Anda di halaman 1dari 6

Diskusi 2 drg.

Tjut Intan
30 Mei 2023

1. Xerostomia karena drug induce (mekanisme obatnya)


● Antihipertensi (β-adrenergic blockers)
Obat ini bekerja menurunkan tekanan darah dengan memblokir reseptor β1.
Hambatan itu menyebabkan denyut jantung dan kontraktilitas miokard
mengalami penurunan sehingga mengurangi aliran darah dari jantung. Obat ini
juga dapat menyebabkan mulut kering. Terblokirnya reseptor β1 tersebut
mempengaruhi aktivasi sistem saraf pusat dan reseptor alfa 2 adrenergik
kelenjar ludah. Reseptor alfa 2 adrenergik mensekresi saliva yang kaya akan
protein sehingga saliva akan lebih mukous dan beta adrenergic ini mensekresi
saliva yang kaya air dan elektrolit serta rendah protein
● Diuretik
Diuretik bekerja untuk meningkatkan aliran urin dan mengeluarkan natrium
sehingga mengurangi volume darah dan cairan ekstraseluler yang selanjutnya
menyebabkan penurunan aliran darah dari jantung dan tekanan darah. Obat
diuretik dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam sirkulasi darah
sehingga menimbulkan rasa haus.
● Antidiuretik
● Antihistamin

2. Xerostomia akibat sistemik (hipertensi, DM) yang menyebabkan xeros nya


sistemik nya atau obat nya?
● DM : Sekresi saliva diatur oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis
berfungsi dalam merangsang produksi saliva. Pasien diabetes melitus II mengalami
gangguan neuropati atau mengalami kerusakan pada nervus fasialis dan nervus
glosofaringeal, yaitu nervus yang menginervasi kelenjar parotis sehingga
menyebabkan terganggunya sekresi saliva. Selain itu, penderita diabetes melitus
salah satu cirinya yaitu poliuri yang menyebabkan penderita selalu ingin minum
(polidipsi).
● Hipertensi : terdapat perbedaan jumlah sel asinar di kelenjar submandibular yang
signifikan antara pasien penderita hipertensi dan tanpa hipertensi. Persentase dari
sel asinar pada pasien penderita hipertensi menurun serta terdapat degenerasi
lemak pada kelenjar submandibular. Penurunan jumlah parenkim dan kenaikan
jaringan adiposa, pembuluh darah, dan duktus diketahui terjadi pada proses
penuaan. Proses penuaan biasanya dikaitkan dengan semakin kakunya pembuluh
darah dan menurunnya kemampuan pembuluh darah. Perubahan ini disebabkan
karena terjadinya proses penuaan dan juga disebabkan adanya hipertensi maupun
arteriosklerosis. Hipertensi memiliki hubungan dengan adanya kenaikan ketebalan
intima-media arteriole pada kelenjar submandibular. Sklerosis dan stenosis pada
arteriol terkait dengan hipertensi sehingga dapat menyebabkan adanya perubahan
degeneratif pada kelenjar submandibular

3. Stress induced xerostomia bagaimana mekanismenya? Dan apa kaitannya


hormon stress dengan inflamasi?
- Stress-diathesis model (cortisol memblokir produksi hormon dan
neurotransmiter), possibly due to the fact that their monoaminergic systems are
hypoactive, their hypothalamus-hypophysis- adrenal cortex systems are
hyperactive or to a combination of both (26). Cortisol, a glucocorticoid
synthesized by the adrenal cortex, plays a vital role in stressful situations by
blocking the production and liberation of multiple hormones and
neurotransmitters, which, in the absence of such control can lead to a state of
shock. Sehingga menurunkan imun

4. Berapa dosis paparan yang dapat menimbulkan disfungsi dan total grey sehingga
menimbulkan penurunan curah saliva?
5000 - 7000 cGrey

5. Perawatan gigi boleh dilakukan berapa minggu sesudah dan sebelum kemoterapi?
● 2 - 3 minggu sebelum radioterapi
● 5 - 7 hari sebelum kemoterapi
6. NaCl berfungsi untuk? Termasuk kedalam bakteriosid atau bakteriostatik?
NaCl memiliki sifat bakteriosid yang dapat membunuh bakteri. NaCl merupakan cairan
isotonik yang artinya adalah memiliki garam dan mineral yang hampir sama dengan
cairan yang ada di dalam mulut. Garam pada NaCL meningkatkan permeabilitas sel
membrane pada bakteri sehingga terjadi osmosis (air keluar dari sel krn kandungan
cairan ektrasel lebih pekat krn banyak garamnya) sehingga sel bakteri mengalami
dehidrasi dan menyebabkan kematian bakteri.

