Anda di halaman 1dari 74

INVESTIGASI KANDUNGAN UNSUR, SIFAT LISTRIK DAN SIFAT

MAGNETIK PADA TANAH TOPSOIL DI SEKITAR WILAYAH


INDUSTRI PERTAMBANGAN KECAMATAN MOROSI
KABUPATEN KONAWE

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Jurusan Studi Pendidikan Fisika

OLEH

ALGIAN AZHAR
A1K1 19 002

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI
INVESTIGASI KANDUNGAN UNSUR SIFAT LISTRIK DAN SIFAT
MAGNETIK PADA TANAH TOPSOIL DI SEKITAR WILAYAH INDUSTRI
PERTAMBANGAN KECAMATAN MOROSI KABUPATEN KONAWE

Oleh:

ALGIAN AZHAR
A1K119002

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing serta untuk dipertahankan dihadapan
Panitia Ujian Seminar Skripsi pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari.

Kendari, Desember 2023


Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rosliana Eso, S.Si., M.Si Dr. Eng. La Agusu, S.Si., M.Si
NIP. 19740808 200003 2 001 NIP.19710817 199903 1 001

Mengetahui,
a.n. Dekan FKIP
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Hj. Hunaidah M., M.Si


NIP. 19681125199303 2 001

ii
ABSTRAK

Telah dilakukan Investigasi Kandungan Unsur Sifat Listrik Dan Sifat Magnetik Tanah
Topsoil disekitar Wilayah industri pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten
Konawe. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Kandungan Unsur, sifat listrik
dan Sifat magnetik pada tanah topsoil di sekitar wilayah industri pertambangan
Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen laboratorium, yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengambilan
sampel tanah secara langsung di lapangan dilanjutkan dengan pengukuran kandungan
unsur tanah menggunakan X-Ray fluorescence (XRF), sifat listrik tanah dengan
Konduktivitas meter dan sifat magnetik dengan menggunakan Susceptibility meter
tipe MS2B. Pengambilan sampel dilakukan secara vertikal dengan kedalaman 0-25
cm. Setelah sampel diambil kemudian dikeringkan. Setelah itu sampel digerus dan
disaring dengan ayakan 200 mesh. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh yaitu
kandungan unsur/mineral tanah yang dihasilkan pada penelitian ini adalah kandungan
unsur/mineral SiO2 merupakan unsur mineral yang paling tinggi dengan nilai rata-rata
51,43% dan unsur mineral Zu adalah yang paling rendah dengan nilai rata-rata 0,01%.
Untuk nilai konduktivitas listrik tanah diperoleh hasil dengan kisaran 0,015 dS/m
sampai 0,098 dS/m dengan rata-rata pH yang terkandung yaitu sebesar 6,01 sampai
dengan 6,38. Sedangkan untuk suseptibilitas magnetik diperoleh bahwa nilai
suseptibilitas magnetik pada frekuensi rendah (  LF ) berada di kisaran 0,102 × 10-6
m3kg-1 sampai 3,673 × 10-6 m3kg-1. Analisis bulir superparamagnetik (SP) pada
scattegram dan korelasi linear pada nilai suseptibilitas magnetik frekuensi rendah
(  LF ) terhadap frekuensi dependent (  FD ) pada sampel tanah mengindikasikan
bahwa sifat magnetik pada sampel lebih didominasi mineral campuran bulir
superparamagnetik (SP) halus dan kasar sekitar 2% – 10%. Korelasi linear yang
cukupkecil menandakan lemahnya hubungan antara frekuensi rendah (  LF ) dan
frekuensi dependent (  FD ).

Kata Kunci : Kandungan Unsur, Sifat Listrik, Sifat Magnetik, Tanah Topsoil

iii
ABSTRACK

Research has been carried out on the elemental content of electrical properties and
magnetic properties of topsoil around the mining industrial area, Morosi District,
Konawe Regency. This research aims to determine the elemental content, electrical
properties, and magnetic properties of topsoil around the mining industrial area,
Morosi District, Konawe Regency. This research uses laboratory experimental
methods, namely by observing and taking soil samples directly in the field followed by
measuring the soil element content using X-ray fluorescence (XRF), the electrical
properties of the soil using a Conductivity meter, and the magnetic properties using
tools. MS2B type vulnerability meter. Sampling was carried out vertically with a
depth of 0-25 cm. After the sample is taken it is dried. After that, the sample was
ground and filtered using a 200-mesh sieve. Based on the research results, it is known
that the element/mineral content of the soil produced in this study is the
element/mineral content SiO2 which is the highest mineral element with an average
value of 51.43% and the mineral element Zu is the highest element. lowest with an
average value of 0.01%. For soil electrical conductivity values, results were obtained
in the range of 0.015 dS/m to 0.098 dS/m with an average pH of 6.01 to 6.38.
Meanwhile, for magnetic susceptibility, the magnetic susceptibility value obtained at
low frequencies (  LF ) is in the range of 0,102×10-6m3kg-1 to 3.673 × 10-6m3kg-1 .
Analysis of superparamagnetic (SP) grains in scattergrams and low-frequency linear
correlation (  LF ) with frequency-dependent magnetic susceptibility values (  FD ) in
soil samples shows that the magnetic properties of the samples are dominated by
mixed mineral fine and coarse superparamagnetic (SP) grains of around 2% – 10%.
The fairly small linear correlation indicates a weak relationship between low
frequency (  LF ) and bound frequency (  FD ).

Keywords: Elemental Content, Electrical Properties, Magnetic Properties, Topsoil


Soil

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul
“Investigasi kandungan unsur, Sifat Listrik, dan Sifat Magnetik tanah topsoil di
Sekitar Wilayah Industri Pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten
Konawe”dapat diselesaikan dengan baik. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa
kehendak dan hidayah-Nya skripsi ini tidak mungkin dapat dilaksanakan. Olehnya itu
sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya peneliti mengucapkan takbir dan tahmit
memuji kebesaran dan keagungan-Nya.
Penulis menyadari bahwa seluruh rangkaian kegiatan penelitian dari tahap
penyusunan proposal hingga penyelesaian penyusunan Skripsi ini senantiasa
mendapat bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, terkhusus
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua
orang tua tercinta Ayahanda Azhar dan Alm Ibunda Rusmianti yang telah
melahirkan, membesarkan, mendidik dan membantu tanpa lelah serta mendoakan
penulis sehingga bisa menyelesaikan tulisan ini. Selain itu penulis menyampaikan
rasa terima kasihyang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Rosliana Eso, S.Si., M.Si.
dan Bapak Dr. Eng. La Agusu, S.Si., M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II
yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya dalam pemberian arahan dan
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.
Penghargaan dan ungkapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu., S.Si., M.Si., M.Sc., selaku
Rektor Universitas Halu Oleo, Kendari.
2. Bapak Dr. H. Jamiludin, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Halu Oleo,
Kendari.
3. Ibu Dr. Hj. Hunaidah M, M.Si.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika FKIP
Universitas Halu Oleo.
4. Ibu Luh Sukariasih S.Pd. M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Halu Oleo.
5. Bapak Dr. Amiruddin Takda, S.Pd., M.Si.,selaku Kepala Laboratorium Jurusan
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Halu oleo.

v
6. Kepada Tim Penguji: Bapak Dr. Amiruddin Takda, S.Pd., M.Si, sebagai ketua
penguji. Bapak Naim, S.Si., M.Pfis. sebagai sekretaris penguji. Bapak Prof. Dr.
H.Hasbullah Syaf, S.P., M.Si dan Bapak Dr. La Ode Safiuddin, M.Si. sebagai
anggota penguji. Terima kasih atas masukan yang berupa kritik dan saran yang
bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak dan Ibu Dosen dalam lingkup Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Universitas Halu Oleo, serta staf-staf akademik di lingkungan FKIP Universitas
Halu Oleo.
8. Kepada Saudara(i) penulis Meika Devi Harianti Azhar, A.Md. Keb., Harianto
Azhar, S.Pd., dan Alfin Azhar S.Geo terima kasih telah memberikan dukungan
yang sangat luar biasa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini berkat dukungan dan semangat dari kalian.
9. Teruntuk penghuni Sok Glamor (SG) terima kasih atas semua doa, dukungan,
serta dorongannya untuk penulis agar secepatnya menyelesaikan studi ini, banyak
hal positif yang dapat diambil dari kalian, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
10. Ucapan terima kasih kepada Sahabatku Fahrul Ulfahrin T. S.Or., Harianto, S.Pd.,
Sartati, A.Md.Rmik., Nurliati, Karmita, S.Si, Vegha Almuresha, dan Ikhlashul
Amal yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi dan selalu ada
untuk penulis dari SMA sampai sekarang.
11. Serta terima kasih kepada sahabat saya yang selalu ada di bangku perkuliahan
sampai saat ini Arninda Anawai W. Pendahi, S.Pd, Elda Amelia Gusman, Dini
Audina, Wa Ode Ichrawati, S.Pd dan Dewi Sartika, S.Pd selaku sahabat penulis
dari awal masuk kuliah yang telah memberikan dukungan arahan dan motivasi.
12. Teruntuk Dexter Squad terima kasih atas semua bantuan, doa dan dukungannya
kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan “Pendidikan Fisika 2019”. Terima kasih untuk
motivasi, kerja sama, canda tawa, dan kenangan terindah selama perkuliahan.
Serta teman-teman KKN Desa Telutu Jaya, terimakasih atas bantuan dan
pengalamannya selama ini.
14. Kepada Senior saya kak Fitri, kak Imran, Kak Fatya, dan Kak Gunawani
terimakasih atas pengalaman, pengajaran, segala bentuk bantuan dukungan serta
motivasi selama ini.

vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsiini masih
banyak kekurangan. Olehnya itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaannya kedepan.

Kendari, Januari 2024

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................. iii
ABSTRACK .............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................................v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4
E. Definisi Operasional.......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6
A. Letak Geografis Kabupaten Konawe .............................................................. 6
B. Tanah ................................................................................................................. 7
C. Daya Hantar Listrik dan Salinitas Tanah .................................................... 10
D. Suseptibilitas Magnetik .................................................................................. 11
E. Susceptibility Meter ........................................................................................ 14
F. X-Ray Fluorescence (XRF) ............................................................................ 15
G. Penelitian yang Relevan ................................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 20
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 20
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................................... 20
C. Metode Penelitian............................................................................................ 20
D. Devinisi Operasional Variabel ....................................................................... 20
E. Teknik Pengambilan Sampel ......................................................................... 21
F. Alat dan Bahan................................................................................................ 21
G. Prosedur Penelitian ......................................................................................... 23
H. Teknik Analisis Data....................................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 30
A. Data Hasil Penelitian ...................................................................................... 30
viii
B. Pembahasan ..................................................................................................... 41
BAB V PENUTUP...................................................................................................... 47
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 47
B. Saran ................................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 48
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat Magnetik Suatu Mineral .....................................................................1


Tabel 2.2 Kerentanan Mineral dan Magnet.................................................................2
Tabel 2.3 Nilai Suseptibilitas Batuan dan Mineral Pengontrolnya .............................3
Tabel 3.1 Alat dan Bahan pada Penelitian ..................................................................4
Tabel 4.1 Hasil Presentasi Unsur/Mineral Tanah Topsoil pada Setiap titik
Pengambilan Sampel ...................................................................................5
Tabel 4.2 Hasil Presentasi Unsur/Mineral Tanah Topsoil pada Setiap Titik
Pengambilan Sampel ...................................................................................6
Tabel 4.3 Hasil Analisis Tanah Topsoil dengan Uji menggunakan Konduktivitas
Listrik ..........................................................................................................7
Tabel 4.4 Hasil Analisis Sifat Magnetik Tanah Topsoil dengan Susceptibility Meter
Tipe MS2B ..................................................................................................8

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Geologi Kabupaten Konawe ............................................................6


Gambar 2.2 Lapisan Kerak Bumi ................................................................................9
Gambar 2.3 Scattegram Domai Magnetik ................................................................. 11
Gambar 2.4 Bartington Magnetic Susceptibility Meter tipe MS2B yang
dihubungkan dengan sensor MS2B ...................................................... 12
Gambar 2.5 Skema Spektrometer XRF DX-95 ......................................................... 13
Gambar 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 20
Gambar 3.2 Peta Pengambilan Sampel Tanah Topsoil di sekitar Wilayah Industri
Pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe........................ 21
Gambar 4.1 Grafik Pengukuran Konsentrasi Unsur-Unsur pada Tanah Topsoil
menggunakan XRF ............................................................................... 29
Gambar 4.2 Sebaran Kandungan Ni berdasarkan nilai XRF..................................... 30
Gambar 4.3 Sebaran Kandungan Fe berdasarkan Nilai XRF .................................... 30
Gambar 4.4 Grafik pengukuran pH Tanah Topsoil pada setiap Sampel ................... 32
Gambar 4.5 Grafik pengukuran Tanah Topsoil Menggunakan Konduktivitas Meter
pada setiap sampel ................................................................................. 32
Gambar 4.6 Sebaran Tanah Topsoil berdasarkan Nilai Konduktivitas Listrik ......... 35
Gambar 4.7 Nilai Suseptibilitas Magnetik Frekuensi Rendah (Xlf) Tanah Topsoil
diberbagai Titik Pengambilan Sampel................................................... 36
Gambar 4.8 Sebaran Tanah Topsoil berdasarkan nilai suseptibilitas Magnetik
Frekuensi Rendah .................................................................................. 36
Gambar 4.9 Scattegram Hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik frekuensi
rendah (  LF ) terhadap frekuensi dependent (  DF) pada sampel tanah
topsoil .................................................................................................... 38
Gambar 4.10 Korelasi suseptibilitas magnetik pada frekuensi rendah (XLF) Terhadap
frekuensi dependent (XDF) sampel tanah topsoil .................................. 38

