SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Jurusan Studi Pendidikan Fisika
OLEH
ALGIAN AZHAR
A1K1 19 002
SKRIPSI
INVESTIGASI KANDUNGAN UNSUR SIFAT LISTRIK DAN SIFAT
MAGNETIK PADA TANAH TOPSOIL DI SEKITAR WILAYAH INDUSTRI
PERTAMBANGAN KECAMATAN MOROSI KABUPATEN KONAWE
Oleh:
ALGIAN AZHAR
A1K119002
Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing serta untuk dipertahankan dihadapan
Panitia Ujian Seminar Skripsi pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari.
Dr. Rosliana Eso, S.Si., M.Si Dr. Eng. La Agusu, S.Si., M.Si
NIP. 19740808 200003 2 001 NIP.19710817 199903 1 001
Mengetahui,
a.n. Dekan FKIP
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
ii
ABSTRAK
Telah dilakukan Investigasi Kandungan Unsur Sifat Listrik Dan Sifat Magnetik Tanah
Topsoil disekitar Wilayah industri pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten
Konawe. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Kandungan Unsur, sifat listrik
dan Sifat magnetik pada tanah topsoil di sekitar wilayah industri pertambangan
Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen laboratorium, yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengambilan
sampel tanah secara langsung di lapangan dilanjutkan dengan pengukuran kandungan
unsur tanah menggunakan X-Ray fluorescence (XRF), sifat listrik tanah dengan
Konduktivitas meter dan sifat magnetik dengan menggunakan Susceptibility meter
tipe MS2B. Pengambilan sampel dilakukan secara vertikal dengan kedalaman 0-25
cm. Setelah sampel diambil kemudian dikeringkan. Setelah itu sampel digerus dan
disaring dengan ayakan 200 mesh. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh yaitu
kandungan unsur/mineral tanah yang dihasilkan pada penelitian ini adalah kandungan
unsur/mineral SiO2 merupakan unsur mineral yang paling tinggi dengan nilai rata-rata
51,43% dan unsur mineral Zu adalah yang paling rendah dengan nilai rata-rata 0,01%.
Untuk nilai konduktivitas listrik tanah diperoleh hasil dengan kisaran 0,015 dS/m
sampai 0,098 dS/m dengan rata-rata pH yang terkandung yaitu sebesar 6,01 sampai
dengan 6,38. Sedangkan untuk suseptibilitas magnetik diperoleh bahwa nilai
suseptibilitas magnetik pada frekuensi rendah ( LF ) berada di kisaran 0,102 × 10-6
m3kg-1 sampai 3,673 × 10-6 m3kg-1. Analisis bulir superparamagnetik (SP) pada
scattegram dan korelasi linear pada nilai suseptibilitas magnetik frekuensi rendah
( LF ) terhadap frekuensi dependent ( FD ) pada sampel tanah mengindikasikan
bahwa sifat magnetik pada sampel lebih didominasi mineral campuran bulir
superparamagnetik (SP) halus dan kasar sekitar 2% – 10%. Korelasi linear yang
cukupkecil menandakan lemahnya hubungan antara frekuensi rendah ( LF ) dan
frekuensi dependent ( FD ).
Kata Kunci : Kandungan Unsur, Sifat Listrik, Sifat Magnetik, Tanah Topsoil
iii
ABSTRACK
Research has been carried out on the elemental content of electrical properties and
magnetic properties of topsoil around the mining industrial area, Morosi District,
Konawe Regency. This research aims to determine the elemental content, electrical
properties, and magnetic properties of topsoil around the mining industrial area,
Morosi District, Konawe Regency. This research uses laboratory experimental
methods, namely by observing and taking soil samples directly in the field followed by
measuring the soil element content using X-ray fluorescence (XRF), the electrical
properties of the soil using a Conductivity meter, and the magnetic properties using
tools. MS2B type vulnerability meter. Sampling was carried out vertically with a
depth of 0-25 cm. After the sample is taken it is dried. After that, the sample was
ground and filtered using a 200-mesh sieve. Based on the research results, it is known
that the element/mineral content of the soil produced in this study is the
element/mineral content SiO2 which is the highest mineral element with an average
value of 51.43% and the mineral element Zu is the highest element. lowest with an
average value of 0.01%. For soil electrical conductivity values, results were obtained
in the range of 0.015 dS/m to 0.098 dS/m with an average pH of 6.01 to 6.38.
Meanwhile, for magnetic susceptibility, the magnetic susceptibility value obtained at
low frequencies ( LF ) is in the range of 0,102×10-6m3kg-1 to 3.673 × 10-6m3kg-1 .
Analysis of superparamagnetic (SP) grains in scattergrams and low-frequency linear
correlation ( LF ) with frequency-dependent magnetic susceptibility values ( FD ) in
soil samples shows that the magnetic properties of the samples are dominated by
mixed mineral fine and coarse superparamagnetic (SP) grains of around 2% – 10%.
The fairly small linear correlation indicates a weak relationship between low
frequency ( LF ) and bound frequency ( FD ).
iv
KATA PENGANTAR
v
6. Kepada Tim Penguji: Bapak Dr. Amiruddin Takda, S.Pd., M.Si, sebagai ketua
penguji. Bapak Naim, S.Si., M.Pfis. sebagai sekretaris penguji. Bapak Prof. Dr.
H.Hasbullah Syaf, S.P., M.Si dan Bapak Dr. La Ode Safiuddin, M.Si. sebagai
anggota penguji. Terima kasih atas masukan yang berupa kritik dan saran yang
bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak dan Ibu Dosen dalam lingkup Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Universitas Halu Oleo, serta staf-staf akademik di lingkungan FKIP Universitas
Halu Oleo.
8. Kepada Saudara(i) penulis Meika Devi Harianti Azhar, A.Md. Keb., Harianto
Azhar, S.Pd., dan Alfin Azhar S.Geo terima kasih telah memberikan dukungan
yang sangat luar biasa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini berkat dukungan dan semangat dari kalian.
9. Teruntuk penghuni Sok Glamor (SG) terima kasih atas semua doa, dukungan,
serta dorongannya untuk penulis agar secepatnya menyelesaikan studi ini, banyak
hal positif yang dapat diambil dari kalian, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
10. Ucapan terima kasih kepada Sahabatku Fahrul Ulfahrin T. S.Or., Harianto, S.Pd.,
Sartati, A.Md.Rmik., Nurliati, Karmita, S.Si, Vegha Almuresha, dan Ikhlashul
Amal yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi dan selalu ada
untuk penulis dari SMA sampai sekarang.
