Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep peran pemerintah


2.1.1. Pengertian peran
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014) Peran berarti sesuatu
yang dimainkan atau dijalankan. Definisi peran adalah sesuatu yang dimainkan
atau dijalankan oleh seseorang atau sesuatu dalam suatu konteks tertentu. Dalam
banyak situasi, peran merujuk pada fungsi atau tanggung jawab yang diberikan
kepada individu atau dalam sebuah sistem, organisasi, atau interaksi sosial. Peran
dapat ditempatkan dalam berbagai konteks, termasuk dalam kehidupan sehari-
hari, pekerjaan, keluarga, dan komunitas.

Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya &


Perubahan Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014)Peran menurut terminology
adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan
dimasyarakat. Dalam bahasa inggris peran disebut “role” yang definisinya adalah
“person’s task or duty in undertaking”. Artinya “tugas atau kewajiban seseorang
dalam suatu usaha atau pekerjaan”. Peran diartikan sebagai perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.
Sedangkan peranan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu
peristiwa.

Kemudian menurut Riyadi (2002:138) peran dapat diartikan sebagai


orientasi dan konsep dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam oposisi
sosial. Dengan peran tersebut, sang pelaku baik itu individu maupun organisasi
akan berperilaku sesuai harapan orang atau lingkungannya.

Nuruni dan Kustini, Experiental Marketing, Emotional Branding, and


Brand, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.7 (1).(2011) Pengertian peran
menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan
(status), apabila seseorang melaksankan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Peran merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan (status). Apabila seorang yang melakukan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran.
Sedangkan kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap
orang dalam menjalankan kehidupannya. Dalam kamus bahasa Indonesia juga
dijelaskan bahwa peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
suatu peristiwa.

Adapun pembagian peran menurut Soekanto (2001:242) peran dibagi menjadi 3


yaitu sebagai berikut:

1. Peran Aktif

Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena
kedudukannya didalam kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti pengurus,
pejabat, dan lainnya sebagainya.

2. Peran Partisipatif

Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok


kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi
kelompok itu sendiri.

3. Peran Pasif

Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif,


dimana anggota kelompok menahan dari agar memberikan kesempatan kepada
fungsi –fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan dengan baik.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran mencakup aktivitas, tugas,
atau fungsi yang diemban oleh individu atau kelompok dalam suatu kerangka
sosial, organisasi, atau masyarakat. Peran juga dapat melibatkan harapan,
tanggung jawab, dan perilaku yang sesuai dengan kedudukan atau status sosial
seseorang.
2.1.2 Pengertian pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat
dan menerapkan hukum bersama Undang-Undang serta kewenangan untuk
mengatur komunitas di suatu negara. Pemerintah juga merupakan aktivitas
pelayanan yang menjamin bekerjanya lembaga-lembaga pemerintahan terhadap
para warganya. Dalam definisi asosiatifnya yang luas, pemerintah umumnya
terdiri atas lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemerintah memainkan
peran kunci dalam perlindungan dan peningkatan sistem sosial-ekonomi, serta
didasarkan pada prinsip-prinsip kesetaraan kesempatan, distribusi kekayaan yang
adil, dan tanggung jawab publik bagi mereka yang tidak dapat mendapatkan batas
minimal untuk kehidupan.

Secara ilmiah dibedakan antara pengertian pemerintah dan pemerintahan


yang menurut C.S.T Kansil (2003) adalah pemerintah merupakan organisasi atau
alat organisasi yang menjalankan tugas dan fungsi. Sedangkan, pemerintahan
merupakan fungsi dari pemerintah.

Menurut Victor Situmorang, secara etimologi pemerintah dan


pemerintahan dapat didefinisikan sebagai berikut.

1. Pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu negara atau badan tertinggi


yang memerintah suatu negara, seperti kabinet merupakan suatu pemerintah.
Pemerintah, yaitu kata nama subjek yang berdiri sendiri.

2. Pemerintahan dilihat dari segi tata bahasa merupakan kata jadian yang karena
subjek mendapat akhiran –an, artinya pemerintah sebagai subjek melakukan tugas
atau kegiatan, sedangkan cara melakukan tugas atau kegiatan itu disebut
pemerintahan. Dengan kata lain, pemerintahan, adalah perbuatan memerintah.

Sementara Finer dalam Syafi'ie (2001:46), menjelaskan bahwa pemerintah


harus mempunyai kegiatan yang terus menerus (process), wilayah negara tempat
kegiatan itu berlangsung (state), pejabat yang memerintah (the duty), dan cara,
metode serta sistem (manner, menthod, and system), dari pemerintah terhadap
masyarakat.
Menurut Montesquieu dalam Salam (2004:35) pemerintah adalah seluruh
lembaga negara yang biasa dikenal dengan nama trias politica baik itu legislatif
(membuat undang-undang), eksekutif (melaksanakan undang-undang), maupun
yudikatif (mengawasi pelaksanaan Undang-Undang).

2.1.3 Peran pemerintah


Indonesia merupakan Negara kepulauan, karena terpisah-pisah maka untuk
efisiensi kerja pemerintah biasanya melaksanakan desentralisasi. terdapat
beberapa teknik pemerintahan salah satunya ialah teknik desentralisasi, Dimana
Desentralisasi adalah penyerahan sebagian urusan pemerintahan dari Pemerintah
Pusat atau daerah tingkat atasnya kepada Pemerintah Daerah, untuk mengurus dan
mengatur urusan rumah tangganya sendiri.

Kihin (2013) Pengembangan pariwisata akan mencapai hasil yang optimal


bila didukung oleh peran pemerintah sebagai regulator yaitu peran pemerintah
dalam menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan
(menerbitkan peraturan-peraturan dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi
Pembangunan). Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah peran pemerintah
dalam menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang guna pengembangan
daerah-daerah yang memiliki potensi wisata. Salah satu fasilitas penunjang paling
utama adalah akses masuk menuju kawasan wisata tersebut. Kemudian
Pemerintah sebagai motivator adalah peran pemerintah dalam menyediakan
infomasi kepariwisataan, perlindungan hukum serta keamanan dan keselamatan
kepada wisatawan, selain itu menciptakan iklim yang kondusif untuk
perkembangan usaha pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama
dalam berusaha dan juga banyak memberikan bimbingan dan penyuluhan
mengenai kepariwisataan selain itu memelihara, mengembangkan dan
melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan potensi-potensi
pariwisata. Potensi-potensi tersebut apabila dikembangkan akan dapat menarik
wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menaikkan pendapatan asli
daerah.
2.2 Objek wisata
2.2.1 Pengertian objek wisata
Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan
yang memiliki sumber daya alam dan buatan yang menarik, seperti pemandangan
alam atau pegunungan, hewan dan tumbuhan pantai, kebun binatang, bangunan
sejarah kuno, monumen, candi- candi, tarian, pemandangan dan budaya unik
lainnya (Adisasmita, 2010).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009,


Objek Wisata atau yang kini disebut dengan Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai
segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau kunjungan wisatawan.

Pengertian obyek dan daya tarik wisata menurut undang-undang nomor 9


tahun 1990, yaitu objek dan daya tarik wisata terdiri atas :

a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keindahan alam, serta flora dan fauna.

b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,wisata agro,wisata
tirta,wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Ridwan (2012:5) mengemukakan pengertian objek wisata adalah segala


sesuatu yang memilik keunikan, keindahan dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Berdasarkan definisi diatas maka objek wisata adalah tempat yang


dikunjungi dengan berbagai keindahan yang didapatkan, tempat untuk melakukan
kegiatan pariwisata, tempat untuk bersenang – senang dengan waktu yang cukup
lama demi mendapatkan kepuasaan, pelayanan yang baik, serta kenangan yang
indah di tempat wisata.
2.2.2 Jenis Objek Wisata
Menurut Mappi dalam (pradikta, 2013:15) Objek Wisata atau Daya Tarik
wisata dikelompokkan kedalam 3 jenis yaitu:

a. Objek Wisata Alam adalah daya tarik yang berasal dari sumber daya alam yang
berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami
maupun setelah ada usaha budi daya. Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4
kawasan yaitu: Flora dan fauna, Keunikan dan kekhasan ekosistem misalnya: laut,
pantai, gunung (berapi), danau, sungai, fauna (langka), kawasan lindung, cagar
alam, pemandangan alam, air terjun dan lain-lain.

