Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 1

(Disusun guna untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian)


Dosen Pengampu : Yupi Yuliawati, S.Pd.,MM.

Disusun Oleh:
Nama : Alya Ghina Rosyida
NIM : 41033402211202
Kelas : A4 Manajemen

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2024
TUGAS 1 (PERTEMUAN 1)
• Baca skripsi sesuai konsentrasi!
• Tentukan fenomena atau latar belakang masalah!
• Tuliskan rumusan masalah!

Identitas Skripsi dengan konsentrasi Manajemen Keuangan yang dibaca ;


AI TIKA ROSMAH
41033402191009

Dengan judul Skripsi :


PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING

Latar belakang masalah :


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Perkembangan kegiatan investasi di pasar modal Indonesia saat ini dapat dikatakan
hampir terus berkembang ke arah positif pada setiap tahunnya. Seiring meningkatnya
kesadaran masyarakat dalam berinvestasi, kini sebagian masyarakat juga mulai menjadikan
investasi sebagai peluang di masa depan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dari segi
finansial. Meningkatnya kegiatan investasi diungkapkan oleh Kustodian Sental Efek Indonesia
(KSEI), bahwa pertumbuhan total investor di pasar modal Indonesia per 28 Desember 2022
telah meningkat sebesar 37,5% dari 7,4 juta investor di akhir tahun 2021 menjadi sebanyak
10,3 juta investor. Investasi telah telah menjadi sesuatu yang familiar bagi para pengusaha juga
masyarakat, hal tersebut didukung oleh berkembangnya teknologi digital yang dapat
mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai investasi, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan investasi yang bersifat optional dalam mencapai
aspirasi yang diinginkan.

Dalam berinvestasi terdapat banyak alternatif yang dapat dipilih masyarakat untuk
menanamkan modalnya. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan
perusahaan yang dapat dengan mudah memperoleh informasi rinci mengenai perusahaan.
Perusahaan yang terdaftar di BEI mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap pasar
modal terkait perekonomian Indonesia yang terbukti terus tumbuh ke arah positif. IDX IC
(Industrial Classification) melakukan pembagian Perusahaan yang terdaftar di BEI ke dalam
12 sektor, yaitu: Energy (Energi), Consumer Cyclicals (Barang Konsumen Primer),
Technology (Teknologi), Basic Materials (Barang Baku), Healthcare (Kesehatan),
Infrastructure (Infrastruktur), Industrials (Perindustrian), Financials (Keuangan),
Transportation & Logistics (Transportasi & Logistik), Consumer Non Cyclicals (Barang
Konsumen Non Primer), Property & Real Eatate (Properti & Real Estat) dan Listed Investment
Product (Produk Investasi Tercatat). Adapun sektor yang cukup diminati oleh investor adalah
transportasi. Kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan membuat
Transportasi memegang peranan penting terhadap perekonomian guna memastikan mobilitas
orang dan distribusi barang atau jasa berjalan dengan baik. Oleh karena itu anggaran atau
investasi yang dikerahkan untuk pembangunan sub sektor trasnportasi memiliki porsi yang
cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan data Kementrian Investasi atau Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) yang menyatakan bahwa realisasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) terbesar pada tahun 2022 adalah sektor transportasi & logistik dengan nilai
Rp75,13 triliun. Adapun sektor penerima PMDN lainnya adalah property & real estate Rp66,16
triliun, sektor energy Rp62,52 triliun, consumer non cyclicals Rp54,93 triliun, basic materials
Rp38,87 triliun, financials Rp38,09 triliun, infrastructure Rp33,84 triliun, consumer cyclicals
Rp32,1 triliun, industri Rp31,05 triliun, serta kesehatan Rp28,9 triliun. Tingginya intensitas
kebutuhan masyarakat akan moda transportasi, menyebabkan nilai perusahaan jasa transportasi
juga meningkat sehingga membutuhkan pengelolaan yang baik dalam memanajemen resiko
sebagai nilai tambah dari faktor non keuangan sehingga pemberi modal yaitu investor mampu
melihat serta mempertimbangkan suatu kondisi bahwa perusahaan dalam keadaan sehat
(Suriawinata, 2018).

Tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan keuntungan atau profit (Warren et al., 2017).
Perusahaan pun memiliki tujuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan atau memaksimalkan
kekayaan pemegang saham (stakeholder) ataupun calon pemegang saham. Memaksimalkan
kesejahteraan para pemegang saham dapat diwujudkan dengan memaksimalkan Nilai
Perusahaan. Nilai Perusahaan sendiri merupakan persepsi dari seorang investor pada tingkat
keberhasilan perusahaan. Semakin tinggi Nilai Perusahaan, semakin meyakinkan pasar
terhadap kinerja perusahaan pada saat ini dan juga prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Nilai Perusahaan juga banyak dikaitkan dengan harga saham, harga saham tinggi
menunjukan Nilai Perusahaan yang tinggi. Astiwenatu dan Handini menyatakan jika terjadinya
fluktuasi harga saham menjadikannya salah satu faktor yang mengindikasikan adanya
kesuksesan kinerja pada suatu emiten (Astiwenatu & Handini, 2020). Emiten tersebut dapat
dikatakan mempunyai kinerja atau prospek yang baik, yaitu harga yang tercermin pada
sahamnya mempunyai nilai yang tinggi. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi faktor
penting bagi investor atau calon investor untuk menentukan perusahaan mana yang akan dipilih
sebagai tempat berinvestasi. Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan rasio penilaian atau
rasio pasar. Rasio pasar ini dapat dihitung dengan menggunakan Tobin's Q, Price-to-Earnings
Rasio (PER), dan Price-to-Book Rasio (PBV) (Bringham & Houston, 2014). Tobin's Q
merupakan ukuran nilai suatu perusahaan yang dihitung dengan membandingkan nilai pasar
saham suatu perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan tersebut. Price to Earnings Ratio
(PER) merupakan rasio yang menunjukkan berapa banyak uang yang bersedia dikeluarkan oleh
investor berinvestasi untuk membayar setiap dolar dari keuntungan yang dilaporkan. Price to
Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah suatu saham diperdagangkan dalam
kondisi overvalued (di atas) atau undervalued (di bawah) nilai buku saham tersebut. Dalam
penelitian ini nilai perusahaan akan diukur dengan nilai buku (PBV). Price to Book Value
(PBV) merupakan ukuran nilai perusahaan yang umum digunakan (Azizah, 2022). Price to
Book Value (PBV) merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana suatu perusahaan dapat
menciptakan nilai perusahaan dan merupakan ukuran yang baik dibandingkan dengan jumlah
modal yang ditanamkan oleh pemegang saham. Nilai harga terhadap buku (PBV) sering kali
dapat diukur dengan membandingkan harga suatu saham dibagi dengan nilai buku per
sahamnya. Nilai suatu perusahaan tercermin dalam berbagai aspek, seperti struktur modal
perusahaan (Zamzam, 2021).

Nilai perusahaan yang merupakan interpretasi dari harga saham dan saham beredar dapat
mengalami penurunan karena rendahnya dari implementasi Good Corporate Governance untuk
memanajemen risiko intern maupun ekstern pada suatu perusahaan (Hamdani, 2016). Di tengah
banyaknya minat investor pada perusahaan sub sektor transportasi, terdapat beberapa
perusahaan yang mengalami permasalahan sehingga Nilai Perusahaannya menurun.
Diantaranya fenomena yang terjadi pada PT. Garuda Indonesia Tbk (GIAA) 2018 yang
diberitakan bahwapihak manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan dengan
melakukan praktik manajemen laba. Anggota Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Cris Kuntandi menilai laporan manajemen PT. Garuda
Indonesia Tbk yang mencatatkan transaksi 15 tahun dalam 1 tahun buku akuntansi adalah
pelaporan yang tidak wajar karena seharusnya nilai transaksi selama 15 tahun dibagi rata setiap
tahunnya selama durasi kerja sama yang disepakati. Maka, harus ada perbandingan yang
seimbang antara pendapatan (revenue) dengan beban operasi (cost) pada masing-masing tahun.
Dengan kata lain, pada tahun berikutnya PT. Garuda Indonesia Tbk tidak bisa mencatatkan
pendapatan, yang ada hanya pengeluaran saja. Risiko lainnya adalah mengganggu keuangan
negara. Apabila PT. Garuda Indonesia Tbk benar-benar mencatat laba, maka pemerintah bisa
mendapatkan dividen. Tetapi, karena pendataan sumber laba itu hanya berupa piutang, maka
pemerintah tidak mendapatkan sepeser pun dana. Kasus korupsi, penyalahgunaan jabatan
maupun window dressing seperti yang disampaikan Ketua Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) yang terjadi di PT Garuda Indonesia Tbk menyebabkan perusahaan ini
mengalami anjloknya nilai perusahaan sebesar 6,93% pada tahun 2019. Hal tersebut diduga
dipengaruhi oleh Corporate Governance yang belum baik dalam memanajemen risiko tersebut.
Meski Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk menyebut Corporate Governance membaik,
akan tetapi di sisi lain harga saham Garuda Indonesia masih saja tidak stabil dan tercatat nilai
perusahaan dengan kode emiten GIAA ini menjadi Rp 290 per lembar saham pada awal tahun
2021 atau level itu turun 40,3%.