11. Serta terima kasih kepada sahabat saya yang selalu ada di bangku perkuliahan
sampai saat ini Arninda Anawai W. Pendahi, S.Pd, Elda Amelia Gusman, Dini
Audina, Wa Ode Ichrawati, S.Pd dan Dewi Sartika, S.Pd selaku sahabat penulis
dari awal masuk kuliah yang telah memberikan dukungan arahan dan motivasi.
12. Teruntuk Dexter Squad terima kasih atas semua bantuan, doa dan dukungannya
kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan “Pendidikan Fisika 2019”. Terima kasih untuk
motivasi, kerja sama, canda tawa, dan kenangan terindah selama perkuliahan.
Serta teman-teman KKN Desa Telutu Jaya, terimakasih atas bantuan dan
pengalamannya selama ini.
14. Kepada Senior saya kak Fitri, kak Imran, Kak Fatya, dan Kak Gunawani
terimakasih atas pengalaman, pengajaran, segala bentuk bantuan dukungan serta
motivasi selama ini.
vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsiini masih
banyak kekurangan. Olehnya itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaannya kedepan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertambangan masih menjadi primadona sebagai penyumbang
terbesar devisa (Dewi, 2019). Cadangan tambang nikel di Sulawesi Tenggara
sebesar 97.401.543.025,72 Wmt dengan luas sebaran endapan nikel diperkirakan
mencapai 480.032,13 Ha, dengan status kawasan 283.561,84 Ha (59%) masuk
kawasan areal penggunaan lain (APL), 170.300 Ha (35%) kawasan hutan lindung
(Hl), dan 26.170, 28 Ha (5%) masuk dalam kawasan hutan konservasi. Cadangan
nikel terbesar berada di Kabupaten Konawe Utara yaitu 46.007.440.652,72 Wmt.
Selain Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe juga memiliki cadangan
nikel sebesar 1.585.927.189,00 Wmt (Prasetyo, 2015). Upaya untuk
meningkatkan peran/kontribusi sektor pertambangan di wilayah ini adalah dengan
memanfaatkan semua potensi sumber daya mineral tersebut secara optimal dalam
rangka mendukung pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan,
sehingga tercapai pembangunan yang berkelanjutan (Nursahan, 2013).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah rata-rata produksi nikel di
Sulawesi Tenggara periode 2008-2020 sebesar 138.202.021 ton (BPS, 2021).
Menurut (Setyaningsih, 2007) kegiatan pertambangan suatu daerah akan
menimbulkan dampak negatif terutama penurunan kondisi tanah pertambangan
seperti perubahan profil lapisan tanah, berkurangnya unsur hara tanah, kondisi pH
tanah rendah, populasi mikroba semakin berkurang dan terjadinya pencemaran
logam-logam berat dalam tanah. Menurut (Sariwahyuni, 2012) bahwa lahan
tambang nikel memiliki konsentrasi pH tanah yang masam, kandungan Ni (II)
dalam konsentrasi yang tinggi dan ketersediaan fosfat yang rendah. Tanah-tanah
tambang nikel terbentuk dari bahan induk batuan beku basa atau ultra basa yang
memiliki kandungan logam berat yang mencapai kadar toksik pada tanaman.
Oleh karena itu, diperlukan strategi yang baik untuk perbaikan kualitas tanah
demi menunjang tercapainya kegiatan revegetasi di lahan tambang nikel. Dalam
penelitian Fitri (2022) belum dilakukannya penelitian mengenai kandungan unsur
yang terkandung di dalam tanah topsoil sehingga belum lengkap informasi
mengenai kandungan debu yang dihasilkan dari aktivitas industri tambang
tersebut.
2
Daya Hantar Listrik (DHL) untuk mengetahui nilai salinitas tanah lahan pertanian
di Daerah Jungkat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa nilai konduktivitas tanah terendah 1,362 mS/cm dan nilai
konduktivitas tertinggi 2.89 mS/cm. Berdasarkan hasil nilai salinitasnya, tanah
pertanian di Daerah Jungkat tergolong bersalinitas rendah.
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Yurmin (2020) dengan
pengambilan sampel berupa tanah yang berada di bawah tegakan pohon yang
terpapar petir dengan intensitas rendah bahwa nilai suseptibilitasnya magnetik
tanah di Kecamatan Puwatu lebih tinggi dibandingkan padah tanah yang terpapar
petir dengan intensitas rendah di Kecamatan Kambu dan lahan yang tidak
terpapar petir. Rentang nilai ( ) padah tanah yang terpapar petir dengan
intensitas rendah baik di Kecamatan Puwatu dan Kecamatan Kambu serta tanah
yang tidak terpapar petir menunjukan bahwa mineral magnetik yang terkandung
tergolong bersifat paramagnetik yaitu tanah yang mengandung magnet lemah.
Berdasarkan permasalahan di atas, yang hanya membahas seputaran sifat
magentik dan sifat listrik pada tanah longsor dan tanah yang terpapar petir saja
dan belum ada peneliti yang meneliti tentang kandungan unsur, sifat listrik dan
sifat magnetik tanah topsoil disekitaran tambang. Oleh karena itu, peneliti ingin
melakukan penelitian dengan topik “Investigasi Kandungan Unsur, Sifat
Listrik dan Sifat Magnetik Tanah TopSoil Di Sekitar Wilayah
Pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kandungan unsur tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe?
2. Bagaimana sifat listrik tanah topsoil di sekitar wilayah industri pertambangan
Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe?
3. Bagaimana sifat magnetik tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menentukan kandungan unsur tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.
2. Untuk menentukan sifat listrik tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.
3. Untuk menentukan sifat magnetik tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari peelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran untuk mengetahui lebih dalam
mengenai kandungan unsur, sifat listrik dan sifat magnetik tanah topsoil di
sekitar wilayah Tambang.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan kandungan unsur, sifat
listrik dan sifat magnetik tanah topsoil di sekitar wilayah pertambangan
3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi dan motivasi untuk penelitian
lebih lanjut dalam bidang penelitian terkait.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran yang berbeda-beda dan
untuk memudahkan memahami isi. Maka istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini perlu diberikan definisi operasional. Adapun istilah yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
1. Tanah merupakan lapisan permukaan bumi hasil dari perubahan bentuk dan
lokasi zat-zat mineral baik organik maupun anoorganik yang proses
pembentukannya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dalam waktu
yang sangat panjang.
2. Tanah yang subur merupakan tanah yang secara kimia memiliki pH yang
netral dan kandungan unsur hara yang cukup.
3. Suseptibilitas magnetik merupakan ukuran dasar tentang bagaimana sifat
kemagnetan suatu bahan yang ditunjukkan dengan adanya respon terhadap
induksi medan magnet.
5
4. Sifat listrik adalah sifat yang menunjukkan ciri dan karakteristik dari benda
bermuatan.