7. Patogenesis DM menyebabkan periodontitis


Diabetes dikarakteristikan dengan kondisi hiperglikemia karena defisiensi sekresi insulin
(tipe 1) atau resistensi dari insulin atau keduanya (tipe 2). xerostomia relatif umum pada
diabetes tidak terkontrol tanda: pembesaran kelenjar parotid pada pasien dengan DM
tidak terkontrol karena sel acinar berkurang dan membesar, infiltrasi lemak, fibrosis,
tanpa adanya tanda infamasi
Patofisiologis:
- dehidrasi karena hiperglikemia yang menyebabkan poliuria
- neuropati dan mikroangiopati berefek pada inervasi autonom dan sirkulasi dari kelenjar
menyebabkan hipofungsi kelenjar saliva
- pada diabetes tipe 1 ditemukan infiltrasi limfotik yang mungkin menandakan kelenjar
saliva terserang proses autoimun seperti pankreas

Non Ulser (Exfoliative Cheilitis & Angular Cheilitis)


1. Patofisiologi exfoliative cheilitis dan angular cheilitis e.c anemia defisiensi besi
= Pasien anemia mengalami penurunan kadar hemoglobin dalam darah
sehingga jumlah oksigen yang diangkut pada mukosa oral juga tidak memadai.
Defisiensi besi menyebabkan atropi mukosa oral karena zat besi penting untuk
fungsi pertumbuhan epitel oral. Defisiensi besi mempengaruhi turnover sel epitel
jadi lebih cepat sehingga mukosa mengalami atropi atau imatur yang
menyebabkan bibir kering, sensasi terbakar hingga disfungsi pengecapan.
Faktor internal seperti kecemasan yang menghasilkan kebiasaan buruk seperti
menjilat dan mengelupasi lapisan bibir yang kering memperburuk kondisi
exfoliative cheilitis dan angular cheilitis.
2. Patofisiologi exfoliative cheilitis e.c stress dan kecemasan
● HPA Axis:
Stress akan diproses di limbik dan menyebabkan perubahan neurokimia.
Hipotalamus akan merespon stress dengan mensekresi corticotrophine releasing
hormone yang kemudian akan memicu sekresi ACTH oleh pituitari anterior.
Hasilnya adalah sekresi kortisol, yang merupakan mediator immunosupressan
dan antiinflamasi, oleh korteks adrenal.
Pada waktu yang bersamaan
● SAM Axis (symphatetic adreno medullary axis)
Aktivasi SAM Axis akan memicu sekresi norepinephrine dari medulla adrenal.
● Norepinephrine memicu peningkatan IL1 dan IL2 → produksi IFN gamma
(cytokine inflammatory) → peningkatan EGF dan TNGF → proliferasi
keratinosit & reaksi autoimun → Ekspresi EGF → Exfoliative cheilitis
● Kortisol dan Norepinephrine → merupakan hormon stress yang paling banyak
tersekresi dan menyebabkan gangguan Th1 dan Th2.
● Kortikosteroid menurunkan EGF.
3. Klasifikasi Smoker’s Melanosis
● Dummet Oral Pigmentation Index (DOPI)

Skor Keterangan

0 Tidak ada pigmentasi (gingiva berwarna pink)

1 Pigmentasi klinis ringan (berwarna coklat muda)

2 Pigmentasi klinis sedang (berwarna coklat, campuran


coklat-pink)

3 Pigmentasi klinis berat (berwarna coklat gelap, hitam)

● Derajat Pigmentasi Hedin

Derajat 1 Pigmentasi tingkat rendah pada


sentral satu atau dua papilla
interdental soliter.

Derajat 2 Berada di papilla antara gigi caninus


dan gigi incisivus terdekat
Derajat 3 Daerah berpigmen menjadi pita
kontinyu pendek

Derajat 4 Daerah berpigmen mejadi satu pita


kontinyu yang panjang

● Melanin Pigmentation Index

Skor Keterangan

0 Tidak ada pigmentasi (gingiva berwarna pink)

1 Unit pigmentasi soliter pada papillary gingival tanpa


perluasan antara unit soliter yang berdekatan

2 Formasi pita kontinyu yang panjang dari unit soliter lain

● Gingival Pigmentation Index

Skor Keterangan

0 Tidak ada pigmentasi

1 Terdapat spots coklat hingga kehitaman

2 Terdapat patches berwarna coklat hingga hitam, tidak


difuse

3 Pigmentasi difus berwarna coklat hingga hitam, marginal,


attached
4. Karakteristik Lesi
● Lokasi : Letak anatomis lesi tersebut
● Warna : Warna lesi berdasarkan pemeriksaan inspeksi
(putih/merah/abu-abu/biru)
● Bentuk : Bentuk lesi (reguler : bulat/oval atau irreguler)
● Ukuran : Dideskripsikan berdasarkan diameter lesi (... x…)
● Konsistensi : Konsistensi lesi didapatkan berdasarkan pemeriksaan palpasi
(keras/lunak)
● Batas/margin : tegas atau difus
● Jumlah : Lesi dapat berjumlah satu (soliter) atau multiple
● Tekstur : mengilap/halus/kasar

5. Lesi Primer dan Lesi Sekunder


Lesi Primer
Makula, patch, papul, plak, nodul, tumor, weal/urtika, vesikel, bula, pustula, abses, kista,
purpura (petekie dan ekimosis), dan hematoma.
Lesi Sekunder
Erosi, ulser, sinus, fistula, dan scar.

Anda mungkin juga menyukai