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertambangan masih menjadi primadona sebagai penyumbang
terbesar devisa (Dewi, 2019). Cadangan tambang nikel di Sulawesi Tenggara
sebesar 97.401.543.025,72 Wmt dengan luas sebaran endapan nikel diperkirakan
mencapai 480.032,13 Ha, dengan status kawasan 283.561,84 Ha (59%) masuk
kawasan areal penggunaan lain (APL), 170.300 Ha (35%) kawasan hutan lindung
(Hl), dan 26.170, 28 Ha (5%) masuk dalam kawasan hutan konservasi. Cadangan
nikel terbesar berada di Kabupaten Konawe Utara yaitu 46.007.440.652,72 Wmt.
Selain Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe juga memiliki cadangan
nikel sebesar 1.585.927.189,00 Wmt (Prasetyo, 2015). Upaya untuk
meningkatkan peran/kontribusi sektor pertambangan di wilayah ini adalah dengan
memanfaatkan semua potensi sumber daya mineral tersebut secara optimal dalam
rangka mendukung pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan,
sehingga tercapai pembangunan yang berkelanjutan (Nursahan, 2013).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah rata-rata produksi nikel di
Sulawesi Tenggara periode 2008-2020 sebesar 138.202.021 ton (BPS, 2021).
Menurut (Setyaningsih, 2007) kegiatan pertambangan suatu daerah akan
menimbulkan dampak negatif terutama penurunan kondisi tanah pertambangan
seperti perubahan profil lapisan tanah, berkurangnya unsur hara tanah, kondisi pH
tanah rendah, populasi mikroba semakin berkurang dan terjadinya pencemaran
logam-logam berat dalam tanah. Menurut (Sariwahyuni, 2012) bahwa lahan
tambang nikel memiliki konsentrasi pH tanah yang masam, kandungan Ni (II)
dalam konsentrasi yang tinggi dan ketersediaan fosfat yang rendah. Tanah-tanah
tambang nikel terbentuk dari bahan induk batuan beku basa atau ultra basa yang
memiliki kandungan logam berat yang mencapai kadar toksik pada tanaman.
Oleh karena itu, diperlukan strategi yang baik untuk perbaikan kualitas tanah
demi menunjang tercapainya kegiatan revegetasi di lahan tambang nikel. Dalam
penelitian Fitri (2022) belum dilakukannya penelitian mengenai kandungan unsur
yang terkandung di dalam tanah topsoil sehingga belum lengkap informasi
mengenai kandungan debu yang dihasilkan dari aktivitas industri tambang
tersebut.
2

Menurut Hidayat et al (2007), tanah topsoil merupakan lapisan tanah atas


yang mengandung bahan organik, berwarna gelap dan subur yang memiliki
ketebalan sampai 25 cm. Lapisan topsoil yang tipis menyebabkan kemampuan
menyerap dan menyimpan air pada tanah berkurang. Analisis kandungan unsur
tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode XRF (X-ray flourescence)
untuk mengindentifikasi suatu objek material seperti tanah (Namira et al, 2021).
Salah satu cara untuk mendeteksi keberedaan tanah dapat dilakukan
secara suseptibilitas magnetik yang digunakan untuk mengetahui sifat magentik
suatu bahan. Faridlah (2016) melakukan penyelidikan dengan mengambil sampel
berupa tanah Topsoill dari daerah longsor dari dua tempat yaitu lereng longsor
dangkal dan lereng stabil Desa Langensari Kabupaten Bandung Barat. Metode
pengambilan data magnetik menggunakan alat Bartington MS2B susceptibility
meter yang bekerja pada pada dua frekuensi yaitu : 470 Hz, nilai suseptibilitas
yang didapat disebut dengan suseptibilitas frekuensi rendah (  LF ) dan 4,7 kHz,
nilai suseptibiltas yang di dapat disebut dengan suseptibiltas frekuensi tinggi
(  HF ) . Berdasarkan hasil penelitian suseptibiltas magnetik frekuensi rendah

(  LF ) untuk sampel tanah di lereng stabil, menujukkan bahwa nilai suseptibilitas


magnetik berkisar pada 339,9 x 10-8 m3/kg – 806,7 x 10-8 m3/kg, nilai
suseptibilitas magnetik tersebut mengindikasikan bahwa mineral yang terkandung
pada tanah tersebut adalah Ilmenit. Dan untuk sampel tanah pada lereng longsor
menujukkan bahwa nilai suseptibilitas magnetik berkisar pada 365,2 x 10-8 m3/kg
– 691,5 x 10-8 m3/kg. Nilai suseptibilitas tersebut mengindikasikan bahwa mineral
yang terkandung pada tanah tersebut juga termasuk mineral Ilmenit. Hal ini
menujukkan bahwa pola suseptibilitas magnetik hampir sama antara sampel tanah
lereng stabil dan lereng longsor, hanya saja ada beberapa nilai suseptibiltas
magnetik pada lereng stabil terjadi perbedaan yang cukup signifikan dari lereng
longsor, nilainya relatif dekat
Metode daya hantar listrik (DHL) merupakan metode electrical
conductivity meter yang memberikan informasi yang lebih akurat tentang
pengukuran sifat listrik tanah. Nilai yang terbaca dalam mS/cm (mili-Siemens per
centimeter). Selanjutnya, Wijaya (2015) melakukan penyelidikan tentang
3

Daya Hantar Listrik (DHL) untuk mengetahui nilai salinitas tanah lahan pertanian
di Daerah Jungkat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa nilai konduktivitas tanah terendah 1,362 mS/cm dan nilai
konduktivitas tertinggi 2.89 mS/cm. Berdasarkan hasil nilai salinitasnya, tanah
pertanian di Daerah Jungkat tergolong bersalinitas rendah.
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Yurmin (2020) dengan
pengambilan sampel berupa tanah yang berada di bawah tegakan pohon yang
terpapar petir dengan intensitas rendah bahwa nilai suseptibilitasnya magnetik
tanah di Kecamatan Puwatu lebih tinggi dibandingkan padah tanah yang terpapar
petir dengan intensitas rendah di Kecamatan Kambu dan lahan yang tidak

terpapar petir. Rentang nilai ( ) padah tanah yang terpapar petir dengan
intensitas rendah baik di Kecamatan Puwatu dan Kecamatan Kambu serta tanah
yang tidak terpapar petir menunjukan bahwa mineral magnetik yang terkandung
tergolong bersifat paramagnetik yaitu tanah yang mengandung magnet lemah.
Berdasarkan permasalahan di atas, yang hanya membahas seputaran sifat
magentik dan sifat listrik pada tanah longsor dan tanah yang terpapar petir saja
dan belum ada peneliti yang meneliti tentang kandungan unsur, sifat listrik dan
sifat magnetik tanah topsoil disekitaran tambang. Oleh karena itu, peneliti ingin
melakukan penelitian dengan topik “Investigasi Kandungan Unsur, Sifat
Listrik dan Sifat Magnetik Tanah TopSoil Di Sekitar Wilayah
Pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kandungan unsur tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe?
2. Bagaimana sifat listrik tanah topsoil di sekitar wilayah industri pertambangan
Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe?
3. Bagaimana sifat magnetik tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe?
4

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menentukan kandungan unsur tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.
2. Untuk menentukan sifat listrik tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.
3. Untuk menentukan sifat magnetik tanah topsoil di sekitar wilayah industri
pertambangan Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari peelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran untuk mengetahui lebih dalam
mengenai kandungan unsur, sifat listrik dan sifat magnetik tanah topsoil di
sekitar wilayah Tambang.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan kandungan unsur, sifat
listrik dan sifat magnetik tanah topsoil di sekitar wilayah pertambangan
3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi dan motivasi untuk penelitian
lebih lanjut dalam bidang penelitian terkait.

E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran yang berbeda-beda dan
untuk memudahkan memahami isi. Maka istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini perlu diberikan definisi operasional. Adapun istilah yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
1. Tanah merupakan lapisan permukaan bumi hasil dari perubahan bentuk dan
lokasi zat-zat mineral baik organik maupun anoorganik yang proses
pembentukannya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dalam waktu
yang sangat panjang.
2. Tanah yang subur merupakan tanah yang secara kimia memiliki pH yang
netral dan kandungan unsur hara yang cukup.
3. Suseptibilitas magnetik merupakan ukuran dasar tentang bagaimana sifat
kemagnetan suatu bahan yang ditunjukkan dengan adanya respon terhadap
induksi medan magnet.
5

4. Sifat listrik adalah sifat yang menunjukkan ciri dan karakteristik dari benda
bermuatan.
5. Unsur tanah adalah komponen yang mempengaruhi pembentukan tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Letak Geografis Kabupaten Konawe
Secara Astronomis, Kabupaten Konawe terletak antara garis bujur
121o20’00”-122o40’00” BT dan garis lintang 02o42’00” LS. Sedangkan sevara
administrasi pemerintahan, Kabupaten Konawe terletak di Provinsi Sulawesi
Tenggara dengan luas daerah pemetaan ini ± 5.858, 33 Km2 dengan batas-batas
administratif sebagai berikut :
1. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah)
dan Kabupaten Luwu Timur (Sulawesi Selatan)
2. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara, Kota
Kendari, Konawe Kepulauan dan Laut Banda.
3. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara dan
Kolaka Timur
4. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan.

Gambar 2.1 Peta Geologi Kabupaten Konawe

6
7

B. Tanah
Menurut M Tufalia, dkk (2014), tanah merupakan bahan mineral tak
terkonsolidasi pada permukaan bumi yang menjadi sasaran dan pengaruh oleh
faktor genetik dan lingkungan dari bahan induk, iklim (termasuk efek kelengasan
dan temperatur), makro dan mikroorganisme, dan topografi, yang kesemuanya
berlangsung dalam suatu periode waktu dan menghasilkan produk akhir berupa
tanah yang berbeda dari bahan-bahan penyusun aslinya dalam sifat fisik, kimia,
biologi, morfologi, dan karakteristiknya.
Tanah mempunyai sifat yang sangat kompleks terdiri atas komponen
padatan yang berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah
yang berupa padatan, cair dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan,
selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah, yang
dipengaruhi oleh suhu, udara, angin dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian
tanah merupakan media tumbuh tanaman (Sartohadi, 2012).
Menurut Kasifa (2017) menyatakan tanah didefinisikan sebagai bahan atau
massa yang terdiri dari mineral dan bahan organik yang mendukung pertumbuhan
tanaman dipermukaan bumi. Tanah terdiri dari partikel-partikel batuan, bahan
organik, makhluk hidup, udara dan air. Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu
padat, cair, dan gas yang selalu mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang.
Tanah yang terbentuk dari berbagai proses fisik, kimia, dan biolgi menghasilkan
lapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam istilah
tanah, lapisan tersebut disebut horison.
1. Karakteristik Tanah
Menurut Rosi widarawat (2017), tubuh tanah terbentuk dari campuran
bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk
dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik
(organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang
terdegradasi. Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama
lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung
memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa bahan organik
(substanssi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok
tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau
hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami
karena memiliki sifat fisik gembur sehingga mampu menyimpan cukup air
8

namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan
memberikan hasil terbatas dan dibawah capaian optimum. Tanah non-organik
didominasi oleh mineral, mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah.
Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk
tanah: pasir, lanau (debu), dan lempeng.
2. Lapisan Tanah
Menurut Tarigan (2017) menyatakan bahwa secara umum terdapat
beberapa lapisan tanah yang terbagi menjadi 4 tingkatan meliputi:
a. Lapisan tanah atas merupakan lapisan yang terletak hingga 30 cm,
seringdisebut dengan istilah topsoil. Pada lapisan ini kaya dengan bahan-
bahan organik, humus dan menjadikannya sebagai lapisan paling subur
sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman berakar pendek.
Warnanya yang cenderung paling gelap dibandingkan lapisan di bawahnya,
terlihat lebih gembur dan semua mikroorganisme hidup pada lapisan ini.
b. Lapisan tanah tengah terletak dibagian bawah dari topsoil dengan
ketebalan antara 50 cm - 1 m. Berwarna lebih cerah daripada lapisan
diatasnya dan lapisan inti terbentuk dari campuran pelapukan yang terletak
dilapisan bawah dengan sisaa material top soil yang terbawa air,
mengendap sehingga bersifat lebih padat dan sering disebut dengan tanah
liat.
c. Lapisan bawah tanah merupakan lapisan yang mengandung batuan yang
mulai melapuk dan sudah tercampur dengan tanah endapan pada lapisan
diatasnya atau tanah lihat. Pada bagian ini masih terdapat batuan yang
belum melapuk dan sebagian sudah dalam proses pelapukan dari jenis
batuan itu sendiri dan berwarna sama dengan batuan penyusunan atau
asalnya. Berada cukup dalam dan jarang dapat ditembus oleh akar akar
pohon atau tanaman.
d. Lapisan batuan induk merupakan lapisan terdalam yang terdiri atas batuan
padat. Jenis batuan pada lapisan ini berbeda antara satu daerah dengan
tempat lainnya sehingga menyebabkan produk tanah yang dihasilkan juga
berbeda, batuan pada lapisan ini mudah pecah namun sangat sulit ditembus
oleh akar tanaman dan air, berwarna terang putih kelabu hingga
kemerahan. Lapisan batuan induk ini dapat dengan mudah terlihat pada
dinding tebing terjal daerah pegunungan.
9

