengarah pada third green revolution. Smart farming ini memberikan
peluang bagi petani untuk dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan
harga yang lebih menghargai petani. Hal ini menjadi perhatian karena munculnya rasa
kekhawatiran akan kesejahteraan petani yang kurang diperhatikan. Selain itu, melalui
smart farming, usaha tani diharapkan menjadi lebih efisien dan beroperasi dengan lebih
baik. Secara lengkap, Smart Farming: Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0 ini
menjelaskan dari awal hingga akhir mengenai perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi bagi para petani. Hal tersebut juga memunculkan suatu harapan agar para
generasi muda mampu dan bersedia meneruskan generasi pertanian di Indonesia
sebagai salah satu komoditas utama bangsa kita.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu smart farming dan digitalisasi peternakan

2) Bagaimana contoh smart farming dan digitalisasi peternakan

1.3 Tujuan Makalah

1) Mengetahui smart farming dan digitalisasi peternakan

2) Mengetahui contoh smart farming dan digitalisasi peternakan

2
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Sejarah Industri/ Revolusi Industri

1. Revolusi Industri 1.0

Sebelum Revolusi Industri 1.0 terjadi, manusia memproduksi barang atau jasa
hanya mengandalkan tenaga otot, tenaga air, ataupun tenaga angin. Hal ini memiliki
kendala yang cukup besar, karena seperti kita ketahui bahwa tenaga-tenaga tersebut
cukup terbatas. Misalkan tenaga otot: untuk mengangkat barang berat, bahkan dengan
menggunakan katrol, dibutuhkan istirahat berkala. Hal tersebut merupakan bentuk non-
efisiensi waktu dan tenaga.

Revolusi industri merupakan suatu perubahan besar yang cepat dan radikal
yang mempengaruhi corak kehidupan manusia. Sejarah mencatat sekitar tahun 1800-
1900 merupakan periode Revolusi Industri 1.0. Inggris merupakan negara yang
mempelopori terjadinya Revolusi Industri. Saat itu secara politik Inggris memiliki
masyarakat yang stabil dan merupakan negara kolonial terbesar di dunia. Dengan
terjadinya revolusi industri, maka negara-negara koloni Inggris berperan sebagai
sumber bahan baku industri dan merupakan wilayah pemasaran barang-barang hasil
manufaktur.

Revolusi 1.0 ini juga ditandai pada tahun 1776, James Watt menemukan mesin
uap yang mengubah sejarah. Penemuan mesin uap menjadikan proses produksi lebih
efisien dan murah. Tiada lagi permasalahan waktu dan tempat spesifik yang diperlukan
untuk memproduksi sesuatu. Sebelum mesin uap ditemukan, kapal berlayar dengan tenaga
angin dimana memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkeliling dari satu negara ke negara
lainnya. Sedangkan dengan adanya mesin uap, dapat menghemat waktu hamper 80%.

3
2. Revolusi Industri 2.0

Pada periode ini terjadi kemajuan industri yang sangat cepat di Inggris, Jerman,
Amerika, Perancis, dan jepang. Selanjutnya revolusi industri ini menyebar ke seluruh
Eropa dan Amerika. Revolusi industri 2.0 ini merupakan kelanjutan yang tidak
terpisahkan dari revolusi industri sebelumnya yang mulai di Inggris pada abad ke-18.
Revolusi Industri 2.0 dikenal juga dengan revolusi teknologi dimana dalam periode ini
terjadi lompatan besar dan radikal dalam perkembangan teknologi dan budaya
masyarakat. Inovasi pada periode ini merupakan pengembangan industri sebelumnya
dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dan berlangsung sekitar tahun 1900-
1960 yang bercirikan dengan ditemukannya mekanisasi sistem produksi massal dengan
menggunakan jalur perakitan yang lebih efektif dan efisien, serta adanya standarisasi
mutu dan kualitas.

