Anda di halaman 1dari 2

Nama: Siti Nuroniah Magreth Febriola Haryanto

NIM: 1511422146

Frankl (2000: 123-124 mengungkapkan dalam 3 ragam nilai dengan indikator spiritual yang
menjadi sumber mana hidup manusia yaitu nilai kreatif, nilai pengalaman dan nilai sikap.
Batthyany (2016:137) ketiga nilai itu disebut sebagai Meaning Triangle,

Creative Values: Bangkit kembali dari kegagalan dengan menyalurkan kreatifitas dan bakat yang
dimiliki.
Experience Values: Belajar dari pengalaman, menerima bahwa pengalaman menyakitkan
sekalipun itu ada maknanya. Proses penerimaan diri, penghargaan diri, pembentukan persepsi
mengenai hal yang dialami.
Attudinal Values: Menyikapi sebuah peristiwa secara lebih positif atau lebih baik dari sebelumnya,
melewati batas yang sebelumnya, sehingga mencapai self transcendence.
Ketiga nilai tersebut jika disatukan akan membentuk keseimbangan pribadi secara menyeluruh
yang akan membuat individu mencapai makna hidup yang dinginkan.

Ketiga nilai ini juga pernah saya alami dalam menjalani 19 tahun hidup saya.
Pertama nilai kreatif, hal ini paling saya rasakan ketika pandemi COVID-19 kemarin. Ketika itu,
saya tidak bisa menyalurkan ide-ide saya. Entah karena situasi yang online dan saya yang belum
bisa beradaptasi dengan keadaan itu, atau karena ketika online tidak ada wadah untuk itu.
Pekerjaan saya saat itu hanya mengikuti zoom online yang perlahan berubah menjadi pemberian
tugas saja tanpa penjelasan yang cukup. Peralihan dari online menjadi offline sepenuhnya terjadi
bersamaan dengan hari perdana berkuliah, sehingga saya termotivasi untuk memulai hal baru
dengan energi yang baru juga. Menyalurkan ide-ide dan kreatifitas yang saya miliki melalui
aktivitas perkuliahan ataupun kegiatan dalam organisasi. Pada saat itu saya juga jadi lebih puas
dengan kehidupan saya dan menemukan makna dari kehidupan saya, yaitu menjadi mahasiswa
yang aktif dan berusaha untuk meraih prestasi serta memberi manfaat bagi orang banyak.
Kedua nilai pengalaman, dari pengalaman sebelum pandemi dan pengalaman setelah pandemi saya
mengambil banyak sekali pelajaran. Saya memahami bahwa kegagalan saya saat pandemi tidak
membuat saya menjadi orang yang gagal juga. Saya bangga kepada diri saya yang bisa bangkit
dari keterpurukan tersebut dan kegagalan-kegagalan yang saya alami selama perkuliahan bisa saya
hadapi. Pengalaman tersebut membuat saya belajar dan selalu ada nilai positif yang bisa diambil
dari pengalaman tersebut. Saya yang sebelumnya juga mudah merasa insecure dan pesimis pada
akhirnya belajar untuk menghargai setiap hasil yang saya capai.
Hal ini juga berhubungan dengan attidunal value saya. Karena telah mengalami permasalahan-
permasalahan yang serupa beberapa kali, saya jadi menyikapi hal tersebut secara lebih positif dari
sebelumnya. Contohnya adalah saya sempat menghilang dari divisi saya ketika merasa tidak bisa
melakukan apa-apa di divisi tersebut dan tidak bisa berkontribusi dengan baik justru menyulitkan
orang lain. Namun, setelah evaluasi dan berkat teman-teman organisasi yang berusaha untuk ikut
membantu entah secara langsung atau melalui support dan kata-kata afirmasi, saya jadi berusaha
untuk memberi kontribusi, utamanya jobdesk saya sendiri dengan mencari cara tidak dengan
mengeluh saja. Seiring waktu, saya juga turut membantu memberi support kepada teman-teman
yang burnout dengan jobdesknya.

Anda mungkin juga menyukai