Gambar 2.1 Lapisan Kerak Bumi (Tarigan, 2017)

3. Faktor-Faktor Pembentukan Tanah


Faktor pembentukkan tanah ialah keadaan atau kakas (force)
lingkungan yang berdaya menggerakkan proses pembentukkan tamah atau
memungkinkan proses pembentukkan tanah berjalan. Proses pembentukkan
tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia dan biologi.
a. Bahan Induk
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomasa mati
menjadi sebagai bahan mentah. Yang berasal dari batuan akan
menghasilkan tanah mineral, sedang yang berasal dari longgokan biomassa
mati akan menghasilkan tanah organik. Bahan penyusun tanah organik
dirajai oleh bahan organik dengan campuran bahan mineral berupa endapan
aluvial.
b. Iklim
Iklim berpengaruh langsunh atas suhu tanah dan keairan tanah serta
berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin
dapat menimbulkan degradasi tanah karena pelindian (hujan) dan erosi
(hujan dan angin). Energi pancar menentukan suhu badan pembentuk tanah
dan dengan demikian menentukan laju prlapukan bahan mineral dan
dekomposisi serta humifikasi bahan organik. Semua proses fisik, kimia dan
biologi bergantug pada suhu.
c. Organisme Hidup
Faktor ini terbagi dua, yaitu yanh hidup di dalam tanah dan yang hidup di
atas tanah. Yang hidup di atas tanah mencakup bakteria, jamur, akar
tumbuhan, cacing tanah, rayap, semut, dsb. Bersama dengan makhluk-
makhluk tersebut, tanah membentuk suatu ekosistem. Jasad-jasad penghuni
tanah mengaduk tanah, mempercepat pelapukan zarah-zarah batuan,
10

menjalankan perombakan bahan organik, mencampur bahan organik


dengan bahan mineral, membuat lorong-lorong dalam tubuh tanah yang
memperlancar gerakan air dan udara, dan mengalihtempatkan bahan tanah
dari satu bagian ke bagian lain tubuh tanah.
d. Timbulan
Timbulan (relief) atau bentuk lahan (landform) menampilkan tampakan
lahan berupa tinggi tempat, kelerengan, dan kiblat lereng. Timbulan
merupakan faktor pensyarat (conditoning factor) yang mengendalikkan
pengaruh faktor iklim dan organisme hidup, dan selanjutnya
mengendalikan laju dan arah proses pembentukan tanah.
e. Waktu
Waktu bukan faktor penentu sebenarnya. Waktu dimasukkan faktor karena
semua proses maju sejalan dengan waktu. Tidak ada proses yang mulai
dan selesai secara seketika. Tahap evolusi yang dicapai tanah tidak selalu
bergantung pada lama kerja berbagai faktor, karena intensitas faktor dan
interaksinya mungkin berubah-ubah sepanjang perjalanan waktu. Dapat
terjadi tanah yang belum lama terbentuk akan tetapi sudah memperlihatkan
perkembangan profil yang jauh. Sebaliknya, ada tanah yang sudah lama
menjalani proses pembentukan akan tetapi perkembangan profilnya masih
terbatas.
C. Daya Hantar Listrik dan Salinitas Tanah
1. Daya Hantar Listrik
Daya Hantar Listrik merupakan sifat menghantarkan listrik. Menurut
Effendi (2003), DHL merupakan gambaran numerik dari kemampuan air untuk
meneruskan aliran listrik. Sehingga dapat menggambarkan nilai garam-garam
terlarut yang dapat menggambarkan nilai keasinan suatu air. Konduktivitas
dinyatakan dalam satuan µmhos/cm yang setara dengan µsiemens/cm
(Waspodo, 2019).
Metode daya hantar listrik merupakan metode untuk mengukur jumlah
total garam terlarut. Penentuan nilai DHL dengan menempatkan dua elektroda
ke dalam sampel, dan mengukur perbedaan potensial listriknya. Jika
konsentrasi garam meningkat, maka kemampuan larutan menghantarkan listrik
akan meningkat. Hasil pengukuran merupakan konversi tahanan listrik menjadi
11

konduktansi listrik. Satuan pengukuran biasanya mS/cm yang sama dengan


mmho/cm (Muliawan, 2016).
2. Salinitas Tanah
Salinitas tanah merupakan indikasi jumlah garam dalam tanah. Jumlah
garam dalam tanah yang berlebihan dapat mengganggu proses pertumbuhan
tanaman (Blaylock, 1994). Dalam rangka meningkatkan kesuburan tanah,
diperlukan penambahan bahan pembenah tanah.
D. Suseptibilitas Magnetik
1. Pengertian Suseptibiltas Magnetik
Suseptibilitas merupakan sebuah pengukuran tentang bagaimana
megnetisasi dari suatu bahan dapat terjadi dan dapat digunakan secara umum
untuk melukiskan sifat magnetik bahan (Hunt, 1991). Suseptibiltas magnetik

menujukkan kerentanan suatu bahan termagnetisasi ketika diberikan medan


magnet, secara matematis dinyatakan dalam persamaan (1).
→ →
M = k. H (2.1)

dalam satuan SI, dan adalah A/m, jadi x tidak berdimesi. Nilai x
merupakan suseptibilitas magnetik berbasis volume. Selain k, suseptibilitas
magnetik juga dinyatakan dalam suseptibilitas magnetik massa (x). Hubungan
antara suseptibilitas volume dan massa dinyatakan sebagai berikut.
k
x= (2.2)

dengan adalah densitas (kg/m3) dan x adalah suseptibilitas magneticmassa
(m3/kg). Pengukuran suseptibilitas magnetik menggunakan alat Bartington
Susceptibility Meter MS2 tipe MS2B yang dapat digunakan untuk
mengukurdalam 2 frekuensi, yaitu pada frekuensi rendah dan frekuensi
tinggi (XHF) sesuai persamaan (3).
 LF −  HF
 FD = 100% (2.3)
 LF

(Andini Pratiwi, et al. 2016).


12

2. Mineral-Mineral Magnetik Alamiah


Setiap suseptibiltas magentik memiliki nilai suseptibiltas yang berbeda.
Pada Tabel 2.1 berikut ini menjukkan nilai suseptibilitas untuk beberapa
mineral magnetik dan non magnetik.
Tabel 2.1 Sifat Magnetik Suatu Mineral
Suseptibilitas Magnetik
Batuan/Mineral Massa
Formula
(10-8m3kg-1)
Ferromagnetic metals
Iron Αfe 27600000
Cobalt Co 20400000
Nikel Ni 6885000
Ferrimagnetic
Magnetite Fe2O2
(0.012-0.069 µm) 51300 – 111600
50000 – 100000
(0.09-2000 µm) 59600 ± 7700
(1-250 µm) 44000 – 71600
39000 – 58000
Maghemite γFe2O2 41000, 44000
28600 – 37100
Titanomagnetite Fe2O4-Fe2Tio4 16900 – 29000
Titanohaematite Fe2O3-FeTio2 28100 – 31500
Pyrrhotite Fe7S8 5000, 5300
Greigite Fe3S4
(Canted) antiferromagnetic
Hermatite αFe2O2 119 – 169
58 – 78
49 – 65
27, 31, 60, < 63
Goethite ΑFeOOH 35, 38, 70, <126
Paramagnetic (200C)
Ilmenite FeTiO3 170, 200
Ulvospinel Fe2TiO4
Olivine 4[(Mg,Fe)2SiO4] 1 – 130
Siderite FeCO3 100
Biotite Mg, Fe, Alsilicate 5 – 95
Pyroxene (Mg, Fe)2Si2O6 4 – 94
Chamosite oxidised chlorite 90
Nontronite Fe – rich clay 86.3
Amphibole Mg, Fe, Alsilicate 16 – 69
Epidote Ca, Fe, Al silicate 25 – 31
Pyrite FeS2 30
Lepidocrocite ΓFeOOH 50 – 75, 69
Prochlorite mica – like mineral 15.7
Vermiculite complex silicate 15.2
Illite K1Al4(Si,Al)8O2O(OH)4 15
Bentonite complex silicate 5.8
Smectite complex silicate 5, 27
Chalcopyrite CuFeS2 3
Attapulgite complex silicate 2
13

Dolomite CaMg(CO3)2 11
Diamagnetik
Calcite CaCO3 -0.48
Alkali – feldspar Ca, Na, K, Al silicate -0.5
Plastic -0.5
Quartz SiO2 -0.58
Organic matter -0.9
Water H2O -0.9
Halite NaCl -0.9
Kaolinite Al4, Si4, O10(OH)8 -0.9

Tabel 2.2 Kerentanan Mineral dan Magnet


Mineral/Material χlf (10-8m3kg-1)
Magnetite 50000
Geothite 50
Paramagnetic Mineral 1
Organik, Kuarsa, Pasir dan air -1

Sampel batuan dan tanah yang menunjukan perilaku paramagnetik


murni jarang menunjukan χlf jika nilai melebihi 10 x 10-8m3kg-1. Oleh karena
itu, sebagai aturan praktis, χlf jika sampel apapun dengan nilai kurang dari
nilai tersebut, mungkin dikendalikan oleh konsentrasi mineral paramagnetik
dan untuk nilai yang lebih besar dari ini disebut ferrimagnetik. Adapun
pengecualian untuk aturan ini, terutama pada sampel yang lemah dimana
kerentanannya dapat dikontrol dengan konsentrasi menit mineral
ferrimagnetik (Dearing, 1999).
Menurut Tarling dan Hrouda (1993), untuk sampel yang mengandung
mineral magnetik dan non magnetik nilai suseptibilitasnya sebagian besar
dikontrol oleh sifat dan konsentrasi mineral magnetik yang terkandung di
dalamnya. Nilai suseptibilitas batuan dan mineral pengontrolnya dapat dilihat
pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Nilai Suseptibilitas Batuan dan Mineral Pengontrolnya
Suseptibilitas Massa
No Mineral Pengontrol
χLF ( x10-8m3/kg)
1 χ < 110 Paramagnetik
2 110 <χ < 1100 Paramagnetik dan Ferrimagnetik
3 χ > 1100 Ferrimagnetik
13

3. Sifat Magnetik Bahan


Berbagai jenis batuan memiliki bermacam-macam mineral magnetik
didalamnya yang masing-masing dapat dikelompokkan kedalam
paramagnetik, feromagnetik serta diamagnetik. Hampir keseluruhan mineral
yang terdapat di alam memiliki sifat diamagnetik atau paramagnetik. Akan
tetapi, juga terdapat mineral mineral yang bersifat feromagnetik (Hakim,
2020). Sifat-sifat kemagnetan suatu bahan diantaranya yaitu (Irianto, 2016):
a. Diamagnetik
Diamagnetik merupakan mineral alam yang tidak mempunyai momen
magnetik, sehingga kemagnetannya sangat lemah. Atom-atom bahan
diamagnetik mempunyai kulit elektron terisi penuh. Setiap elektron
berpasangan dan mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap pasangan,
sehingga tidak mempunyai momen magnet. Yanti (2021) mengatakan
Bahan diamagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas
magnetik negatif dan sangat kecil. Bahan yang termasuk ke dalam
kelompok diamagnetik diantaranya bismut, emas, air, karbondioksida, dan
hidrogen.
b. Paramagnetik
Paramagnetik terdapat dalam suatu bahan yang memiliki kulit elektron
terluar yang belum penuh yakni ada elektron yang spinnya tidak
berpasangan, sehingga jika terdapat medan luar, spin tersebut akan berputar
dan menghasilkan medan magnet yang mengarah searah medan magnet
luar. Yanti (2021) mengatakan Pada bahan yang bersifat paramagnetik,
suseptibilitas magnetiknya akan bernilai positif dan kecil. Bahan yang
termasuk ke dalam kelompok paramagnetik diantaranya adalah oksigen,
sodium, aluminium, dan gadolinium.
c. Feromagnetik
Bahan ferromagnetik terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh
satu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar. Feromagnetik
dicirikan dengan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas tinggi. Tidak
seperti bahan diamagnetik dan paramagnetik, bahan ferromagnetik tidak
memiliki nilai suseptibilitas yang konstan, tetapi besar nilai
suseptibilitasnya bervariasi sesuai dengan medan magnet yang
mempengaruhinya.
14

Bahan yang termasuk dalam golongan fromagnetik adalah logam transisi


seperti Fe, Co, Ni dan paduan dari beberapa logam. Gejala magnetisasi
terjadi hanya di bawah temperatur tertentu yaitu temperature transisi
feromagnetik, yang disebut dengan temperature Curie. Temperatur tersebut
tergantung pada bahan, tetapi nilainya berorde sekitar 1000 K (Kittel,
1996). Saat di atas temperature Curie, gerak acak sudah cukup besar untuk
merusak keteraturan penyerahan bahan ini dan akan mengubahnya menjadi
bahan paramagnetik (Tripler, 2021).