Revolusi Industri 2.0 tidak seterkenal Revolusi Industri 1.0. Revolusi Industri
2.0 terjadi di awal abad 20. Sebelum adanya Revolusi Industri 2.0, proses produksi
memang sudah cukup berkembang, tenaga otot tidak lagi banyak diperlukan. Pabrik
pada umumnya telah menggunakan tenaga mesin uap ataupun listrik. Namun kendala
lain ditemukan dalam proses produksi, yaitu proses transportasi. Untuk memudahkan
proses produksi di dalam pabrik yang umumnya cukup luas, alat transportasi untuk
pengangkutan barang berat seperti mobil sangat diperlukan. Sebelum Revolusi 2.0
proses perakitan mobil harus dilakukan disatu tempat yang sama demi menghindari
proses transportasi dari tempat spare part satu ke tempat spare part lainnya. Inovasi dan
kemajuan pada periode Revolusi Industri 2.0 antara lain :

a) Pengembangan sumber daya energi seperti minyak bumi, batu bara sebagai
sumber bahan bakar baru.
b) Periode awal teknologi listrik yaitu penemuan arus listrik AC dan DC yang
bisa difungsikan untuk pembuatan motor listrik (elektrifikasi).
c) Inovasi baru produksi besi dan baja dalam skala besar. Produksi massal
mobil dan pesawat sebagai alat transportasi massal.

4
d) Meluasnya pemakaian mesin industri untuk manufaktur.
e) Meluasnya penggunaan telegraf yang memungkinkan untuk melakukan
komunikasi jarak jauh.
f) Penggunaan teknologi listrik yang diterapkan ke dalam teknologi
transportasi dan telekomunikasi merupakan lompatan besar bagi
perkembangan di sektor industri.
3. Revolusi Industri 3.0

Pada periode ini th 1960-2010 melahirkan inovasi pengembangan sistem


perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras elektronik. Banyak penemuan-
penemuan dan pembuatan perangkat elektronik yang memungkinkan untuk melakukan
otomatisasi operasional mesinmesin menggantikan peran operator produksi.

Pada Revolusi Industri 3.0 yang digantikan adalah manusianya. Revolusi Industri 3.0
adalah penemuan mesin yang bergerak, yang berpikir secara otomatis: komputer dan
robot. Di saat ini, dunia bergerak memasuki era digitalisasi. Sebagian aktifitas yang
sebelumnya hanya dapat dilakukan manusia seperti menghitung atau menyimpan hal
penting seperti dokumen, mulai dapat dilakukan oleh computer. Revolusi yang terjadi
juga bergerak, tidak hanya mengenai Revolusi di bidang industry namun juga di bidang
informasi. Dilihat dari sisi postifinya, kemajuan teknologi digital ini mempermudah
perkerjaan manusia. Sehingga potensi terbesar manusia yang sesungguhnya dapat lebih
dioptimalkan, seperti berpikir, memimpin, dan menciptakan karya. Setelah perang
dunia kedua, perkembangan computer juga semakin cepat. Komputer yang dulunya
sebesar ruangan, terus mengecil dengan fungsi yang semakin luar biasa.

Berikut inovasi pada Revolusi 3.0:

a) Teknologi komputer.
b) Akses internet.
c) Peralatan elektronik smartphone.
d) Inovasi sistem perangkat lunak.
e) Inovasi dan pengembangan sumber energi baru.

5
4. Revolusi 4.0

Pertama-tama, mari kita bahas awal mula dari Revolusi Industri 4.0 terlebih
dahulu. Mulai dicetuskan pertama kali oleh sekelompok perwakilan ahli berbagai
bidang asal Jerman, pada tahun 2011 lalu di acara Hannover Trade Fair. Dipaparkan
bahwa industri saat ini telah memasuki inovasi baru, dimana proses produksi mulai berubah
pesat. Pemerintah Jerman menganggap serius gagasan ini dan tidak lama menjadikan gagasan
ini sebuah gagasan resmi. Setelah resminya gagasan ini, pemerintah Jerman bahkan
membentuk kelompok khusus untuk membahas mengenai penerapan Industri 4.0 .

Pada 2015, Angella Markel mengenalkan gagasan Revolusi Industri 4.0 di


acara World Economic Forum (WEF). Jerman sendiri menggelintirkan modal sebesar €200
juta untuk menyokong akademisi, pemerintah, dan pebisnis untuk melakukan penelitian lintas
akademis mengenai Revolusi Industri 4.0. Tidak hanya Jerman yang melakukan penelitian
serius mengenai Revolusi Industri 4.0, namun Amerika Serikat juga menggerakkan Smart
Manufacturing Leadership Coalition (SMLC), sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari
produsen, pemasok, perusahaan teknologi, lembaga pemerintah, universitas dan laboratorium
yang memiliki tujuan untuk memajukan cara berpikir di balik Revolusi Industri 4.0.

