Anda di halaman 1dari 4

5 Amalan Sunah Sebelum dan Sesudah

Salat Id di Lapangan
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Berdasarkan kriteria hisab hakiki
wujudul hilal, hari Senin, 2 Mei 2022 bertepatan dengan tanggal 1 Syawal
1443 H. Artinya, umat Islam pada hari tersebut dilarang berpuasa, wajib
berbuka dan disunahkan melaksanakan Salat Id. Selain itu, ada beberapa
amalan-amalan yang disunahkan sebelum dan sesudah menunaikan Salat
Id di lapangan terbuka, di antaranya:

1. Sebelum berangkat salat ‘Idul Fitri dituntunkan untuk makan terlebih


dahulu agar tidak mengira bahwa hari tersebut masih puasa, sedangkan
salat ‘Idul Adha dituntunkan untuk tidak makan terlebih dahulu.
Disunahkan agar sesuatu yang dimakan setelah salat ‘Idul Adha adalah
daging kurban.

Berdasarkan hadis riwayat Buraidah: “Dari Buraidah berkata: “Nabi saw tidak
berangkat pagi pada hari raya idul fitri kecuali makan terlebih dahulu, dan tidak makan pada hari idul
adha kecuali setelah pulang, kemudian makan hasil penyembelihannnya.” (HR. Ahmad).
2. Mengenakan pakian yang terbaik—tidak harus yang mahal dan baru, dan
disunahkan memakai wangi-wangian yang tidak berlebihan.

Berdasarkan hadis riwayat Ja’far bin Muhammad dari ayahnya: “Bahawasannya


Nabi saw memakai pakaian terbagus setiap kali hari raya.” (HR. Ahmad). Selain itu
berdasarkan hadis: Dari Hasan bin Ali, ia berkata: “Rasulullah memerintah kami memakai
pakaian yang terbagus dalam dua hari raya, memberi wewangian pada pakaian yang kami pakai dan
menyembelih binatang yang paling berharga (mahal).” (HR. Hakim).
3. Berangkat ke tanah lapang membawa sejadah masing-masing dengan
berjalan kaki sambil membaca takbir dan pada waktu kembali mengambil
jalan berbeda dari jalan yang dilalui waktu berangkat. Mengambil jalan
yang berbeda, tentunya akan bertemu dengan orang yang berbeda pula.
Sehingga semakin banyak kebahagiaan, keceriaan yang dapat disebarkan
dengan sapa, salam, senyuman, dan silaturrahim.

Berdasarkan hadis riwayat Ibnu ‘Umar: “Dari Ibnu Umar, bahwasanya Nabi saw keluar
dari masjid, beliau bertakbir hingga sampai ke mushala—yaitu tanah lapang yang biasa digunakan
salat id.” (HR. Hakim). Selain itu berdasarkan hadis: “Dari Abu Hurairah, dia berkata:
Bahwa Nabi saw, apabila keluar untuk salat dua hari raya, maka beliau pulang melewati jalan yang
berbeda dari jalan sebelumnya.” (HR. Hakim).
4. Hendaklah seluruh umat Islam, baik laki-laki, perempuan maupun anak-
anak, bahkan perempuan yang sedang haidh, mendatangi tempat salat di
tanah lapang. Hanya saja, perempuan yang sedang haidh hendaknya
memisahkan diri dari tempat salat dan tidak turut melakukan salat.

Berdasarkan hadis riwayat Ummu ‘Athiyyah: “Dari Umi athiyah berkata: Kami
diperintahkan mengajak orang yang sedang haid dan orangorang tua menghadiri dua salat id. Lalu
mereka menyaksikan jamaah umat Islam dan ajakan mereka. Sedangkan orang yang haid dipisahkan
dari tempat salat. Seorang wanita bertanya: Wahai Rasulullah, salah satu kami tidak punya jilbab?
Nabi menjawab: Hendaklah temannya memberikan jilbab untuknya.” (HR. Bukhari).
5. Menebar kebahagiaan, tidak boleh ada umat Islam yang kekurangan dan
kelaparan. Makanya ada ketentuan zakat fitrah agar semua bisa
merasakan kebahagiaan di hari itu.