Gambar 2.2 Scattegram Domain Magnetik


E. Susceptibility Meter
Pengukuran suseptibilitas magnetik dilakukan dengan menggunakan
Barington MS2 Magnetic Susceptibility Meter dengan sensor MS2B yang
terintegrasi dengan software multisus (Siregar, 2015). Besarnya nilai susepbilitas
magnetik hasil pengukuran tersebut juga dapat digunakan untuk memperkirakan
banyaknya mineral magnetik serta jenis mineral yang terkandung di dalamnya.
Magnetic susceptibility meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
nilai suseptibilitas magnetik dari suatu bahan. Suseptibilitas magnetik merupakan
parameter yang menyebabkan timbulnya anomali magnetik dan karena sifatnya
yang khas untuk setiap jenis bahan, khususnya logam (Martha, 2017). Nilai
suseptibilitas magnetik suatu bahan pun dapat ditentukan baik pada sampel di
laboratorium atau permukaan singkapan batuan.
Prinsip kerja Bartington MS2 adalah pemanfaatan sirkuit elektromagnetik
yang mendeteksi perubahan induktansi ketika sampel ditempatkan dalam
kumparan. Bartington MS2 ini dilengkapi oleh sensor MS2B yang bekerja
dengan dua frekuensi yaitu frekuensi rendah 465 Hz dan frekuensi tinggi 4650
15

Hz. Frekuensi rendah digunakan apabila ingin mengukur suseptibilitas bahan


secara keseluruhan, sedangkan jika menggunakan frekuensi tinggi maka pada
bagian dalam bahan tidak akan terdeteksi karena daya tembus yang rendah.
Suseptibilitas magnetik dapat ditentukan per satuan volume (k) atau
persatuan massa (÷). Suseptibilitas magnetik per satuan volume tidak memiliki
dimensi (dimensionless) sementara suseptibilitas magnetik per satuan massa
mempunyai satuan m2kg-1. Pengukuran suseptibilitas magnetik dapat dilakukan
baik pada sampel di laboratorium maupun dilakukan dilapangan pada permukaan
tanah atau permukaan singkapan batuan.

Gambar 2.3 BartingtonMagnetic Susceptibility


Meter Tipe MS2B yang Dihubungkan
dengan Sensor MS2B

Pengukuran magnetik lain yang juga sering dilakukan adalah pengukuran


anisotropi magnetik. Sifat-sifat magnetik ternyata bergantung pada arah
(direction dependent). Sifat anisotropi ini diakibatkan oleh bentuk bulir, struktur
kristal, ataupun oleh distribusi dari bulir di dalam batuan. Pengukuran anisotropi
magnetik dapat memberi informasi tentang serat (fabrics) serta derajat kompaksi
atau deformasi pada batuan. Pengukuran anisotropi magnetik pada sampel
lazimnya dilakukan melalui pengukuran intensitas ARM atau suseptibilitas pada
sejumlah arah yang berbeda (Suandayani, 2017).
F. X-Ray Fluorescence (XRF)
Metode XRF digunakan untuk analisa unsur penyusun suatu bahan
menggunakan radiasi sinar-X yang diserap dan dipantulkan oleh target atau
sampel. Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur
suatu material. Metode ini paling banyak digunakan untuk analisis unsur dari
bahan batuan, mineral dan sedimen. Metode XRF akan memberikan nilai
intensitas secara total dari unsur tertentu dalam semua bentuk senyawa. XRF
16

merupakan salah satu metode analisis yang tidak merusak sampel, dapat
digunakan untuk analisis unsur dalam bahan secara kualitas dan kuantitas (Sari,
2016). Bahan/sampel yang dianalisis dapat berbentuj serbuk atau bongkahan,
berat minimal 2gram. Aplikasi: Eksplorasi Geologi, Pertambangan, Metalurgi,
Lingkungan, Kesehatan, dan lain sebagainya.
1. Alat yang digunakan pada alat ini yaitu Niton XL3t 500 Portable
- Unsur yang terdeteksi: Pb, Zn, Fe, Cu, Ni, Ti, Ca, Mo, Zr, Sr, Rb, Se, As,
Au, W, Co, Cr, V, Sb, Sn, Cd, Ag, Pd, Nb, Bi, Th, U, Hg, Sc, K, S, Ba,
Cs, Te
- Unsur yang tidak terdeteksi (Bal): Si, Al, Mg, Na
2. Harus sesuai dengan Standar Kalibrasi National Institute of Standars and
Tecnology (NIST).
Sinar-x karakteristik yang dihasilkan dari peristiwa tersebut ditangkap
oleh detektor semi konduktor Silikon Lithium (SiLi). Detektor tersebut dapat
berfungsi dengan baik bila temperatur dijaga pada kondisi suhu di bawah 0° (-
115°) dengan cara merendamnya dalan nitrogen cair. Berdasarkan manual alat,
spektrometer XRF mampu mendeteksi unsur-unsur dengan energi karakteristik
sinar-x > 0,840 keV dengan kebolehjadian terjadinya sinar yang dideteksi
spektrometer XRF dengan konsentrasi lebih besar dari 0,01 %. Hasil analisis
kualitatif ditunjukkan dalam bentuk spektrum yang mewakili komposisi unsur
yang terkandung dalam suatu bahan sesuai dengan energi karakteristik sinar-x
masing-masing unsur, sedang analisis kuantitatif dihitung menggunakan metode
komparatif.
Prinsip pengukuran XRF berdasarkan terjadinya proses eksitasi elektron
pada kulit atom bagian dalam ketika atom suatu unsur tersebut dikenai sinar-X,
kekosongan elektron tersebut akan diisi oleh elektron bagian luar dengan
melepaskan energi yang spesifik untuk setiap unsur. Elektron dari kulit yang
lebih tinggi akan mengisi kekosongan tersebut. Perbedaan energi dari dua kulit
itu muncul sebagai sinar-X yang dipancarkan oleh atom spektrum sinar-X selama
proses tersebut menunjukkan puncak yang karakteristik, dimana setiap unsur
akan menujukkan puncak karakteristik yang merupakan landasan dari uji
kualitatif dari unsur-unsur yang ada.
Prinsip kerja alat XRF adalah sebagai berikut: sinar-x fluoresensi yang
dipancarkan oleh sampel dihasilkan dari penyinaran sampel dengan sinar-x
17

primer dari tabung sinar-x (X-Ray Tube), yang dibangkitkan dengan energi listrik
dari sumber tegangan sebesar 1200 volt. Bila radiasi dari tabung sinar-x
mengenai suatu bahan maka elektron dalam bahan tersebut akan tereksitasi ke
tingkat energy yang lebih rendah, sambil memancarkan sinar-x karakteristik.
Sinar-x karakteristik ini ditangkap oleh detektor diubah ke dalam sinyal tegangan
(voltage), diperkuat oleh Preamp dan dimasukkan ke analizer untuk diolah
datanya. Energi maksimum sinar-x primer (keV) tergantung pada tegangan listrik
(kVolt) dan kuat arus (µA). Fluoresensi sinar-x tersebut dideteksi oleh detektor
SiLi (Jamaludin & Adiantoro, 2012).

Gambar 2.4 Skema Spektrometer XRF DX-95


G. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Daryanti dkk (2018) tentang Susepbilitas
Magnetik dan Kelimpahan Mineral Magnetik pada Tanah Sawah di Lawang
dan Soekarno-Hatta di Malang. Dimana pengambilan sampel tanah sawah di
Malang dengan luas sawah ± 1.142 Ha area kota dan± 45.888 Ha area
kabupaten. Sampel yang diambil berupa tanah sawah basah atau lempung,
berwarna kecokelatan serta banyak sisa-sisa batang padi sehingga tanah terasa
berserat. Didapatkan nilai susepbilitas magnetik terbesar ada pada tanah sawah
di daerah Lawang yaitu nilai χtf 7, 648 x 10-6 m3 kg-1 , χhf 7, 596 x 10-6 m3 kg-1
dan χfd 2,339 %. Sebaliknya nilai terendah terdapat pada sampel tanah di
sawah daerah Soekarno-Hatta dengan nilai χtf 0,885x 10-6 m3 kg-1 , χhf 0,862 x
10-6 m3 kg-1 dan χfd 0,302 %. Adanya rentang tinggi ataupun rendah pada nilai
susepbilitas magnetik dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah distribusi
mineral yang berada di dalam sampel dan juga keadaan lingkungan di area
pengambilan sampel serta penambahan material anthropogenic, seperti unsur-
unsur non magnetik. Beberapa komposisi unsur mineral yang terdapat dalam
18

tanah sawah diantaranya adabesi (Fe), silika (Si), alumunium (Al), kalsium
(Ca), titanium (Ti). Nilai susepbilitas yang fluktuatif di setiaptitik juga dapat
disebabkan oleh campuran unsur magnetik dan non magnetik dengan
presentase komposisi yang berbeda-beda. Unsur magnetik maupun non
magnetik dalam tanah termasuk dalam unsur hara yang diserap tumbuhan
untuk proses pertumbuhannya.
2. Penelitian Marisayani H dan Salomo S ( 2020) tentang Analisis Susepbilitas
Magnetik dan Kandungan Logam Berat pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit
yang berada di Jl. Garuda sakti, Tapung, Kampar, Riau. Sampel diambil
sebanyak seratus titik sampel dimulai dari titik sampel A10.1 hingga titik
sampel A1.10 , menggunakan Magnet kuat NdFeB sebagai alat pemisah
partikel magnetik pada tanah, menggunakan Probe Magnetic Pasco PS-2162
untuk mengukur induksi magnetik serta XFR sebagai alat identifikasi
komposisi tanah dan kandungan logam berat dalam tanah. Didapatkan nilai
susepbilitas magnetik χm pada sampel cenderung fluktuatif sehingga
mengindikasikan bahwa adanya perbedaan kuantitas mineral magnetik pada
tanah perkebunan kelapa sawit dan terlihat bahwa nilai susepbilitas magnetik
sampel χm tertinggi pada titik sampel A10.10 sebesar 39.491.982 x 10-8 dan
-8
terendah sebesar 11.072.031 x 10 pada titik A1.6 sehingga membuktikan
bahwa kandungan mineral magnetik pada titik A10.10 yang cukup tinggi.
Disimpulkan nilai induksi magnetik meningkat seiring bertambahnya besar
arus listrik yang diberikan dimana nilai induksi magnetik konsentrat lebih
tinggi dari pada induksi magnetik sampel dan komposisit anah yang diuji
mengandung elemen seperti Mg, Al, Si, P, K, Fe, Ca, Ti, V, Cr, Mn, Ni, Zn, S,
Cl, Co, Cu, Ga, As, Br, Rb, Sr, Y, Zr, Nb, Ag, Eu, Re, dan Pb dan terbukti
telah tercemar Fe, V, Sr, Al, Cr, Ti sehingga meningkatkan nilai susepbilita
smagnetik pada tanah tersebut.
3. Penelitian Yeri S dan Arif B (2019) tentang Analisis Susepbilitas Magnetik
Tanah pada Lahan Perkebunan Kopi di Kabupaten Solok dimana pada setiap
lokasi, sampel diambil pada 10 titik dengan tiga variasi kedalamanya itu 20
cm, 50 cm, dan 80 cm sehingga diperoleh 60 sampel. Jarak antara titk
pengambilan sampel adalah 2 m. Pengukuran susebilitas magnetik
menggunakan MS2B BartigonSucsepbility Meter dengan dua frekuensi, yaitu
0,47 kHz low frequency (LF) dan 4,7 kHz high frequency (HF). Pada lokasi I,
nilai χLF rata-rata yang diperoleh yaitu 2237,7 x 10-8 m3/kg, sedangkan nilai
19