5. Unsur tanah adalah komponen yang mempengaruhi pembentukan tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Letak Geografis Kabupaten Konawe
Secara Astronomis, Kabupaten Konawe terletak antara garis bujur
121o20’00”-122o40’00” BT dan garis lintang 02o42’00” LS. Sedangkan sevara
administrasi pemerintahan, Kabupaten Konawe terletak di Provinsi Sulawesi
Tenggara dengan luas daerah pemetaan ini ± 5.858, 33 Km2 dengan batas-batas
administratif sebagai berikut :
1. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah)
dan Kabupaten Luwu Timur (Sulawesi Selatan)
2. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara, Kota
Kendari, Konawe Kepulauan dan Laut Banda.
3. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara dan
Kolaka Timur
4. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan.
6
7
B. Tanah
Menurut M Tufalia, dkk (2014), tanah merupakan bahan mineral tak
terkonsolidasi pada permukaan bumi yang menjadi sasaran dan pengaruh oleh
faktor genetik dan lingkungan dari bahan induk, iklim (termasuk efek kelengasan
dan temperatur), makro dan mikroorganisme, dan topografi, yang kesemuanya
berlangsung dalam suatu periode waktu dan menghasilkan produk akhir berupa
tanah yang berbeda dari bahan-bahan penyusun aslinya dalam sifat fisik, kimia,
biologi, morfologi, dan karakteristiknya.
Tanah mempunyai sifat yang sangat kompleks terdiri atas komponen
padatan yang berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah
yang berupa padatan, cair dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan,
selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah, yang
dipengaruhi oleh suhu, udara, angin dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian
tanah merupakan media tumbuh tanaman (Sartohadi, 2012).
Menurut Kasifa (2017) menyatakan tanah didefinisikan sebagai bahan atau
massa yang terdiri dari mineral dan bahan organik yang mendukung pertumbuhan
tanaman dipermukaan bumi. Tanah terdiri dari partikel-partikel batuan, bahan
organik, makhluk hidup, udara dan air. Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu
padat, cair, dan gas yang selalu mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang.
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia, dan biolgi menghasilkan
lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam istilah
tanah, lapisan tersebut disebut horison.
1. Karakteristik Tanah
Menurut Rosi widarawat (2017), tubuh tanah terbentuk dari campuran
bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk
dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik
(organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang
terdegradasi. Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama
lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung
memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa bahan organik
(substanssi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok
tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau
hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami
karena memiliki sifat fisik gembur sehingga mampu menyimpan cukup air
8
namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan
memberikan hasil terbatas dan dibawah capaian optimum. Tanah non-organik
didominasi oleh mineral, mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah.
Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk
tanah: pasir, lanau (debu), dan lempeng.
2. Lapisan Tanah
Menurut Tarigan (2017) menyatakan bahwa secara umum terdapat
beberapa lapisan tanah yang terbagi menjadi 4 tingkatan meliputi:
a. Lapisan tanah atas merupakan lapisan yang terletak hingga 30 cm,
seringdisebut dengan istilah topsoil. Pada lapisan ini kaya dengan bahan-
bahan organik, humus dan menjadikannya sebagai lapisan paling subur
sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman berakar pendek.
Warnanya yang cenderung paling gelap dibandingkan lapisan di bawahnya,
terlihat lebih gembur dan semua mikroorganisme hidup pada lapisan ini.
b. Lapisan tanah tengah terletak dibagian bawah dari topsoil dengan
ketebalan antara 50 cm - 1 m. Berwarna lebih cerah daripada lapisan
diatasnya dan lapisan inti terbentuk dari campuran pelapukan yang terletak
dilapisan bawah dengan sisaa material top soil yang terbawa air,
mengendap sehingga bersifat lebih padat dan sering disebut dengan tanah
liat.
c. Lapisan bawah tanah merupakan lapisan yang mengandung batuan yang
mulai melapuk dan sudah tercampur dengan tanah endapan pada lapisan
diatasnya atau tanah lihat. Pada bagian ini masih terdapat batuan yang
belum melapuk dan sebagian sudah dalam proses pelapukan dari jenis
batuan itu sendiri dan berwarna sama dengan batuan penyusunan atau
asalnya. Berada cukup dalam dan jarang dapat ditembus oleh akar akar
pohon atau tanaman.
d. Lapisan batuan induk merupakan lapisan terdalam yang terdiri atas batuan
padat. Jenis batuan pada lapisan ini berbeda antara satu daerah dengan
tempat lainnya sehingga menyebabkan produk tanah yang dihasilkan juga
berbeda, batuan pada lapisan ini mudah pecah namun sangat sulit ditembus
oleh akar tanaman dan air, berwarna terang putih kelabu hingga
kemerahan. Lapisan batuan induk ini dapat dengan mudah terlihat pada
dinding tebing terjal daerah pegunungan.
9
dalam satuan SI, dan adalah A/m, jadi x tidak berdimesi. Nilai x
merupakan suseptibilitas magnetik berbasis volume. Selain k, suseptibilitas
magnetik juga dinyatakan dalam suseptibilitas magnetik massa (x). Hubungan
antara suseptibilitas volume dan massa dinyatakan sebagai berikut.
k
x= (2.2)
dengan adalah densitas (kg/m3) dan x adalah suseptibilitas magneticmassa
(m3/kg). Pengukuran suseptibilitas magnetik menggunakan alat Bartington
Susceptibility Meter MS2 tipe MS2B yang dapat digunakan untuk
mengukurdalam 2 frekuensi, yaitu pada frekuensi rendah dan frekuensi
tinggi (XHF) sesuai persamaan (3).
LF − HF
FD = 100% (2.3)
LF
Dolomite CaMg(CO3)2 11
Diamagnetik
Calcite CaCO3 -0.48
Alkali – feldspar Ca, Na, K, Al silicate -0.5
Plastic -0.5
Quartz SiO2 -0.58
Organic matter -0.9
Water H2O -0.9
Halite NaCl -0.9
Kaolinite Al4, Si4, O10(OH)8 -0.9
merupakan salah satu metode analisis yang tidak merusak sampel, dapat
digunakan untuk analisis unsur dalam bahan secara kualitas dan kuantitas (Sari,
2016). Bahan/sampel yang dianalisis dapat berbentuj serbuk atau bongkahan,
berat minimal 2gram. Aplikasi: Eksplorasi Geologi, Pertambangan, Metalurgi,
Lingkungan, Kesehatan, dan lain sebagainya.