Tibalah saatnya kita memasuki revolusi industri 4.0 yaitu era yang ditandai
dengan adanya konektivitas manusia, data, dan mesin dalam bentuk virtual atau dikenal
dengan istilah cyber physical. Perkembangan revolusi industri membawa perubahan
yang sangat cepat dengan tujuan mulia menciptakan kualitas kehidupan yang lebih
baik. Pada era industri 4.0 ini ada pergeseran trend inovasi ke arah teknologi digital.
Di era revolusi industri 4.0 memungkinkan otomatisasi di semua bidang untuk
mencapai produktivitas yang efektif dan efisien. Penerapan sistem informasi rantai
pasokan digital ke seluruh unit kerja akan meminimalkan peran manusia sebagai
operator. Secara umum di era industri 4.0 ini peran tenaga manusia berubah dari peran
operator menjadi seorang ahli dengan kompetensi yang tinggi.

Bila kita melihat kembali Revolusi Industri 3.0 dimana merupakan titik awal dari era
digital revolution, yang memadukan inovasi di bidang Elektronik dan Teknologi Informasi.
Ada perdebatan apakah Revolusi Industri 4.0 cocok disebut sebagai sebuah revolusi industri

6
atau hanya sebuah perluasan atau pengembangan dari Revolusi Industri 3.0. Namun nyatanya,
perkembangan Revolusi Industri 3.0 ke Revolusi Industri 4.0 sangat signifikan, hal baru yang
sebelumnya tidak pernah ada di era Revolusi Industri 3.0 mulai ditemukan. Para ahli meyakini
era ini merupkana era dari Revolusi Industri 4.0, dikarenakan terdapat banyak inovasi baru di
Industri 4.0, diantaranya Internet of Things (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artifical
Intelligence (AI), kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa genetika, robot dan mesin pintar.
Salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of Things.

2.2. Industri Peternakan

Industri peternaka adalah semua kegiatan terkait peternakan. Mahasiswa akan


mempelajari Teknologi produksi, Teknologi Pakan, Teknologi Pengolahan, serta Manajemen
dan perencanaan usaha. Pada periode Revolusi Industri 4.0 ini memberikan banyak sekali
dampak negatif maupun positif bagi banyak sektor, termasuk sektor peternakan. Pelaku usaha
di bisnis peternakan dihimbau harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk bisa
meningkatkan konsumsi protein. Pelaku usaha harus bisa memanfaatkan big data kalau ingin
mengejar ketinggalan yang selaras dengan industri 4.0. Dengan begitu, pelaku usaha
mendapatkan informasi yang diinginkan oleh konsumen akhir. Walaupun mayoritas industri
yang ada di Indonesia masih berada pada posisi revolusi 2.0 dan 3.0, di mana ciri tersebut
didominasi oleh penggunaan tenaga elektrik dan komputer. Perkembangan revolusi 4.0 di
Indonesia masih belum begitu menonjol, hal itu berdasarkan data yang dipaparkan bahwa
penerapannya baru sekitar 5 %. Tetap saja para pelaku usaha peternakan harus bersiap sejak
sekarang demi menyabut era industri yang baru ini.

Era industri 4.0 ini telah mengubah sektor peternakan Indonesia, padahal di
Indonesia tidak sedikit yang “gagal paham” terkait industri 4.0. Apalagi peternak
kebanyakan adalah lulusan SMP atau di bawahnya, sementara data menunjukkan pengguna
internet di negeri ini sudah mencapai 143 juta orang. Khusus di sektor peternakan pemain besar
sudah memulai industri 4.0, tapi baru pada bagian hulu yakni teknologi perkandangan.
Sedangkan di sektor hilir, belum terlihat hal tersebut.

Maka disarankan supaya pelaku usaha bekerjasama dengan industri ritel e-


commerce yang telah menghimpun data tentang preferensi konsumen. Dengan begitu

7
investasi untuk membangun big data bisa ditekan. Investasi yang dibutuhkan menuju 4.0
memang tidaklah murah dan perubahan yang terjadi tidak mudah. Masih banyak sekali
teknologi-teknologi yang bisa digunakan untuk merevolusi banyak hal di Indonesia. Jadi kita
harus siap menyambut revolusi industri 4.0, ini akan masuk ke dalam ekonomi kita, akan
mempengaruhi pola produksi, distribusi, dan konsumsi tapi prosesnya akan bertahap.