χHF rata-rata yaitu 2030,3 x 10-8 m3/kg. Pada lokasi II, nilai χLF rata-rata yang
diperoleh yaitu 1543,7 x 10-8 m3/kg, sedangkan nilai χHF rata-rata yaitu 1500,2
x 10-8 m3/kg. Berdasarkan nilai susepbilitas magnetik , mineral pengontrol
bersifat ferimagnetik yaitu hematit (Fe2O3). Nilai susepbilitas magnetik
berbanding lurus dengan kosentrasi Fe dalam tanah dan berbanding terbalik
dengan kedalam pengambilan sampel. Lokasi I memiliki nilai susepbilitas
lebih tinggi daripada lokasi II. Salah satu penyebabnya adalah usia lahan
perkebunan pada lokasi I lebih kecil dibandingkan lokasi II. Lokasi I memiliki
kandungan Fe yang berlebih. Keberadaan bulir superparamagnetik dapat
menentukan ukuran bulir SP dari kedualahan. Oleh karena itu, bisa dikatakan
tanah dengan nilai χFD (%) kurang dari 2 % masih memiliki kesuburan tanah
yang baik untuk bercocok tanam dan tanah dengan nilai χFD (%) 2-10% telah
mengalami penurunan kesuburan tanah untuk bercocok tanam.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen Laboratorium. Dalam
penelitian ini mengambil data lapangan kemudian diolah dan dijelaskan secara
terperinci sesuai dengan aspek yang diamati. Pada penelitian jenis ini dilakukan
di dalam ruangan, dimana peneliti melakukan eksperimen yang telah diperoleh
dari lokasi penelitian kemudian diberikan perlakuan (treatment) berdasarkan
susunan dan aturan yang telah ditetapkan. Data yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di
lapangan sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur lain yang ada.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2023 – Juli 2023. Bahan
baku dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah topsoil yang
diambil dari beberapa titik disekitaran wilayah industri pertambangan nikel,
Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Preparasi sampel
dan pengukuran kandungan unsur menggunakan XRF dilakukan di PT. Geogea
Kendari, sifat listrik menggunakan konduktivitas meter (DHL) di Laboratorium
Pengembangan MIPA Universitas Halu Oleo, dan Suseptibilitas Magnetik
dilakukan di Laboratorium Geofisika FMIPA Universitas Halu Oleo.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen
Laboratorium, yaitu dilakukannya pengamatan dan pengambilan sampel tanah
secara langsung di lapangan dan dilanjutkan dengan investigasi di laboratorium.
Dari perlakuan tersebut maka diketahui kandungan Unsur tanah dengan XRF,
sifat listrik tanah dengan DHL dan sifat magnetik dari hasil pengukuran
Susceptibility meter tipe MS2B.

D. Devinisi Operasional Variabel


Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

20
21

timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah sesuatu yang terjadi
akibat variabel bebas. Pada penelitian ini variabel bebas nya berupa tanah Topsoil
disekitaran wilayah pertambangan Kecamatan Morosi. Sedangkan variabel terikatnya
yaitu sifat unsur, sifat listrik dan sifat magnetik tanah topsoil.

E. Teknik Pengambilan Sampel


Pengamatan dan pengambilan sampel tanah dilakukan pada lokasi yang telah
di tentukan secara observasi. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
yaitu dengan survei lokasi menggunakan bantuan GPS (Global Position System).
Pengambilan sampel dapat dilihat berdasarkan teknik vertikal. Dimana sampelnya
dari lapisan topsoil dengan kedalam 0-25 cm.

F. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.1 berikut.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penelitian
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Tanah topsoil Sebagai subjek penelitian
Sebagai pengukur kedalaman galian tanah yang akan
2. Meteran
digunakan sebagai sampel penelitian
Sebagai alat untuk menggali dan mengambil tanah
3. Linggis dan Parang
yang menjadi objek penelitian
4. Tisu Sebagai alat untuk membersihkan peralatan
5. Kantung plastik Sebagai tempat sampel
6. Holder Sebagai media untuk pengukuran sampel
7. Kertas label Untuk memberi label sampel/holder
8. Ayakan 200 mesh Untuk menyaring atau mengayak sampel
Labu ukur 50 ml dan 100
9. Sebagai wadah hasil ekstrak tanah
ml
10. Labu semprot Sebagai alat untuk menyimpan aquadest
11. Gelas ukur Sebagai pengukur larutan
12. Stopwatch Untuk mengukur waktu pelarutan tanah
Konduktometer dengan Sebagai alat untuk mengukur salinitas atau daya hantar
13.
sel platina listrik
22

Membersihkan elektroda setiap selesai melakukan


14. Aquades
kalibrasi
15. Digital pH meter Untuk mengukur PH tanah
16. Sendok plastik Untuk mengaduk Larutan
17. Fulpen dan Kertas Mencatat Hasil Pengukuran
GPS (Global Position Menentukan titik geografis tempat pengambilan
18.
System) sampel
Untuk menganalisis dan menentukan kandungan
19. XRF
unsur dari sampel
20. Laptop 1 unit Untuk mengolah data hasil pengukuran sampel
21. Neraca analitik Untuk mengukur massa sampel
26. Palu atau mortar Menumbuk dan mengaluskan sampel
Susceptibillity meter tipe
27. Menganalisis suseptibilitas magnetik tanah
MS2B
23

G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian secara umum mengikuti diagram alir seperti pada Gambar
3.1 berikut:

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian


24

Untuk Lebih jelasnya, tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan pada lokasi penelitian dilakukan untuk menentukan
titik pengambilan bahan baku sampel penelitian, penentuan titik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan GPS. Lokasi pengambilan sampel tanah
topsoil terdiri atas 13 titik di sekitar wilayah pertambangan Morosi. Titik
pengambilan sampel diambil berdasarkan wilayah mengililingi wilayah industri
pertambangan. Tanah topsoil pengambilan sampel di ambil berdasarkan titik
pengambilan sampel yang sudah dipetakan.
2. Penentuan Titik Koordinat
Penentuan titik koordinat diperlukan agar dapat diketahui posisi tepatnya
pengambilan sampel mulai dari titik 1 sampai ke titik 13. Titik pengambilan sampel
masing-masing berjarak 1,6 KM dari titik pusat aktivitas Pertambangan. Hal ini
berguna agar titik-titik yang sudah dipetakkan mudah diinterpretasikan ke dalam
peta penyebarannya.
3. Pengambilan Sampel
Sampel yang dimaksud adalah tanah topsoil di sekitar wilayah
pertambangan. Pengambilan sampel dilakukan pada 13 titik dengan menentukan
titik koordinatnya (GPS), mengambil sampel tanah topsoil dengan menggunakan
parang dan linggis dan wadah sampel. Kemudian, diimasukkan ke dalam plastik
klip yang telah diberi label berdasarkan pengambilan urutan sampel dan koordinat.
25
26

4. Preparasi Sampel
a. Pengukuran kandungan unsur tanah topsoil
Pada proses ini, sampel diuji di Laboratorium. Sampel serbuk standar diletakkan
pada holder sebanyak 20 gram untuk masing-masing sampel. Serbuk sampel
tersebut dipadatkan dan diusahakan tidak jatuh bila dimiringkan, kemudian
dipress menggunakan press plet dengan tekanan 200 mTorr. Hal ini bertujuan
pada saat spektrometer XRF dijalankan keadaan sampel dalam keadaan vakum
dan tidak berubah walaupun sudutnya dinaikkan. Setelah sampel siap, sampel
dimasukkan dalam spektrometer dan alat siap dioperasikan dengan terlebih
dahulu mengatur posisi alat sebagai berikut:
a. Menyalakan travo
b. Menyalakan saklar otomatis
c. Mengaktifkan voltage
d. Mengaktifkan spektrometer XRF
e. Stabilizer dijalankan kemudian menaikkan arus dan voltage bergantian.
Tunggu sebentar hingga mencapai 40 mA dan 35 kV.
f. Memasang spesimen pada sampel holder posisi sudut awal dan akhir.
g. Komputer diaktifkan dan mengkoneksikan computer denganalat
spektrometer XRF agar data dapat terbaca.
Proses pengujian dengan alat spektrometer XRF untuk semua jenis
sampel dilakukan pada kondisi yang sama (spesifikasi arus dan tegangan sama).
Keluaran dari spektrometer XRF akan terekam dalam System Processing Unit
(CPU) yang telah diset bersamaan dengan pengambilan data dalam analisis.
Data yang terekam berupa spectrum dalam dua dimensi yaitu sumbu-x energi
(E) dan sumbu-y intensitas/cacahan (I). Data ini langsung dikoneksi oleh alat
dalam bentuk angka sehingga data keluarannya berupa konsentrasi unsure dalam
bilangan perseratus (%) dari massa sampel yang diuji tersebut.
b. Pengukuran DHL di Laboratorium
1) Pereaksi
a) Air bebas ion yang bebas Co2
27

Air bebas ion dididihkan dan dinginkan sebelum digunakan untuk


membuat semua pereaksi penetapan DHL
b) Larutan baku NaCl 0,010 M atau KCL 0,010 M. larutan ini memiliki
daya hantar listrik 1413 µS 𝑐𝑚−1.
Timbang 0,5844 g NaCl p.a yang telah dikeringkan pada 105ºC selama 2
jam atau 0,7455 g KCL p.a. yang telah dikeringkan pada 110ºC selama 2
jam. Masukan kedalam labu ukur 1l, larutkan dengan air bebas ion hingga
1l
2) Cara Kerja
Timbang 10,00 g contoh tanah kedalam bentuk kocok, tambahkan 50 ml air
bebas ion. Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Ukur DHL atau
salinitas tanah suspense tanah dengan konduktometer yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan baku NaCl dan baca setelah angka mantap. Setiap akan
melakukan kalibrasi dan mengukur contoh elektroda dicuci dan dikeringkan
dengan tisu. Nilai DHL dilaporkan dalam satuan dS 𝑚−1 menggunakan 3
desimal
Catatan:
a) Prosedur diatas menggunakan rasio 1:5
b) Rasio dapat berubah sesuai jenis contoh dan permintaan
c) 1 dS 𝑚−1 =1 mS 𝑐𝑚−1=1 mmho 𝑚−1=1000 µS 𝑐𝑚−1=1000 µmho 𝑐𝑚−1
Untuk data jangka panjangnya, mengukur sendiri laboratorium sampai
dengan selesai.

c. Pengukuran Suseptibilitas magnetik tanah topsoil di Laboratorium


Pengukuransuseptibiltas magnetik menggunakan alat Bartington MS2
suseptibilimeter dengan sensor MS2B yang memiliki selang pengukuran 1×10-6
hingga 9999×10-6 dalam cgs dan 1,26×10-5 hingga 1,26 ×10-1 dalam SI. Sensor
MS2B bekerja pada frekuensi rendah 465 Hz dan frekuensi tinggi 4650 Hz.
Dalam pengukuran sampel peneliti memilih frekuensi rendah(ꭓLF) dan frekuensi
tinggi (ꭓHF) untuk menentukan nilai suseptibilitas magnetik. Adapun langkah-
langkah pengukuran suseptibiltas magnetik adalah sebagai berikut:
28

a) Mesukkan kalibrasi nilai suseptibilitas magnetik.


b) Memasukkan sampel kalibrasi kedalam kotak sampel yang terdapat dalam
sensor MS2B dengan posisi sampel.
c) Mencatat nilai suseptibilitas sampek kalibrasi yang nilainya terbaca di
komputer
d) Apabila nilai suseptibilitas magnetik sampel kalibrasi telah sesuai dengan
nilai sesungguhnya maka selanjutnya dilakukan pengukuran sampel
penelitian.

H. Teknik Analisis Data


1. Analisis kandungan unsur tanah topsoil
Hasil analisis pengujian menggunakan XRF berupa hasi lanalisis kualitatif
dan hasil analisis kuantitatif. Hasil analisis kualitatif yaitu mengidentifikasi jenis
unsur yang terkandung dalam sampel yang ditunjukan berupa adanya jenis unsur
yang terdeteksi oleh alat XRF sedangkan analisis kuantitatif yaitu
mengidentifikasi jumlah unsur yang terkandung dalam sampel berupa konsentrasi
unsure dalam bilangan perseratus (%) dari sampel yang diuji.
2. Analisis Salinitas Tanah Topsoil
Analisis salinitas tanah adalah sebagai berikut:
• ESP adalah Persentasi Na terhadap seluruh kation teradsorpsi yang dapat
dipertukarkan:
Na
ESP =  100 %
Kapasitas Adsorpsi

• SAR adalah perbandingan Jerapan Na+ terhadap Ca++ dan Mg++, yang
merupakan perbandingan aktivitas kation Na+ terhadap kation lainnya,
dihitung dengan rumus:
Na +
SAR =
2+
Ca 2 + + Mg
2

3. Analisis Suseptibilitas Magnetik Tanah Topsoil


Setelah proses pengukuran nilai suseptibilitas magnetik kemudian
dilakukan pengolahan data menggunakan Microsoft excel yang ditampilkan dalam
29

bentuk tabulasi data. Data yang diolah berupa data hasil pengukuran nilai

suseptibilitas magnetik frekuensi rendah dan frekuensi tinggi . Data


yang diperoleh diplot nilai suseptibilitas magnetiknya dalam bentuk grafik
hubungan nilai suseptibilitas magnetik dengan jarak tempat pengambilan sampel.
Serta data tersebut diplot untuk membuat peta kontur dengan menggunakan
softwaresurver agar penyebaran tanah topsoil suseptibilitasnya terlihat.
30

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Penelitian


Pengambilan sampel dilakukan disekitar wilayah industri pertambangan
Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe dengan tiga belas titik sampel. Hasil
pengukuran penelitian ini terfokus pada tiga pengukuran berupa kandungan unsur,
sifat listrik (konduktivitas) dan sifat magnetik tanah topsoil. Kandungan unsur
dengan menggunakan XRF memberikan representatif dalam bentuk presentasi unsur-
unsur yang terkandung tiap sampel, sifat listrik dengan mengukur konduktivitas
sampel menggunakan kondukivitas meter, dan sifat magnetik diukur menggunakan
susceptibility Meter MS2B.