Oleh karena itu, pengamat perusahaan BUMN mengungkapkan bahwa implementasi dari
Good Corporate Governance yang sesuai dengan peraturan BAPEPAM dinilai dapat
meningkatkan keselarasan dalam kegiatan operasional untuk pengambilan keputusan strategis
sehingga menciptakan nilai perusahaan (firm value) secara berkesinambungan melalui pola
pertumbuhan yang sehat dalam perusahaan. Tuntutan yang harus dilakukan perusahaan adalah
memiliki Corporate Governance yang dapat diukur dari kalkulasi kuantitas kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit untuk
mendorong terciptanya pasar yang efisien dan efektif sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

Mekanisme tersebut diharapkan dapat meminimalisir agency conflict yang membawa


berbagai macam risiko bagi perusahaan serta meningkatkan nilai perusahaan dengan
menerapkan fungsi pengawasan yang tepat sesuai job desk nya masing-masing dan
keseimbangan kewenangan antara direksi, komisaris, serta pemegang saham yang dirancang
sedemikian rupa dengan menerapkan prinsip- prinsip good corporate governance sehingga
mekanisme dan struktur kelembagaan perusahaan dapat berjalan sesuai dengan kepentingan
stakeholder, shareholder maupun kepentingan masyarakat luas (Orchad, 2016). Agency
conflict tersebut nantinya akan mengeluarkan biaya yang sering juga disebut sebagai agency
cost, upaya yang dapat diambil oleh perusahaan untuk mengurangi agency cost ialah
melibatkan manajemen dalam kepemilikan saham yang bertujuan untuk penyetaraan
kepentingan pemegang saham dengan peningkatan kepemilikan manajerial membantu
menyelaraskan kepentingan pihak internal dan pemegang saham serta mengarah pada
pengambilan keputusan yang lebih baik sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

Perbedaan kepentingan dalam perusahaan antara manajemen dengan tujuan utama


perusahaan dapat menimbulkan pertentangan yang akan mengakibatkan konflik keagenan
(agency conflict) dan konflik tersebut dapat diminimalisir dengan Good Corporate Governence
yang memiliki lima prinsip dasar yaitu Transparency, Accountability, Responsibility,
Indepedency, dan Fairness.

Dalam penelitian ini Good Corporate Governance (GCG) akan diukur dengan
menggunakan kepemilikan manajerial (managerial ownership). Kepemilikan Manajerial
(Kepemilikan Manajerial) adalah organisasi manajerial yang berpartisipasi aktif dalam
mengekspresikan visi perusahaan dan memberikan insentif untuk melakukannya (pemegang
saham). Kepemilikan saham oleh manajerial akan membantu kinerja manajerial dalam
memaksimalkan perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan,
di mana besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat
mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan stakeholders
(Rachman, 2016). Dalam laporan keuangan, kepemilikan manajerial ditunjukkan dengan
besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Kepemilikan manajerial
juga menjadi salah satu informasi penting bagi pengguna laporan. Kepemilikan saham oleh
manajerial akan mempengaruhi kinerja manajemen dalam mengoptimalkan perusahaan. Hal
ini akan berpengaruh positif terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini sesuai dengan
penelitian terdahulu menurut Utami et al (2020), Mutammimah (2019), dan Hasanah (2017)
demikian pula menunjukkan bahwa GCG berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.
Tetapi beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda, seperti menurut hasil penelitian
Firdaus et al (2018), Fawaid (2017) dan Novalia (2016) yang menyatakan GCG tidak
berpengaruh terhadadap nilai perusahaan.

Selain unsur-unsur tersebut, struktur modal, likuiditas, ukuran perusahaan dan


profitabilitas juga dapat berdampak terhadap nilai suatu perusahaan (Harmono, 2014). Penulis
akan membatasi penelitian ini berdasarkan kriteria di atas yang mempengaruhi nilai perusahaan
untuk mencegah kesulitan lebih lanjut dalam pengembangan penelitian. Oleh karena itu,
penulis akan menggunakan faktor Struktur Modal, tata kelola perusahaan (Corporate
Governance), dan Profitabilitas sebagai variabel dalam penelitian.

Variabel selanjutnya dalam kajian ini yang diduga atau secara teoritis memiliki hubungan
dengan Nilai Perusahaan adalah Struktur Modal. Fahmi memaparkan Struktur modal suatu
perusahaan menggambarkan hubungan antara modal sendiri (shareholders' equity), yang
berfungsi sebagai sumber pendanaan perusahaan, dan modal yang diperoleh dari kewajiban
jangka panjang (long-term liabilities) untuk memaksimumkan Nilai Perusahaan (Fahmi, 2017).
Struktur modal yang ideal akan mengoptimalkan nilai suatu perusahaan dengan cara
mengoptimalkan trade-off antara risiko dan tingkat pengembalian sehingga dapat menaikkan
harga saham perusahaan. Penentuan biaya modal dalam suatu perusahaan mungkin juga
diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional internal. Struktur modal menjadi acuan
sejumlah variabel yang akan mempengaruhi status keuangan emiten. Keputusan perusahaan
mengenai struktur modalnya juga terkait dengan kenaikan atau penurunan nilai perusahaan.
Ada dua cara bagi perusahaan untuk mengumpulkan uang (pendanaan): secara internal dan
eksternal. Laba ditahan dan penyusutan aktiva tetap merupakan contoh sumber pendanaan
internal, sedangkan utang dari kreditur merupakan contoh sumber pendanaan eksternal. Selain
itu, hubungan antara penggunaan utang dan ekuitas yang terjadi pada biaya modal
menunjukkan bahwa Struktur Modal dapat berdampak terhadap nilai industri.

Menurut Keown, jika emiten membuat asumsi mengenai nilai leverage, maka emiten
akan menghasilkan uang atau mendapat keuntungan dari penurunan tarif pajak (tax shield).
Untuk meningkatkan pendapatan dan menurunkan beban pajak yang tinggi, emiten umumnya
lebih memilih utang atau kewajiban. Sebaliknya, teori packing order berpendapat bahwa jika
situasi keuangan internal suatu emiten tidak mencukupi untuk mendukung kegiatan
operasionalnya, maka emiten akan lebih tertarik untuk menerbitkan utang dibandingkan saham.
(Rodoni & Ali, 2014). Struktur Modal dapat dianalisa dengan menggunakan Debt to Asset
Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)
(Kasmir, 2013). Debt to Equity Ratio (DER) mengukur perbandingan antara kewajiban
perusahaan dengan jumlah modal sendiri, sedangkan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)
membandingkan besarnya pinjaman jangka panjang dan modal sendiri dan Debt to Asset Ratio
(DAR) ialah rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar aset suatu perusahaan yang
dibiayai dengan hutang.
Pada penelitian ini, Struktur Modal akan diukur oleh Debt to Equity Ratio (DER) yang
membandingkan perhitungan utang emiten dengan jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan,
dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengukur struktur modal. Struktur modal terbaik
diciptakan, sesuai dengan teori trade-off, dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian
dari peminjaman uang. Ukuran yang disebut rasio utang terhadap ekuitas (DER) digunakan
untuk membandingkan utang dan ekuitas. Investor akan menyukai nilai DER yang tinggi
karena menunjukkan minimalnya risiko keuangan yang diambil perusahaan sehingga
berdampak pada nilai perusahaan. Jika DER semakin tinggi, maka nilai perusahaan akan
meningkat selama sesuai dengan teori trade off, DER belum mencapai posisi idealnya. Trade
off theory juga menyatakan bahwa dengan meningkatnya DER (jumlah utang yang semakin
besar) dapat meningkatkan Profitabilitas, hanya jika utang yang bertambah jumlahnya
digunakan secara benar.

Beberapa studi penelitian terdahulu membahas mengenai efek yang diberikan Struktur
Modal pada Nilai Perusahaan. Diantaranya penelitian dari Pratama et al (2016), Indasari et al
(2018), dan Dewi et al (2019), hasil penelitian tersebut menyatakan Struktur Modal memiliki
pengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Namun beberapa penelitian lain memiliki hasil
yang berbeda, diantaranya penelitian dari Makkulau et al (2018), Yulimtinan et al (2021), dan
Oktaviani et al (2019), menunjukkan bahwa Struktur Modal tidak memiliki pengaruh
signifikan, sehingga berarti Struktur Modal berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan.

