Disusun oleh :
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di tengah arus globalisasi yang semakin meningkat, masyarakat kita menjadi semakin
terhubung dan terpapar dengan keberagaman agama, budaya, dan pandangan dunia. Dalam
konteks ini, isu pluralisme menjadi semakin relevan dan mendesak untuk dipahami dengan lebih
mendalam. Pluralisme, dalam konteks agama, mengacu pada pengakuan dan penghormatan
terhadap keberagaman keyakinan dan praktik keagamaan.
Dalam Islam, Al-Qur'an dianggap sebagai sumber utama ajaran dan panduan, yang
memberikan landasan untuk memahami bagaimana umat Islam memandang keberagaman dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan umat beragama lainnya. Namun, konsep pluralisme
dalam Al-Qur'an seringkali menjadi subjek perdebatan dan interpretasi yang kompleks.
Memahami konsep pluralisme dalam Al-Qur'an bukan hanya penting bagi umat Islam,
tetapi juga penting bagi masyarakat secara keseluruhan dalam membangun hubungan yang
harmonis di tengah-tengah keberagaman. Oleh karena itu, penyelidikan yang mendalam tentang
konsep ini diperlukan untuk membimbing individu dan masyarakat dalam menghadapi
tantangan-tantangan pluralisme dalam era modern.
Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep pluralisme dalam
Al-Qur'an, menelusuri ayat-ayat dan prinsip-prinsip yang mendukung toleransi, penghargaan
terhadap perbedaan, dan kerjasama antar-umat beragama. Diharapkan bahwa pemahaman yang
lebih baik tentang konsep ini akan membuka jalan menuju pembangunan masyarakat yang lebih
inklusif, toleran, dan harmonis di era yang semakin kompleks dan terhubung ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pluralisme
Pluralisme berasal dari kata “plural” yang berarti “mengenai lebih dari satu atau banyak”1
dan berkenan dengan keanekaragaman. Sedangkan dalam bahasa Arab “ta’uddudiyyah” berasal
dari kata ta’addud yang berarti katsrah yaitu hal yang banyak atau beraneka ragam. 2
Ta’addudiyyah berarti banyak atau berbilang (lebih dari satu). Secara bahasa pluralisme berasal
dari kata pluralism berarti jama’ atau lebih dari satu. Sedangkan secara istilah, pluralisme bukan
sekedar keadaan atau fakta yang bersifat plural, jamak, atau banyak. Lebih dari itu, pluralisme
merujuk pada pandangan atau doktrin yang mengakui keberagaman atau keberagaman pendapat,
nilai, keyakinan, atau budaya sebagai sesuatu yang wajar atau positif dalam suatu masyarakat.
Pluralisme dalam Al-qur’an tidak disebutkan secara langsung dalam bentuk istilah yang
sama. Namun, ada beberapa ayat dan prinsip dalam Al-Qur’an yang mendukung toleransi,
penghargaan terhadap perbedaan, dan kerjasama antara berbagai kelompok masyarakat.
Beberapa konsep yang relevan dalam Al-Qur’an yang dapat dihubungkan dengan pluralisme dan
berikut pendapat mufassir akan kami jelaskan dalam makalah ini.
kebenaran dan kekafiran itu adalah kesesatan. Ayat ini turun mengenai seorang Ansar yang
mempunyai anak-anak yang hendak dipaksakan masuk Islam. (Maka barang siapa yang
ingkar kepada tagut), maksudnya setan atau berhala, dipakai untuk tunggal dan jamak (dan
dia beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpul tali yang
teguh kuat) ikatan tali yang kokoh (yang tidak akan putus-putus dan Allah Maha
Mendengar) akan segala ucapan (Maha Mengetahui) segala perbuatan.3
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
3
Tafsir jalalalain surat al baqarah ayat 256,pondok ngaji online.
4
Tafsir muyassar al baqarah ayat 256,Tasirweb.
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang
ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.5
ٰٓيَاُّيَه ا الَّناُس ِاَّنا َخ َلْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذَك ٍر َّو ُاْنٰثى َو َجَعْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤإِى َل ِلَتَعاَر ُفْو ۚا ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِعْنَد الّٰلِه َاْتٰق ىُك ْۗم ِاَّن
ّٰل ِل ِب
ال َه َع ْيٌم َخ ْيٌر
Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha teliti.