1. Kandungan unsur dan senyawa tanah topsoil disekitar Wilayah indsutri


Pertambangan Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe
Hasil pengukuran konsentrasi unsur/mineral tanah topsoil pada tiga belas
titik lokasi pengambilan sampel dengan menggunakan XRF dapat dilihat dan
disajikan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.1 Hasil Presentasi Unsur/Mineral Tanah Topsoil pada Setiap Titik Pengambilan
Sampel
No Jenis Unsur M 01 M 02 M 03 M 04 M 05 M 06 M 07
1 SiO2 47,9 65,53 52,8 49,67 48,7 52,84 47,25
2 Al2O3 17,5 7,92 10,87 18,97 18,1 14,49 18,13
3 Fe 6,02 3,3 6,14 5,35 4,75 5,34 4,15
4 MgO >0,65 >0,89 3,55 >0,24 0,12 0,3 >0,53
5 K2O 1,9 0,75 0,99 1,95 1,75 1,18 1,97
6 CaO 0,08 0,06 1,63 0,25 0,41 0,47 0,4
7 TiO2 0,56 0,28 0,34 0,62 0,65 0,59 0,55
8 SO3 1,11 0,34 0,22 1,64 0,2 0,26 0,75
9 Cr2O3 0,04 0,08 0,2 0,04 0,07 0,08 0,04
10 MnO 0,03 0,04 0,2 0,04 0,07 0,08 0,4
11 Ni 0,00 0,00 0,19 0,01 0,00 0,06 0,00
12 Na2O 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03 0,03 0,02
13 P2O5 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
14 Zu 0,01 0 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01
31

Tabel 4.2 Hasil Presentasi Unsur/Mineral Tanah Topsoil pada Setiap Titik Pengambilan
Sampel
No Jenis Unsur M 08 M 09 M 10 M 11 M 12 M 13
1 SiO2 58,60 54,97 57,98 52,36 56,91 54,92
2 Al2O3 6,90 9,03 9,05 16,23 8,80 4,89
3 Fe 4,86 3,99 3,93 4,48 4,91 6,77
4 MgO 5,53 6,70 4,97 1,09 4,07 2,83
5 K2O 0,56 1,41 1,24 1,43 1,85 0,46
6 CaO 1,79 0,29 0,34 0,27 0,22 3,06
7 TiO2 0,30 0,71 0,63 0,64 0,63 0,32
8 SO3 0,06 0,06 0,27 0,05 0,74 0,10
9 Cr2O3 0,52 0,03 0,03 0,05 0,00 0,01
10 MnO 0,21 0,05 0,05 0,10 0,05 0,26
11 Ni 0,05 0,00 0,00 0,00 0,02 0,22
12 Na2O 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02
13 P2O5 0,01 0,01 0,02 0,03 0,01 0,01
14 Zu 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02

Berikut ini disajikan grafik hasil analisis konsentrasi beberapa


unsur/mineral tanah topsoil menggunakan XRF berdasarkan beberapa kandungan
unsur/mineral sebagai berikut.
32
33

Gambar 4.1 Grafik Pengukuran Konsentrasi Unsur-Unsur pada Tiap Lapisan Tanah dengan
Menggunakan XRF.
34

Peta kontur sebaran nilai kandungan unsur Ni dan Fe lapisan tanah toposil di
sekitar wilayah industri pertambangan daerah Morosi di peroleh dari hasil pengukuran
langsung menggunakan XRF, Kemudian diolah menggunakan surfer server dapat dilihat
pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.2 Sebaran kandungan Ni berdasarkan Presentasi XRF.

Gambar 4.3 Sebaran kandungan Fe berdasarkan Presentasi XRF.

Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 menunjukkan sebaran tanah topsoil berdasarkan nilai
kandungan unsur Ni dan Fe. Nilai kandungan unsur Ni tertinggi sebesar 0,22 berada pada titik
sampel M03 dengan gradient warna merah dan nilai kandungan unsur Fe tertinggi sebesar 6,77
berada pada titik sampel M dengan gradient warna merah pula, sedangkan nilai kandungan unsur
Ni terendah sebesar <0,01 berada pada titik sampel M01 dengan gradient warna ungu dan nilai
kandungan Fe terendah sebesar 3,31 berada pada titik sampel M02 dengan gradien warna ungu.
35

2. Konduktivitas listrik tanah topsoil disekitar Wilayah Industri Pertambangan


Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe
Data hasil analisis tanah topsoil dengan uji konduktivitas listrik dapat dilihat pada
Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Tabel Hasil Analisis Tanah Topsoil dengan Uji menggunakan Konduktivitas Listrik
No Titik Sampel pH DHL (dS/m) Warna dan Kode Tanah Topsoil
1 M 01 6,37 0,019 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
2 M 02 6,38 0,015 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
3 M 03 6,1 0,083 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
4 M 04 6,12 0,084 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
5 M 05 6,22 0,090 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
6 M 06 6,19 0,098 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
7 M 07 6,1 0,086 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
8 M 08 6,01 0,085 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
9 M 09 6,4 0,015 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
10 M 10 6,25 0,024 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
11 M 11 6,4 0,017 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
12 M 12 6,2 0,034 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
13 M 13 6,06 0,084 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
Dari hasil pengukuran konduktivitas listrik pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa
dari semua titik sampel memiliki nilai yang bervariasi. Berdasarkan tabel dapat dilihat
bahwa sampel tanah topsoil yang memiliki nilai tinggi adalah pada sampel M06, M13,
M05 dan M07.
Berikut tanah disajikan dalam bentuk grafik untuk hasil pengukuran DHL tanah
menggunakan konduktivitas meter yang dapat dilihat sebagai berikut.
36

Gambar 4.4 Grafik pengukuran pH Tanah Topsoil pada setiap Sampel

Gambar 4.5 Grafik Pengukuran Tanah Topsoil menggunakan


Konduktivitas Meter pada setiap Sampel

Berdasarkan hasil Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 menunjukkan grafik antara pH
tanah topsoil dan konduktivitas Listrik pada masing-masing titik sampel. Berdasarkan
gambar diatas dapat disimpulakan bahwa pH tanah berbanding terbalik dengan nilai
konduktivitas masing masing sampel. Artinya jika semakin tinggi konduktivitas listrik
suatu sampel maka nilai pH akan rendah, begitupun sebaliknya.
Peta kontur sebaran nilai konduktivitas listrik tanah topsoil disekitar wilayah
industri pertambangan Kecamatan Morosi diperoleh dari hasil pengukuran langsung
menggunakan konduktivitas meter, kemudian diolah menggunakan software surver dapat
dilihat pada Gambar 4.6.
37

Gambar 4.6 Sebaran tanah topsoil berdasarkan nilai konduktivitas


Listrik
38

3. Suseptibilitas magnetik disekitar Wilayah Industri Pertambangan Kecamatan


Morosi, Kabupaten Konawe
Hasil pengukuran sifat magnetik tanah topsoil pada tiga belas lokasi pengambilan
sampel dengan menggunakan Susceptibility meter tipe MS2B dapat dilihat dan disajikan
pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Sifat Magnetik Tanah Topsoil dengan Susceptibility Meter Tipe
MS2B
Frekuensi Rendah Frekuensi Tinggi Frekuensi
Titik
No χLF χHF Dependent
Sampel
(10-6 m3/kg) (10-6 m3/kg) χFD(%)
1 M01 0,335 0,325 2,99
2 M02 0,103 0,102 0,97
3 M03 3,673 3,559 3,1
4 M04 0,844 0,79 6,4
5 M05 0,967 0,887 8,27
6 M06 1,158 1,096 5,35
7 M07 1,516 1,474 3,87
8 M08 0,31 0,298 3,68
9 M09 0,142 0,136 4,23
10 M10 0,154 0,138 10,39
11 M11 0,226 0,205 9,29
12 M12 0,369 0,342 7,32
13 M13 3,214 3,119 2,96

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat semua sampel memiliki nilai suseptibilitas pada
 LF lebih besar dari nilai. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat semua sampel memiliki
nilai suseptibilitas pada  LF lebih besar dari nilai  HF . Nilai  LF yang lebih besar
karena dipengaruhi oleh momen-momen dipol mirenal magnetik yang ada di dalam
bahan mulai dari SD, MD , PSD dan bulir SP. Nilai  HF dipengaruhi oleh momen-
monen dipol mineral magnetik yang ada di dalam bahan kecuali bulir
superparamagnetik. Hal ini dikarenakan perubahan medan magnetik sangat cepat terjadi
pada sehingga tidak memungkinkan bagi bulir superparamagnetik berinteraksi dengan
medan magnetik luar yang digunakan, dan bulir superparamagnetik tidak bisa mengikuti
perubahan medan bolak baliknya dan juga dapat dikatakan waktu relaksasi bulir
superparamagnetik lebih lama dan butuh waktu cepat untuk mengikuti perubahan
medan bolak balik dari frekuensi tinggi (Salomon, dkk., 2017).
39

Sifat Magnetik didapatkan dengan mengukur suseptibilitas magnetik tiap sampel


memberikan nilai hasil pengukuran  LF ,  HF dan  FD . Nilai suseptibilitas magnetik

 LF tanah Topsoil disekitar smelter nikel daerah Morosi dan sekitarnya dapat dilihat
pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Nilai suseptibilitas magnetik  LF tanah topsoil diberbagai titik


pengambilan sampel

Gambar 4.7 menunjukan nilai suseptibilitas magnetik  LF tanah topsoil. Nilai


suseptibilitas magnetik tanah topsil tertinggi terletak di titik M03 dan nilai suseptibilitas
terendah terletak pada titik M02 dan titik M09.
Peta kontur sebaran nilai suseptibilitas magnetik lapisan tanah toposil di sekitar
wilayah industri pertambangan daerah Morosi di peroleh dari hasil pengukuran
langsung menggunakan MS2B, Kemudian diolah menggunakan software server dapat
dilihat pada Gambar 4.4 berikut.
40

Gambar 4.8 Sebaran tanah topsoil berdasarkan nilai suseptibilitas magnetik


 LF

Gambar 4.8 menunjukkan sebaran tanah topsoil berdasarkan nilai suseptibilitas


magnetik  LF . Nilai suseptibilitas magnetik tertinggi sebesar 3,119×10-6 m3kg-1 berada
pada titik sampel M03 dengan gradient warna merah dan nilai suseptibillitas magnetik
terendah sebesar 0,103×10-6 m3kg-1 berada pada titik sampel M02 dengan gradient
warna ungu.

SP Enhanced Soil

Fine SP
Burning

Sedimentary
Metamorphic Acid Fosil Fuel Combustion
SSD/MD Basic Igneus
Igneus

Paramagnetic

Gambar 4.9 Scattegram Hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik frekuensi


rendah (  LF ) terhadap frekuensi dependent (  FD) pada sampel
tanah topsoil.
41

Gambar 4.9 menujukkan scattegram hubungan nilai suseptibilitas magnetik  LF

dengan  FD pada sampel tanah toposoil untuk mengetahui bulir superparamagnetik


(SP) dan domain mineral magnetik.

Gambar 4.10 Korelasi suseptibilitas magnetik pada frekuensi rendah  LF


Terhadap frekuensi dependent  FD sampel tanah topsoil.

Gambar 4.10 menunjukkan korelasi suseptibilitas magnetik pada  LF terhadap

 FD sampel tanah toposil dan tampak bahwa korelasi linearnyaa bernilai positif.
Berdasarkan Gambar 4.10 dengan pengambilan sampel secara vertikal menunjukkan
perbandingan nilai suseptibilitas magnetik bergantung pada  FD dengan frekuensi  LF .
Peningkatan suseptibilitas magnetik berkaitan dengan peningkatan suseptibilitas
magnetik yaitu bergantung pada frekuensi (Dearing, 1996).