2.3. Smart Farming dan Digitalisasi Peternakan

Smart farming 4.0 merupakan metode pertanian cerdas berbasis


teknologi, Smart farming juga dapat diartikan yaitu penggunaan platform yang
dikonektivitaskan dengan perangkat teknologi Penerapan metode smart farming 4.0
bukan sekedar tentang penerapan teknologi pertanian. Namun, kunci utama dari
metode ini adalah tentang data yang terukur.

Digitalisasi juga harus ditumbuhkan dalam manajemen usaha peternakan,


seperti rekording yang dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi IT. Sehingga
riwayat kesehatan, produksi dan reproduksi masing-masing ternak dapat tercatat
dengan baik, mudah dan cepat terdeteksi. Selain itu dengan adanya rekording berbasis
IT juga sangat bermanfaat terhadap perbibitan ternak, hasil pengukuran ternak mulai
dari lahir dapat dicatat pada aplikasi. Aplikasi IT memiliki keunggulan tidak
membutuhkan kertas yang banyak dalam menyimpan data dan lebih mudah dan lebih
cepat diakses sehingga akan memudahkan peternak dalam membuat perencanaan,
penanganan dan seleksi ternak yang dipelihara. Manajemen Pemasaran hasil juga
merupakan faktor yang perlu diperhatikan oleh peternak agar bisa besaing, sehingga harga
ditingkat petani meningkat dengan pemanfaatan teknologi IT yang dibangun. Pemanfaat
aplikasi IT akan memudahkan pemasaran tidak hanya pemasaran lokal akan tetapi dapat
dilakukan secara Nasional. Karena dengan teknologi IT melalui pemanfaatan Internet of
Things (IoT) informasi dapat langsung tersebar di seluruh Indonesia bahkan seluruh Dunia,
keadaan ini akan meningkatkan posisi tawar peternak.

Kemajuan teknologi informasi serta komunikasi saat ini mempermudah pada


hal inovasi teknologi pertanian. Pada era revolusi industri 4.0 ini seharusnya mampu

8
sebagai momentum sempurna bagi pemerintah buat melibatkan generasi muda dalam
penerapan teknologi smart farming 4.0 dalam upaya mendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional.

Berikut contoh dari penerapan Smart Farming:

a) Agri Drone Sprayer

b) Drone untuk Pemetaan Lahan (Drone Surveillance)

c) Sensor Tanah dan Cuaca (Soil and Weather Sensor)

d) Digitalisasi Data Hewan Ternak dengan Barcode

e) Penjualan dan Pemasaran berbasis Web

9
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Agri Drone Sprayer

Penggunaan pestisida di bidang pertanian dapat bermanfaat secara signifikan


untuk meningkatkan produksi tanaman. Namun, hal ini pada akhirnya meningkatkan
ketergantungan petani terhadap penggunaan pestisida dan ketahanan tanaman yang
tinggi terhadap pestisida. Kandungan bahan kimia pestisida berbahaya, tidak boleh
kontak langsung dengan kulit, terhirup atau kontak dengan mata manusia. Kecelakaan
akibat penggunaan pestisida dapat menimbulkan gejala pusing atau muntah, mulas,
mata berair, kulit gatal dan bisul, kejang, pingsan, bahkan banyak yang berakhir dengan
kematian. Aplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan secara manual berpotensi
merusak tanaman karena dalam proses penyemprotan banyak tanaman yang terinjak.
Oleh karena itu, inovasi perlu dilakukan untuk meminimalisir risiko penyemprot dan
tanaman.

Drone Agri merupakan inovasi yang dibuat untuk keperluan pengaplikasian


pestisida, pupuk cair dan penyiraman yang lebih presisi sehingga terhindar dari
penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan. Drone sprayer adalah pesawat "tak
berawak" yang berfungsi menyemprotkan pestisida untuk membasmi organisme
pengganggu tumbuhan. Drone mampu bekerja secara mandiri sesuai pola yang
diinginkan. Pola dibuat menggunakan perangkat android dan dipandu oleh GPS.
Spesifikasi teknisnya adalah daya dukung hingga 20 liter, lahan 1 hektar dapat
disemprotkan dalam waktu 10 menit dengan kecepatan semprot 3 km/jam dan
ketinggian 1,5-2 meter dari permukaan tanah, lebar kerja 4 meter menghasilkan
kapasitas kerja 1,2 ha/jam (0,83 jam/ha) (BBP Mektan 2019). Dosis penyemprotan
dapat diatur sesuai kebutuhan dengan mengatur bukaan kran penyemprot. Mendukung
pengawasan drone, pemetaan tanah juga bisa dilakukan. Menurut Ditjen PDTT 2019

10
dari hasil pemetaan berupa foto dan video, petani dapat mengetahui kondisi tanaman
di lahannya.