1. Alat yang digunakan pada alat ini yaitu Niton XL3t 500 Portable
- Unsur yang terdeteksi: Pb, Zn, Fe, Cu, Ni, Ti, Ca, Mo, Zr, Sr, Rb, Se, As,
Au, W, Co, Cr, V, Sb, Sn, Cd, Ag, Pd, Nb, Bi, Th, U, Hg, Sc, K, S, Ba,
Cs, Te
- Unsur yang tidak terdeteksi (Bal): Si, Al, Mg, Na
2. Harus sesuai dengan Standar Kalibrasi National Institute of Standars and
Tecnology (NIST).
Sinar-x karakteristik yang dihasilkan dari peristiwa tersebut ditangkap
oleh detektor semi konduktor Silikon Lithium (SiLi). Detektor tersebut dapat
berfungsi dengan baik bila temperatur dijaga pada kondisi suhu di bawah 0° (-
115°) dengan cara merendamnya dalan nitrogen cair. Berdasarkan manual alat,
spektrometer XRF mampu mendeteksi unsur-unsur dengan energi karakteristik
sinar-x > 0,840 keV dengan kebolehjadian terjadinya sinar yang dideteksi
spektrometer XRF dengan konsentrasi lebih besar dari 0,01 %. Hasil analisis
kualitatif ditunjukkan dalam bentuk spektrum yang mewakili komposisi unsur
yang terkandung dalam suatu bahan sesuai dengan energi karakteristik sinar-x
masing-masing unsur, sedang analisis kuantitatif dihitung menggunakan metode
komparatif.
Prinsip pengukuran XRF berdasarkan terjadinya proses eksitasi elektron
pada kulit atom bagian dalam ketika atom suatu unsur tersebut dikenai sinar-X,
kekosongan elektron tersebut akan diisi oleh elektron bagian luar dengan
melepaskan energi yang spesifik untuk setiap unsur. Elektron dari kulit yang
lebih tinggi akan mengisi kekosongan tersebut. Perbedaan energi dari dua kulit
itu muncul sebagai sinar-X yang dipancarkan oleh atom spektrum sinar-X selama
proses tersebut menunjukkan puncak yang karakteristik, dimana setiap unsur
akan menujukkan puncak karakteristik yang merupakan landasan dari uji
kualitatif dari unsur-unsur yang ada.
Prinsip kerja alat XRF adalah sebagai berikut: sinar-x fluoresensi yang
dipancarkan oleh sampel dihasilkan dari penyinaran sampel dengan sinar-x
17
primer dari tabung sinar-x (X-Ray Tube), yang dibangkitkan dengan energi listrik
dari sumber tegangan sebesar 1200 volt. Bila radiasi dari tabung sinar-x
mengenai suatu bahan maka elektron dalam bahan tersebut akan tereksitasi ke
tingkat energy yang lebih rendah, sambil memancarkan sinar-x karakteristik.
Sinar-x karakteristik ini ditangkap oleh detektor diubah ke dalam sinyal tegangan
(voltage), diperkuat oleh Preamp dan dimasukkan ke analizer untuk diolah
datanya. Energi maksimum sinar-x primer (keV) tergantung pada tegangan listrik
(kVolt) dan kuat arus (µA). Fluoresensi sinar-x tersebut dideteksi oleh detektor
SiLi (Jamaludin & Adiantoro, 2012).
tanah sawah diantaranya adabesi (Fe), silika (Si), alumunium (Al), kalsium
(Ca), titanium (Ti). Nilai susepbilitas yang fluktuatif di setiaptitik juga dapat
disebabkan oleh campuran unsur magnetik dan non magnetik dengan
presentase komposisi yang berbeda-beda. Unsur magnetik maupun non
magnetik dalam tanah termasuk dalam unsur hara yang diserap tumbuhan
untuk proses pertumbuhannya.
2. Penelitian Marisayani H dan Salomo S ( 2020) tentang Analisis Susepbilitas
Magnetik dan Kandungan Logam Berat pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit
yang berada di Jl. Garuda sakti, Tapung, Kampar, Riau. Sampel diambil
sebanyak seratus titik sampel dimulai dari titik sampel A10.1 hingga titik
sampel A1.10 , menggunakan Magnet kuat NdFeB sebagai alat pemisah
partikel magnetik pada tanah, menggunakan Probe Magnetic Pasco PS-2162
untuk mengukur induksi magnetik serta XFR sebagai alat identifikasi
komposisi tanah dan kandungan logam berat dalam tanah. Didapatkan nilai
susepbilitas magnetik χm pada sampel cenderung fluktuatif sehingga
mengindikasikan bahwa adanya perbedaan kuantitas mineral magnetik pada
tanah perkebunan kelapa sawit dan terlihat bahwa nilai susepbilitas magnetik
sampel χm tertinggi pada titik sampel A10.10 sebesar 39.491.982 x 10-8 dan
-8
terendah sebesar 11.072.031 x 10 pada titik A1.6 sehingga membuktikan
bahwa kandungan mineral magnetik pada titik A10.10 yang cukup tinggi.
Disimpulkan nilai induksi magnetik meningkat seiring bertambahnya besar
arus listrik yang diberikan dimana nilai induksi magnetik konsentrat lebih
tinggi dari pada induksi magnetik sampel dan komposisit anah yang diuji
mengandung elemen seperti Mg, Al, Si, P, K, Fe, Ca, Ti, V, Cr, Mn, Ni, Zn, S,
Cl, Co, Cu, Ga, As, Br, Rb, Sr, Y, Zr, Nb, Ag, Eu, Re, dan Pb dan terbukti
telah tercemar Fe, V, Sr, Al, Cr, Ti sehingga meningkatkan nilai susepbilita
smagnetik pada tanah tersebut.