B. Pembahasan
1. Kandungan Unsur Tanah Topsoil
Kandungan unsur tanah dengan menggunakan XRF di peroleh unsur makro dan
unsur mikro. Seran (2017) mengemukakan bahwa unsur hara makro diserap dalam oleh
tanaman dalam jumlah banyak sedangkan unsur hara mikro diserap oleh tanaman dalam
jumlah sedikit. Jenis unsur dan senyawa hara makro pada penelitian ini meliputi MgO,
Al2O3, SiO2, P2O5, SO3, TiO2, sedangkan kandungan unsur dan senyawa mikro meliputi
Na2O, Fe,Ni,Co,MnO dan Cr2O3.
42

Kandungan unsur mineral pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 bahwa
setiap kandungan unsur masing-masing memiliki perbedaan disetiap lapisan topsoil tanah,
jenis mineral Silikon Dioksida SiO2 memiliki nilai kandungan konsentrasi yang paling
tinggi dari semua lapisan topsoil tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Bragmann and
Goncalves, 2006 ; Della et al, 2002) bahwa silika mineral adalah senyawa yang banyak
ditemui dalam bahan tambang/galian yang berupa mineral atau pasir kuarsa, granit, dan
fledsar yang mengandung kristal-kristal silika (SiO2). Sedangkan nilai konsentrasi yang
paling rendah pada semua sampel tanah topsoil adalah pada unsur Co. Mineral Na2O
memiliki kandungan konsentrasi dan mempunyai nilai yang sama. Kandungan mineral
Na2O hanya berkisar 0,02% dan paling tinggi hanya 0,03%. Penelitian ini sudah sesuai
dengan yang dikemukakan oleh utami (2004) bahwa kadar normal natrium dalam tanah
yaitu 0,03%. Menurut Septiadi (2009) bahwa kondisi konsentrasi natrium rendah secara
umum menguntungkan karena natrium bukan unsur esensial. Adanya nilai suseptibilitas
yang bervariasi dalam setiap sampel menujukkan adanya berbagai macam mineral
magnetik yang terkandung dalam setiap sampel (Jahidin, 2012).
Pengukuran kandungan unsur pada sampel tanah topsoil menggunakan XRF pada
sekitar wilayah industri pertambangan Morosi menujukkan hasil yang bervariasi pada
setiap titik pengambilan sampel. Data tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2,
dimana pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai kandungan Ni yang tertinggi berada pada
titik M13 dengan nilai 0,22 dan nilai kandungan Fe tertinggi berada pada titik M13 pula
dengan nilai 6,77. Sedangkan untuk nilai kandungan Ni terendah berada pada titik M01
bernilai >0,01 dan nilai kandungan Fe terendah berada pada M02 dengan nilai 3,31. Hal ini
dapat dikatakan bahwa kandungan nikel suatu sampel berbanding lurus dengan kandungan
besinya. Artinya apabila kandungan nikel tinggi maka kandungan besinya juga akan
semakin tinggi begitupun sebaliknya. Hal ini sejalan dengan Adrianto et al, (2021)
menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan silika oksalat (SiO2) maka kandungan Ni
yang terdapat pada tanah akan semakin rendah.
Kandungan Ni pada titik M13 mengindikasikan bahwa sudah ada kontaminasi
logam berat didalamnya. Meskipun kandungan nikel tidak begitu tinggi namun hal ini
sudah menunjukkan bahwa adanya pencemaran didaerah tersebut.
43

2. Sifat listrik tanah topsoil


Pengukuran konduktivitas listrik pada sampel lapisan tanah topsoil yang diambil
disekitar wilayah industri pertambangan daerah Morosi menunjukkan nilai yang bervariasi
pada setiap titik pengambilan sampel. Data tersebut dapat dilihat padat Tabel 4.3, dimana
pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai konduktivitas listrik yang tinggi yaitu pada M06
dengan nilai 0,098 dS/m, sedangkan nilai konduktivitas listrik yang rendah terlihat pada
M02 dengan nilai 0,015 dS/m. Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa nilai
konduktivitas listrik yang bervariasi diduga dipengaruhi oleh adanya kadar salinitas yang
berbeda-beda pada tiap sampel. Menurut Muliawan, dkk (2016) memberikan suatu
indikasi tentang jumlah elektrolit yang terlarut dalam tanah, artinya semakin tinggi nilai
elektrolitnya, semakin banyak jumlah kandungan garam yang terkandung dalam larutan.
Jika konsentrasi salinitas meningkat, maka kemampuan larutan menghantarkan listrik akan
semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lukmana
(2021) yang mengatakan bahwa nilai konduktivitas/listrik yang tinggi pada sampel diduga
akibat dari komposisi mineral yang tinggi.
pH merupakan ukuran jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan. Larutan
dengan nilai pH rendah dinamakan ”asam” sedangkan yang nilai pH tinggi
dinamakan ”basa”. Biasanya tanah pada daerah basah bersifat asam, sedangkan tanah
di daerah kering bersifat basa. Tanah mempunyai pH yang berbeda beda, yang
menunjukkan sifat keasaman dan kebasaan tanah yang berkisar antara 0 hingga
14 (McCauley, 2009). Besar pH yang terkandung dalam masing-masing sampel penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.3 dimana rata rata pH yang terkandung yaitu sebesar 6,1 sampai
dengan 6,38. Dengan kata lain besar pH dari sampel yang digunakan cenderung bersifat
netral yakni berkisar antara 6 – 6,5 saja. Berdasarkan hasil data yang diperoleh terlihat
bahwa pH tertinggi pada sampel M02 dengan nilai 6,38 dengan nilai konduktivitas sebesar
0,015 dS/m. Menurut Arvianti (2021) konduktivitas terhadap pH memiliki hubungan linear
negatif, yaitu apabila nilai konduktivitas besar maka nilai pH akan berkurang begitu
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena nilai pH yang kecil (bersifat asam) memiliki jumlah
ion yang banyak dimana ion-ion ini merupakan penghantar elektrolit yang dapat
menghantarkan arus listrik. Pada permukaan tanah topsoil pada masing-masing sampel,
memiliki besar pH rata-rata 6 hal ini dikarenakan pada permukaan atas tanah ada
44

kedalaman tersebut bahan organik masih menumpuk di permukaan, sehingga bahan


organik belum sepenuhnya tercuci oleh air dan belum sepenuhnya masuk kedalam
lapisan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Astika (2016) bahwa lapisan topsoil
memiliki tingkat kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan di bawahnya
(subsoil). Lapisan topsoil lebih subur karena memiliki unsur hara yang lebih banyak
dibanding lapisan sub-soil.
Sebaran nilai konduktivitas listrik untuk semua masing-masing sampel dapat
dilihat pada gambar peta kontur 4.6. Berdasarkan gambar tersebut titik M01, M02, M09,
M10, M11, dan M12 memiliki nilai konduktivitas listrik dengan gradient warna ungu. Hal
ini menandakan bahwa nilai konduktivitas pada daerah tersebut tergolong rendah.
Sedangkan untuk daerah titik M03, M04, M05, M06, M07, M08, dan M13 memiliki nilai
konduktivitas listrik dengan gradient warna jingga kemerahan. Hal ini menandakan bahwa
nilai konduktivitas listrik pada daerah tersebut tergolong cukup tinggi. Zona dengan
gradient warna jingga-kemerahan dikatakan sebagai zona kurang subur (Muliawan, 2016).

3. Sifat megnetik tanah topsoil


Pengukuran suseptibilitas magnetik pada sampel lapisan tanah topsoil yang di
ambil di sekitar wilayah industri pertambangan daerah Morosi menunjukan nilai yang
bervariasi pada setiap titik pengambilan sampel yang menunjukan nilai suseptibilitas
magnetik pada (  LF ) lebih besar dari (  HF ) dan memiliki rentang nilai (  FD ) yang
bervariasi 0% – 2% dan 2% – 10% yang dapat dilihat pada Tabel 4.4. Nilai suseptibilitas
magnetik (  LF ) lapisan tanah topsoil diberbagai titik pengukuran seperti yang terlihat pada
Gambar 4.4 dimana nilai suseptibilitas tinggi terletak pada titik sampel M01 dan M13 pada
sampel tanah topsoil.
Titik pengambilan sampel M03 menunjukan nilai suseptibilitas magnetik sebesar
3,673×10-6 m3kg-1 . Pengambilan sampel di titik ini dilakukan pada daerah samping jalan
yang merupakan jalur kendaraan pengangkutan material tambang. Hal ini mengindikasikan
bahwa adanya konsentrasi mineral magnetik yang tinggi dilokasi titik pengukuran.
Menurut Naimi dan Ayoubi (2013) bahwa peningkatan nilai suseptibilitas magnetik di
daerah perkotaan dan industri dipengaruhi oleh penambahan partikel magnetik. Hasil
45

pengukuran di titik sampel M03 ditunjukkan dengan nilai suseptibilitas magnetik yang
relatif tinggi.
Pengambilan sampel pada titik sampel M13 yang menunjukkan nilai suseptibilitas
magnetik sebesar 3,119×10-6 m3kg-1 dilakukan di area samping jalan di area kampung
morosi, dimana didaerah tersebut merupakan jalur kendaraan tambang dan merupakan
padat penduduk yang masih terdapat aktivitas pertambangan. Diduga adanya konsentrasi
mineral magnetik yang tinggi di lokasi titik pengukuran. Menurut Kanu (2013)
Peningkatan suseptibilitas magnetik yang signifikan disebabkan oleh volume aktivitas
manusia di sekitar area tersebut dan dengan demikian meningkatkan polusi serta limbah.
Hasriani (2018) menyatakan bahwa aktivitas manusia memiliki peran terhadap peningkatan
suseptibilitas magnetik pada topsoil. Hasil pengukuran di titik sampel M13 ditunjukkan
dengan nilai suseptibilitas magnetik yang relatif tinggi.
Sebaran nilai suseptibilitas magnetik untuk semua masing-masing sampel dapat
dilihat padan Gambar 4.8. Berdasarkan peta kontur tersebut dapat dilihat bahwa titik
sampel M01, M02, M04, M05, M09, M10, M11, dan L memiliki gradient warna ungu. Hal
ini menujukkan bahwa nilai suseptibulitas magnetik relatif rendah sedangkan titik sampel F
dan G, memiliki gradient warna hijau. Hal ini menujukkan bahwa nilai suseptibilitas
magnetik relatif sedang, sedangkan titik sampel M03 dan M13 memiliki gradient warna
merah, hal ini menunjukkan bahwa nilai suseptibilitas magnetik pada daerah tersebut
relatif tinggi.
Untuk analisis bulir superparamagnetik (SP) dapat dilihat pada Gambar 4.5
Scategram hubungan antara nilai (  LF ) lapisan tanah toposil terhadap (  DF ). Dari gambar
tersebut terlihat bahwa terdapat 1 sampel yaitu sampel M02 yang memiliki nilai frekuensi
depdendent dibawah 2% artinya bahwa sampel tersebut tidak ada atau mengandung kurang
dari 10% bulir superparamagnetik. Selain itu, terdapat 12 sampel yang nilai frekuensi
dependentnya 2 - 10%, artinya bahwa sampel tersebut mengandung bulir
superparamagnetik antara 10% sampai dengan 75%, yang merupakan campuran bulir
superparamagnetik yang berukuran halus dan kasar (Dearing, 1999). Berdasarkan domain
magnetik yang terdapat pada titik sampel M02 sampel tanah lapisan toposil terdiri dari
bulir acid igneus dan stable singledomain (SSD)/multidomain (MD).
46

Korelasi suseptibilitas magnetik pada (  LF ) dengan presentasi suseptibilitas


magnetik bergantung frekuensi pada sampel tanah toposil dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Variabel x yaitu nilai dari frekuensi dependent dan untuk variabel y adalah nilai dari
frekuensi rendah. Korelasi tanah topsoil adalah positif, terlihat pada R2 sampel lapisan
tanah topsoil memberikan nilai 0,813 yang menandakan hubungan yang cukup antara
(  DF ) dengan (  LF ). Menurut Kanu (2013) mengatakan bahwa korelasi linear
mengindikasikan bahwa peningkatan nilai suseptibilitas magnetik lebih dikontrol oleh
kontribusi dari fraksi magnetik yang halus. Pada sampel lapisan tanah atas terlihat nilai
(  LF ) yang berbanding terbalik dengan (  DF ). Nilai (  LF ) dan (  DF ) yang berbanding
terbalik menunjukan adanya pencemaran (Kanu, 2013).
Adanya nilai suseptibilitas yang bervariasi pada ke tiga belas sampel dikarenakan
keterdapatan mineral penyerta dengan kuantitas yang berbeda. Suseptibilitas magnetik
pada dasarnya bergantung pada konsentrasi mineral magnetik, ukuran dan bentuk bulir
(Dearing, 1999). Pada mineral magnetik, semakin besar kandungan mineral magnetik yang
ditambahkan maka nilai suseptibilitas magnetiknya juga semakin meningkat (Hunt dalam
Rusli 2014).
47

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kandungan unsur/mineral yang terdapat pada sampel tanah topsoil rata-rata lebih
didominasi oleh silika dan zat kapur berturut-turut dengan konsentrasi yaitu SiO2
51,43%, CaO 1,57%, MgO 1,08%, Fe 6,39 %, Al2O3 16,87%, Cr2O3 0,35%, MnO
0,14, Ni, 0,10%, TiO2 0,43%, K2O 1,1%, SO3 0,6%, Zn 0,01, Na2O 0,02% dan
P2O5 0,01%.
2. Nilai konduktivitas listrik tanah kisaran 0,019 sampai 0,098 dS/m dengan rata-rata
pH yang terkandung yaitu sebesar 6,01 sampai dengan 6,4
3. Nilai suseptibilitas magnetik sampel tanah toposoil pada frekuensi rendah (  LF )
berada pada kisaran 0,102 × 10-6 m3kg-1 sampai 3,55×10-6 m3kg-1.