3.2 Drone untuk Pemetaan Lahan (Drone Surveillance)

Drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ialah pengembangan teknologi di


bidang pemetaan dimana pemanfaatan pesawat tanpa awak dalam pemanfaatan
teknologi GIS untuk penggunaan lahan. Pada umumnya, Drone menggunakan empat
motor penggerak. Keunggulan drone adalah hasil pemotretan lebih jernih karena tidak
terganggu oleh guncangan angin. Drone dapat terbang bahkan dalam kondisi landasan
yang sangat ekstrim karena tidak membutuhkan area landing dan take off yang luas.
Penggunaan drone adalah untuk pemetaan proyek lahan perkebunan, pemetaan lahan
persawahan, penghitungan pohon kelapa sawit, pemetaan wilayah, pemetaan atau
kawasan perkotaan menggunakan drone. Keunggulan drone untuk pemetaan adalah
mendapatkan gambar penampakan terbaru, biaya pemetaan area kecil yang murah
dibandingkan citra tinggi, efisien waktu karena hasil pemotretan dapat langsung
terlihat. Drone sangat efektif untuk pemetaan kategori area 0-350 ha dengan ketinggian
terbang maksimal 200 meter dan dapat menghasilkan gambar beresolusi tinggi dengan
objek berukuran sentimeter.

Pemetaan menggunakan drone untuk satu kali penerbangan kurang lebih 20–
50 ha, selama 15–25 menit per penerbangan. Bisa terbang 10 kali sehari dengan luas
200 ha per hari. Jika pemetaan di atas 350 ha untuk perkebunan atau area lainnya,
disarankan untuk menggunakan foto udara dengan sayap UAV Fix dengan jangkauan
terbang hingga 5.000 ha (MSMB 2018). Untuk menghasilkan pemetaan dengan akurasi
tinggi, ketinggian terbang drone berada pada posisi yang lebih rendah agar
menghasilkan peta yang lebih akurat. Sehingga proses akuisisi data akan lebih singkat.
Salah satu keunggulan drone adalah dapat diterbangkan sesuai kebutuhan pemetaan
(Terradrone 2019). Drone dapat dihubungkan ke smartphone, tablet, dan layar
komputer menggunakan port USB dan output HDMI. Jika dibandingkan dengan citra
satelit yang hanya mampu menampung 40 cm/piksel, penggunaan drone sebagai alat

11
pemetaan waktu lebih efektif dan efisien dari jangkauan, sehingga memiliki akses yang
terbatas juga memiliki akurasi yang lebih tinggi. BBSDLP 2020)

3.3 Sensor Tanah dan Cuaca (Soil and Weather Sensor)

Indonesia adalah negara dengan kepulauan serta iklim tropis, memiliki dua
musim, yaitu musim kemarau (Mei hingga Oktober) dan musim hujan yang terjadi pada
bulan November hingga April. Terutama pada musim hujan yaitu bulan Desember dan
Januari, curah hujan cukup tinggi hingga 200 mm/jam. Curah hujan yang tinggi akan
mengakibatkan peningkatan debit air pada drainase, saluran air dan sungai dan jika
melebihi kapasitas banjir. Tentunya kejadian ini menimbulkan kerugian yang diderita
masyarakat dan pemerintah akibat bencana banjir tersebut. Informasi prakiraan cuaca
dapat memberikan manfaat baik untuk berbagai sektor seperti pertanian, transportasi,
kesehatan dan lain-lain. Supaya menghindari dan meminimalkan kerugian, prediksi
cuaca dini sebagai peringatan dini informasi yang akurat dan cepat tentang curah hujan,
kecepatan angin, suhu dan kelembaban di setiap wilayah kota secara waktu serentak.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi signifikan oleh tanah, iklim, air dan sifat tanaman.
Suhu udara merupakan salah satu parameter iklim yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman. Menurut Wijayanti et al. (2014) kelembaban tanah atau lengas tanah adalah
suatu keadaan di mana air teradsorpsi pada permukaan butiran tanah sehingga budidaya
pertanian karena tanaman membutuhkan kelembaban tanah dan suhu udara yang ideal
untuk pertumbuhan yang optimal.

