PENGETAHUAN
KOSMETIK
Aisyah Adriani (1510518022) Chanar
Mutiara Putri (1510518023)
Dhea Amanda Putri (1510518035)
Siska Marlina (1510518036)
Siti Husnul Khotimah (1510518040)
BAB I
(Kosme tologi)
K o s m e t i k a d a l a h zat
p e r a w a t a n yang di g un akan
untukmeningkatkan
penampilanatau aroma
t u b u h m an u s i a. Kosmetik
umumnya merupakan
ca m p u r an dari b era ga m
s eny awa kimia, beberapa Kosmedik
t e r b u a t d a r i sumber-sumber a d a l a h k o s m e t i k yang
al am i d a n k e b a n y a k a n d a r i m eng and ung obat,
b a h a n sintetis. kedal amnya
ditambahkan bahanakti
t er t e nt u seperti zat
antibakteri, antijerawat ,
a n t i gatal, an t i produksi
keringat, a n t i ketombe, d a n
lain-lain d e n g a n t u j u a n
profilaksis, desinfeksi,
terapi, d a n lain-lain.
Definisi kosmetik dalam
pe ra t u ra n Mentri Kesehatan RI
No.
445/MenKes/Permenkes/1998
Di South Asia
H e n n a digunakan di India selama 4-5 abad sebagai
mehndi dan pewarna rambut.
Di Jepang
Geisha menggunakan kelopak safflower yang
dihancurkan
u n t u k mewarnai alis, sudut mata, dan sudut bibir.
Sejarah Kosmetologi Medic di Indonesia
KOSMETIKA MODERN
Diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern
(termasuk didalamnya cosmedics)
KOSMETIKA TRADISIONAL
a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat
dari bahan alam da n diolah m e n u r u t resep dan cara yang
turun- te murun.
b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi
bahan pengawet agar t a h a n lama.
c. Hanya na m a nya yang tradisional, t a npa komponen yang
benar- benar tradisional dan diberi zat wa r na yang
menyerupai bahan tradisional
Penggolonga Kosmetik Menurut
Penggunaanya Pada Kulit
3. Kosmetika dekoratif
K e k h a s a n kosmetik dekoratif a d a l a h b a h w a kosmetik ini
b e r t u j u a n s e m a t a - m a t a u n t u k m e n g u b a h pena mpilan, y a i t u
a g a r t a m p a k lebih c a nt i k d a n noda-noda a t a u k e l a i n a n p a d a
k ul i t t e rt u t u pi .
BAB V
(KOSMETIK MEDIK)
A. Vitamin
K e g u n a a n n y a u n t u k m e n g a t a s i k e r u s a k a n kulit.
Vitamin m a m p u m e n a n g k a p d a n me lindungi k ul i t
d a r i r a d i k a l be bas
Vitamin A (retinoid a t a u retinol)
Vitamin B kompleks
Vitamin C\
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin F
Vitamin H
Vitamin K
Bab VI
(Aspek Mikrobiologis dan Bahan Pengawet
Kosmetik)
TUJUAN PENGAWET
Pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh
bakteri terhadap kosmetik sehingga kosmetik tetap
stabil dan tidak cepat kadaluarsa,bahan pengawet yang
digunakan dalam kosmetik haruslah bahan yang tidak
aktif dalam berinteraksi dalam kulit sehingga tidak
menyebabkan irita di di kulit.
Efek bahan pengawet untuk produk sangatlah menguntungkan
karna dapat mengawetkan kosmetik dalam jangka waktu sealma
mungkin namun ketika digunakan secara berlebihan akan
menimbulkan masalah,dibawah ini beberapa contoh bahan pengawet
yang memiliki efek samaping yang dapat merugikan para konsumen
Peranan pH Bahan
Pengawet
• Pemilihan Formula
Sebelum pemilihan terakhir atas suatu formulasi (setelah melewati percobaan-
percobaan klinis kecil-kecilan atas keamanan formulasi beserta bahan-bahan baku di
dalamnya), kita harus secara realistis yakin bahwa formulasi kita memang akan dapat
di produksi secara besar-besaran dengan menggunakan alat-alat pabrik yang telah
ada. Bahkan pada saat itupun, bahan-bahan baku yang terkandung dalam formulasi itu
masih harus secara kritis diteliti kembali sebelum betul-betul dipilih untuk digunakan.
Proses Produksi:
1. Pencampuran (mixing)
2. Pemompaan
3. Pemindahan panas
4. Filtrasi
5. Pengisian
BAB VIII
(RINGKASAN CPKB SEBAGAI
PEDOMAN KONTROL KUALITAS)
Landasan umum
Pada pembuatan kosmetik, pengawasan menyeluruh sangat esensial untuk
menjamin bahwa konsumen menerima kosmetik yang bermutu tinggi dan
aman digunakan. Kosmetik yang digunakan untuk bayi, sekitar mata,
selaput lendir, cat rambut, pengeriting dan pangkal rambut, serta pelurus
rambut harus dibuat secara seksama, tidak boleh secara sembarangan.
Sebagian dari definisi-definisi tersebut kiranya secara umum sudah
dikenal orang, misalnya bahan baku, sanitasi, dokumentasi, dan bahan
lain – lain. Tetapi sebagian merupakan istilah baru yang khusus dalam
produksi kosmetik sehingga belum dikenal umum, jadi perlu diungkapkan
di sini.
Personalia
Jumlah karyawan di semua tingkatan hendaklah memadai serta memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai tugasnya. Mereka
hendaklah juga memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik, sehingga
mampu melaksanakan tugas secara profesional dan sebagaimana
mestinya. Mereka hendaklah mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk
mewujudkan CPKB.
Bangunan
Bangunan untuk pembuatan kosmetik hendaklah memiliki ukuran,
rancangan, konstruksi serta letak yang memadai untuk memudahkan
pelaksanaan kerja, pembersihan, dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana
kerja hendaklah memadai, sehingga setiap resiko kekeliruan,
pencermatan silang, dan sebagai kesalahan lain yang dapat menurunkan
mutu kosmetik, dapat dihindarkan.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan kosmetik hendaklah memiliki
rancang bangun dan kontruksi yang tepat, sehingga mutu yang dirancang
bagi tiap produk kosmetik terjamin seragam dari batch ke batch, serta
untuk memudahkan pembersihan dan perawatan.
Sanitasi Dan higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap pembuatan
kosmetik. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang
dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaklah
dihilangkan melalui program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan,
yang dapat menjamin produksi barang yang memenuhi spesifikasi yang
jadi ditentukan.
Pengawasan mutu
Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan kosmetik yang
baik agar tiap kosmetik yang di buat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Rasa ketertarikan dan tanggung jawab semua unsur dalam
semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan kosmetik yang
bermutu mulai dari saat kosmetik dibuat sampai distribusi kosmetik. Untuk keperluan
itu, harus ada suatu bagian pengawasan mutu yang berdiri sendiri.
Inspeksi diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melaksanakan penilaian secara teratur
tentang keadaan dan kelengkapan fasilitas pabrik kosmetik dalam
memenuhi persyaratan Cara pembuatan kosmetik yang baik ( CPKB ).
Program inpeksi diri dirancang untuk mencari kelemahan dalam
pelaksanaan CPKB dan untuk menetapkan tindakan perbaikannya.
Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan kosmetik merupakan bagian dari sistem
informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan
instruksi, catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang
diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi
seluruh rangkaian kegiatan pembuatan kosmetik.