B. Saran
Penelitian ini hanya fokus pada tanah topsoil. Sehingga saran yang dapat
diberikan pada penelitian ini sebaiknya bagi peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan penelitian ini untuk menambah informasi tentang unsur dan
suseptibilitas tanah disekitar wilayah pertambangan dengan jenis tanah yang
berberda.
48

DAFTAR PUSTAKA

Arvianti, D. & Juandi, M. 2021. Interpretasi Kualitas Air Bawah Tanah Di Kelurahan
Tangkerang Tengah Kecamatan Marpoyan Damai Menggunakan Metode
Geolistrik Dan Geokimia. Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia.18(2). Hh. 124-
130.

Blaylock, A.D. 1994. Soil, Salinity, Salt Tolerance and Growth Potential of
Horticulture and Landscape Plants. Comparative Extention Service.
University of Wyoming.

BMKG Stasiun Geofisika Kendari. 2019. Peta Geologi Wilayah Kabupaten Konawe
bulan Januari-April Tahun 2019. Kendari.

Daryanti., N., et al. 2018. Suseptibilitas Magnetik dan Kelimpahan Mineral


Magnetik pada Tanah Sawah di Lawang dan Soekarno-Hatta, Malang. JPSE
(Journal of Phsysical Science and Engineering). 3 (2). Hh 48-54.

Dearing, John. 1999. Environmental Magnetic Susceptibility. Interpretation A Journal Of


Bible And Theology.

Della, V. P., Kuhn, I., and Hotza, D. 2002. Rice Husk Ask an Akternate Source For Active
Silica Production, Materials Leters. 57. Hh 818-821.

Dewi, S, Retno. 2019. Regulasi Pertambangan. Jurnal Fakultas Hukum Universitas


Tulungagung. 10 (9) Hh. 69-80.

Effendi, H. 2003 . Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.
Perairan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Faridlah, M., Tohari, A, dan Iryanti, M. 2016. Hubungan Parameter Sifat Magnetik Dan
Sifat Keteknikan Tanah Pada Tanah Residual Vulkanik (Studi Kasus Daerah
Longsor Desa Langensari Kabupaten Bandung Barat). Jurnal Wahana Fisika.
1(1). Hh 54-76.

Fitri. 2023. Analisis Suseptibilitas Magnetik dan Sebaran Debu di Sekitar Smelter Nikel
Daerah Morosi dan Sekitarnya. (Skripsi Sarjana, Universitas Halu Oleo).

Hakim, F. 2020. Uji Reliabilitas Metode Suseptibilitas Magnetik DalamMemonitoring


Logam Berat Pada Sedimen Dasar Sungai Krueng Aceh. Banda Aceh: Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. 30-32
49

Hasriani, 2018. Studi Komparatif Variasi Suseptibilitas Magnetik Pada Top Soil di
Beberapa Tempat di Lingkungan Kota Kendari. Tesis. Program Pascasarjana.
Universitas Halu Oleo. Kendari.

Hidayat, T. C., G. Simangsunsong, Eka Listia I. dan Y. Harahap. 2007. Pemanfaatan


Berbagai Limbah Pertanian untuk Pembenah Media Tanam Bibit Kelapa Sawit.
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 15 (2). Hh 185-193.

Hunt, C. P (1991). Handbook From The Environmrntal Magnetism Work-shop.


Minneapolis: University Of Minnesota.

Irianto, A. A. 2016. Analisis Suseptibilitas Magnetik Singkapan Batuan Di Kawasan


Pertambangan Mangan Desa Kumbewaha Kecamatan Siotapina Kabupaten
Buton. Kendari: Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.
Jahidin. 2012. Analisis Suseptibilitas Pasir Besi Desa Laea Kabupaten Buton Utara,
Sulawesi Tenggara. Jurnal Aplikasi Fisika. 8(1).
Jamaludin, A. dan Adiantoro, D. 2012. Analisis Kerusakan X-RAY
FLURESCENCE (XRF). Jurnal Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-
BATAN. 9 (10). Hh 19-28.

Kanu, M. O., Meludu, O.C ., dan Oniku, S. A. 2013. A Preliminary Assesment of Soil
Pollutionin Some Parts of Jalingo, Metropilis, Nigeria Using Magnetic
Susceptibility Method. Jordan Journal of Earth and Environmental Sciences. 5 (2).
53-61.

Kasifa, dkk. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Program Studi Agroteknologi
Jursan Ilmu Tanah Universitas Hasanuddin. Makassar.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 2022. Badan Geologi. Jakarta.

Marisayani, H dan Salomo, S. 2020. Analisa Suseptibilitas Magnetik dan Logam Berat
pada Tanag Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. 17 (2). Hh108- 113.

Martha, Y. 2017. Analisis Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Logam Berat pada
Tanah Lapisan Atas di Sekitar Pabrik PT. Semen Padang, Padang,
Skripsi, Jurusan Fisika, Universitas Andalas.

McCauley, A., Jones, C. and Jacobsen, J. 2009. Nutrient Management. Module No. 8,
Montana State University Extension Publications. http://www.msuextension.org.

Muliawan, N, R, E., Joko Sampurno dan M. Ishak J. 2016. Identifikasi Nilai Salinitas
Pada Lahan Pertanian di Daerah Jungkat Berdasarkan Metode Daya Hantar
Listrik (DHL). Jurnal Prisma Fisika. 6 (2). Hh 69-72.
50

Namira, N., Rahmaniah, dan Ayusari, W. 2021. Identifikasi Unsur Penyusun Tanah Desa
Babangke Kabupaten Bantaeng Menggunakan Metode X-Ray Flourescence
(XRF). Jurnal Teknosains. 15 (3). Hh 280-286.

Notohadiprawiro, T. 2006. Tanah dan Lingkungan. Jurnal Ilmu Tanah Universitas Gadjah
Mada. Hh. 1-23.

Nursahan, I., Vijaya, I., dan Nana, S. 2013. Penentuan Kawasan Pertambangan
Berbasis Sektor Komoditas Unggulan Sumberdaya Nikel Kabupaten
Konawe dan Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Buletin
Sumber Daya Geologi. 8 (2). Hh. 41-53.

Prasetyo, B. E. dkk. 2015. Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus


Provinsi Sulawesi Tenggara. Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan
Sumber Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Pratiwi, A et al. 2016. Identifikasi Sifat Magnetik Tanah Di Daerah Tanah Longsor.
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF. No 5. p-ISSN: 2339-0654 e-
ISSN: 2476-9398.

Rosi, W. 2017. Bahan Organik dan Pengaruhnya Bagi Tanah. Jurnal ilmiah. 2 (2). Hh 1-
5.

Sari, R., K. 2016. Potensi Mineral Batuan Tambang Bukit 12 dengan Metode XRD, XRF
dan AAS. Jurnal EKS AKTA. 2 (2). Hh 16-23.

Sariwahyuni. 2012. Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang PT. Incosorowako dengan Bahan
Organik, Bakteri Pelarut Fosfat dan Bakteri Pereduksi Nikel. Jurnal Riset Industri.
5(2). Hh. 149-155.

Sartohadi, J., dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Penerbit Pustaka Belajar.
Yogyakarta.

Seran, R. 2017. Pengaruh Mangan Sebagai Unsur Hara Mikro Esensial Terhadap
Kesuburan Tanah dan Tanaman. 2(1). Hh 13-14.

Septiadi, D. & Hadi, S. 2009. Karakteristik Petir Mengenai Curah Hujan debta di
Wilayah Bandung, Jawa Barat. Jurnal Meteorologi dan geofisika. 12(2). Hh 163-
170.

Setyaningsih, L. 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Kompos Aktif


untuk Meningkatkan Pertumbuhan semai Mindi ( Melia Azedarach Linn) pada
Media Tailing Tambang Emas Pongkor. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
51

Siregar, S. dan Arif, B. 2015. Penentuan Nilai Suseptibilitas Magnetik Mineral Magnetik
Pasir Besi Sisa Pendulangan Emas di Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Jurnal
Fisika Unand. 4 (4). Hh 344-349.

Suandayani, N.K.T. 2017. Pengukuran Anistropi Magnetik Endapan Sedimen Dengan


Metode AMS (Anisotropy of Magnetic Susceptibility) Dan NRM (Natural
Remanent Magnetization) [skripsi]. Bukit Jimbaran: Universitas Udayana.

Tarigan. 2017. Analisis Tingkat Kesuburan Tanah Melalui Nilai Suseptibilitas Magnetik
Pada Lahan Persawahan Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Jurnal
Fisika Unand. 8 (3). Hh 281-287.

Tarling dan Hrouda. 1993. Pengukuran Sifat Fisik Tanah di Lahan Tebuh Menggunakan
Metode Geolistrik dan Teknik Mekanika Tanah [Skripsi]. Jember: Universitas
Jember.

Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. diterjemahkan
oleh Bambang Soegijono. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Tufaila M., Hasbullah S., Jufri J., dan Lies I. 2014. Karakteristik Morfologi Dan
Klasifikasi Tanah Luapan Banjir Berulang Di Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal
Agriplus, 24 (3) : 196.

Waspodo, R., S., B., Silvia, K., dan Vita, A., K., D. 2019. Prediksi Intrusi Air Laut
Berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik Dan Total Dissolved Solid Di Kabupaten
Tangerang. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 8 (4). Hh 243-250.

Wijaya, A., S. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk
Menentukkan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya. Jurnal
Fisika Indonesia. 55 (19). Hh 1-5.

Yanti, R. P. 2021. Identifikasi Pencemaran Logam Berat Pada Sedimen Sungai Batang
Arau Kota Padang Berdasarkan Nilai Suseptibilitas Magnetik. Padang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.

Yesi, S., U., dan Arif, B. 2019. Analisa Suseptibilitas Tanah pada Lahan Perkebunan
Kopi di Kabupaten Solok. Jurnal Fisika Unand. 8(3). Hh 219- 226.

Yurmin. 2020. Investigasi Suseptibilitas Magnetik Tanah Sambaran Petir Di


Kecamatan Puwatu. 5 (2). 171-176.
52

LAMPIRAN
53

Lampiran 1. Hasil pengukuran kandungan unsur tanah topsoil menggunakan XRF


54

Lampiran 2. Hasil pengukuran nilai suseptibilitas magnetik sampel tanah topsoil


menggunakan MS2B
Nilai Suseptibilitas

Koordinat Magnetik
Titik
DF (%
Sampel (10−6 m3kg−1 )

BT LS LF HF
M 01 122º 23' 21.4'' 3º 52' 33.42'' 0,335 0,325 2,99
M 02 122º 23' 31.13'' 3º 53' 3.57'' 0,103 0,102 0,97
M 03 122º 24' 13.30'' 3º 53' 25.60'' 3,673 3,559 3,1
M 04 122º 24' 56.69'' 3º 53' 2.49'' 0,844 0,79 6,4
M 05 122º 25' 5.53'' 3º 52' 33.71'' 0,967 0,887 8,27
M 06 122º 24' 58.07'' 3º 53' 28.64'' 1,158 1,096 5,35
M 07 122º 24' 21.72'' 3º 53' 43.63'' 1,516 1,474 3,87
M 08 122º 24' 6.22'' 3º 54' 20.79'' 0,31 0,298 3,68
M 09 122º 24' 21.45'' 3º 54' 57.53'' 0,142 0,136 4,23
M 10 122º 24' 58.23'' 3º 55' 12.98'' 0,154 0,138 10,39
M 11 122º 25' 35.37'' 3º 54' 57.27'' 0,226 0,205 9,29
M 12 122º 25' 50.07'' 3º 54' 20.78'' 0,369 0,342 7,32
M 13 122º 25' 34.39'' 3º 53' 43.51'' 3,214 3,119 2,96
55
56

Lampiran 3 Hasil Pengukuran Kounduktivitas Listrik Tanah Toposoil


menggunakan Konduktivitas Listrik
DHL Warna dan Kode Tanah
No Titik Sampel pH
(dS/m) Topsoil
1 M 01 6,37 0,019 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
2 M 02 6,38 0,015 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
3 M 03 6,1 0,083 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
4 M 04 6,12 0,084 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
5 M 05 6,22 0,09 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
6 M 06 6,19 0,098 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
7 M 07 6,1 0,086 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
8 M 08 6,01 0,085 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
9 M 09 6,4 0,015 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
10 M 10 6,25 0,024 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
11 M 11 6,4 0,017 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
12 M 12 6,2 0,034 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
13 M 13 6,06 0,084 Very Dark Gray 7.5 YR 3/1
57

Lampiran 4 Dokumentasi Pengambilan sampel, preparasi sampel dan pengukuran


sampel tanah topsoil di sekitar kawasan industri pertambangan
kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.

a. Pengambilan sampel tanah topsoil di sekitar kawasan industri pertambangan


Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe
58

b. Preparasi Sampel Tanah Toposoil


Penjemuran sampel tanah

Proses penggerusan sampel tanah topsoil

c. Pengukuran sampel tanah topsoil di laboratorium


1. Pengukuran kandungan unsur
59

2. Pengukuran sifat listrik

3. Pengukuran suseptibilitas magnetik


60
61
62

Anda mungkin juga menyukai