Hadinya sensor tanah dan cuaca (soil and weather sensor) yang dipasang di
lahan pertanian diharapkan akan membantu petani untuk memantau, mengukur dan
mencatat kondisi tanaman. Data yang diperoleh dari sensor ini meliputi kelembaban
udara dan tanah, suhu, pH tanah, kadar air, dan perkiraan waktu panen. Jika terjadi
anomali pada lahan, petani akan mendapat peringatan dini. Selain itu, petani juga akan
mendapatkan rekomendasi agar tidak terjadi kerusakan lahan dan tanaman (Dirjen
PDTT 2019). Alat ini yaitu sensor tanah dan cuaca RiTx dapat memungkinkan petani
untuk tidak menebak kondisi tanah saat ini dan prakiraan cuaca untuk lima hari ke

12
depan. Alat ini dapat mendeteksi suhu, kelembaban tanah, keasaman tanah (pH), daya
hantar listrik tanah (EC), kelembaban relatif udara, suhu udara, kecepatan dan arah
angin, dan curah hujan untuk menentukan perlakuan yang tepat untuk lahan. Sensor
tersebut mempunyai kemampuan untuk mendeteksi, mengukur, dan merekam data
secara akurat mengenai kondisi cuaca pertanian (agroklimat) dan tanah pertanian (soil)
yang dapat dikontrol melalui aplikasi secara real time oleh pengguna dengan
smartphone.

3.4 Digitalisasi Data Hewan Ternak dengan Barcode

Pada era digital seperti sekarang ini, penggunaan kode angka dan huruf dapat
dikatakan kurang efektif. Sehingga perlu adanya inovasi berupa bentuk digitalisasi data
peternakan seperti sapi yang dapat diakses dengan mudah dan cepat. Namun, tedapat
tantangan untuk peternak yang kurang mahir dalam menggunakan teknologi dapat
menjadi hambatan untuk mengelola dan memasarkan produk tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan kerjasama antara peternak dan akademisi untuk bersama-sama
mempraktekkan teknologi ini. Jika teknologi ini bekerja secara maksimal dan efektif
maka dapat meningkatkan pola manajemen data untuk pemasaran. Sehingga, jumlah
penjualan hewan ternak dapat naik dan pendapatan peternak meningkat.

Barcode atau yang dapat disebut dengan kode batang ialah sekumpulan data
optik yang ditujukan untuk dapat dibaca oleh mesin. Barcode diperoleh dengan
mengumpulkan data dengan lebar (garis) dan spasi garis paralel atau dapat disebut
dengan kode batang atau simbologi linier atau 1D yaitu 1 dimensi. Barcode dapat berisi
mengenai informasi tentang data pemiliki, jenis, riwayat keturunan, jenis kelamin,
berat sapi, dan sebagainya. Barcode yang terdapat di tubuh ternak juga dapat
memudahkan calon pembeli yang datang dan berminat untuk membeli ternak tersebut
tanpa bertemu langsung dengan pemilik karena calon pembeli hanya cukup untuk
memindai Barcode yang telah terpasang pada ternak dengan menggunakan
Smartphone lalu data langsung dapat dilihat pada layar Smartphone.

13
3.5 Penjualan dan Pemasaran berbasis Web

Penjualan ialah suatu proses dimana kebutuhan pembeli dan penjual dapat
dipenuhi melalui pertukaran informasi dan kepentingan (Wati & Khasanah, 2019).
Pemasaran digital adalah kegiatan promosi dan pasar pencarian melalui media digital
secara online serta memanfaatkan berbagai sarana. Pemasaran digital mempermudah
pebisnis menyatukan dan menyediakan segala kebutuhan dan keinginan calon
konsumen, calon konsumen juga bisa mencari dan memperoleh informasi produk
dengan mudah (Purwana et al., 2017). Pemasaran digital yang juga sering disebut e-
marketing (Elektronik Marketing) merupakan penggunaan atau pemanfaatan teknologi
informasi dalam proses membuat, berkomunikasi, dan memberikan nilai (nilai) kepada
pelanggan. E-Marketing mempengaruhi pemasaran tradisional dalam dua cara.
Pertama, E-Marketing meningkatkan efisiensi dalam fungsi pemasaran tradisional.
Kedua, e-marketing mengubah banyak strategi pemasaran (Adrian & Pramono, 2017).

