Anda di halaman 1dari 16

BAB VII

RENCANA DETAIL SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA


PAYAKUMBUH

7.1 Umum (Rindiani Sanur/2110943016)


Peningkatan jumlah penduduk di suatu wilayah setiap tahunnya merupakan hasil dari berbagai
faktor, seperti kemajuan dalam kesehatan, pendidikan, aspek sosial, dan ekonomi masyarakat
yang semakin membaik. Faktor-faktor ini berpengaruh terhadap perbedaan yang signifikan
antara tingkat kelahiran dan kematian. Perubahan ini juga berdampak pada sistem pengelolaan
sampah di daerah tersebut. Seiring pertambahan penduduk, volume sampah yang dihasilkan
juga meningkat, yang mempengaruhi pengelolaan sampah secara keseluruhan. Oleh karena
itu, penting untuk merancang sistem yang efektif untuk pengumpulan, pengangkutan, dan
lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sesuai dengan kebutuhan wilayah setempat.
Untuk itu, perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk menjadi krusial dalam menentukan
volume sampah yang akan dihasilkan. Hal ini dilakukan dengan memproyeksikan jumlah
penduduk untuk periode sepuluh tahun ke depan. Data dan hasil perhitungan tersebut
kemudian menjadi dasar untuk merencanakan strategi pengelolaan sampah Kota
Payakumbuh.
Perancangan sistem pengelolaan sampah di Kota Payakumbuh menjadi hal yang sangat
penting, dimulai dari tahap awal pengumpulan hingga akhirnya sampah dibuang di TPA,
dengan tujuan untuk meminimalkan volume sampah yang dihasilkan. Rencana ini akan
menjadi panduan dalam mengatur pengelolaan sampah di Kota Payakumbuh. Diinginkan agar
perencanaan ini dapat diimplementasikan dengan lancar, sehingga pengelolaan sampah di
kota tersebut dapat ditingkatkan. Berbagai metode perhitungan proyeksi penduduk, seperti
metode aritmatika/linear, logaritma, eksponensial, dan geometri, dapat digunakan dalam
proses ini.

7.2 Periode Desain (Rindiani Sanur/2110943016)


Periode desain pada perencanaan sistem pengelolaan persampahan Kota Payukumbuh
direncanakan selama 10 tahun, dimana mulai dari tahun 2024 sampai 2033. Periode desain
pada perencanaan sistem pengelolaan persampahan Kota Payukumbuh terdiri dari 2 tahap,
dimana masing-masing tahap terdiri dari 5 tahun. Tahap I dimulai dari tahun 2024 sampai
2028, sedangkan untuk tahap 2 dimulai dari tahun 2028 sampai 2033.

7.3 Proyeksi Timbulan Sampah (Rindiani Sanur/2110943016)


7.3.1 Proyeksi jumlah penduduk (Rindiani Sanur/2110943016)
Metode yang dipakai dalam menghitung proyeksi penduduk pada Kota Payakumbuh yaitu
dengan membandingkan metode aritmatika, metode logaritma, metode eksponensial dan
metoda geometri dengan menggunakan dua tahap. Tahap I dari tahun 2024-2028 dan tahap II
dari 2028-2033. Proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2014-2033 dapat dilihat pada Tabel 7.1
dan grafiknya pada Gambar 7.1.
Tabel 7.1. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2014-2033
Tahun Proyeksi Penduduk
No Penduduk
Aritmatika Logaritma Eksponensial Geometri
1 2014 125.309 122.237 125.536 122.648 125.690
2 2015 127.557 128.288 127.637 128.287 127.826
3 2016 129.804 131.828 129.772 131.704 129.807
4 2017 132.052 134.339 131.943 134.184 131.819
5 2018 134.299 136.287 134.151 136.140 133.703
6 2019 136.547 137.879 136.395 137.759 135.573
7 2020 138.794 139.225 138.677 139.142 139.576
8 2021 141.042 140.390 140.998 140.352 141.184
9 2022 143.289 141.418 143.357 141.428 143.325
10 2023 145.537 142.338 145.755 142.398` 145.726
11 2024 147.784 143.170 148.194 143.281
12 2025 150.032 143.930 150.673 144.091
13 2026 152.279 144.629 153.194 144.841
14 2027 154.527 145.276 155.757 145.539
15 2028 156.774 145.878 158.363 146.191
16 2029 159.022 146.441 161.013 146.804
17 2030 161.270 146.971 163.707 147.383
18 2031 163.517 147.470 166.446 147.930
19 2032 165.765 147.942 169.231 148.449
20 2033 168.012 148.389 172.062 148.944
Sumber: Tugas Besar Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah, 2024

7.3.1.1 Metode Terpilih (Rindiani Sanur/2110943016)


Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang akan digunakan dipilih nilai S yang
terkecil dan nilai R mendekati 1. Pada Tabel 7.2 dan Gambar 7.1 dapat dilihat perbandingan
nilai S dan R dari keempat metode tersebut.
Tabel 7.2 Metode Terpilih
Metode S R
Aritmatik 499,31 0,997
Logaritma 7.101,50 0,938
Eksponensial 446,85 0,998
Geometri 2.234,12 0,945
Sumber: Tugas Besar Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah, 2024

KELOMPOK II A 79
Grafik Analisis Jumlah Penduduk dengan Metoda
Terpilih
200,000
Penduduk
Linear
150,000
(Penduduk)
Aritmatika
Penduduk

100,000 Linear (Ar-


itmatika)
50,000 Eksponensial
Logaritma
Geometri
0
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Tahun

Gambar 7.1 Grafik Proyeksi Penduduk


Maka berdasarkan tabel di atas, metoda terpilih untuk proyeksi penduduk Kota Payakumbuh
adalah metode eksponensial. Hasil proyeksi penduduk dengan beberapa metoda dapat dilihat
dalam Tabel 7.3 berikut:
Tabel 7.3 Hasil Proyeksi Metoda Terpilih
No Tahun Penduduk Eksponensial

1 2014 125.690 125.536


2 2015 127.826 127.637
3 2016 129.807 129.772
4 2017 131.819 131.943
5 2018 133.703 134.151
6 2019 135.573 136.395
7 2020 139.576 138.677
8 2021 141.184 140.998
9 2022 143.325 143.357
10 2023 145.726 145.755
11 2024 148.194
12 2025 150.673
13 2026 153.194
14 2027 155.757
15 2028 158.363
16 2029 161.013
17 2030 163.707
18 2031 166.446
19 2032 169.231
20 2033 172.062
Sumber: Tugas Besar Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah, 2024

KELOMPOK II A 80
Berikut adalah proyeksi penduduk perkecamatan di Kota Payakumbuh yang dapat dilihat
dalam Tabel 7.4.
Tabel 7.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Per Kecamatan
Jumlah Penduduk
Eksponensial
Eksisting Tahap 1 Tahap 2
Payakumbuh Barat 56.192 56.371 57.433
Payakumbuh Utara 34.158 34.267 34.912
Payakumbuh Timur 30.763 30.861 31.442
Limposi Tigo Nagari 12.110 12.148 12.377
Payakumbuh Selatan 12.503 12.543 12.779
Total 145.726 158.363 172.062
Sumber: Tugas Besar Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah, 2024

7.3.2 Proyeksi Timbulan (Rindiani Sanur/2110943016)


7.3.2.1 Tahap I (2024-2028)

{[ ] }
1/t
Pt
∆ p= ( ) -1 x 100% ……………………………………........……………………(7.1)
Po

{[ ] }
1/5
158.363
∆ p= ( ) -1 x 100%
145.755
∆ p=¿1,67%

Dimana:
Pt = Jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2028
Po = Jumlah Penduduk tahun 2023
t = selisih tahun = 5
Δp = indeks pertambahan jumlah penduduk

Maka:
1+[1/3(Δm+Δi+Δg)]
Δq = ………………………………………………………...…………
1+Δp
(7.2)

Dimana:
Δm = Indeks Pertumbuhan pangan = 3,15%
Δi = Indeks Pertumbuhan industri = 4,16%
Δg = Indeks Pertumbuhan Pendapatan Perkapita = 5,58%
Δp = indeks pertambahan jumlah penduduk
Δq = indeks pertumbuhan timbulan sampah
1+[1/3(3,15%+4,16%+5,58%)]
Δq =
1+1,67%
Δq = 1,026

7.3.2.1.1 Timbulan Sampah Kawasan

[ ( )]
n
∆q
q
q2028 = 2024 X 1+ ............................................................................................(7.3)
100
q2027 = 0,53 l/o/h × ¿1+(1,025/100)]5

KELOMPOK II A 81
= 0,557 l/o/h
Q = q2028 × jumlah penduduk tahun 2028 ....................................................................(7.4)
Q2028 = q2028 × jumlah penduduk tahun 2028
= 0,557 l/o/h × 158.363 jiwa
= 88.323,01 l/h

7.3.2.2 Tahap II (2029-2033)

{[ ] }
1/t
Pt
∆ p= ( ) -1 x 100% ………………………………………………….....…………(7.1)
Po

{[ ] }
1/ 10
172.062
∆p = ( ) -1 x 100%
1 45.726
∆p = 0,016 %

Dimana:
Pt = Jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2033
Po = Jumlah Penduduk tahun 2028
t = selisih tahun = 5
Δp = indeks pertambahan jumlah penduduk

Maka:
1+[1/3(Δm+Δi+Δg)]
Δq = …………………………………………………………......………
1+Δp
(7.2)

Dimana:
Δm = Indeks Pertumbuhan pangan = 3,15%
Δi = Indeks Pertumbuhan industri = 4,16%
Δg = Indeks Pertumbuhan Pendapatan Perkapita = 5,58%
Δp = indeks pertambahan jumlah penduduk
Δq = indeks pertumbuhan timbulan sampah
1+[1/3(3,15%+4,16%+5,58%)]
Δq =
1+0,016%
Δq = 1,042

7.3.3.2.1 Timbulan Sampah

[ ( )]
n
∆q
q2033 = q2028 X 1+ ........................................................................................(7.3)
100
q2033 = 0,557 l/o/h × ¿1+(1,025/100)]5
= 0,586 l/o/h
Q = q2033 × jumlah penduduk tahun 2033 ....................................................................(7.4)
Q2033 = q2033 × jumlah penduduk tahun 2033
= 0,586 l/o/h × 172.062 jiwa
= 100.851,98 l/h

KELOMPOK II A 82
Tabel 7.5 Timbulan Sampah Kota Payakumbuh per Kecamatan Tahap I dan II
Jumlah Penduduk Timbulan Kota Proyeksi
Tahap Kecamatan
(Jiwa) (l/h) Timbulan (l/h)
Payakumbuh Barat 61.065 35.784
Payakumbuh Utara 37.120 21.752
Tahap I Payakumbuh Timur 33.430 2,343 19.590
Limposi Tigo Nagari 13.160 7.712
Payakumbuh Selatan 13.588 7.963
Payakumbuh Barat 66.347 38.879
Payakumbuh Utara 40.331 23.634
Tahap II Payakumbuh Timur 36.322 2,468 21.285
Limposi Tigo Nagari 14.298 8.379
Payakumbuh Selatan 14.763 8.651
Sumber: Data Tugas Besar PSPS, 2024

7.4 Daerah dan Tingkat Pelayanan (Rindiani Sanur/2110943016)


7.4.1 Tingkat Pelayanan
Rancangan detail sistem pengelolaan sampah yang direncanakan di Kota Payakumbuh
dalam 10 tahun kedepan telah terjangkau oleh rute daerah pelayan Dinas Lingkungan
Hidup serta badan lain yang mengelola persampahan Kota Payakumbuh sehingga daerah
pelayanan kota mencapai keseluruhan wilayah Kota Payakumbuh. di mulai dari tahun 2024
sampai tahun 2033 adalah 100%. Rencana ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama
dimulai tahun 2024 sampai 2028 dengan daerah pelayanan 100%, sedangkan tahap kedua
mulai tahun 2028 sampai 2033 dengan daerah pelayanan yaitu 100%. Peta daerah
pelayanan Kota Payakumbuh dapat dilihat pada Gambar 7.2.
7.4.2 Daerah Pelayanan
Rencana umum pengelolaan sampah Kota Payakumbuh dirancang untuk 10 tahun ke depan,
dimulai dari tahun 2024 sampai tahun 2033. Daerah yang telah dilayani adalah keseluruhan
kota Payakumbuh. Skala pengelolaan sampah yang diterapkan di Kota Payakumbuh skala
kawasan yang ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Payakumbuh. Rencana
ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama dimulai tahun 2024 sampai 2028 dengan daerah
pelayanan 100%, sedangkan tahap kedua mulai tahun 2028 sampai 2033 dengan daerah
pelayanan yaitu 100%, dimana pelayanan dilakukan dengan pelayanan merata diseluruh
daerah Kota Payakumbuh. Daerah pelayanan Kota Payakumbuh dapat dilihat lebih jelas
pada Gambar 7.3 untuk tahap I dan II.

KELOMPOK II A 83
Gambar 7.2 Peta Daerah Pelayanan Tahap I Kota Payakumbuh
Sumber: Tugas Besar Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Kota Payakumbuh, 2024

KELOMPOK II A
84
Gambar 7.3 Peta Daerah Pelayanan Tahap II Kota Payakumbuh
Sumber: Tugas Besar Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Kota Payakumbuh, 2024
KELOMPOK II A
85
7.5 Skala Pengelolaan Sampah (Rindiani Sanur/2110943016)
Skala pengelolaan sampah yang akan digunakan di Kota Payakumbuh adalah skala
kawasan. Perencanaan dengan skala kawasan ini menggunakan pengolahan melalui TPS3R
dimana pengolahan ini diharapkan dapat mengurangi jumlah timbulan sampah di kota
Payakumbuh sehingga kebutuhan pengelolaan sampah di kota ini dapat terlayani.

7.6 Aspek Teknis Operasional (Rindiani Sanur/2110943016)


Aspek teknis operasional pengelolaan sampah yang direncanakan bersifat integral, terpadu,
dan secara berurutan. Aspek teknis operasional Kota Payakumbuh ini meliputi sistem
pemilahan dan pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pengolahan, pengangkutan serta
pemrosesan akhir. Kegiatan pengelolaan sampah disesuaikan berdasarkan kondisi wilayah
dan daya dukung wilayah Kota Payakumbuh.

7.6.1 Pemilahan dan Pewadahan (Rindiani Sanur/2110943016)


Pemilahan sampah adalah suatu proses memisahkan sampah menjadi beberapa jenis kategori
tertentu sejak dari sumbernya. Pemilahan sampah di Kota Payakumbuh direncanakan akan
dipilah berdasarkan jenis dan komposisi sampah. Pemilahan akan dilakukan berdasarkan
lima jenis yaitu:
1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun;
2. Sampah yang mudah terurai;
3. Sampah yang dapat digunakan kembali;
4. Sampah yang dapat didaur ulang;
5. Sampah lainnya yaitu residu.
Pewadahan sampah adalah penanganan sampah sebelum dikumpulkan atau penanganan
sampah di sumber timbulannya. Pewadahan yang baik adalah pewadahan yang dapat
menampung seluruh sampah yang dihasilkan, tertutup, dan dari segi estetika tidak merusak
keindahan. Perencanaan pewadahaan sebaiknya mempertimbangkan segi kepraktisan atau
kemudahan dalam pengumpulannya serta disesuaikan dengan jenis sampah yang akan
dikelola. Penggunaan wadah sampah yang tepat dapat membantu mempermudah proses
pengumpulan dan pengangkutan sampah, serta meminimalkan risiko timbulnya bau tidak
sedap dan penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh sampah yang berserakan. Pewadahan
direncanakan untuk skala kawasan menggunakan wadah individual semantara untuk
skala kota menggunakan wadah komunal dan individual untuk sampah non domestik.
Sistem pewadahan di Kota Payakumbuh ini dilakukan secara individual dan komunal, untuk
wadah undividual menggunakan kantong plastik 10 liter di sumber domestik yang sudah ada
pemilahan di sumber. Untuk sumber lainnya seperti perkantoran dan institusi pemerintahan
menggunakan bin plastik 100 liter karena jumlah penghuni yang lebih banyak. Selanjutnya,
sampah dari masing-masing sumber dikumpulkan ke lokasi pemindahan sampah atau
Tempat Penampungan Sampah (TPS) yang juga merupakan wadah komunal berupa
kontainer 8 m3, sedangkan untuk skala kawasan sampah dikumpulkan ke lokasi TPS3R
untuk diolah.

KELOMPOK II A 86
7.6.2 Pengumpulan
Direncanakan sistem pengumpulan sampah di kota Payakumbuh adalah menggunakan pola
individual langsung, pola individual tidak langsung, dan komunal langsung. Pola individual
langsung diterapkan pada jalan protokol dan perumahan elit, pola individual tidak langsung
diterapkan pada daerah pemukiman teratur, pertokoan, jalan dan tempat umum lainnya yang
memiliki akses jalan sempit atau pemukiman yang rapat. Pola komunal langsung diterapkan
pada daerah pemukiman yang kurang teratur atau pinggiran kota yang pemukimannya
sulit dijangkau. Alat pengumpul sampah berupa dump truck dan armroll truck dengan
kapasitas 8 m3 dan becak motor dengan kapasitas 2 m 3 dengan 3 ritasi/hari. Pengumpulan
dilakukan dengan membedakan waktu pengumpulan dari tiap-tiap jenis sampah.
Pengumpulan sampah layak kompos dari sumber dilakukan 1 kali sehari, sampah guna ulang
2 kali seminggu, sampah daur ulang 2 kali seminggu, sampah B3 2 kali seminggu dan
sampah lain-lain 2 kali seminggu. Area pengumpulan dibagi atas 3 kecamatan pada tahap I
dan 5 Kecamatan pada tahap II. Pembagian kecamatan didasarkan atas distribusi jumlah
penduduk, jarak dari satu kecamatan ke TPA dan dekatnya jarak antara daerah pelayanan.

7.6.3 Pemindahan dan Pengolahan (Rindiani Sanur/2110943016)


Sistem pemindahan pada Kota Payakumbuh menggunakan transfer depo tipe I dan III
dimana tipe I ini berfungsi untuk pertemuan alat pengumpul dan pengangkut,
peyimpanan,bengkel sederhana, kantor serta tempat pemilahan dan pengomposan. Tipe ini
dilengkapi dengan peralatan pemadat sampah dan pemroses awal sederhana, seperti
penghancur dan pemisah logam dan digunakan untuk daerah yang mudah mendapatkan
lahan. Sedangkan untuk tipe III, dilengkapi dengan peralatan pemroses sampah yang lebih
lengkap, seperti mesin penghancur, mesin pemisah, dan mesin pemadat yang lebih besar dan
canggih. Tipe ini berfungsi sebagai tempat pertemuan gerobak dan kontainer, tempat
kontainer komunal serta tempat pemilahan dan digunakan untuk daerah yang sulit
mendapatkan lahan. Metode pemindahan yang dilakukan adalah penyimpanan (storage load)
dimana sampah dimasukkan kewadah penampungan dengan kapasitas satu sampai tiga hari
lalu sampah dibawa ke TPS3R. Pengolahan terhadap sampah ini kemudian akan dilakukan di
TPS3R.

7.6.4 Pengangkutan (Rindiani Sanur/2110943016)


Sistem pengangkutan sampah yang digunakan adalah sistem Hauled Container System
(HCS) cara II dan Stationary Container System (SCS). Sistem HCS dilakukan menggunakan
kontainer yang diletakkan di TPS3R untuk menampung sampah residu atau sampah yang
tidak dapat diolah dan nantinya dibuang ke TPA. Sistem SCS dengan menggunakan Dump
Truck. Sistem ini bekerja dengan cara kendaraan pengangkut keluar dari pool dengan
membawa kontainer kosong dengan kapasitas 6-8 m3 langsung ke lokasi kontainer pertama
untuk mengganti kontainer yang berisi sampah dengan kontainer kosong yang telah dibawa,
kemudian kontainer yang berisi sampah langsung dibawa ke TPS3R untuk diolah, kemudian
dibawa ke TPA. Pengangkutan timbulan sampah di Kota Payakumbuh dilakukan setiap hari
pada pukul 04.30 WIB dengan ritasi 4 kali sehari.
Pengangkutan di kota ini direncanakan dari kontainer yang berada di TPS3R yang berisi
sampah residu yang tidak dapat diolah untuk kemudian diangkut ke TPA. Sedangkan sistem

KELOMPOK II A 87
HCS dilakukan dengan mengangkut sampah-sampah langsung dari sumbernya untuk dibawa
ke TPA, dimana sistem ini diterapkan untuk sampah yang berada di jalan protokol.
Kendaraan untuk proses transfer dan transportasi yang digunakan adalah armroll truck.
Armroll truck ini disediakan sesuai dengan banyaknya kontainer yang akan diangkut setiap
harinya ke TPA. Jumlah armroll truck yang seimbang dengan jumlah kontainer ini bertujuan
agar proses pengangkutan sampah yang berada di kontainer ke TPA menjadi lancar dan
efisien.

7.6.5 Pemrosesan Akhir (Rindiani Sanur/2110943016)


Dalam perencanaan di Kota Payakumbuh ini proses pengelolaan sampah di TPA diawali dari
pengangkutan sampah dari sumber sampah ke kontainer dengan menggunakan becak
motor dan diangkut langsung ke TPS3R. Sampah yang bisa dikompos langsung ditampung
pada lahan penampungan sebagai bahan kompos. Kemudian dilakukan pengemasan untuk
barang lapak dan pengomposan. Sedangkan sampah yang dapat didaur ulang yang dihasilkan
dari Kota Payakumbuh ini akan didaur ulang di TPS3R. Lalu, sampah yang tidak dapat
didaur ulang ataupun dikompos akan dibawa ke TPA.
TPA yang digunakan adalah TPA berbasis Sanitary Landfill. Sanitary Landfill adalah sistem
pengolahan sampah dengan cara menimbun residu sampah yang dibuang ke TPA dengan
Tanah urug. Sampah yang dibawa dari TPST atau yang datang ke TPA akan ditimbun setiap
harinya dengan tanah urug. Sanitary Landfill ini direncanakan dimulai dari tahap I.
Fasilitas-fasilitas yang direncanakan pada lokasi di TPA terdiri dari:
1. Luas lahan yang direncanakan memiliki luas 1.000 m2 untuk keperluan lahan
pengomposan, kantor pengendalian, dan gudang penyimpanan;
2. Bangunan pelindung diperuntukan sebagai:
a. Area pemilahan;
b. Area pengomposan;
c. Kantor pengendali;
d. Gudang penyimpanan.
3. Peralatan mesin pendukung
a. Pencacah sampah organik;
b. Pengayak kompos;
c. Buldozzer;
d. Jembatan timbang.
Alat Pengolahan Peralatan di TPA antara lain:
1. Kantor (alat tulis, meja dan kursi)
2. Pengomposan
a. Mesin pencacah sampah organik kapasitas 1500 kg/jam;
b. kardus bekas, berfungsi sebagai pelapis bagian dalam keranjang takakura;
c. bantalan komposter takakura, yang terbuat dari sekam atau sabut kelapa. satu
keranjang takakura terdiri dari 2 buah bantalan;
d. kompos yang dijual di pasaran sebagai aktivator pengomposan;
e. kain kasa atau kain yang berwarna gelap sebagai penutup komposter;
f. mesin pengayak kompos kapasitas 2000 kg/jam.
3. Kontainer 10 m3, yang berfungsi untuk menampung sisa sampah proses
KELOMPOK II A 88
pemilahan. Kontainer ini terbagi dalam sampah organik dan anorganik.
Alat penunjang lainnya, seperti sekop, cangkul, garu, masker, sarung tangan, karung, sepatu
boot, dan lain-lain. Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan
lokasi TPA ialah sebagai berikut (SNI nomor 03-3241-1994) :
1. Ketentuan Umum
Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.
b. Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu:
1) Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi
daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona
2) Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua
lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan
pada tahap regional.
3) Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi
yang berwenang.
c. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi
TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah.
2. Kriteria
Adapun Kriteria untuk penentuan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian :
a. Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak
atau tidak layak.
b. Kondisi hidrogeologi
1) Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter;
2) tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm/ det;
3) jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran;
4) dalam hal tidak ada zona yang memenuffi kriteria-kriteria tersebut diatas,
maka harus diadakan masukan teknologi;
5) kemiringan zona harus kurang dari 20%;
6) jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk
penerbangan turbojet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain;
7) tidak boleh pada daerah lindung/ cagar alam dan daerah banjir dengan
periode ulang 25 tahun.
3. Kriteria penyisih, yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu
terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut :
a. Iklim
b. utilitas: tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik
c. lingkungan biologis
d. habitat: kurang bervariasi dinilai makin baik
e. daya dukung: kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik.