Asbabun nuzul:
Dalam ayat ke 13 asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh Abu Dawud mengenai turunnya
ayat ini yaitu tentang peristiwa yang terjadi pada seseorang sahabat yang bernama Abu
Hindin yang biasa berhidmat kepada Nabi Muhammad untuk mengeluarkan darah kotor
dari kepaanya dengan bekam, yang bentuknya seperti tanduk. Rasulullah memerintahkan
kabilah Bayadah agar menikahlan abu hindin dengan seorang perempuan kalangan
mereka. mereka bertanya apakah patut kami menikahkan gadis-gadis kami dengan
seorang budak-budak?”, maka Allah menurunkan ayat ini agar tidak mencemooh
seseorang karena memandang rendah kedudukannya. Dari asbabun nuzul yang telah
disebutkan menjelaskan bahwa setiap ayat memiliki sebab yang berbeda walaupun tidak
semua ayat memiliki asbabun nuzul tetapi ketiga ayat tersebut telah memberikan
keterangan bahwa pendidikan karakter telah diterangkan sejak zaman Nabi Muhammad
SAW.6
5
Tafsir ibnu katsir surat al baqarah ayat 256
6
Abababun nuzul tafsir al qur’an al hujurat ayat 13,21 juni 2024.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT berfirman seraya memberitahukan kepada manusia bahwa Dia telah
menciptakan mereka dari satu jiwa dan darinya Allah menciptakan istrinya, yaitu nabi
Adam dan Hawa, kemudian Dia menjadikan mereka berbangsa-bangsa. Dan bangsa itu
lebih umum daripada suku. Setelah suku terdapat tingkatan-tingkatan seperti “Fasha’il”,
“‘Asya’ir”, “‘Ama’ir”, “Afkhad”, dan lainnya. Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
“Asy-Syu'ub adalah suku-suku non-Arab. Sedangkan yang dimaksud dengan kabilah-
kabilah adalah untuk bangsa Arab, sebagaimana Bani Israil disebut “Al-Asbath”. Semua
manusia jika ditinjau dari unsur kejadiannya yaitu tanah liat sampai dengan nabi Adam
dan Hawa itu sama saja. Sesungguhnya perbedaan keutamaan di antara mereka karena
perkara agama, yaitu ketaatannya kepada Allah SWT dan RasulNya SAW. Oleh karena
itu setelah melarang menggunjing dan menghina orang lain, Allah SWT berfirman
mengingatkan mereka, bahwa mereka adalah manusia yang mempunyai martabat yang
sama: (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal) yaitu agar mereka saling mengenal di antara mereka,
masing-masing dinisbatkan kepada kabilahnya. Mujahid berkata tentang firmanNya:
(supaya kamu saling kenal-mengenal) Sebagaimana disebutkan Fulan bin Fulan dari
kabilah ini atau bangsa ini.
Firman Allah SWT: (Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa) yaitu sesungguhnya kalian berbeda-beda
dalam keutamaan di sisi Allah hanyalah dengan ketakwaan, bukan karena keturunan.
Telah disebutkan banyak hadits tentang itu dari Rasulullah SAW.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk dan harta kalian, tetapi Dia
memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian”
Tafsir Al – Mukhtasar
Wahai manusia! Sesungguhnya Aku menciptakan kalian dari satu laki-laki, yaitu
bapak kalian Adam, dan satu wanita, yaitu ibu kalian Hawa, jadi nasab kalian itu satu,
maka janganlah sebagian dari kalian menghina nasab sebagian yang lain. Dan kemudian
Kami menjadikan kalian suku-suku yang banyak dan bangsa-bangsa yang menyebar agar
sebagian dari kalian mengenal sebagian yang lain, bukan untuk saling merasa lebih
tinggi, karena kedudukan yang tinggi itu hanya didapat dengan ketakwaan.
Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa di antara kalian, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala kondisi kalian,
Maha Mengenal kelebihan dan kekurangan kalian, tidak ada sesuatu pun dari hal itu yang
luput dari-Nya.
ُقْو ُلْٓو ا ٰاَم َّنا ِبالّٰلِه َو َم ٓا ُاْنِز َل ِاَلْيَنا َو َم ٓا ُاْنِز َل ِآٰلى ِاْبٰر هَٖم َو ِاٰمْسِعْيَل َو ِاْس ٰح َق َو َيْع ُقْو َب َو اَاْلْسَباِط َو َم ٓا ُاْو َيِت ُمْو ٰس ى
َو ِعْيٰس ى َو َم ٓا ُاْو َيِت الَّنِبُّيْو َن ِم ْن َّر ِهِّبْۚم اَل ُنَفِّرُق َبَنْي َاَح ٍد ِّم ْنُه ْۖم َو ْحَنُن َلهٗ ُمْس ِلُمْو َن
Artinya : Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan
anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.”
Pendapat mufassir:
Tafsir Ibnu Katsir: Allah SWT memberi petunjuk kepada hamba-hambaNya yang
mukmin untuk beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada mereka melalui
RasulNya, nabi Muhammad SAW secara terperinci, dan beriman kepada apa yang telah
diturunkan kepada para nabi yang datang sebelumnya secara umum. dan itu adalah nash
atas semua rasul dan nash paling indah mengenai para nabi. Maka janganlah
membedakan antara satu rasul dengan rasul lainnya, melainkan harus beriman kepada
mereka. Mereka tidak boleh menjadi seperti orang-orang yang disebutkan oleh Allah
dalam firmanNya: (Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-
Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-
Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari
sebagian (yang lain),” serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir) (150)
merekalah porang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang
kafir itu azab yang menghinakan (151)) (Surat An-Nisa: 150-151).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: Ahli Kitab membaca Taurat dalam bahasa
Ibrani dan menjelaskannya dalam bahasa Arab kepada umat Islam. Maka Rasulullah
SAW bersabda: "Janganlah kalian mempercayai ahli Kitab dan janganlah kalian
mendustakan mereka. Katakanlah: kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami sert kepada apa yang diturunkan kepada kalian."
Tafsir kemenag: Bimbingan Allah kepada nabi Muhammad dan pengikutnya yang
disebut pada ayat 135 dilanjutkan pula pada ayat ini. Katakanlah, wahai orang-orang
yang beriman, kepada orang-orang yahudi dan nasrani itu, kami beriman kepada Allah
yang mahasempurna dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, baik berupa Al-
Qur'an maupun tuntunan lain yang disampaikan oleh nabi Muhammad. Dan demikian
pula kami percaya kepada apa, yakni wah yu, yang diturunkan kepada nabi ibrahim, nabi
ismail, nabi ishak, nabi yakub, dan anak cucunya. Dan demikian juga kami percaya
kepada apa yang diberikan kepada nabi musa dan nabi isa, baik berupa kitab suci maupun
ajaran dalam bentuk lain, serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi lain yang
bersumber dari tuhan mereka. Kami tidak membeda-beda kan seorang pun di antara
mereka, sehingga kami percaya kepada semuanya. Dan dalam per soalan ini kami
berserah diri kepada-Nya. Maka jika mereka yang mengajakmu mengikuti agama mereka
itu telah beriman persis sebagaimana yang kamu imani, sehingga mereka menjadi pengi
kutmu, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk yang benar. Akan tetapi, jika mereka
berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan denganmu, maka Allah
mencukup kan engkau, wahai nabi Muhammad terhadap mereka dengan pertolongan dan
janji-Nya yang pasti ditepati. Dan dia maha mendengar perkataan musuh-Musuhmu,
maha mengetahui apa saja yang ada dalam hati mereka.
KESIMPULAN
Melalui penelusuran konsep pluralisme dalam Al-Qur'an, kita dapat menemukan dasar-
dasar yang kokoh untuk membangun pemahaman yang inklusif dan toleran terhadap perbedaan
dalam masyarakat. Meskipun kata "pluralisme" tidak secara langsung disebutkan dalam teks Al-
Qur'an, prinsip-prinsip yang mendorong toleransi, dialog, dan penghargaan terhadap
keberagaman dapat diidentifikasi melalui ayat-ayat dan prinsip-prinsip yang terkandung di
dalamnya.