Digitalisasi usaha UMKM peternakan ayam di masa pandemi covid-19 dengan


pemasaran berbasis web sangat membantu berjalannya usaha UMKM peternakan
ayam, mengingat banyaknya sektor khususnya UMKM yang terbentuk dari
mewabahnya virus covid-19 menggunakan penggunaan dari sistem informasi yang
dapat mendigitalisasi berbagai kegiatan peternakan. Dengan dibangunnya situs web
https://ayamsuperjovan.odoo.com/ maka peternakan ayam super jovan akan dapat
mempertahankan pelanggan dan bahkan dapat menemukan pelanggan baru sehingga
sektor usaha ini tetap bisa berjalan. Penggunaan dari sistem yang telah dibangun yaitu
website ayamsuperjon.odoo.com tidak hanya mempermudah pemilik usaha, namun
juga sangat membantu masyarakat dalam melakukan pembelian dan pencarian
berbagai informasi produk yang ingin mereka beli dan dapat meminimalkan
penyebarannya virus covid-19.

Website dengan domain ayamsuperjovan.odoo.com ini dibangun mengikuti


alur System Development Life Cycle dengan metode waterfall dan perancangan
menggunakan diagram UML. Temuan dalam penelitian ini adalah situs web yang

14
dibangun sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas karena proses transaksi
penjualan dan pemasaran sangat cepat dan mudah. website keberadaan ini merupakan
salah satu upaya digitalisasi usaha UMKM peternakan ayam di masa pandemi COVID-
19. Pembangunan situs web ini sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran virus
COVID-19 karena pelanggan dan masyarakat cukup berbelanja melalui situs web tanpa
harus datang ke lokasi dan tidak perlu melakukan kontak fisik dengan pihak lain.

15
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Revolusi industri 4.0 merupakan tahap terkini dalam perkembangan revolusi


industri dunia. Smart farming dengan berbasis kecerdasan buatan menjadi unggulan
yang dicanangkan Kementerian Pertanian. Smart farming 4.0 mendorong petani untuk
bekerja lebih efisien, terukur, dan terintegrasi. Melalui teknologi, petani mampu
melakukan praktik bertani dengan mengandalkan mekanisasi, bukan musim tanam,
dari tanam hingga panen secara akurat.

Revolusi industry ini terbagi menjadi 4 periode. Dari yang pertama, Revolusi
Industri 1.0 yang terjadi sekitar tahun 1800-1900. Revolusi Industri 2.0 berlangsung
sekitar tahun 1900- 1960. Revolusi Industri 3.0 periode ini terjadi pada tahun 1960-
2010. Dan yang terakhir Revolusi Industri 4.0 yang mulai di cetuskan pertama kali
pada tahun 2011.

Industri peternaka adalah semua kegiatan terkait peternakan. Mahasiswa akan


mempelajari Teknologi produksi, Teknologi Pakan, Teknologi Pengolahan, serta
Manajemen dan perencanaan usaha. Pada periode Revolusi Industri 4.0 ini
memberikan banyak sekali dampak negatif maupun positif bagi banyak sektor,
termasuk sektor peternakan. Era industri 4.0 ini telah mengubah sektor peternakan
Indonesia, padahal di Indonesia tidak sedikit yang “gagal paham” terkait industri 4.0.
Jadi kita harus siap menyambut revolusi industri 4.0, ini akan masuk ke dalam ekonomi
kita, akan mempengaruhi pola produksi, distribusi, dan konsumsi tapi prosesnya akan
bertahap.

Smart farming 4.0 merupakan metode pertanian cerdas berbasis teknologi,


Smart farming juga dapat diartikan yaitu penggunaan platform yang dikonektivitaskan
dengan perangkat teknologi Penerapan metode smart farming 4.0 bukan sekedar

16
tentang penerapan teknologi pertanian. Namun, kunci utama dari metode ini adalah
tentang data yang terukur. Digitalisasi juga harus ditumbuhkan dalam manajemen
usaha peternakan, seperti rekording yang dapat dilakukan dengan menggunakan
aplikasi IT.

Pada era revolusi industri 4.0 ini seharusnya mampu sebagai momentum
sempurna bagi pemerintah buat melibatkan generasi muda dalam penerapan teknologi
smart farming 4.0 dalam upaya mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.

