Anda di halaman 1dari 7

Tipe Kepemimpinan Kebapakan (Paternalistic Leadership) dan Ahli (Expert

Leadership)

A. Tipe Kepemimpinan Kebapakan (Paternalistic Leadership)


1. Definisi
Salah satu teori kepemimpinan dalam scope spektrum yang luas itu
adalah kepemimpinan paternalistik. Untuk mendefinisikan kepemimpinan
tak cukup dengan teori semata melainkan pemahaman yang komprehensif
antara hubungan atasan dan bawahan serta kebudayaan setempat.
Kepemimpinan paternalistik diambil dari praksis budaya paternal. Budaya
paternal diambil dari ilmu psikologis yang memiliki asumsi bahwa seorang
bapak memiliki keterlibatan dalam kepengasuhan anak.
Jika ditarik pada budaya kepemimpinan maka paternalistik merupakan
penggabungan antara budaya disiplin dan otoritas yang kuat dengan
kebijakan seorang bapak atau ayah. Dalam hal ini bapak menjadi posisi
pemimpin yang mengasuh anak-anaknya. Sementara pengikut dan
bawahannya mendapatkan manfaat atas kepatuhan yang mereka lakukan.
Paternalisme merupakan jenis dominasi tradisional yang paling dasar.
Pemimpin pada sistem paternalistik juga memberikan dukungan,
perlindungan yang penuh serta perhatian kepada bawahannya.
Gaya kepemimpinan paternalistik merupakan penggabungan antara
gaya kepemimpinan demokrasi dan diktator/otoriter. Konsepsinya sedikit
paradoksal karena di sisi otoriter juga berselimutkan demokratis.
Otoritarianisme cenderung pada otoritas pemimpin sementara kebajikan
sifat kebapakan mengacu pada sikap perhatian personal kepada bawahan.
Kepemimpinan ini masih sering ditemui dan lazim digunakan dalam dunia
bisnis seperti di wilayah Timur Tengah, Asia Pasifik, dan Amerika Latin.
Lebih lanjut, menurut Rahayu dkk (2022) paternalistik berarti
kebapakan, maka tipe kepemimpinan ini merupakan tipe kepemimpinan
yang perannya diwarnai oleh sikap kebapakan, dalam arti bersifat
melindungi, mengayomi dan menolong anggota organisasi yang
dipimpinnya. Pemimpin menjadi tempat bertumpu bagi para bawahannya
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Pemimpin yang memiliki

1
tipe ini akan selalu berusaha melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
bawahan atau pengikutnya. Kepemimpinan paternalistik lebih cenderung
mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi seorang
pemimpin. Namun tipe ini hanya bisa diterapkan dalam organisasi tertentu
dengan kondisi tertentu pula, sebab dalam tipe atau gaya kepemimpinan
paternalistik ini terdapat kelemahan, yakni akan menghambat kepercayaan
diri sendiri pemimpin tersebut serta anggota atau bawahannya.

2. Karakteristik
Menurut Aufa dkk (2023) tipe kepemimpinan ini memiliki peran yang
diwarnai oleh sikap kebapakan, maksudnya adalah memiliki sikap
melindungi, mengayomi, dan menolong anggota organisasi yang
dipimpinnya. Disini pemimpin menjadi tempat pijakan bagi para
anggotanya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
Tipe kepemimpinan ini banyak terjadi pada masyarakat agraris-
tradisional. Menurut Rahayu dkk (2022) Popularitas seorang pemimpin ini
banyak dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
a) Kuatnya ikatan primordial
b) Extended family system
c) Kehidupan masyarakat yang komunalistik
d) Peran adat istiadat yang sangat kuat dalam masyarakat
e) Hubungan pribadi dan rasa hormat yang tinggi pada orang tua.

Sementara itu, menurut Syahriyah (2023) kepemimpinan paternalistik


memiliki tiga indikator yaitu otokratis, kebajikan, dan moral. Berikut akan
dijelaskan secara rinci:
a) Kepemimpinan Otokratis
Dalam poin ini, pemimpin memiliki kekuasaan dan kontrol penuh atas
bawahannya. Implementasi aspek otokratis dalam kepemimpinan
paternalistik tidak berusaha untuk mereduksi nilai-nilai demokrasi
justru membangunnya. Pemimpin menjadi sosok mediator dalam
sebuah pertikaian. Sebelum hukuman diputuskan, maka pemimpin
akan mendudukkan permasalahan dan kemudian mencari solusi secara

2
musyawarah mufakat. Dimensi dalam model ini melibatkan
kewibawaan pemimpin. Di mana wibawa itu muncul dari kharismatik
seorang pemimpin.
b) Kepemimpinan Kebajikan.
Dalam aspek kebajikan, pemimpin mendahulukan kepentingan umum
dibandingkan kepentingan pribadi. Seorang pemimpin dituntut
memiliki sikap lemah lembut dan keprihatinan terhadap bawahan.
c) Kepemimpinan Moral
Kepemimpinan paternalistik pada aspek ini berusaha memberikan
teladan dan contoh yang baik bagi bawahannya.

3. Kelebihan
Kepemimpinan jenis ini memang memiliki kelebihan yang pada
dasarnya kehendak pemimpin itu harus tetap berlaku dengan cara-cara yang
demokratis. Kepemimpinan paternalistik sangat menjunjung tinggi nilai
budaya dan moralitas. Sifat kebapakan yang telah menjadi esensi dari
kepemimpinan paternalistik terwujud dengan sikap melindungi,
mengayomi, dan senantiasa menolong anggota yang dipimpin layaknya
seorang anak. Berakar pada ajaran konfusianisme, pemimpin paternalistik
dianggap sebagai sosok ayah yang memiliki moral, baik hati, namun juga
ada sisi otoriter. Moralitas di sini menunjukkan kebajikan personal, disiplin
serta tidak egois. Kepemimpinan ini memerlukan keteladanan untuk
menunjukkan kebajikan personal.
Menurut Syahriyah (2023) kelebihan dari tipe kempemimpinan
kebapakan (paternalistic) adalah sebagai berikut:
a) Senantiasa mengayomi dan menaungi bawahannya. Karena pemimpin
menganggap dirinya sebagai ayah yang mengasuh anak-anaknya
sehingga harus membela anak-anaknya dalam kesukaran.
b) Konsekuensi merasa menjadi sosok bapak yang notabene kepala
keluarga maka bawahan dianggap sebagai bagian dari keluarga besar
yang wajib mendapatkan bimbingan.

3
c) Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin begitu akrab dan
berlaku komunikasi dua arah.
d) Bawahan dapat menyampaikan keluhan ataupun kesulitan yang
dihadapi, baik dalam hal pekerjaan maupun kehidupan sehari-harinya.
e) Pemimpin senantiasa memberikan bantuan kepada bawahan, baik
material maupun spiritual.
f) Bawahan merasakan adanya keamanan dan ketenangan dalam
menjalankan pekerjaan karena memiliki pelindung.
g) Pemimpin yang paternalis tidak egois, melainkan memiliki moral dan
akhlak yang mulia.
h) Pemimpin paternalis mengabdikan diri untuk kepentingan umum di
atas kepentingan pribadi.
i) Memiliki sifat adil dan bijaksana, jujur, dan senantiasa menjadi
teladan atau role model bagi bawahannya.

4. Kekurangan
Menurut Syahriyah (2023) kepemimpinan ini dinilai negatif oleh
literatur manajemen Barat yang mengkonsepkan kepemimpina paternalisitik
sebagai kediktatoran yang baik hati dan bentuk diskriminasi yang
terselubung dan berbahaya. Hal ini berimplikasi pada fokus kepemimpinan
paternalistik pada negara-negara non-Barat yang kemunculannya
dipengaruhi oleh Konfusianisme, terutama China. Adapun kekurangan dari
tipe kepemimpinan ini akan dirincikan sebagai berikut:
a) Bawahan tidak kreatif dan inisiatif karena minim kesempatan.
b) Keputusan yang diambil tidak berdasar musyawarah mufakat karena
merasa dirinya paling benar.
c) Imajinasi dan kreativitas pengikutnya rendah karena minim
pengembangan dan kesempatan.

4
B. Tipe Kepemimpinan Ahli (Expert Leadership)
1. Definisi
Menurut Rahayu dkk (2022) tipe dan gaya kepemimpinan ini
didasarkan pada keahlian atau keterampilan tertentu yang dimiliki oleh
seorang pemimpin sesuai dengan bidang tugas yang dijalankan. Dalam
konteks ini, pemimpin harus memiliki profesionalisme yang diperoleh baik
dari jenjang pendidikan tertentu maupun dari pengalaman pribadi seorang
pemimpin. Keahlian tersebut dalam realitasnya dapat digunakan dalam
membimbing dan mengarahkan orang lain dalam melaksanakan pekerjaan
serta memecahkan masalah-masalah. Pada tipe ni, pemimimpin dipilih
seseorang yang memiliki kreativitas serta kemampuan atau profesionalitas
suatu bidang, melaksanakan kepemimpinan dalam lingkungan organisasi
yang bergerak di bidang tersebut.

2. Karakteristik
Menurut Aufa dkk (2023) tipe dan gaya kepemimpinan ini
dilandaskan pada keahlian atau keterampilan tertentu yang dimiliki oleh
seorang pemimpin sesuai dengan bidang tugas yang dijalankan. Keahlian
tersebut dalam kenyataannya dapat digunakan untuk membimbing dan
mengarahkan orang lain dalam melaksanakan pekerjaan serta memecahkan
masalah- masalah

3. Kelebihan
Menurut Zuhri dkk (2021) kelebihan dari tipe kepemimpinan ahli
adalah keahlian atau profesionalisme dapat diperoleh seseorang melalui
bangku sekolah (pendidikan formal) atau pengalaman kerja atau
berorganisasi. Dengan memiliki keahlian atau profesional di bidangnya itu,
berarti pemimpin memiliki kelebihan untuk membimbing orang-orang yang
dipimpinnya melalui proses kerja sama yang efektif dan efisien. Semakin
tinggi profesionalisme pemimpin, semakin mampu memikul dan
mewujudkan tanggung jawab.

5
4. Kekurangan
Menurut Muktamar dkk (2023) kepemimpinan ahli (expert),
didasarkan pada keahlian khusus atau kemampuan yang dimiliki oleh
pemimpin dalam bidang pekerjaan yang sedang dilakukan. Tipe
kepemimpinan ini mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam
memandu dan memotivasi anggota organisasi. Dari penjelasan di atas, dapat
diketahui bahwa kekurangan dari tipe kepemimpinan ahli adalah sangat
bergantung pada keahlian pemimpin. Pemimpin dalam situasi apapun
dituntut untuk harus memiliki keahlian yang diperoleh dari pengalaman
pribadi dan jenjang pendidikan tertentu. Dalam kehidupan nyata,
kemampuan ini dapat digunakan untuk membantu orang lain melakukan
tugas dan memecahkan masalah

6
DAFTAR PUSTAKA

Aufa, N. D. N., Aisyah, & Lestari, D. (2023). Relevansi Pelatihan Kepemimpinan


Dalam Organisasi Pendidikan. Jurnal Riset Pendidikan Dan Bahasa, 2(3), 171.

Muktamar, A., Tri, & Ahmad. (2023). Pengambilan Keputusan Dalam Kepemimpinan.
Journal Of International Multidisciplinary Research, 1(2), 1141–1158.

Rahayu, S., Kurniati, I., Suryani, I., Wahidin, D., & Muchtar, H. S. (2022). Hakikat
Kepemimpinan dan Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan. Eduprof : Islamic
Education Journal, 4(2), 187–198. https://iaibbc.e-journal.id/xx/article/view/141

Syahriyah, U. U. (2023). Gaya Kepemimpinan Religio Paternalistik. Jurnal Studi


Kemahasiswaaan, 3(2), 175–189. https://doi.org/10.54437/irsyaduna.v3i2.1089

Zuhri, S., Saputra, A., Tria, H., & Anwar, D. (2021). Karakteristik Kepemimpinan
Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(2), 126–137.
https://doi.org/10.32699/paramurobi.v4i2.2167

Anda mungkin juga menyukai