3. Penelitian Yeri S dan Arif B (2019) tentang Analisis Susepbilitas Magnetik
Tanah pada Lahan Perkebunan Kopi di Kabupaten Solok dimana pada setiap
lokasi, sampel diambil pada 10 titik dengan tiga variasi kedalamanya itu 20
cm, 50 cm, dan 80 cm sehingga diperoleh 60 sampel. Jarak antara titk
pengambilan sampel adalah 2 m. Pengukuran susebilitas magnetik
menggunakan MS2B BartigonSucsepbility Meter dengan dua frekuensi, yaitu
0,47 kHz low frequency (LF) dan 4,7 kHz high frequency (HF). Pada lokasi I,
nilai χLF rata-rata yang diperoleh yaitu 2237,7 x 10-8 m3/kg, sedangkan nilai
19
χHF rata-rata yaitu 2030,3 x 10-8 m3/kg. Pada lokasi II, nilai χLF rata-rata yang
diperoleh yaitu 1543,7 x 10-8 m3/kg, sedangkan nilai χHF rata-rata yaitu 1500,2
x 10-8 m3/kg. Berdasarkan nilai susepbilitas magnetik , mineral pengontrol
bersifat ferimagnetik yaitu hematit (Fe2O3). Nilai susepbilitas magnetik
berbanding lurus dengan kosentrasi Fe dalam tanah dan berbanding terbalik
dengan kedalam pengambilan sampel. Lokasi I memiliki nilai susepbilitas
lebih tinggi daripada lokasi II. Salah satu penyebabnya adalah usia lahan
perkebunan pada lokasi I lebih kecil dibandingkan lokasi II. Lokasi I memiliki
kandungan Fe yang berlebih. Keberadaan bulir superparamagnetik dapat
menentukan ukuran bulir SP dari kedualahan. Oleh karena itu, bisa dikatakan
tanah dengan nilai χFD (%) kurang dari 2 % masih memiliki kesuburan tanah
yang baik untuk bercocok tanam dan tanah dengan nilai χFD (%) 2-10% telah
mengalami penurunan kesuburan tanah untuk bercocok tanam.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen Laboratorium. Dalam
penelitian ini mengambil data lapangan kemudian diolah dan dijelaskan secara
terperinci sesuai dengan aspek yang diamati. Pada penelitian jenis ini dilakukan
di dalam ruangan, dimana peneliti melakukan eksperimen yang telah diperoleh
dari lokasi penelitian kemudian diberikan perlakuan (treatment) berdasarkan
susunan dan aturan yang telah ditetapkan. Data yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di
lapangan sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur lain yang ada.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen
Laboratorium, yaitu dilakukannya pengamatan dan pengambilan sampel tanah
secara langsung di lapangan dan dilanjutkan dengan investigasi di laboratorium.
Dari perlakuan tersebut maka diketahui kandungan Unsur tanah dengan XRF,
sifat listrik tanah dengan DHL dan sifat magnetik dari hasil pengukuran
Susceptibility meter tipe MS2B.
20
21
timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah sesuatu yang terjadi
akibat variabel bebas. Pada penelitian ini variabel bebas nya berupa tanah Topsoil
disekitaran wilayah pertambangan Kecamatan Morosi. Sedangkan variabel terikatnya
yaitu sifat unsur, sifat listrik dan sifat magnetik tanah topsoil.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian secara umum mengikuti diagram alir seperti pada Gambar
3.1 berikut:
Untuk Lebih jelasnya, tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan pada lokasi penelitian dilakukan untuk menentukan
titik pengambilan bahan baku sampel penelitian, penentuan titik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan GPS. Lokasi pengambilan sampel tanah
topsoil terdiri atas 13 titik di sekitar wilayah pertambangan Morosi. Titik
pengambilan sampel diambil berdasarkan wilayah mengililingi wilayah industri
pertambangan. Tanah topsoil pengambilan sampel di ambil berdasarkan titik
pengambilan sampel yang sudah dipetakan.
2. Penentuan Titik Koordinat
Penentuan titik koordinat diperlukan agar dapat diketahui posisi tepatnya
pengambilan sampel mulai dari titik 1 sampai ke titik 13. Titik pengambilan sampel
masing-masing berjarak 1,6 KM dari titik pusat aktivitas Pertambangan. Hal ini
berguna agar titik-titik yang sudah dipetakkan mudah diinterpretasikan ke dalam
peta penyebarannya.
3. Pengambilan Sampel
Sampel yang dimaksud adalah tanah topsoil di sekitar wilayah
pertambangan. Pengambilan sampel dilakukan pada 13 titik dengan menentukan
titik koordinatnya (GPS), mengambil sampel tanah topsoil dengan menggunakan
parang dan linggis dan wadah sampel. Kemudian, diimasukkan ke dalam plastik
klip yang telah diberi label berdasarkan pengambilan urutan sampel dan koordinat.
25
26
4. Preparasi Sampel
a. Pengukuran kandungan unsur tanah topsoil
Pada proses ini, sampel diuji di Laboratorium. Sampel serbuk standar diletakkan
pada holder sebanyak 20 gram untuk masing-masing sampel. Serbuk sampel
tersebut dipadatkan dan diusahakan tidak jatuh bila dimiringkan, kemudian
dipress menggunakan press plet dengan tekanan 200 mTorr. Hal ini bertujuan
pada saat spektrometer XRF dijalankan keadaan sampel dalam keadaan vakum
dan tidak berubah walaupun sudutnya dinaikkan. Setelah sampel siap, sampel
dimasukkan dalam spektrometer dan alat siap dioperasikan dengan terlebih
dahulu mengatur posisi alat sebagai berikut:
a. Menyalakan travo
b. Menyalakan saklar otomatis
c. Mengaktifkan voltage
d. Mengaktifkan spektrometer XRF
e. Stabilizer dijalankan kemudian menaikkan arus dan voltage bergantian.
Tunggu sebentar hingga mencapai 40 mA dan 35 kV.
f. Memasang spesimen pada sampel holder posisi sudut awal dan akhir.
g. Komputer diaktifkan dan mengkoneksikan computer denganalat
spektrometer XRF agar data dapat terbaca.
Proses pengujian dengan alat spektrometer XRF untuk semua jenis
sampel dilakukan pada kondisi yang sama (spesifikasi arus dan tegangan sama).
Keluaran dari spektrometer XRF akan terekam dalam System Processing Unit
(CPU) yang telah diset bersamaan dengan pengambilan data dalam analisis.
Data yang terekam berupa spectrum dalam dua dimensi yaitu sumbu-x energi
(E) dan sumbu-y intensitas/cacahan (I). Data ini langsung dikoneksi oleh alat
dalam bentuk angka sehingga data keluarannya berupa konsentrasi unsure dalam
bilangan perseratus (%) dari massa sampel yang diuji tersebut.
b. Pengukuran DHL di Laboratorium
1) Pereaksi
a) Air bebas ion yang bebas Co2
27
• SAR adalah perbandingan Jerapan Na+ terhadap Ca++ dan Mg++, yang
merupakan perbandingan aktivitas kation Na+ terhadap kation lainnya,
dihitung dengan rumus:
Na +
SAR =
2+
Ca 2 + + Mg
2
bentuk tabulasi data. Data yang diolah berupa data hasil pengukuran nilai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.2 Hasil Presentasi Unsur/Mineral Tanah Topsoil pada Setiap Titik Pengambilan
Sampel
No Jenis Unsur M 08 M 09 M 10 M 11 M 12 M 13
1 SiO2 58,60 54,97 57,98 52,36 56,91 54,92
2 Al2O3 6,90 9,03 9,05 16,23 8,80 4,89
3 Fe 4,86 3,99 3,93 4,48 4,91 6,77
4 MgO 5,53 6,70 4,97 1,09 4,07 2,83
5 K2O 0,56 1,41 1,24 1,43 1,85 0,46
6 CaO 1,79 0,29 0,34 0,27 0,22 3,06
7 TiO2 0,30 0,71 0,63 0,64 0,63 0,32
8 SO3 0,06 0,06 0,27 0,05 0,74 0,10
9 Cr2O3 0,52 0,03 0,03 0,05 0,00 0,01
10 MnO 0,21 0,05 0,05 0,10 0,05 0,26
11 Ni 0,05 0,00 0,00 0,00 0,02 0,22
12 Na2O 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02
13 P2O5 0,01 0,01 0,02 0,03 0,01 0,01
14 Zu 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02
Gambar 4.1 Grafik Pengukuran Konsentrasi Unsur-Unsur pada Tiap Lapisan Tanah dengan
Menggunakan XRF.