b. Objek Wisata Budaya merupakan daya tarik yang menunjukan ke khasan suatu
destinasi, misalnya : upacara kelahiran, tari-tari (tradisional), musik (tradisional),
pakaian adat, perkawinan adat, upacara turun ke sawah, upacara panen, cagar
budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun
(tradisional), tekstil lokal, pertunjukan (tradisional), adat istiadat lokal, museum
dan lain-lain.

c. Objek Wisata Buatan merupakan daya tarik hasil karya manusia yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai daya tarik wisata meliputi, misalnya:
sarana dan fasilitas olahraga, permainan (layangan), hiburan (lawak atau
akrobatik, sulap), ketangkasan (naik kuda), taman rekreasi, taman nasional, pusat-
pusat perbelanjaan dan lain-lain.

2.3 Konsep pengembangan


2.3.1 Pengertian pengembangan
Ketersediaan objek wisata dan tempat wisata adalah salah satunya kondisi
yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata. Karena objek dan tempat wisata
adalah salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Meskipun objek
wisata sudah tersedia oleh oleh alam, akan tetapi perlu ada pengembangan ,
supaya lebih baik dan menarik dimata para wisatawan.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, definisi pengembangan adalah


hal, cara atau hasil kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti
membuka, memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik. pengembangan
pariwisata dapat diartikan usaha atau cara untuk membuat jadi lebih baik segala
sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga semakin
menimbulkan perasaan senang dengan demikian akan menarik wisatawan untuk
berkunjung.

Ditambahkan oleh Poerdarmita (2002:474) yang menyatakan bahwa


pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu mejadi maju,
baik, sempurna dan berguna. Pengembangan dapat diartika sebagai sesuatu yang
belum ada menjadi ada atau mengembangkan sesuatu yang sudah ada.
Pengembangan dalam konteks pengembangan pariwisata misalnya pengembangan
produk wisata (objek-objek wisata), pengembangan strategi pemasaran dan lain-
lain.

Di kutip dari Objek wisata dan pelaku usaha (Dampak Pengembangan


Objek Wisata terhadap Ekonomi Masyarakat) Eka Pariyanti;2020, Pengembangan
adalah proses atau metode serta cara untuk membuat sesuatu menjadi progresif,
baik, sempurna, dan berguna. Ada harapan setaip pengembangan objek wisata,
tidak hanya dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi
masyarakat namun tetap memperhatikan karakter destinasi, budaya, dan daerah.

2.3.2 Pengembangan objek wisata


Pengembangan objek wisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan
diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak (Yoeti, 2008).
Pengembangan objek wisata memberikan pengaruh bagi penduduk lokal, melalui
keuntungan ekonomi yang didapat dari daerah tujuan wisata. Pembangunan
prasarana dan sarana hiburan, keduanya menguntungkan wisatawan dan penduduk
lokal. Selain meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai upaya terkait
pengembangan pariwisata, serta perluasan dan penciptaan lapangan kerja baru,
dengan adanya pengembangan pariwisata diharapkan dapat mendatangkan devisa
negara.
Menurut Cooper dkk dalam Sunaryo (2013:159) menjelaskan bahwa
kerangka pengembangan destinasi pariwisata terdiri dari komponen- komponen
utama sebagai berikut:

1. Obyek daya’ tarik wisata (Attraction) yang mencakup keunikan dan daya tarik
berbasis alam, budaya, maupun buatan/artificial.

2. Aksesibilitas (Accessibility) yang mencakup kemudahan sarana dan sistem


transportasi.

3. Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung


wisata.

