Anda di halaman 1dari 5

Mendeskripsikan Produk Kosmetik Kecantikan Kulit

“Sejarah, Definisi, dan Kosmetik Medicated”

A. Sejarah Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.
Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun
Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur,
arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar matahari. Penggunaan
susu, akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak bumi, minyak hewan, madu dan
lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu. Hal
ini dapat diketahui melalui naskah-naskah kuno yang ditulis dalam papirus atau
dipahat pada dinding piramida.
Pengetahuan kosmetik tersebut kemudian menyebar keseluruh penjuru
dunia melalui jalur komunikasi yang terjadi dalam kegitan perdagangan, agama,
buadaya, politik dan militer. Di Indonesia sendiri sejarah tentang kosmetologi
telah dimulai jauh sebelum zaman penjajahan Belanda, namun sayang tidak ada
catatan yang jelas mengenai hal tersebut yang dapat dijadikan pegangan. Namun
dari cerita dan legenda Ken Dedes, Dewi Ratih dan roro Jongrang, dapat
diperkiarakan adanya usaha dan cara untuk meningkatkan kecantikan dengan
kosmetik tradisional. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan
alami saja tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan
kecantikan(Wasitaatmaja, S.M, 1997).2.2.
Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut “kosmetologi”, yaitu ilmu yang
berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan
efek samping kosmetika. Dalam kosmetologi berperan berbagai disiplin ilmu
terkait yaitu: teknik kimia, farmakologi, farmasi, biokimia, mikrobiologi, ahli
kecantikan dan dermatologi. Dalam disiplin ilmu dermatologi yang menangani
khusus peranan kosmetika disebut “dermatologi kosmetik“ (cosmetic
dermatology) Wasitaatmadja, Sejak berabad abad yang lalu, kosmetik telah
digunakan dan dikenal masyarakat.
Hasil riset serta penyelidikan antropologi, arkiologi, dan etnologi di Mesir
dan India membuktikan adanya pemakaian ramuan seperti bahan pengawet mayat
dan salep salep aromatik, yang dianggap sebagai bentuk awal kosmetik yang kita
kenal sekarang ini. Hal ini menunjukkan perkembangan kosmetik dimasa itu.
Bukti lain misalnya 200 tahun yang lalu, Cleopatra menggunakan susu sebagai
rendaman saat mandi. Dia begitu senang karena mendapat manfaat dari laktosa
susu untuk kemulusan kulitnya. Sejak saat itu susu digunakan semacam kosmetik
dan obat.
Alam yang kaya akan tanaman obat, rempah-rempah, oleh masyarakat
dahulu digunakan sebagai kosmetik tradisional yang mereka olah secara
tradisional. Misalnya rempah-rempah, ginseng biasanya digunakan sebagai
campuran mandi para putri-putri raja dahulu. Hingga sekarang kosmetik
tradisional tersebut juga masih diminati oleh kebanyakan masyarakat karena
dipercaya lebih alami dan memberikan efek yang lebih sehat.
Hippocrates ( 460 – 370 SM ) dan kawan-kawanya mempunyai peran yang
penting dalam sejarah awal pengembangan kosmetik dan kosmetologi modern
melalui dasar-dasar dermatologi, diet, dan olahraga sebagai sarana yang baik
untuk kesehatan dan kecantikan, Beberapa ahli yang berperan aktif dalam
pengembangan kosmetik, antara lain, adalah Comelius Celcus, Discorides, dan
Galen, mereka adalah para ahli yang memajukan ilmu kesehatan gigi, bedah
plastik, dermitologi, kimia, dan farmasi.
Pada jaman Renaissance ( 1300 – 1600 ), Banyak universitas didirikan di
Inggris, Eropa Utara, Eropa Barat, dan Eropa Timur kemudian pada masa itu
ilmu kedokteran semakin bertambah luas, hingga kemudian ilmu kosmeti dan
kosmetikologi di pisahkan dari ilmu kedokteran ( Henri De Medovile, 1260 –
1325 ).
Kemudian dikenal ilmu kosmetik untuk merias atau decoration yang
dipakai untuk pengobatan kelainan patologi kulit, Hingga pada tahun 1700 –
1900, pembagian tersebut dipertegas lagi dengan Cosmetic treatment yang
berhubungan dengan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan lainya. Misalnya
dermatologi, farmakologi, kesehatan gigi, ophthal –mology, diet, dan sebagainya.
Disinilah konsep kosmetologi mulai diletakkan, yang kemudian dikembangkan di
Perancis, Jerman, Belanda, dan Italia.
Pada perkembanganya istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kalangan
dan profesi yang berbeda, sehingga pengertian kosmetik menjadi begitu luas dan
tidak jelas, istilah kosmetologi telah dipakai sejak tahun 1940 di Inggris, Perancis,
Jerman. Istilah ini tidak sama bagi tiap profesi yang menggunakanya. Pada tahun
1970 oleh Jellinek, kosmetologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari hukum-hukum fisika, Biologi, maupun mikrobiologi tentang
pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan (aplikasi) kosmetik, Selanjutnya di
tahun 1997 Mitsui menyebut kosmetologi sebagai ilmu kosmetik yang baru, yang
lebih mendalam dan menyeluruh.
Dari mulai abad ke 19, kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu kosmetik
tidak hanya untuk kencantikan saja, melainkan juga untuk kesehatan,
Perkembangan ilmu kosmetik serta industri secara besar-besaran baru dimulai
pada abad ke-20 ( Wall, Jellinek, 1970 ). Kosmetik menjadi sebuah alat usaha,
Bahkan sekarang dengan kemajuan teknologi , kosmetik menjadi sebuah
perpaduan antara kosmetik dan obat ( Pharmaceutical ), atau yang sering desebut
kosmetik medis (cosmeticals).
Sejak 40 tahun terakhir, industri kosmetik semakin meningkat , Industri
kimia memberi banyak bahan dasar dan bahan aktif kosmetik, Kualitas dan
kuantitas bahan biologis untuk digunakan pada kulit terus meningkat, Banyak
para dokter yang terjun langsung dan meningkatkan perhatian terhadap ilmu
kecantikan kulit ( cosmetodermatology ), serta membangun kerja sama yang
saling menguntungkan dengan para ahli kosmetik dan ahli kecanikan, Misalnya
dalam hal pengetesan bahan baku atau bahan jadi, dan penyusunan formula
berdasarkan konsepsi dermatologi atau kesehatan.

B. Definisi Kosmetika
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosok, dilekatkan,
dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada badan atau bagian badan
manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik
atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Defenisi tersebut jelas
menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis,
pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja,1997).
Sejak semula kosmetik merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau
ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar
kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam
perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik
dalam hal jenis, efek, efek samping dan lainnya.

C. Kosmetika Medicated
Kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum
kimia, fisika, biologi dan microbiologi tentang pembuatan, penyimpanan dan
penggunaan bahan kosmetika. Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-
abad yang lalu, dan baru abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain
untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu
kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan
kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Dewasa ini, teknologi
kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat
(pharmacuetical) atau dikenal dengan istilah kosmetik medik (cosmeceuticals).
Pada tahun 1955, Lubowe menciptakan istilah Cosmedics sebagai
gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi faal kulit
secara positif tetapi bukan obat, dan menyusul pada tahun 1982, Faust
mengemukakan istilah medicated cosmetics, yakni semacam kosmetik yang juga
bermanfaat untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit, seperti
preparat anti ketombe, deodorant/preparat antipespirant, preparat untuk
mempengaruhi warna kulit, dan preparat anti jerawat.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah
untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up,
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut
dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain,
mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan
menghargai hidup. (Retno Iswari, 2007:7).Sementara kosmetika hipoalergik
adalah kosmetika yang di dalamnya tidak mengandung zat-zat yang dapat
menyebabkan reaksi iritasi dan sensitasi.
Kosmetika jenis ini merupakan kosmetika yang lebih aman untuk
kesehatan kulit. Banyak bahan-bahan yang sering menimbulkan reaksi iritasi dan
sensitasi telah dikeluarkan dari daftar kosmetika hipoalergik seperti arsenic
compounds, aluminium sulfat, aluminium klorida, balsam of peru, fenol, fern,
formaldehide, gum arabic, lanolin, mercury compounds, paraphenylennediamin,
bismuth compounds, oil of bergamot, oil of lavender, salicylic acid, resoisinol,
heksaklorofen dan lain-lain.
Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari maupun secara insidental
atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tidak semua bahan kosmetika cocok untuk setiap kondisi kulit, jika terjadi
ketidakcocokan, akan timbul iritasi pada kulit. Oleh karena itu, perhatikan
kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk.
Penggolongan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI berdasarkan kegunaan
dan lokalisasi pemakaian pada tubuh. Contoh kosmetika medicated yaitu:
1. Kosmetik rambut
 Kosmetik anti ketombe dapat mengobati kulit kepala yang mengalami
ketombe.
2. Kosmetik kulit
 Kosmetik anti acne dapat mengobati kulit wajah yang berjerawat.
 Deodorant dapat digunakan untuk menghilangi bau badan
 Kosmetik pemutih dapat mempengaruhi warna kulit

Anda mungkin juga menyukai