Berdasarkan hadis: “Sungguh Setiap kaum mempunyai hari raya sendiri , dan hari ini adalah
hari raya kita.’’ (HR. Bukhari).
Tata Cara Salat Idul Fitri di Lapangan
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Muhammadiyah telah menetapkan 1
Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin, 2 Mei 2022 M. Dalam kondisi normal,
Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui edaran No 01/EDR/I.0/E/2022
membolehkan salat Idul Fitri dilaksanakan di lapangan kecil atau tempat terbuka
di sekitar tempat tinggal dalam jumlah jemaah yang tidak membawa kerumunan
besar. Berikut tata cara salat Idul Fitri di lapangan terbuka:

1. Jika tidak ada halangan, salat Id sebaiknya di lapangan. Berdasarkan hadis


riwayat Abu Sa’id al Hudriy: “Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan
adha ke al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat.
Setelah selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk
bersaf, lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila
beliau hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka
langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).

2. Salat Idul Fitri dikerjakan tanpa seruan adzan dan iqamat; Berdasarkan hadis
riwayat Jabir bin ‘Abdullah: “Tidak ada adzan ketika (salat) Idul Fitri dan juga idul
adha. Lalu setelah sesaat aku tanyakan masalah itu. Dia memberitahuku bahwa
Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata bahwasanya tidak ada adzan untuk salat
idul fitri ketika imam datang dan tidak pula ada iqamah, tidak ada seruan apapun
dan waktu itu tidak ajakan dan tidak pula iqamah.” (HR. Bukhari).

3. Tidak disyariatkan salat sunah, baik sebelum maupun sesudah salat Idul Fitri.
Berdasarkan Hadis riwayat Ibnu Abbas: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw
salat dua rekaat pada hari raya idul fitri. Beliau tidak salat sebelumnya dan tidak
pula setelahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita bersama Bilal, lalu
memerintah mereka bersedekah.” (HR. Bukhari).

4. Hendaklah dipasang sutrah (pembatas) di depan imam salat. Berdasarkan


hadis riwayat Nafi’ dari Ibnu ‘Umar: “Bahwa Rasulullah saw apabila keluar pada
hari ‘Id, beliau memerintahkan untuk meletakkan tombak di depannya, kemudian
beliau salat dan orangorang berada di belakangnya, dan ia melakukan hal
tersebut dalam safar (salat shafar).” (HR. Bukhari).

5. Salat Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan sebanyak 2 rakaat, dengan cara
bertakbir tujuh (7) kali pada rakaat pertama dan lima (5) kali takbir pada rakaat
kedua. Dan tidak ada bacaanbacaan tertentu yang dituntunkan Nabi saw di sela-
sela takbir-takbir tersebut. Berdasarkan hadis riwayat Katsiir bin ‘Abdillah:
“Bahwa Nabi saw pada salat dua hari raya bertakbir tujuh kali untuk rekaat
pertama sebelum membaca (al-fatihah) dan bertakbir lima kali pada rekaat kedua
juga sebelum membacanya.” (HR. Tirmidzi).

6. Imam salat disunnahlan membaca surat al-A’la pada rakaat pertama dan al-
Ghasyiyah pada rakaat kedua atau Qaf wal Quranil Majid (surat Qaf) pada rakaat
pertama dan Iqtarabatis Saa’ah (al-Qamar) pada rakaat kedua. Berdasarkan hadis
riwayat Ibnu ‘Abbas: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw pada salat dua hari
raya membaca Sabbihisma Rabbiukal A’la dan Hal Ataku Hadisul Ghasyiyah.” (HR.
Ibnu Majah).

7. Sesudah mengerjakan salat, dilanjutkan dengan penyampaian khutbah ‘Id, yang


berisikan nasihat dan anjuran berbuat baik, dimulai dengan alhamdulillah.
Berdasarkan hadis riwayat Abu Sa’id al Khudriy: “Dari Abu Sa’id al-Hudriyi
berkata: Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan adha ke al-Mushala
(tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat. Setelah selesai beliau
berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf, lalu beliau
memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak
berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung
memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).

*Kaifiyat Salat Id di atas dikutip dari buku Tuntunan Shalat-shalat Tathawwu’


yang disusun Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah D.I
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai