Anda di halaman 1dari 14

Kasus Pelanggaran Kode Etik

Untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Kode Etik


Dosen Pengampuh: Zara Azalia, M.Psi. PSikolog

Siti Alicia Zahirah


NIM. 2030901152

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
ANALISA KASUS PELANGGARAN KODE ETIK BERDASARKAN PRINSIP
UMUM, AL-QUR’AN, DAN HADIST

Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Psikologi:


“Eksperimen Psikologi: David Reimer”

Sumber: id.yestherapyhelp, (2023), Eksperimen paling kejam dalam sejarah


Psikologi: David Reimer, https://id.yestherapyhelps.com dan kumparan, (2021),
Kisah Tragis Bruce Reimer, Dipaksa Menjadi Perempuan demi Percobaan,
https://kumparan.com/.

A. PENJELASAN KASUS
David Reimer (DR) atau Brian Reimer (Nama kecil) merupakan anak laki-laki
yang lahir pada tahun 1965. DR memiliki saudara kembar bernama Bruce (B),
mereka dilahirkan sehat secra fidik dan mental, namun saat meginjak usia tujuh bulan
mereka mengalami kesulitan dalam buang air kecil. Melihat kondisi anaknya tersebut
orang tua B dan DR membawa mereka ke dokter dan disarankan untuk menyunat B
dan DR. Tetapi, sialnya DR mengalami kegagalan saat operasi, dokter yang harusnya
menggukan pisau malah menggunakan jarum pembakar. Alat tersebut mengalami
kerusakan sehingga membakar kelami DR dan beberapa hari kemudian kelamin DR
lepas dari tempatnya. Mengalami hal tersebut orang tua mereka membawa B dan DR
pulang ke rumah dan pada akhirnya penyakit yang di derita B sembuh dengan
sendirinya.

Melihat kondisi anaknya tersebut ibu dari DR tidak sengaja menonton siaran
televisi seorang dokter bernama John Money (JM), ia merupakan seorang psikolog
sekaligus sekssolog. Kemudian ibu DR menulis surat kepada JM dan hanya berselang
satu minggu ibu DR mendapat balasan dari JM untuk menemuinya.

Rasa tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melakukan penelitian dan


eksperimen, JM menyarankan untuk melakukan operasi konstruksi penggantian
kelamin DR menjadi perempuan. Mendengar penjelasan singkat JM orang tua DR
menyetujui keputusan JM. Bukan hanya melakukan operasi trasplatasi vagina, DR
juga diberikan hormon esterogen agar payudaranya dapat tumbuh serta nama DR
diganti menjadi Brenda (BR). Meskipun pada usia 22 bulan DR harus menggunakan
alat bantu untuk buang air kecil melalui lubang di perutnya. Tetapi, dari fakta tersebut
orang tua dari DR tidak mengetahui jika JM telah menjadikan DR sebagai bahan
eksperimen untuk membuktikan bahwa yang nenentukan identitas gender seseorang
bukan faktor biologi tetapi dari pola asuh.

Ekperimen tanpa persetujuan DR, bisa dikatakan berhasil karena secara fisik
perilaku DR berubah menjadi feminim, hal ini tentu tidak berlangsung lama pada usia
2 tahun DR menolak serta merobek pakaian wanitanya, ia juga enggan untuk bermain
boneka dan memilih untuk bermain pistol mainan. Seringkali DR protes dan
mengatakan bahwa ia merupakan laki-laki kepada guru atau orang tuanya.
Mendengar perkataan anaknya tersebut orang tua DR kembali bertanya kepada JM,
apakah mereka diperbolehkan untuk memberitahu Dr terkait gender DR sebenarnya,
tentunya hal tersebut di tolak oleh JM karena penelitiannya belum selesai.

Saat DR berusia 13 tahun ia ingin mengakhiri hidupnya, namun atas


pertimbangan serta saran dai psikolog lain orangtua DR memberitahukan identitas
gender DR yang sebenarnya. Meskipun sebenarnya keputusan orang tua DR ditolak
oleh JM, DR yang mendengar pernyataan orang tuanya itu sangat merasa senang dan
ia memutuskan untuk melakukan operasi penggantian kelamin lagi menjadi laki-laki.
Setelah operasi tersebut, DR memutuskan untuk menikahi seorang janda beranak tiga.

Tetapi saat usianya 20 tahun, kebahagian itu tidak berlangsung lama DR kembali
mengalami depresi dan trauma dengan eksperimen yang dilakukan JM. Ia ingin
melakukan bunuh diri kembali karena merasa takut dan terbayang eksperimen JM
yang terus memaksannya untuk berpose telanjang dan memperlihatkannnya foto
wanita tanpa busan, dengan harapan jika DR dapat menerima dirinya sebagai
perempuan, bahkan JM juga memaksa DR untuk melaukan permainan seksual.

Tepat pada tanggal 5 Mei 2004 atau ketika DR menginjak usia 30 tahun, ia
menginggalkan surat terakhirnya untuk istri serta psikolognya. DR memutuskan
mengakhiri hidupnya, DR menembakkan sebuah senapan ke dalam mulutnya di
tempat parkir dekat rumahnya. Orang tua DR menyalahkan metode JM yang
mengakibatkan kasus bunuh diri anaknya dan mereka menuntut praktik JM yang
dianggap ilegal. Namun, hasil keputusan pengadilan mengatakan bahwa Jm divonis
tidak bersalah dan menolak adanya keterlibatan JM dalam kasus bunuh diri yang
dilakukan DR. Padahal sejumlah ahli menyatakan bahwa JM telah gagal dalam
melakukan eksperimen kepada DR sejak ia masih kecil, tetapi JM terus memaksakan
keinginannya untuk melakukan penelitiannya dan dianggap tidak bertanggung jawab
atas keselamatan serta kondisi mental DR. Bukan hanya itu, JM diangap telah
berbohong kepada orang tua DR dan publik mengenai perkembangan kasus david
terutaman pernyataan DR tentang keinginannya untuk bunuh diri.

B. ANALISA BERDASARKAN PSINSIP UMUM KODE ETIK


PSIKOLOGI, AL-QUR'AN DAN HADIST

1. PRINSIP A: Penghormatan pada Harkat Martabat Manusia

a) Pelanggaran Pasal 2 Prinsip Umum (Prinsip A) ayat (1),(2) dan (3)

Analisis Berdasarkan Prinsip Umum:

Psikolog JM dianggap tidak menghormati keputusan DR untuk merubah


identitas gendernya kembali menjadi laki-laki karena penelitiannya belum selesai.
Seharusnya, psikolog JM harus menghormati semua keputusan JM sebab sebagai
manusia DR memiliki hak individu atas dirinya sendiri dan pilihan pribadinya.
Meskipun dalam pasal 48 ayat (1) bahwa psikolog dapat mengambil langkah untuk
melindungi partisipan penelitian dari konsekuensi yang buruk seperti penarikan diri
atau pengunduran diri dari keikut sertaan. Namun, kembali lagi pada pasal 2 Prinsip
A ayat (2) bahwa psikolog harus menghormati hak-hak dan keputusan dari pribadi
seseorang. Bukannya hanya itu psikolog JM semestinya lebih berhati-hati dalam
membuat keputusan dengan mempertimbankan hak orang lain untuk tidak mudah
dalam mengambil keputusan demi kepentingan diri sendiri.

Analisis Berdasarkan Al-Qur'an:

Dalam Al-Qur’an surah Al-Nahl ayat 60 Allah menjelaskan bahwa manusia tidak
boleh memaksakan kehendak diri sendiri.

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat dan dia melarang melakukan perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”

Ayat ini mengatakan bahwa Allah memerintahkan manusia senantiasa berbuat baik
(ihsan) kepada sesama. Bukan hanya berbuat baik tetapi harus memiliki adab,
toleransi dan menghargai hak orang lain sebab segala sesuatu di dunia ini merupakan
tempat bagi manusia untuk belajar. Jadi, dari kasus tersebut tidak sepantasnya JM
memaksa DR untuk terus mengikuti eksperimennya karena DR sendiri memiliki hak
atas dirinya, dari sini kita sebagai manusia perlu belajar untuk menghargai orang lain
bukan malah memaksakan kehendak diri sendiri.

Analisis Berdasarkan Hadist:


Rasulullah sendiri telah memberikan peringatan kepada kaum muslimin untuk tidak
menganiaya orang lain walaupun orang tersebut adalah orang kafir.

Artinya: “Ingatlah! Barangsiapa berlaku aniaya terhadap seorang mu‟ahad (taat


kepada kesepakatan bersama meskipun non-muslim), menekannya atau
membebaninya dengan beban yang tidak mampu ia tanggung, atau merampas hak
mereka maka aku adalah orang yang akan meminta pertanggung jawabannya
mu‟ahad kelak di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud).

Dari hadis tersebut sudah dijelaskan walupun orang kafir sekalipun tidak boleh
menekan, membebani atau merampas hak orang lain karena kelak di hari kiamat
perbuatannya tersebut akan dipertanggung jawabkan. Jadi, walaupun seperti kasusu
JM dan DR yang notabennya adalah non-muslim, tentunya ketika di hari pembalasan
nanti JM harus mempertanggung jawabkan perbutannya terhadap DR.

2. PRINSIP B: Integritas dan Sikap Ilmiah

a) Pelanggaran Pasal 2 Ayat (1), (2), (3) dan (5)

b) Pelanggaran Pasal 48 Ayat (1)

c) Pelanggaran Pasal 50 Ayat (1)

Analisis Berdasarkan Prinsip Umum:

Melihat kesempatan dengan adanya permasalahan yang menimpa DR, Psikolog JM


berniat untuk merekayasa eksperimen yang dilakukannya demi kepentingan pribadi
serta memanipulasi tujuan eksperimennya sendiri, tentu hal ini melanggar kode etik
psikologi pasal 50 ayat (1) sebab, psikolog tidak diperkenankan untuk menipu atau
menutupi informasi yang dapat mempengaruhi pastisipan. Walaupun pada pasal 50
ayat (2) psikolog boleh melakukan pengelabuan apabila ada alasan ilmiah untuk
tujuan pendidikan atau pengembangan ilmu pengetahuan serta tidak ada cara lain
untuk melakukan penelitian. Tetapi, dalam kasus ini psikolog JM tidak memiliki
alasan yang tepat untuk melakukan pengelabuan terhadap partisipan. Padahal pada
pasal 2 prinsip B ayat (1), (2),dan (3) psikolog harus memiliki dasar dan etika ilmiah
pada pengetahuan yang diyakini serta psikolog haru selalu menjaga kejujuran,
kebenaran dalam keilmuan, pengalaman praktik psikologi. Pada pasal 2 prinsip B
ayat (5) psikolog memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan kebutuhan,
konsekuensi, dan bertanggung jawab untuk memperbaiki akibat buruk dalam
menggunakan teknik psikologi. Masalah yang berkaitan pada pasal di atas adalah JM
terlalu cepat memutuskan solusi yang harus dilakukan oleh pastisipan tanpa
mempertimbangkan dampak buruk yang akan terjadi seperti DR yang mengalami
trauma dan melakukan bunuh diri. Selain pasal pasal 2 prinsip B ayat (5), pada pasal
48 ayat (1) juga sudah dijelaskan bahwa psikolog harus melindungi pastisipan
penelitian dari konsekuensi yang tidak diinginkan.

Analisis Berdasarkan Al-Qur'an:

Surah An- Nahl ayat 105 juga telah menjelaskan jmengenai jati diri orang yang suka
menipu.

Artinya: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang


tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah pembohong.”
Dari surah ini orang yang suka berbohong merupakan orang yang tidak beriman hal
ini sama seperti perbuatan JM yang mengada-adakan kebohongannya terkait
informasi tentang eksperimennya terhadap DR dari orang tuanya.

Analisis Berdasarkan Hadist:

Terdapat sebuah Hadist yang mengatakan:

Artinya: “Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang
yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka.” (HR. Ibnu Hibban).

Dalam hadist ini, Rasullah telah menakankan bagi orang-orang yang telah menipu
dan mengelabui orang lain maka tempat kembalinya adalah ke dalam neraka.

3. PRINSIP C: Profesional

a) Pelanggaran Pasal 2 Ayat (1), (2), dan (3)

b) Pelanggaran Pasal 49 Ayat (1)

Analisis Berdasarkan Prinsip Umum:

Di awal pertemuan Psikolog JM, ia hanya memberikan penjelasan secara singkat


kepada keluarga DR. Sehingga pada saat itu, orang tua DR langsung menyetujui
eksperimen yang akan dilakukan JM. Seharusnya, sesuai dengan Kode etik psikologi
pasal 49 ayat (1) bahwa psikolog harus menjelaskan proses penelitian, yujuan
penelitian, jangka waktu penelitian, risiko serta efek yang akan ditimbulkan dari
eksperimen. Pasal ini juga menjelaskan pelayanan yang tersedia bagi pasrtisipan,
treatmen yang harus dilakukan dan menyiapkan penangaan alternative. Dalam kasus
ini JM telah mempengaruhi kesediaan subjek dalam berpartisipasi dalam
eksperimennya. Jika dikaitkan Pasal 2 Ayat (1), (2), dan (3) dengan kasus di atas
seharusnya JM sebagai psikolog memiliki kompetensi dalam melaksanakan segala
bentuk layanan psikologi, penelitian, pengajaran, pelatihan, layanan psiklogi dengan
menekan tanggung jawab, kejujuran, batasan kompetensi, objektif dan integritas.
Bukan hanya itu juga seharusnya sebagai seorang psikolog JM perlu membagun rasa
percaya kepasa partisipannya sebagai bentuk profesionalitasnya bukan malah
menghianati pastisipan tersebut. Kemudian, JM harusnya memikirkan dampak buruk
yang akan ditinggalkan akibat perbuatannya yang melanggar kode etik psikologi dan
peran kewajiban profesionalnya.

Analisis Berdasarkan Al-Qur'an:

Allah pernah berkata bahwa manusia yang beriman baik adalah orang yang berkerja
dengan baik sesuai dengan Surat Al-Bayyinah ayat 7:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang


baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”

Dari ayat di atas orang-orang yang memberikan manfaat baik orang lain, berkerja
dengan baik disebut dalam Al-Qur’an sebagai manusia yang baik dan terpuji karena
ia dapat berguna bagi siapapun. Berkaca dari ayat ini tentunya hal yang dilakuakn
oleh psikolog JM tidak lah baik maka ia bukan termasuk orang-orang yang beriman.

Analisis Berdasarkan Hadist:

Rasulullah sendiri menyuruh kaum muslim agar dapat bekerja secara profesional
sesuai dengan sebuah hadist yang berbunyi:
Artinya: “ Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila berkerja, mengerjakannya
secara profesional.” (HR. Thabrani, Baihaqi).

Hadist ini menekankan manusia agar menggunakan seluruh potensi diri untuk
menyatakan keimanannya dalam bentuk amal yang kreatif karena berkerja itu
merupakan fitrah sekaligus identitas manusia itu sendiri. jadi jika seseorang yang
berkerja secara profesional maka ia telah mencerminkan prinsip ima dan tauhidnya
sebagai muslim.

4. PRINSIP D: Keadilan

a) Pelanggaran Pasal 2 Ayat (1)

Analisis Berdasarkan Prinsip Umum:

JM secara terus-menerus melakukan eksperimen yang berbahaya kepada DR di mana


DR merasa trauma, takut dan terbanyang-bayang ketika ia melaksankan prosedur
layanan psikologi yang dilakukan JM. Namun, layanan yang diberikan JM dianggap
tidak adil karena seharusnya DR menerima layanan serta kualitas setara dengan
pasrtisipan lainnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan pada bidang ilmu
psikologi. Tentu hal ini telah melanggar kode etik psikologi Pasal 2 Prinsip D ayat (1)
bahwa psikolog harus memahami kejujuran dan ketidakberpihakan tanpa melihat latar
belakang dan karakteristik khusus partisipan, sehingga mereka harus memperoleh
layanan serta keuntungan dalam kualitas yang sama ketika adanya proses, prosedur
dan layanan yang dilakukan.

Analisis Berdasarkan Al-Qur'an:

Islam telah mengajarkan manusia untuk menjalin hubungan timbal-balik yang tidak
merugikan antar umat beragama. Hal ini sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-
Maidah ayat 8.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah, ketika menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah.
Karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah! Sungguh,
Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini Allah memerintahkan orang muslim untuk adil dalam segala hal dan tidak
memandang siapa orang tersebut. Perintah untuk adil ini pastinya harus dibarengi
oleh perbuatan baik karena orang yang berlaku adil adalah orang yang bertaqwa.

Analisis Berdasarkan Hadist:

Di Sebuah Hadist Rasulullah pernah memberikan contoh atau keteladanan bagi


manusia untuk menjaga keharmonisan dalam hidup, yang berbunyi:
Artinya: “Dari Abdullah ibn Umar radliyallahu „anhuma, dari Nabi Muhammad
berdabda: Barang siapa membunuh seseorang mu‟ahad (taat kepada kesepakatan
bersama meskipun non-muslim), maka dia tidak akan mencium bau surga.
Seseunggunya bau surga bisa tercium sedari perjalanan 40 tahun.” (HR. Bukhari).

Hasil perbuatan yang dilakukan JM terhadap DR telah menyebabkan trauma serta


depresi kepada DR, sehingga dengan masalah itu ia memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya sendiri. Secara tidak langsung JM telah membunuh DR dengan merusak
kondisi psikologisnya, walaupun sebenarnnya mereka bukanlah orang-orang muslim.
Dari hadist diatas Rasulullah telah menjelaskan baik orang muslim atau bukan jika ia
telah membunuh mau mereka tidak akan mencium bau surga.

5. PRINSIP E: Manfaat

a) Pelanggaran Pasal 2 Ayat (1) dan (2)

b) Pelanggaran Pasal 51 Ayat (1), (2) dan (4)

Analisis Berdasarkan Prinsip Umum:

Saat melakukan proses layanan psikologi JM tidak melakukan pembinaan yang baik
kepada DR, karena psikolog JM tidak pernah mempertanyakan perkembangan Dr
kepada orang tuanya karena pada saat penelitian berlangsung seharusnya JM selalu
mengontrol serta mengwasi tingkah laku DR setelah ia melakukan operasi
penggantian jenis kelamin dan dampat sosial pribasi pada DR. Serta dari pihak
psikolog JM juga tidak pernah menjelaskan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
Hal ini pastinya melanggar kode etik psikologi Pasal 51 Ayat (1) dan (2)yaitu
memberikan secara singkat kepada klien setelah pengambilan data penelitian dengan
menggunakan bahasa sederhana dan mengambil laangkah untuk menjelaskan persepsi
klien setelah terjadi hal ayng tidak diinginkan. Terakhir JM telah melakuakn
pengabaian terhadap DR, hal ini dibuktikan ketika DR melakukan tindak bunuh diri,
sebelumnya DR juga telah melakukan percobaan bunuh diri sebanyak dua kali karena
ia tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya, masalah ini jelas telah melanggar
kode etik psikologi pasal 51 ayat (4) tentang prosedur penelitian yang mencelakai
partisipan dan lengambil langkah untuk meminimalisir bahaya. Hal ini juga berkaitan
dengan pasal 2 ayat (1), (2), (3) yaitu psikolog berusaha untuk memberikan manfaat
pada kesejahteraan umat manusia, melindungi hak dan meminimalkan resiko dampak
buruk bagi pengguna layanan psikologi karena keputusan yang dibuat tersebut dapat
mempengaruhi kehidupan piahk lain.

Analisis Berdasarkan Al-Qur'an:

Sebuah ayat Al-Qur’an menjelaskan bahwa ketika kita membawa manfaat bagi orang
lain maka kita akan menderima kebaikan juga.

Artinya: “Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan


mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa
datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan
kejahatan itu hanya di beri balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka
kerjakan.

Dari ayat ini segala perbuatan baik atau buruk manusia akan dibalas setimpal oleh
Allah, jadi ketika kita mengerjakan kebaikan maka Allah akan memberikan kita
pahala yang berlipat dan jika kita mengerjakan keburukana maka kita akan dibalas
dengan ganjaran yang setimpal.
Analisis Berdasarkan Hadist:

Sebuah hadist mengatakan manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat bagi
orang lain sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:

Artinya: “Dan sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi
manusia lain.” (HR. At-Thabaraaniy).

Anda mungkin juga menyukai