Variabel lain yang tak kalah penting dalam menentukan Nilai Perusahaan adalah
Profitabilitas. Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemapuan perusahaan dalam mencari
keuntungan (Kasmir, 2016). Informasi mengenai Profitabilitas perusahaan dapat digunakan
oleh investor untuk menilai layak atau tidaknya menanamkan modal mereka pada perusahaan
tersebut. Investor akan tertarik untuk menanamkan modal pada perusahaan yang mempunyai
tingkat Profitabilitas tinggi, karena dengan Profitabilitas tinggi maka return yang diharapkan
akan tercapai (Sudana, 2015). Selain itu Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk digunakan dalam berproduksi dan
memperoleh laba. Secara umum Profitabilitas dapat diukur menggunakan Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM),
dan Net Profit Margin (NPM) (Hery, 2018). Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang
digunakan untuk menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas terhadap penciptaan laba,
sedangkan Return on Assets (ROA) mengukur seberapa besar kontribusi aset terhadap laba
bersih, untuk menghitung rasio laba kotor terhadap penjualan bersih, Operating Profit Margin
(OPM) dan Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung
persentase laba operasi terhadap penjualan bersih dan laba bersih.

Dalam penelitian ini, ukuran Profitabilitas perusahaan yang akan digunakan adalah rasio
Return on Assets (ROA). ROA merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
keuntungan perusahaan dengan menunjukkan hasil dari jumlah aktiva yang dipergunakan
dalam perusahaan. Menurut mardiyanto, semakin besar ROA maka semakin besar pula Nilai
Perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan
perusahaan tersebut semakin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin
besar. Hal ini juga akan berdampak terhadap harga saham dari perusahaan tersebut sehingga
Nilai Perusahaan akan semakin baik pula dengan adanya peningkatan ROA. Hal ini sesuai
dengan penelitian terdahulu menurut Wati et al (2019), Firdaus et al (2018), Ngurah et al (2016)
dan Suwardika et al (2017) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan, sedangkan hasil berbeda didapat oleh penelitian dari Apriada et al (2016) yang
menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Profitabilitas
dijadikan sebagai variabel intervening dalam penelitian ini, yang secara teoritis digambarkan
sebagai variabel yang dapat mengikat atau memediasi hubungan antara variabel terikat dengan
variabel bebas, yang pada akhirnya menimbulkan hubungan tidak langsung. Karena
profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penilaian nilai perusahaan, maka
dipilihlah variabel intervening. Perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi adalah
perusahaan yang mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi. Tingkat profitabilitas
suatu perusahaan akan memberikan indikasi yang baik tentang kemungkinan masa depannya,
sehingga mengarahkan investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut. Semakin baik
tingkat Profitabilitas, diharapkan akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan sehingga citra emiten di masa mendatang dapat dinilai dalam kondisi
yang semakin baik di mana investor yang pada gilirannya akan meningkatkan Nilai
Perusahaan.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas serta adanya gap hasil penelitian,
maka penulis tertarik untuk menguji kembali dengan menggabungkan variabel Struktur Modal
dan GCG terhadap Nilai Perusahaan dan menjadikan Profitabilitas sebagai variabel intervening
yang diproksikan dengan return on aset (ROA). Untuk tujuan tersebut penulis akan meneliti
perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan pada perusahaan
tersebut memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia, serta dikarenakan
perusahaan tersebut merupakan bisnis yang prospeknya akan terus meningkat berdasarkan
trend yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, penulis mengambil penelitian berjudul
"Pengaruh Struktur Modal dan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Perusahaan
Sub Sektor Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2022)

Berikut rumusan masalah yang ditulis :

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran Struktur Modal, Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Nilai
Perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2022?

2. Apakah Struktur Modal dan Good Corporate Governance berpengaruh secara simultan
terhadap Profitabilitas perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2022?

3. Apakah Struktur Modal berpengaruh langsung terhadap Profitabilitas perusahaan


transportasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2022?

4. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh langsung terhadap Profitabilitas


perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2014- 2022?

5. Apakah Struktur Modal, Good Corporate Governance dan Profitabilitas berpengaruh secara
simultan terhadap Nilai Perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2022?

6. Apakah Struktur Modal berpengaruh langsung terhadap Nilai perusahaan transportasi yang
terdaftar di BEI periode 2014-2022?

7. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh langsung terhadap Nilai perusahaan


transportasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2022?

8. Apakah Profitabilitas berpengaruh langsung terhadap Nilai perusahaan transportasi yang


terdaftar di BEI periode 2014-2022?

9. Apakah Struktur Modal berpengaruh tidak langsung terhadap Nilai Perusahaan melalui
variabel intervening Profitabilitas perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2014-
2022?
10. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh tidak langsung terhadap Nilai
Perusahaan melalui variabel intervening Profitabilitas perusahaan transportasi yang terdaftar
di BEI periode 2014-2022?

Anda mungkin juga menyukai