HAP UTS Nanji Bahrul Jawad
HAP UTS Nanji Bahrul Jawad
Dok. :
STIH DHARMA NASKAH Revisi :
ANDIGHA
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER Verifikasi Ka
TAHUN AKADEMIK 2023/2024 Prodi:
Petunjuk Ujian:
1. Tulis nama lengkap dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) secara lengkap dan di
tandatangani pada kolom diatas;
2. Baca secara teliti dan cermati KASUS POSISI sebelum memberikan jawaban;
3. Jawaban dikirim paling lambat tanggal 29 Mei 2023 melalui email iitrahmatin.
air@gmail.com dengan menuliskan nama file diawali sesuai contoh : HAP UTS
Nama siswa
__________________________________________________
Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan Jelas
1. Jelaskan perbedaan kompetensi absolut dan kompetensi relative dalam mengadili
perkara pidana” ? sebutkan dasar hukumnya!
2. Apa yang dimaksud dengan pembuktian? Apa perbedaan alat bukti dan barang
bukti dalam perkara pidana? Pihak manakah yang dibebani beban pembuktian?
Jelaskan dan sebutkan dasar hukumnya?
Ia pun menjelaskan peran dari tiga pelaku yang masih berstatus sebagai
pelajar di sebuah SMK swasta di Bogor itu.
Ia juga pemilik senjata tajam jenis pedang yang dipakai untuk melukai AS
hingga meninggal dunia.
"Untuk yang melakukan, di bagian depan itu inisial MA, dia pemilik
kendaraan ini, dia yang membawa alatnya, bersama dengan dua
temannya melakukan tindak pidana tersebut, pemilik senjata tajam," ujar
Kombes Bismo.
"Yang masih buron, ASR alias T, dia residivis kasus jambret di Bogor
Tengah," kata Kombes Bismo.
Ia pun menerangkan, ASR baru saja keluar dari tahanan pada tahun ini
atas kasus jambret.
Kini polisi telah menangkap dua pelaku dan satu orang dewasa yang
menyembunyikan pelaku saat melarikan diri.
Pertanyaan :
Berdasarkan bunyi Pasal 183 KUHAP tersebut, dapat diketahui bahwa sistem pe
mbuktian yang dianut dalam KUHAP adalah sistem pembuktian menurut undan
g- undang secara negataif (negatief wettelijk bewijstheorie).
Barang bukti bukanlah alat bukti, tetapi barang bukti dapat menjadi sumber dari al
at bukti.
Pembuktian di dalam sebuah hukum pidana merupakan suatu yang sangat penting dan utama.
Dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, dinyatakan tidak seorangpun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila pengadilan,
karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seorang
yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas
dirinya.
Terdapat perbedaan pembuktian di dalam perkara pidana yang berbeda dengan pembuktian
dalam perkara perdata. Hal ini disebabkan karena pembuktian perkara pidana adalah tujuan
untuk mencari kebenaran material, yaitu kebenaran sejati atau sesungguhnya.
Hakim dalam mencari kebenaran formal cukup membuktikan dengan preponderance of
evidence, sedangkan hakim pidana dalam mencari kebenaran material, maka peristiwanya harus
terbukti.
Alat-alat bukti merupakan alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu tindak pidana, dimana
alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan
bagi hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa.
Menurut Pasal 184 KUHAP, alat-alat bukti yang sah adalah:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Di dalam hukum acara pidana mempunyai tujuan untuk mencari dan mendekati kebenaran
materiil merupakan kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari
pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum.
Pasal 39 ayat (1) KUHAP, terdapat 2 jenis barang bukti, yaitu:
1. Benda berwujud, yang berupa:
a. Benda yang digunakan dalam melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya
b. Benda yang dipakai menghalang-halangi penyidikan
c. Benda yang dibuat khusus atau diperuntukkan melakukan tindak pidana
d. Benda-benda lainnya yang mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan
berlakunya tindak pidana
2. Benda tidak berwujud berupa tagihan yang diduga berasal dari tindak pidana.
Benda material atau objek dan lain-lainnya yang tidak terkait atau objek dan lai
n-lainnya yang tidak terkait atau tidak ada hubungannya dengan tindak pidana,
dan bukan merupakan barang bukti.
2. Mencari dan menemukan kebenaran materill atass perkara sidang yang dit
angani
3. Setelah barang bukti menjadi penunjang alat bukti yang sah, maka barang
bukti tersebut dapat menguatkan keyakinan hakim atas kesalahan yang didakw
akan Jaksa Penuntut Umum
Fungsi barang bukti dapat menunjang alat bukti, sehingga menyebabkan keabs
ahan barang bukti yang turut menentukan keabsahan alat bukti. Berkenaan de
ngan tahapan untuk mendapatkan barang bukti yang menurut KUHAP dalam ta
hap penyitaan, ditentukan agar penyitaan bertanggungjawab atas keselamatan
dan keamanan barang bukti.
Jawaban.
A. Dari ketentuan asas legalitas pada Pasal 1 ayat (1) KUHP, ditur
unkan ketentuan lain yang mengatur bahwa seseorang baru di
anggap bersalah melakukan suatu tindak pidana hanya melalui su
atu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum t
etap15. Asas ini dikenal sebagai asas praduga tak bersalah atau
asas presumption of innocence,yang dirumuskan di dalam Pasal 8
UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.3Sejalan
dengan ketentuan tersebut di atas, dalam Pasal 6 ayat (1) UU
No. 4 Tahun 2004 ditegaskan bahwa seseorang tidak dapat
dikenai pidana tanpa adanya kesalahan ditangkap, ditahan, dit
untut dan/atau dihadapkan di depan pengadilan, wajib dian
ggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan, yang meny
atakan kesalahannya dan asas actusnonfacitreum nisi mens sit rea. A
sas ini merupakan prinsip dasar untuk menentukan adanya kesalahan
(schuld) dan pertanggungjawaban pidana. Selain itu, dalam Pasal
6 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 ditegaskan bahwa putusan y
ang berisi pemidanaan oleh pengadilan hanya boleh dijatuhka
n berdasarkan bukti-bukti yang sah menurut undang-undang,
yang menimbulkan keyakinan bahwa seorang terdakwa dapa
t bertanggung jawab dan bersalah atas perbuatan yang didakwakan
padanya. Kedua asas tersebut merupakan dasar perlindungan HA
M bagi seorang tersangka dan terdakwa dari tindakan sewenang-wen
ang penyidik, penuntut umum maupun hakim yang mengadili perkara
nya.4Hak-hak konstitusional dari tersangka atau terdakwa yang
meliputi hak untuk tidak menjawab atas pertanyaan pejabat bers
angkutan dalam proses peradilan pidana dan hak untuk didamp
ingi atau dihadirkan penasihat hukum sejak dari proses penyidik
an hingga dalam semua tingkat proses peradilan,merupakan aturan
yang bersifat universal di hampir semua negara yangberdasarkan
hukum. Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum pada
dasarnya sangat menghormati Komitmennya terhadapHukum Acara
Pidana,yaitu di dalam pasal 56 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981 tentan
g Hukum Acara Pidana yang lebih dikenal dengan istilah KUHAP. Unt
uk mengantisipasi hal ini sebenarnya dalam Kitab Undang-Un
dang Hukum Acara Pidana telah diatur mengenai Bantuan Huku
m, khususnya bagi tersangka/terdakwa yang diancam dengan
pidana penjara di atas 5 tahun. Dalam Pasal 56 KUHAP
B. Berkaitan dengan penanggugan penahanan terhadap seorang dengan sta
tus tersangka atau terdakwa diatur dalam Pasal 31 ayat (1) KUHAP ya
ng berbunyi:
Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum
atau hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat mengada
kan penanguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang, atau jami
nan orang, berdasarkan syarat yang ditentukan.
Ada dua jenis jaminan yang disebutkan pada pasal tersebut yaitu jaminan u
ang dan jaminan orang.