34
Peta kontur sebaran nilai kandungan unsur Ni dan Fe lapisan tanah toposil di
sekitar wilayah industri pertambangan daerah Morosi di peroleh dari hasil pengukuran
langsung menggunakan XRF, Kemudian diolah menggunakan surfer server dapat dilihat
pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 menunjukkan sebaran tanah topsoil berdasarkan nilai
kandungan unsur Ni dan Fe. Nilai kandungan unsur Ni tertinggi sebesar 0,22 berada pada titik
sampel M03 dengan gradient warna merah dan nilai kandungan unsur Fe tertinggi sebesar 6,77
berada pada titik sampel M dengan gradient warna merah pula, sedangkan nilai kandungan unsur
Ni terendah sebesar <0,01 berada pada titik sampel M01 dengan gradient warna ungu dan nilai
kandungan Fe terendah sebesar 3,31 berada pada titik sampel M02 dengan gradien warna ungu.
35
Berdasarkan hasil Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 menunjukkan grafik antara pH
tanah topsoil dan konduktivitas Listrik pada masing-masing titik sampel. Berdasarkan
gambar diatas dapat disimpulakan bahwa pH tanah berbanding terbalik dengan nilai
konduktivitas masing masing sampel. Artinya jika semakin tinggi konduktivitas listrik
suatu sampel maka nilai pH akan rendah, begitupun sebaliknya.
Peta kontur sebaran nilai konduktivitas listrik tanah topsoil disekitar wilayah
industri pertambangan Kecamatan Morosi diperoleh dari hasil pengukuran langsung
menggunakan konduktivitas meter, kemudian diolah menggunakan software surver dapat
dilihat pada Gambar 4.6.
37
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat semua sampel memiliki nilai suseptibilitas pada
LF lebih besar dari nilai. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat semua sampel memiliki
nilai suseptibilitas pada LF lebih besar dari nilai HF . Nilai LF yang lebih besar
karena dipengaruhi oleh momen-momen dipol mirenal magnetik yang ada di dalam
bahan mulai dari SD, MD , PSD dan bulir SP. Nilai HF dipengaruhi oleh momen-
monen dipol mineral magnetik yang ada di dalam bahan kecuali bulir
superparamagnetik. Hal ini dikarenakan perubahan medan magnetik sangat cepat terjadi
pada sehingga tidak memungkinkan bagi bulir superparamagnetik berinteraksi dengan
medan magnetik luar yang digunakan, dan bulir superparamagnetik tidak bisa mengikuti
perubahan medan bolak baliknya dan juga dapat dikatakan waktu relaksasi bulir
superparamagnetik lebih lama dan butuh waktu cepat untuk mengikuti perubahan
medan bolak balik dari frekuensi tinggi (Salomon, dkk., 2017).
39
LF tanah Topsoil disekitar smelter nikel daerah Morosi dan sekitarnya dapat dilihat
pada Gambar 4.7.
SP Enhanced Soil
Fine SP
Burning
Sedimentary
Metamorphic Acid Fosil Fuel Combustion
SSD/MD Basic Igneus
Igneus
Paramagnetic
FD sampel tanah toposil dan tampak bahwa korelasi linearnyaa bernilai positif.
Berdasarkan Gambar 4.10 dengan pengambilan sampel secara vertikal menunjukkan
perbandingan nilai suseptibilitas magnetik bergantung pada FD dengan frekuensi LF .
Peningkatan suseptibilitas magnetik berkaitan dengan peningkatan suseptibilitas
magnetik yaitu bergantung pada frekuensi (Dearing, 1996).
B. Pembahasan
1. Kandungan Unsur Tanah Topsoil
Kandungan unsur tanah dengan menggunakan XRF di peroleh unsur makro dan
unsur mikro. Seran (2017) mengemukakan bahwa unsur hara makro diserap dalam oleh
tanaman dalam jumlah banyak sedangkan unsur hara mikro diserap oleh tanaman dalam
jumlah sedikit. Jenis unsur dan senyawa hara makro pada penelitian ini meliputi MgO,
Al2O3, SiO2, P2O5, SO3, TiO2, sedangkan kandungan unsur dan senyawa mikro meliputi
Na2O, Fe,Ni,Co,MnO dan Cr2O3.
42
Kandungan unsur mineral pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 bahwa
setiap kandungan unsur masing-masing memiliki perbedaan disetiap lapisan topsoil tanah,
jenis mineral Silikon Dioksida SiO2 memiliki nilai kandungan konsentrasi yang paling
tinggi dari semua lapisan topsoil tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Bragmann and
Goncalves, 2006 ; Della et al, 2002) bahwa silika mineral adalah senyawa yang banyak
ditemui dalam bahan tambang/galian yang berupa mineral atau pasir kuarsa, granit, dan
fledsar yang mengandung kristal-kristal silika (SiO2). Sedangkan nilai konsentrasi yang
paling rendah pada semua sampel tanah topsoil adalah pada unsur Co. Mineral Na2O
memiliki kandungan konsentrasi dan mempunyai nilai yang sama. Kandungan mineral
Na2O hanya berkisar 0,02% dan paling tinggi hanya 0,03%. Penelitian ini sudah sesuai
dengan yang dikemukakan oleh utami (2004) bahwa kadar normal natrium dalam tanah
yaitu 0,03%. Menurut Septiadi (2009) bahwa kondisi konsentrasi natrium rendah secara
umum menguntungkan karena natrium bukan unsur esensial. Adanya nilai suseptibilitas
yang bervariasi dalam setiap sampel menujukkan adanya berbagai macam mineral
magnetik yang terkandung dalam setiap sampel (Jahidin, 2012).