4. Fasilitas umum (Ancillary Service) yang mendukung kegiatan pariwisata.

Selain ketersediaan objek wisata sebagai salah satunya kondisi yang


diperlukan untuk pengembangan pariwisata,kemudian syarat teknis dalam
menentukan suatu tujuan wisata atau obyek wisata yang dapat dikembangkan, hal
yang perlu diperhatikan berikutnya menurut suwantoro (2002:88-89), adalah
prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan, yaitu:

a. Harus dibantu oleh proses perencanaan dan partisispasi masyarakat.

b. Hubungan ada kepastian, keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial


budaya, dan masyarakat.

c. Hubungan antara pariwisata, lingkungan, dan budaya harus dikelola sedemikian


rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang.

d. Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak dan menghasilkan dampak yang tidak
diterima oleh masyarakat.

e. Pengembangan pariwisata tidak boleh tumbuh terlalu cepat dan berskala kecil
atau sedang.

f. Pada lokasi harus ada keharmonisan antara hubungan wisatawan, tempat, dan
masyarakat setempat.
g. Keberhasilan pada setiap aktivitas tergantung pada keharmonisan antara
pemerintah, masyarakat setempat, dan industri pariwisata.

h. Pendidikan yang mengarah pada sosio-cultural pada setiap tingkatan


masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata, termasuk juga perilaku
wisatawan harus serius diorganisasikan.

i. Peraturan perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya harus


dikeluarkan dan dilaksanakan sekaligus merevitalisasinya.

j. Investor dan wisatawan harus dididik untuk menghormati kebiasaan, norma dan
nilai tempat, sedangkan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dihindarkan
dan dampak positifnya dimanfaatkan.

2.4. Faktor yang memengaruhi pengembangan objek wisata


Perwilayahan dalam dunia kepariwisataan adalah pembagian wilayah
wilayah pariwisata yang dapat dipandang memiliki potensi, yang selanjutnya
dapat dijadikan tujuan yang pasti. Dalam pengertian ilmiahnya wilayah ini disebut
daerah tujuan wisata (tourist destination area), yang memiliki batasan-batasan
sebagaimana dijelaskan oleh Pendit (2002:66) yaitu yang dimaksud dengan
wilayah pariwisata adalah tempat atau daerah yang karena atraksinya, situasinya
dalam hubungan lalu lintas dan fasilitas-fasilitas kepariwisataannya menyebabkan
tempat atau daerah tersebut menjadi objek kebutuhan wisatawan. Definisi tersebut
memberikan penjelaskan bahwa ada tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi
oleh suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata yaitu :

a. Memiliki atraksi atau objek yang menarik

b. Mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan

c. Menyediakan tempat untuk beristrahat

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan


pengembangan kepariwisataan guna memperoleh hasil yang optimal hendaknya
memperhatikan faktor-faktor penentu pengembangan suatu daerah tujuan wisata
yaitu.
1) Tersedianya objek wisata atau atraksi yang dapat dinikmati atau disaksikan,
baik yang berasal dari alam maupun hasil budi daya manusia.

2) Tersedianya sarana transportasi dan perhubungan.

3) Tersedianya komponen penunjang yang berupa akomodasi dan infrastruktur.

Adanya atraksi wisata yang menarik merupakan faktor utama dalam


pengembangan pariwisata. Akan tetapi pengembangan tersebut tidak akan berjalan
lancar tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung suatu daerah tujuan
wisata.

2.5. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan objek wisata


Titmuss (2005:7) mendefinisikan kebijalan sebagai prinsip-prinsip yang
mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan,
menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan
berorientasi kepada tindakan (action-oriented). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip
untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.

Tidak jauh berbeda dengan Pendapat yang disampaikan oleh Fredrich,


yang dikutip oleh Soenarko (2018:13), memberikan definisi yang berbeda, bahwa
kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu, sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang
untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Dari definisi di atas dapat di simpulkan Kebijakan pemerintah dalam


pengembangan objek wisata meliputi upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, memperluas dan meratakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat,
membangun daerah, memperkenalkan alam dan budaya bangsa, serta menyerap
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Selain itu,
pemerintah juga melakukan upaya dalam pembangunan sarana dan prasarana
pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan, pengelolaan objek dan
daya tarik wisata alam termasuk sarana dan prasarana yang ada, penyediaan
sarana dan fasilitas bagi masyarakat dan sekitarnya untuk berperan serta dalam
kegiatan, penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang dapat memberi nilai
tambah terhadap objek wisata, dan penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang
dapat memberi nilai tambah terhadap objek dan daya tarik wisata. Selain itu,
pemerintah juga melakukan pembinaan produk wisata, pembinaan masyarakat
wisata, pembinaan kerjasama baik berupa pembinaan produk wisata, pemasaran
dan pembinaan masyarakat, paduan komunikasi, dan paduan pelayanan.

Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, dan UU No.33 Tahun


2004 yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk
mengelola wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab
dan tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya
yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah.
Pemerintah dalam hal ini para stakholders kepariwisataan yang menyadari
besarnya potensi kepariwisataan di daerah berusaha menggali, mengembangkan
serta membangun aset obyek dan daya tarik wisata, yang merupakan modal awal
untuk bangkitnya kegiatan pariwisata. Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan
memikirkan dan mengusahakan serta membenahi potensi obyek dan daya tarik
wisata (M. Yusuf, 2000 dalamMuhammad Tahwin, 2003).

Pengembangan pariwisata Indonesia telah tercermin dalam rencana


strategi yang dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI,
yakni: (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan
berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang pariwisata;
(2) mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga
memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan daerah,
serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup; (3) meningkatkan kepuasan
wisatawan dan memperluas pangsapasar; dan (4) menciptakan iklim yang
kondusif bagi pembangunan pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif,
transparan, dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada
masyarakat, dalam institusi yang merupakan amanah yang
dipertanggungjawabkan (accountable). Demikianlah pandangan Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata RI, bahwa pengembangan pariwisata Indonesia harus
didahului dengan pemahaman mengenai berbagai tantangan dan hambatan yang
harus dihadapi dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan pariwisata
di Indonesia.

Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip


pengembangan adalah Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan, tentang Pembangunan Kepariwisataan (Pasal 6) : Pembangunan
kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan
dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan
alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata, Pasal 8: 1) Pembangunan
kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan
kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan
nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk
pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota. 2) Pembangunan kepariwisataan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana
pembangunan jangka panjang nasional.

Polewali Mandar, sebuah kabupaten yang terletak di Sulawesi Barat,


Indonesia, mempesona dengan kekayaan potensi objek wisata yang melibatkan
kebudayaan yang mendalam dan pesona alam yang menakjubkan. Terkenal
dengan keragaman budaya dan keindahan alamnya, Polewali Mandar menyajikan
pengalaman wisata yang unik bagi para pengunjung.

Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar dengan bijak mengembangkan


potensi objek wisata ini. Mereka aktif dalam pelestarian warisan budaya,
melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata, dan menjaga
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Dengan
begitu, Polewali Mandar tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik,
tetapi juga berkomitmen untuk merawat dan mempertahankan kekayaan budaya
dan alamnya bagi generasi mendatang.
2.6. kerangka pemikiran
Polewali Mandar, sebuah kabupaten yang terletak di Sulawesi Barat,
Imempesona dengan kekayaan potensi objek wisata yang melibatkan kebudayaan
yang mendalam dan pesona alam yang menakjubkan. Terkenal dengan keragaman
budaya dan keindahan alamnya, Polewali Mandar menyajikan pengalaman wisata
yang unik bagi para pengunjung.

Selain itu, Polewali Mandar menawarkan pemandangan alam yang


menakjubkan. Dari perbukitan yang hijau hingga pantai berpasir putih yang indah,
kabupaten ini memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Para pengunjung dapat
menjelajahi keindahan laut melalui aktivitas menyelam atau menyusuri pantai
yang indah.

Untuk memahami alur pemikiran mengenai peran pemerintah dalam


Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Polewali Mandar, maka peneliti
menggambarkan dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan kerangka pemeikiran

Pemerintah kabupaten polewali mandar

eran pemerintah dalam pengembangan objek wisata di kabupaten polewali mandar


ebagai regulator Faktor-faktor yang memengaruhi peran pemerintah dala pengembangan ob
ebagai fasiliator
ebagai motivator

Optimalisasi pengembangan objek wisata


Gambar 1.1. Bagan Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai