Anda di halaman 1dari 13

Nama : Akmal Rizkia Fadhil

NPM : 4343340022022348
Kelas : Manajemen D
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi
Dosen Pengampu : Dr. Ester Manik

Bab II
Teori Permintaan dan Penawaran

Halaman 58 - 74
2.4 Keseimbangan Permintaan dan Penawaran (Keseimbangan Pasar –
Cateris Paribus)
Dalam hukum permintaan konsumen bertindak rasional, yaitu hanya akan
meningkatkan pembeliannya bila harga turun dan menurunkan pembeliannya bila
harga naik, sementara itu pada hukum penawaran produsen atau penjual yang
bertindak rasional, yaitu harga akan memperbanyak penjualannya bila harga naik
dan menurunkan penjualannya bila harga turun.
Tarik menarik antara dua keinginan itu akan mencapai pada suatu
kesepakatan harga di mana penjual bersedia melepas sejumlah barang dengan
harga tertentu yang bersedia dibayar oleh konsumen. Kesepakatan harga inilah
yang dinamakan keseimbangan permintaan dan penawaran keseimbangan
permintaan dan penawaran atau terkadang disebut juga keseimbangan harga
atau keseimbangan pasar (pada periode tertentu). Keseimbangan harga atas
kuantitas barang yang ditawarkan dan yang diminta ini terjadi karena proses
hukum permintaan dan penawaran (hukum
ekonomi). Dalam grafik akan dapat dilihat sebagai
berikut :

Besarnya penawaran menyebabkan harga cenderung turun sampai pada di


mana produsen tidak merasa rugi. Akan tetapi karena jumlah permintaan lebih
banyak dari jumlah yang disediakan produsen maka harga akan cenderung naik.
Naiknya harga akan menyebabkan permintaan kembali turun. Kondisi
keseimbangan inilah yang disebut sebagai kondisi Pareto optimum (Pareto adalah
ekonom yang menjelaskan kondisi keseimbangan yang disebabkan oleh tarik
menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran sehubungan dengan tingkat
harga pada pasar persaingan murni, di mana Qd=Qs). Meskipun kondisi Pareto
ini jarang sekali terjadi pada kondisi pasar riil, akan tetapi analisa ini bermanfaat
untuk mengetahui seberapa besar sebenaranya kelebihan atau kekurangan
tingkat harga realistis, efisiensi dan inefesiensi
pasar.
Keseimbangan lain sebagai akibat
perubahan bukan harga adalah sebagai berikut :

Contoh matematis:
Secara matematis bila diketahui fungsi permintaan dan penawaran masing-
masing adalah sebagai berikut:

Berdasarkan kedua fungsi tersebut, besarnya angka keseimbangan dari


harga dan kuantitas keseimbangan adalah sebagai berikut:
Qd = Qs
10 – P = -5 + 2P
3P = 15
P=5
Qd = 10 – 5 = 5
Qs = -5 + 2(5) = -5 + 10 = 5
Tips: Menentukan Fungsi Permintaan dan Penawaran
Fungsi Linier
Fungsi permintaan atau penawaran yang paling banyak digunakan dalam
pembahasan teoritis adalah fungsi permintaan atau penawaran linier sehingga
model dari fungsinya pun dapat dibentuk dengan menggunakan persamaan linier
matematika sebagai berikut:
, Bila misalkan x adalah kuantitas barang (Qd untuk perrmintaan dan Qs untuk
penawaran), y adalah harga (setara dengan P), maka:
Fungsi Permintaan diperoleh dengan cara:

Fungsi Penawaran diperoleh dengan cara:

Fungsi Kuadrat
Permintaan dan Penawaran yang fungsinya berbentuk persamaan kuadrat adalah
fungsi permintaan di mana hokum ekonomi berlaku dalam satu periode pasar.
Secara matematis fungsi kuadrat untuk masing-masing permintaan dan
penawaran adalah sebagai berikut:
Bila sejajar dengan sumbu/garis harga maka:

Bila sejajar dengan sumbu/garis kuantitas maka:

2.5 Surplus Konsumen dan Surplus Produsen


Sehubungan dengan kemampuan membeli berdasarkan daya belinya,
konsumen dibagi dalam tiga kelompok
ekonomi yaitu:
1. Kelompok konsumen Supermarginal, yaitu konsumen yang kemampuan
belinya di atas rata-rata harga pasar. Konsumen ini adalah sejenis individu
exclusive yang menganggap bahwa pembeli adalah salah satu bagian dari
“pamer” kekayaan.
2. Kelompok konsumen marginal, yaitu konsumen yang kemampuan belinya
sama dengan harga pasar (harga keseimbangan pasar). Kelompok ini
adalah konsumen yang paling rasional. Konsumen ini biasanya
membelanjakan uangnya di pasar-pasar yang produknya sudah di
“bandrol/label”
3. Kelompok konsumen Submarginal, yaitu konsumen yang kemampuan
belinya di bawah harga pasar (di bawah harga keseimbangan pasar).
Konsumen ini adalah konsumen yang paling banyak dan yang paling
realistis. Setiap konsumen mengingkan harga yang lebih murah dari
prefensinya, tujuannya jelas yaitu agar ia bisa mendapatkan kelebihan
pembelian atau kelebihan uang.

Sedangkan kelompok produsen sehubungan dengna kemampuan


menjualnya dibagi dalam 3 kelompok juga yaitu;
1. Kelompok penjual Supermarginal, yaitu penjual yang berani menjual
produknnya di bawah harga pasar. Produsen ini menggunakan konsep
dan falsafah produksi dalam pemasaran.
2. Kelompok penjual Marginal, yaitu produsen yang mampu menjual
produknya sama dengan harga pasar (harga keseimbangan pasar).
3. Kelompok penjual Submarginal, yaitu kelompok yang hanya menjual
produknnya di atas harga pasar.

Analisis surplus baik pada konsumen maupun produsen sebenarnya


hanya ditujukan untuk kelompok konsumen dan produsen yang Submarginal
dan Supermarginal. Konsumen akan mendapatkan surplus bila prefrensi harga
yang diperkirakannya lebih tinggi dari harga keseimbangan pasar.Sedangkan
produsen akan mendapatkan surplus penjualan bila harga jual produknya lebih
rendah dari harga yang mampu dibeli oleh konsumen dalam kondisi
keseimbangan pasar. Berikut ilustrasi gambar:
Surplus Konsumen dan Produsen (Kurva Linier) :
Surplus Konsumen dan Produsen (Kurva Non Linier) :

2.6 Permintaan, Mode, Gengsi, dan Pamer


Pada kenyataannya “kemauan” membeli produk bukan ditentukan oleh
pendapatan melainkan oleh daya Tarik dan daya dorong orang lain baik langsung
maupun tak langsung. Para ekonom dalam kajiannya membagi dua kelompok
permintaan konsumen sehubungan dengna perilaku konsumsinya yaitu:
1. Kelompok permintaan fungsional, yaitu kelompok konsumen yang
meminta barang karena fungsinya (barang memiliki daya guna).
2. Kelompok permintaan non
fungsional (permintaan ini sering
disebut juga sebagai permintaan tak
rasional) yaitu permintaan yang
bersifat tak direncanakan (implusif,
spekulatif, dan permintaan yang
mempengaruhi efek daya guna
barang.
Permintaan fungsional atau permintaan yang dikondisikan rasional merupakan
pernyataan positif. Sedangkan permintaan non fungsional (hubungan normatif)
yang dipengaruhi oleh mode, gengsi, dan pamer.
2.6.1 Efek Mode (Ikut Arus) pada permintaan
Efek ikut mode/ikut arus menyatakan bahwa permintaan konsumen tidak
hanya dipengaruhi oleh harga akan tetapi juga dorongan konsumen seecara tidak
langsung. Permintaan konsumen individual mengikuti konsumen kebanyakan
sudah lazim adanya, karena semakin banyak permintaan atas suatu barang
menunjukkan bahwa barang yang dibeli tersebut langka, akan menjadi mahal
harganya di masa yang akan datang, baik mutunya ataupun karena sedang mode.
Efek mode ini umumnya berlaku untuk tingkat harga yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dan juga tidak berlaku untuk semua jenis barang.

Efek Mode (ikut arus) pada permintaan:

2.6.2 Efek Gengsi (Snob Effect) pada permintaan


Berlawanan dengan efek mode, efek gengsi justru akan mengurangi
pembelian bila harga barang turun. Dalam hal ini konsumen menganggap bahwa
barang yang sampai pada harga tertentu jumlah pembelinya relative sangat
banyak, akan menjadi barang yang “murahan” sehingga setiap orang bisa
memilikinya. Naiknya harga barang tersebut justru menaikan gengsi
pemaikaiannya sebagai orang yang exclusive dan kaya.
Dari sisi teoritis, produk yang bila harganya dinaikan justru tidak
mengntungkan digolongkan sebagai produk yang dapat elastisitasnya “Elastis”,
sehingga kurva permintaannya cenderung landau, akan tetapi bila efek gengsi itu
bekerja, maka kurva permintaannya menjadi cenderung berbentuk inelastis.
Efek Gengsi (Snob Effect) pada permintaan:
2.6.3 Efek Pamer (Veblen Effect) pada permintaan
Thorstein Veblen adalah nama ekonom yang memperkenalkan teori
konsumsi budaya. Dalam teorinya ia menjelaskan bahwa seseorang melakukan
konsumsi adalah untuk mendapatkan status dari lingkungannya, sehingga setiap
memiliki kesempatan konsumen akan selalu meningkatkan konsumsinya, tujuan
utamanya adalah untuk “pamer” (conspicuous consumption).
Secara teoritis dalam melakukan konsumsi, setiap individu sebisa mungkin
ingin diketahui nilai konsumsinya oleh orang lain, sehingga kepuasan individu dalam
mengkonsumsi bukan terletak pada objek konsumsinya melainkan bila orang lain
menjadi iri atau terkagum-kagum dengan pola konsumsinya. Oleh karena itu individu
ini dalam membelanjakan uangnya tidak memandang seberapa besar harga yang
melekat pada barang asalkan untuk di “pamerkan” untuk menaikan status “gengsi”
maka ia akan membelinya (meningkatan pembelian). Efek Veblen inilah yang sering
dimanfaatkan oleh balai lelang dalam rangka menaikan harga jual barang lelangan).
Efek Pamer (Veblen Effect) pada permintaan:
Pembentukan Harga pada pasar Monopoli
Secara praktis besarnya harga yang dikenakan pada suatu barang/ unit
adalah dengan menentukan nilai harga pokoknya kemudian ditambahkan sejumlah
% keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan. Metode ini untuk kondisi tertentu
relatif tidak konsisten, karena sebenarnya harga juga terbentuk karena keinginan
pasar meskipun dalam kasus monopoli, perusahaan dominan mutlak dalam
menentukan harga (price maker).
Oleh karenanya harga awal yang terbentuk di pasar haruslah berdasarkan
keseimbangan antara determinasi harga terhadap permintaan dan determinasi
penawaran terhadap harga.

Kurva pembentukan harga jual oleh produsen:


Hal 93-102
C. APLIKASI TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN
1.2. APLIKASI DALAM BIDANG PERTANIAN
Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang
paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat.
Sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian
yang merupkan penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya. Sejtor
pertanian diantaranya mencangkup :
- Subsektor perkebunan
- Subsektor perikanan
- Subsektor peternakan
Hasil-hasil dari sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan
lama, sangat dibutuhkan tapi permintaannya bersifat tidak elastis.dalam
jangka panjang konsumsi produk dari sektor pertanian bertambah secara
alami. Untuk hal ini dasar teorinya telah dikemukakan oleh ENGEL yang
mengisyaratkan bahwa : apabila pendapatan masyarakat bertambah besar
dari sebelumnya, maka konsumsi barang primer relatif akan semakin
menurun.
Karena diketahui komoditas pertanian tergolong sebagai komoditas
konsumsi primer maka dalam jangka panjang permintaan atas produk
tersebut relatif tetap jumlahnya namun menurun dalam proporsinya,
permintaan produk pertanian ini tidak peka terhadap harga, akan tetapi
harga relatif peka terhadap permintaan, dari sisi pandang hukum
permintan, permintaan komoditas pertanian tidak bersifat siap jadi (instan)
sebagaimana halnya produk manufaktur, penawaran relatif tidsk merespon
perubahan harga. Pertambahan produksi hanya bisa dilakukan dengan
cara memperluas lahan produksi (ektensifikasi), penemuan teknologi
pertanian baru yang dapat meningkatkan produktivitas lahan secara
intensif.
Gambar ini akan mempermudah penjelasan diatas :
Dalam jangka panjang teknologi pertanian berkembang pesat atas
produk pertanian relatif lambat sehingga hasil pertanian relatif akan
semakin banyak, dan ini menyebabkan harganya akan turun.

1.2. APLIKASI DALAM BIDANG INDUSTRI


Barang industri adalah barang yang dihasilkan dari proses pengolahan
dengan menggunakan teknoloi yang bertujuan menambah kegunaan dari
barang tersebut. Industri adalah kumpulan dari semua perusahaan yang
menghasilkan barang yang sama. Golongan dalam bidang industri :
- Industri pengolahan (manufacture)
- Industri pariwisata
- Industri hiburan
- Industri pendidikan, dll
Barang industri pengolahan digolongkan sebagai barang sekunder.
Menurut ENGEL dan teori pemenuhan kebutuhan dari MASLOW bahwa
semakin tinggi pendapatan seseorang maka konsumsi primernya akan
semakin mengecil, sementara konsumsi sekundernya akan semakin
meningkat. Sedangkan penawarannya bersifat inelastis.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :

Dalam jangka panjang karena kemajuan teknologi dan tingkat


pendapatan menyebabkan hasil produksi semakin banyak sehingga
menyebabkan penawarannnya bertambah.

1.3. APLIKASI DALAM BIDANG INFORMATIKA


Bidang informatika adalah bidang baru yang dibahas dalam ilmu
ekonomi mikro. Hal ini perlu dibahas karena beberapa alasan diantaranya :
- Bidang informatika terutama data dan informasi dewasa ini telah
menjadi komoditas bisnis yang sangat dibutuhkan oleh individu atau
perusahaan.
- Bidang informatika telah dijadikan industri jasa tersendiri yang
perkembangan dan polanya sangat cepat dibandingkan dengan industri
induknya yaitu industri manufacture.
Secara umum bidang informatika hanyalah bidang berhubungan
dengan data dan informasi, termasuk teknologi informasinya yaitu
komputer perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software),
manajemen dan manusia (operator) dan komunikasi. Seiring dengan
semakin berkembang dan kompleksnya perekonomianberkembang pesat
pula bidang informatika yaitu keperluan data dan informasi yang sangat
berguna dalam penentuan kebijakan (pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan) dan prediksi masa depan perusahaan.
Data adalah gambaran sebenarnya (fakta) dari suatu objek yang
dinyatakan dalam bentuk angka atau lainnya yang bisa dibaca atau
dimengerti oleh manusia atau mesin pintar. Sedangkan informasi adalah
data yang diproses sesuai kebutuhan individu atau kelompok. Secara teori
data dan informasi yang dibutuhkan oleh individu atau perusahaan akan
bersufat primer. Dengan demikian analisa kebutuhan data dan informasi
bersifat jangka pendek. Oleh karena kebutuhan data berasal dari pemakai
bukan penjual. Dengan demikian dari sisi penawaran tingkat elastisitasnya
bersifat tidak elastis sempurna. Sedangkan dari sisi permintaan
elastisitasnya bersifat inelastis, artinya perubahan harga yang begitu besar
akan diikuti oleh penurunan permintaan yang relatif kecil.
Contoh kurva

Ketika jumlah pemakainya semakin bertambah banyak dan produknya


semakin dibutuhkan, harga jualnya semakin tinggi bila dibandingkan
dengan awal-awal perkembangannya yang ditawarkan gratis (download
gratis)

1.4. PENSTABILAN HARGA KOMODITAS PERTANIAN


Komoditas pertanian bersifat khas, yaitu disatu sisi sangat dibutuhkan
akan tetapi disisi lain permintaannya bersifat tidak elastis (harga tidak
berpengaruh besar terhadap permintaan).
Agar dalam pasar terjadi keseimbangan, maka pemerintah perlu ikut
campur tangan dalam hal penentuan harga dan produksi komoditas
pertanian tersebut. Beberapa hal yang bisa dan biasa dilakuakn oleh
pemerintah adalah :
1. Membatasi produksi
Pemerintah menentukan batas tertinggi atau terendah dari
produksi yang dilakukan oleh para produsen. Apabilapemerintah
menganggap bahwa harga-harga terlalu rendah karena jumlah
produksi terlalu banyak maka pemerintah akan membuat aturan
menurunkan jumlah produksi agar harga kembali stabil.
Sebaliknya bila harga terlalu tinggi karena jumlah produksi
sedikit maka pemerintah akan memerintahkan produksi yang
lebih banyak agar harga kembali stabil.
2. Melakukan operasi pasar
Operasi pasar adalah kegiatan pemerintah untuk menstabilkan
harga komoditas pertanian dengan cara : melakukan pembelian
kelebihan komoditas pertanian bila jumlah produksinya
melimpah, menjual komoditas cadangannya apabila produksi
mengalami paceklik. Pemeintah perlu campur tanghan dalam
hal ini agar tingkat harga tidak berada pada titikyang disatu
pihak merugikan konsumen karena terlalu tinggi yang
disebabkan langkanya barang di pasar, dipihak lain untuk
melindungi produsen karena harga terlalu rendah yang
disebabkan barang terlalu banyak beredar di pasar.
Perhatikan gambar berikut:

3. Kebijakan harga minimum dan maksimum


Kebijakan operasi pasar tidaklah menguntungkan pada
produsen maupun konsumen komoditas pertanian, melainkan
hanya untuk menghindarkan keruguan.
Curva :

Agar para produsen bisa mengalami keuntungan maka


biasanya pemerintah melakukan kebijakan intervensi pasar
dalam bentuk penetapan harga terendah dan harga tertinggi.
Kebijakan harga minimum (floor price) yaitu kebijakan harga
terendah bagi suatu komoditas yang dijual produsen. Harga
terendah yang ditentukan oleh pemerintah biasanya adalah
harga yang pada tingkat tertentu produsen telah mengalami
keuntungan, atau harga lebih tinggi dari pada harga
keseimbangan pasar. Sedangkan dalam rangka membantu
konsumen pemerintah melakukan kebijakan harga maksimum
(ceilling price). Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah agar
produsen tidak bisa semena-mena menaikan harga jual
komoditasnya meskipun jumlah produksinya sedikit. Kebijakan
harga tertinggi biasanya ditetapkan oleh pemerintah pada
tingkat dimana produsen sudah mendapatkan keuntungan atas
penjualan/unitnya secara ekonomi. harga tertinggi biasanya
berada di bawah harga keseimbangan pasar.

Anda mungkin juga menyukai