Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis memperoleh data pengkajian pasien bernama An.R , ibu pasien dan
rekam medik. Pada tahun 2020 pasien sebelumnya mengalami peningkatan kadar
kreatinin dan kadar ureum dalam darah, kemudian pasien mengalami penurunan
kesadaran dan dibawa ke RS.Saiful Anwar. Setelah menjalani penanganan medis pasien
harus dilakukan cuci darah karena peningkatan ureum. Dari tindakan medis pasien
dilakukan operasi pemasangan Central Venous Catheter (CVC) untuk terapi pengganti
ginjal dengan hemodialisis. Pada proses hemodialisis pasien menggunakan Central
Venous Catheter (CVC) Doble lumen femoralis. Setelah menjalani perawatan hemodialisis
perkembangan kesehatan pasien membaik dan pasien rutin menjalani cuci darah 2x/
minggu. Setelah menjalani cuci darah sebanyak 9x di RSSA akses CVC Doble lumen
pasien terdapat kendala macet, kemudian dari pihak RSSA melakukan pelepasan akses
CVC doble lumen yang ada di femoralis. Kemudian perawatan diganti menggunakan
pengobatan tanpa menjalani hemodialisis.
Pada tanggal 29 November 2023 pasien datang lagi ke RSSA karena kambuh
lagi dengan keluhan mual, muntah dan hasil laborat kreatinin tinggi. Kemudian dari pihak
RS menganjurkan pasien dilakukan tindakan terapi pengganti ginjal CAPD, namun pasien
dan keluarga menolak dengan alasan tempat tinggal atau rumah kurang hygiene dengan
adanya pemeliharaan hewan. Pasien menghendaki terapi pengganti ginjal dengan
hemodialisis. Sehingga dilakukan tindakan CVC doble lumen di femoralis namun gagal.
Pada tanggal 30 november 2023 pasien dilakukan operasi CVC doble lumen di leher dan
berhasil. Pasien rutin menjalani hemodialisis 2x/minggu setiap hari selasa & jum’at pagi di
ruang Malahayati.
Pada tanggal 8 maret 2024 pukul 07.00 WIB, dilakukan pengkajian di ruang HD
Malahayati, kondisi pasien dalam keadaan kesadaran GCS 4-5-6 (Composmentis), TTV
pasien yaitu TD108/60, Nadi 84x/mnt, Suhu 36.5 C, RR 20x/mnt, terpasang alat CVC
doble lumen ( sekitar 3 bulan ). Sebelum menjalani HD pasien mengeluh nyeri pada kaki,
pasien datang dengan menggunakan kursi roda yang dbantu oleh orang tuanya (Ibu).
Pada saat pengumpulan data terdiri dari data pre HD, intra HD dan post HD yaitu:

1. Pre HD
Pada saat pengkajian pre HD penulis menemukan data bahwa An. R
mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan bila untuk menapak dan bergerak berpindah

70
tempat. Diperkuat dengan data objektif terkadang wajah menyeriangai kesakitan bila unutk
menapak dan bergerak untuk berpindah tempat, TD:108/60 mmHg, Nadi : 90x/mnt, RR:
20x/mnt, Suhu: 36.5 C, GCS: 4-5-6, pasien sering terbangun, kaki sebelah kanan yang
mengalami nyeri terbalut dengan tensokrep sehingga penulis mengangkat diagnosa nyeri
akut dengan kriteria hasil tingkat nyeri menurun dengan intervensi manajemen nyeri.
Implementasi sudah disesuaikan dengan intervensi. Pada saat implementasi penulis
menemukan kesulitan dalam mengimplementasikan intervensi keperawatan. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 5 jam masalah keperawatan nyeri akut teratasi
sebagian dikarenakan pada saat evaluasi bersamaan dengan post HD pasien mengatakan
nyeri berkurang .
Selain itu pasien juga mengatakan hasil laboratorium kreatinin tinggi. Hasil
kreatinin : 4.07 mg/dL, ureum: 68.1 mg/dL, MAP: 84, BAK menggunakan pampers dan
dibantu menggunakan cateter ± 100 cc, sehingga penulis mengangkat diagnosa resiko
perfusi renal tidak efektif dengan intervensi keperawatan pencegahan syok. Pada saat
implementasi penulis tidak menemukan kesulitan dalam mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 jam masalah keperawatan
resiko perfusi renal tidak efektif tidak menjadi aktual dikarenakan pada saat evaluasi
bersamaan dengan post HD perfusi renal meningkat sehingga kriteria hasil sudah
tercapai.

2. Intra HD
Saat pengkajian intra HD An. R mengatakan cuci darah menggunakan heparin.
Diperkuat dengan data objektif terpasang heparin saat cuci darah berlangsung, heparin
2.5 cc/jam= 500 unit, membrane mukosa lembab, turgorkulit elastis, HB: 9.40 g/dL, TD:
111/67 mmHg, Nadi: 92x/menit, RR: 22x/mnt, Suhu: 36.5 C sehingga penulis
mengangkat diagnosa resiko perdarahan dengan kriteria hasil tingkat perdarahan
menurun, dengan intervensi pencegahan perdarahan. Implementasi sudah disesuaikan
dengan intervensi, pada saat implementasi penulis tidak menemukan kesulitan dalam
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 5 jam masalah keperawatan resiko perdarahan tidak menjadi aktual dikarenakan
pada saat evaluasi bersamaan dengan post HD tidak ada tanda perdarahan.

3. Post HD

Pada saat melakukan pengkajian post HD An. R mengatakan nyeri pada doble

71
lumen berkurang. Dibuktikan dengan data objektif kemerahan pada area doble lumen,
leukosit: 8.85 10³/ µL, TD: 114/69 mmHg, Nadi: 96x/mnt, RR: 24x/mnt, Suhu: 36.5 C
sehingga penulis mengangkat diagnosa risiko infeksi, dengan kriteria hasil tingkat infeksi
menurun, dan rencana intervensi pencegahan infeksi. Pada saat implementasi penulis
tidak menemukan kesulitan dalam mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 jam masalah keperawatan resiko infeksi
tidak menjadi aktual dikarenakan pada saat evaluasi bersamaan dengan post HD tidak
ada tanda infeksi.
Selain itu pasien mengatakan badan lemas dan mudah capek. Dibuktikan
dengan data objektif keadaan umum lemah. TD: 114/69 mmHg, Nadi: 96x/mnt, RR:
24x/mnt, Suhu: 36.5 C sehingga penulis mengangkat diagnose intoleransi aktivitas,
dengan kriteria hasil toleransi aktivitas meningkat, dan rencana intervensi manajemen
energi. Pada saat implementasi penulis tidak menemukan kesulitan dalam
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 5 jam masalah keperawatan intoleransi aktivitas tercapai sebagian dikarenakan
pada saat evaluasi bersamaan dengan post HD pasien mengatakan badan lemas dan
mudah capek, sedikit sesak bila untuk bergreak berpindah tempat dan membutuhkan
bantuan dari ibunya.
Setelah cuci darah selesai pasien mengatakan tidak BAK, pitting edema
ekstremitas 1+, TD: 114/69 mmHg, Nadi: 96x/mnt, RR: 24x/mnt, Suhu: 36.5 C sehingga
penulis mengangkat diagnosa risiko ketidakseimbangan cairan, dengan kriteria hasil
keseimbangan cairan meningkat, dan rencana intervensi manajemen cairan. Pada saat
implementasi penulis menemukan kesulitan dalam mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 jam masalah keperawatan
resiko ketidakseimbangan cairan tercapai sebagian karena pada saat evaluasi bersamaan
dengan post HD pasien tidak BAK setelah cuci darah selesai dan masih ada pitting edema
1+.

72

Anda mungkin juga menyukai