Pengukuran kandungan unsur pada sampel tanah topsoil menggunakan XRF pada
sekitar wilayah industri pertambangan Morosi menujukkan hasil yang bervariasi pada
setiap titik pengambilan sampel. Data tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2,
dimana pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai kandungan Ni yang tertinggi berada pada
titik M13 dengan nilai 0,22 dan nilai kandungan Fe tertinggi berada pada titik M13 pula
dengan nilai 6,77. Sedangkan untuk nilai kandungan Ni terendah berada pada titik M01
bernilai >0,01 dan nilai kandungan Fe terendah berada pada M02 dengan nilai 3,31. Hal ini
dapat dikatakan bahwa kandungan nikel suatu sampel berbanding lurus dengan kandungan
besinya. Artinya apabila kandungan nikel tinggi maka kandungan besinya juga akan
semakin tinggi begitupun sebaliknya. Hal ini sejalan dengan Adrianto et al, (2021)
menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan silika oksalat (SiO2) maka kandungan Ni
yang terdapat pada tanah akan semakin rendah.
Kandungan Ni pada titik M13 mengindikasikan bahwa sudah ada kontaminasi
logam berat didalamnya. Meskipun kandungan nikel tidak begitu tinggi namun hal ini
sudah menunjukkan bahwa adanya pencemaran didaerah tersebut.
43
pengukuran di titik sampel M03 ditunjukkan dengan nilai suseptibilitas magnetik yang
relatif tinggi.
Pengambilan sampel pada titik sampel M13 yang menunjukkan nilai suseptibilitas
magnetik sebesar 3,119×10-6 m3kg-1 dilakukan di area samping jalan di area kampung
morosi, dimana didaerah tersebut merupakan jalur kendaraan tambang dan merupakan
padat penduduk yang masih terdapat aktivitas pertambangan. Diduga adanya konsentrasi
mineral magnetik yang tinggi di lokasi titik pengukuran. Menurut Kanu (2013)
Peningkatan suseptibilitas magnetik yang signifikan disebabkan oleh volume aktivitas
manusia di sekitar area tersebut dan dengan demikian meningkatkan polusi serta limbah.
Hasriani (2018) menyatakan bahwa aktivitas manusia memiliki peran terhadap peningkatan
suseptibilitas magnetik pada topsoil. Hasil pengukuran di titik sampel M13 ditunjukkan
dengan nilai suseptibilitas magnetik yang relatif tinggi.
Sebaran nilai suseptibilitas magnetik untuk semua masing-masing sampel dapat
dilihat padan Gambar 4.8. Berdasarkan peta kontur tersebut dapat dilihat bahwa titik
sampel M01, M02, M04, M05, M09, M10, M11, dan L memiliki gradient warna ungu. Hal
ini menujukkan bahwa nilai suseptibulitas magnetik relatif rendah sedangkan titik sampel F
dan G, memiliki gradient warna hijau. Hal ini menujukkan bahwa nilai suseptibilitas
magnetik relatif sedang, sedangkan titik sampel M03 dan M13 memiliki gradient warna
merah, hal ini menunjukkan bahwa nilai suseptibilitas magnetik pada daerah tersebut
relatif tinggi.
Untuk analisis bulir superparamagnetik (SP) dapat dilihat pada Gambar 4.5
Scategram hubungan antara nilai ( LF ) lapisan tanah toposil terhadap ( DF ). Dari gambar
tersebut terlihat bahwa terdapat 1 sampel yaitu sampel M02 yang memiliki nilai frekuensi
depdendent dibawah 2% artinya bahwa sampel tersebut tidak ada atau mengandung kurang
dari 10% bulir superparamagnetik. Selain itu, terdapat 12 sampel yang nilai frekuensi
dependentnya 2 - 10%, artinya bahwa sampel tersebut mengandung bulir
superparamagnetik antara 10% sampai dengan 75%, yang merupakan campuran bulir
superparamagnetik yang berukuran halus dan kasar (Dearing, 1999). Berdasarkan domain
magnetik yang terdapat pada titik sampel M02 sampel tanah lapisan toposil terdiri dari
bulir acid igneus dan stable singledomain (SSD)/multidomain (MD).
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kandungan unsur/mineral yang terdapat pada sampel tanah topsoil rata-rata lebih
didominasi oleh silika dan zat kapur berturut-turut dengan konsentrasi yaitu SiO2
51,43%, CaO 1,57%, MgO 1,08%, Fe 6,39 %, Al2O3 16,87%, Cr2O3 0,35%, MnO
0,14, Ni, 0,10%, TiO2 0,43%, K2O 1,1%, SO3 0,6%, Zn 0,01, Na2O 0,02% dan
P2O5 0,01%.
2. Nilai konduktivitas listrik tanah kisaran 0,019 sampai 0,098 dS/m dengan rata-rata
pH yang terkandung yaitu sebesar 6,01 sampai dengan 6,4
3. Nilai suseptibilitas magnetik sampel tanah toposoil pada frekuensi rendah ( LF )
berada pada kisaran 0,102 × 10-6 m3kg-1 sampai 3,55×10-6 m3kg-1.
B. Saran
Penelitian ini hanya fokus pada tanah topsoil. Sehingga saran yang dapat
diberikan pada penelitian ini sebaiknya bagi peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan penelitian ini untuk menambah informasi tentang unsur dan
suseptibilitas tanah disekitar wilayah pertambangan dengan jenis tanah yang
berberda.
48
DAFTAR PUSTAKA
Arvianti, D. & Juandi, M. 2021. Interpretasi Kualitas Air Bawah Tanah Di Kelurahan
Tangkerang Tengah Kecamatan Marpoyan Damai Menggunakan Metode
Geolistrik Dan Geokimia. Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia.18(2). Hh. 124-
130.
Blaylock, A.D. 1994. Soil, Salinity, Salt Tolerance and Growth Potential of
Horticulture and Landscape Plants. Comparative Extention Service.
University of Wyoming.
BMKG Stasiun Geofisika Kendari. 2019. Peta Geologi Wilayah Kabupaten Konawe
bulan Januari-April Tahun 2019. Kendari.
Della, V. P., Kuhn, I., and Hotza, D. 2002. Rice Husk Ask an Akternate Source For Active
Silica Production, Materials Leters. 57. Hh 818-821.
Effendi, H. 2003 . Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.
Perairan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Faridlah, M., Tohari, A, dan Iryanti, M. 2016. Hubungan Parameter Sifat Magnetik Dan
Sifat Keteknikan Tanah Pada Tanah Residual Vulkanik (Studi Kasus Daerah
Longsor Desa Langensari Kabupaten Bandung Barat). Jurnal Wahana Fisika.
1(1). Hh 54-76.
Fitri. 2023. Analisis Suseptibilitas Magnetik dan Sebaran Debu di Sekitar Smelter Nikel
Daerah Morosi dan Sekitarnya. (Skripsi Sarjana, Universitas Halu Oleo).
Hasriani, 2018. Studi Komparatif Variasi Suseptibilitas Magnetik Pada Top Soil di
Beberapa Tempat di Lingkungan Kota Kendari. Tesis. Program Pascasarjana.
Universitas Halu Oleo. Kendari.
Kanu, M. O., Meludu, O.C ., dan Oniku, S. A. 2013. A Preliminary Assesment of Soil
Pollutionin Some Parts of Jalingo, Metropilis, Nigeria Using Magnetic
Susceptibility Method. Jordan Journal of Earth and Environmental Sciences. 5 (2).
53-61.
Kasifa, dkk. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Program Studi Agroteknologi
Jursan Ilmu Tanah Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 2022. Badan Geologi. Jakarta.
Marisayani, H dan Salomo, S. 2020. Analisa Suseptibilitas Magnetik dan Logam Berat
pada Tanag Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. 17 (2). Hh108- 113.
Martha, Y. 2017. Analisis Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Logam Berat pada
Tanah Lapisan Atas di Sekitar Pabrik PT. Semen Padang, Padang,
Skripsi, Jurusan Fisika, Universitas Andalas.
McCauley, A., Jones, C. and Jacobsen, J. 2009. Nutrient Management. Module No. 8,
Montana State University Extension Publications. http://www.msuextension.org.
Muliawan, N, R, E., Joko Sampurno dan M. Ishak J. 2016. Identifikasi Nilai Salinitas
Pada Lahan Pertanian di Daerah Jungkat Berdasarkan Metode Daya Hantar
Listrik (DHL). Jurnal Prisma Fisika. 6 (2). Hh 69-72.
50
Namira, N., Rahmaniah, dan Ayusari, W. 2021. Identifikasi Unsur Penyusun Tanah Desa
Babangke Kabupaten Bantaeng Menggunakan Metode X-Ray Flourescence
(XRF). Jurnal Teknosains. 15 (3). Hh 280-286.
Notohadiprawiro, T. 2006. Tanah dan Lingkungan. Jurnal Ilmu Tanah Universitas Gadjah
Mada. Hh. 1-23.
Nursahan, I., Vijaya, I., dan Nana, S. 2013. Penentuan Kawasan Pertambangan
Berbasis Sektor Komoditas Unggulan Sumberdaya Nikel Kabupaten
Konawe dan Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Buletin
Sumber Daya Geologi. 8 (2). Hh. 41-53.
Pratiwi, A et al. 2016. Identifikasi Sifat Magnetik Tanah Di Daerah Tanah Longsor.
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF. No 5. p-ISSN: 2339-0654 e-
ISSN: 2476-9398.
Rosi, W. 2017. Bahan Organik dan Pengaruhnya Bagi Tanah. Jurnal ilmiah. 2 (2). Hh 1-
5.
Sari, R., K. 2016. Potensi Mineral Batuan Tambang Bukit 12 dengan Metode XRD, XRF
dan AAS. Jurnal EKS AKTA. 2 (2). Hh 16-23.
Sariwahyuni. 2012. Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang PT. Incosorowako dengan Bahan
Organik, Bakteri Pelarut Fosfat dan Bakteri Pereduksi Nikel. Jurnal Riset Industri.
5(2). Hh. 149-155.
Sartohadi, J., dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Penerbit Pustaka Belajar.
Yogyakarta.
Seran, R. 2017. Pengaruh Mangan Sebagai Unsur Hara Mikro Esensial Terhadap
Kesuburan Tanah dan Tanaman. 2(1). Hh 13-14.
Septiadi, D. & Hadi, S. 2009. Karakteristik Petir Mengenai Curah Hujan debta di
Wilayah Bandung, Jawa Barat. Jurnal Meteorologi dan geofisika. 12(2). Hh 163-
170.
Siregar, S. dan Arif, B. 2015. Penentuan Nilai Suseptibilitas Magnetik Mineral Magnetik
Pasir Besi Sisa Pendulangan Emas di Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Jurnal
Fisika Unand. 4 (4). Hh 344-349.
Tarigan. 2017. Analisis Tingkat Kesuburan Tanah Melalui Nilai Suseptibilitas Magnetik
Pada Lahan Persawahan Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Jurnal
Fisika Unand. 8 (3). Hh 281-287.
Tarling dan Hrouda. 1993. Pengukuran Sifat Fisik Tanah di Lahan Tebuh Menggunakan
Metode Geolistrik dan Teknik Mekanika Tanah [Skripsi]. Jember: Universitas
Jember.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. diterjemahkan
oleh Bambang Soegijono. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Tufaila M., Hasbullah S., Jufri J., dan Lies I. 2014. Karakteristik Morfologi Dan
Klasifikasi Tanah Luapan Banjir Berulang Di Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal
Agriplus, 24 (3) : 196.
Waspodo, R., S., B., Silvia, K., dan Vita, A., K., D. 2019. Prediksi Intrusi Air Laut
Berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik Dan Total Dissolved Solid Di Kabupaten
Tangerang. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 8 (4). Hh 243-250.
Wijaya, A., S. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk
Menentukkan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya. Jurnal
Fisika Indonesia. 55 (19). Hh 1-5.
Yanti, R. P. 2021. Identifikasi Pencemaran Logam Berat Pada Sedimen Sungai Batang
Arau Kota Padang Berdasarkan Nilai Suseptibilitas Magnetik. Padang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.
Yesi, S., U., dan Arif, B. 2019. Analisa Suseptibilitas Tanah pada Lahan Perkebunan
Kopi di Kabupaten Solok. Jurnal Fisika Unand. 8(3). Hh 219- 226.
LAMPIRAN
53
Koordinat Magnetik
Titik
DF (%
Sampel (10−6 m3kg−1 )
BT LS LF HF
M 01 122º 23' 21.4'' 3º 52' 33.42'' 0,335 0,325 2,99
M 02 122º 23' 31.13'' 3º 53' 3.57'' 0,103 0,102 0,97
M 03 122º 24' 13.30'' 3º 53' 25.60'' 3,673 3,559 3,1
M 04 122º 24' 56.69'' 3º 53' 2.49'' 0,844 0,79 6,4
M 05 122º 25' 5.53'' 3º 52' 33.71'' 0,967 0,887 8,27
M 06 122º 24' 58.07'' 3º 53' 28.64'' 1,158 1,096 5,35
M 07 122º 24' 21.72'' 3º 53' 43.63'' 1,516 1,474 3,87
M 08 122º 24' 6.22'' 3º 54' 20.79'' 0,31 0,298 3,68
M 09 122º 24' 21.45'' 3º 54' 57.53'' 0,142 0,136 4,23
M 10 122º 24' 58.23'' 3º 55' 12.98'' 0,154 0,138 10,39
M 11 122º 25' 35.37'' 3º 54' 57.27'' 0,226 0,205 9,29
M 12 122º 25' 50.07'' 3º 54' 20.78'' 0,369 0,342 7,32
M 13 122º 25' 34.39'' 3º 53' 43.51'' 3,214 3,119 2,96
55
56