Berikut contoh dari penerapan Smart Farming:

f) Agri Drone Sprayer

g) Drone untuk Pemetaan Lahan (Drone Surveillance)

h) Sensor Tanah dan Cuaca (Soil and Weather Sensor)

i) Digitalisasi Data Hewan Ternak dengan Barcode

j) Penjualan dan Pemasaran berbasis Web

17
DAFTAR PUSTAKA

Agustina dan Tri Siwi (2019) Kewirausahaan di Era Revolusi Industri 4.0. Jakarta.
Mitra Wacana Media
Agung. (2020). Upaya Digitalisasi Sektor Peternakan Di Indonesia. Universitas
Gadjah Mada. https://www.ugm.ac.id/id/berita/19559-upaya-digitalisasi-
sektor-peternakan-di-indonesia
Ahmad, I. dan Jenderal, D. (2018) Proses Pembelajaran Digital dalam Era Revolusi
4.0. Era Disrupsi Teknologi.
BINUS University. (2019). Mengenal lebih jauh Revolusi Industri 4.0.
https://binus.ac.id/knowledge/2019/05/mengenal-lebih-jauh-revolusi-
industri-4-0/
Debora, Y. (2021, November 1). Sejarah Revolusi Industri Dari 1.0 hingga 4.0.
tirto.id. https://tirto.id/sejarah-revolusi-industri-dari-10-hingga-40-dhhu
Dinas Pertanian. (2020). Modernisasi Pertanian - Smart farming precision agriculture
4.0 | Dinas Pertanian. Beranda Dinas Pertanian.
https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/modernisasi-
pertanian-smart-farming-precision-agriculture-40-21
Dinas Peternakan Kabupaten Lebak. (2020). Tantangan PEMBANGUNAN
PETERNAKAN Di era REVOLUSI INDUSTRI 4.0 – Dinas Peternakan
Kabupaten Lebak. https://disnakeswan.lebakkab.go.id/tantangan-
pembangunan-peternakan-di-era-revolusi-industri-4-0/
Fauziah, Z. (2021). PENINGKATAN EKONOMI PETERNAK SAPI MELALUI
DIGITALISASI DATA DENGAN BARCODE. Mafaza: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(1), 11-24.
Kemendikbud. (2021). Majalah JendelaSekilas Pandang Revolusi Industri 4.0.
Majalah Jendela Kemendikbud.
https://jendela.kemdikbud.go.id/v2/fokus/detail/sekilas-pandang-revolusi-
industri-4-0
Mutiarawati F., & Djoko, S. (2020). Sejarah Revolusi Industri di Inggris Pada Tahun
1760–1830. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 8(1).
Nunung, V. D. (2018). Digitalisasi Peternakan Di era Industri 4.0. Majalah Infovet I
Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan.
https://www.majalahinfovet.com/2018/10/digitalisasi-peternakan-di-era-
industri.html
Yan. (2019, February 1). Bayu Krisnamurthi: Industri Peternakan Dan Revolusi 4.0,
Analisis -trobos Livestock.com. Trobos Livestock.com, Media Agribisnis
Peternakan. https://troboslivestock.com/detail-

18
berita/2019/02/01/72/11231/bayu-krisnamurthi-industri-peternakan-dan-
revolusi-40

Buku : Smart Farming: Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0 Oleh Maria Pangestika,
Musraino Hohary, Suprihati, Yohanes Hendro Agus, Nugraheni Widyawati, Maria
Marina Herawati, Alfred Jansen Sutrisno, Yoga Aji Handoko, Liska Simamora,
Damara Dinda Nirmalasari Zebua, Hendrik Johannes Nadapdap, Tinjung Mary
Prihtanti, Yuliawati, Bayu Nuswantara, Maria

Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Rencana Strategis Kementerian Pertanian


Tahun 2014-2019, Kementerian Pertanian, Jakarta, 2015.

Silalahi, M., & Saragih, S. P. (2022, January). Digitalisasi UMKM Ternak Ayam di Masa
Pandemi Covid-19 Dengan Penjualan dan Marketing Berbasis Web. In Prosiding
Seminar Nasional Ilmu Sosial dan Teknologi (SNISTEK) (No. 4, pp. 513-518).

Rachmawati, R. (2020). SMART FARMING 4.0 UNTUK MEWUJUDKAN


PERTANIAN INDONESIA MAJU, MANDIRI, DAN MODERN. Retrieved 6 March
2022, from http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/view/12763

19
LAMPIRAN

Pembagian Tugas

Nama NPM Tugas

Widzar Ramadhan 200110200221 BAB IV + EDITOR


MAKALAH

Tedi Setiyadi 200110200250 BAB I

Rania Zabina Safitry 200110200260 BAB II

Haura Fauziah 200110200287 BAB III

20

Anda mungkin juga menyukai