7.7 Aspek Non Teknis (Rindiani Sanur/2110943016)


Aspek non teknis pengelolaan sampah yang direncanakan pada Kota Payakumbuh meliputi
peraturan, pembiayaan, institusi dan peran serta masyarakat.
7.7.1 Peraturan

KELOMPOK II A 89
Kota Payakumbuh belum ada pengolahan sampah yang terpadu sehingga belum terdapatnya
peraturan yang mengikat mengenai sistem pengolahan sampah. Oleh karena itu, rancangan
skenario akan dibuat peraturan mengenai sistem dan teknik pengolahan sampah. Peraturan
ini diharapkan dapat memperbaiki sistem pengolahan sampah kota dan mengurangi
permasalahan sampah di Kota Payakumbuh.
Peraturan telah ditetapkan sebagai suatu patokan sebagai batasan yang mengatur kegiatan dan
juga sebagai sanksi apabila terjadi pelanggaran dari peraturan yang telah ditetapkan. Peraturan
yang dipakai pada rencana pengelolaan sampah yaitu Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan dan Peraturan Daerah Kota
Payakumbuh Nomor 04 Tahun 2019 yang merupakan revisi dari Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam peraturan ini terdapat sanksi pidana
kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000 dan Peraturan
Daerah Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang
merupakan revisi dari Perda No. 5 tahun 2002.
Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di Kota
Payakumbuh antara lain adalah yang mengatur tentang:
1. Keterlibatan umum yang terkait dengan penanganan sampah;
2. rencana induk pengelolaan sampah Kota Payakumbuh;
3. bentuk lembaga dan organisasi pengelolaan;
4. tata cara penyelenggaraan pengelolaan;
5. besaran tarif jasa pelayanan atau restribusi.
Kerjasama dengan berbagai pihak terkait sangat diperlukan diantaranya kerjasama antar
daerah, atau kerjasama dengan pihak swasta.

7.7.2 Pembiayaan (Rindiani Sanur/2110943016)


Biaya investasi dan operasional berasal dari Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh
(PEMDA) dan iuran berkala atau retribusi masyarakat pelayanan sebagai salah satu peran
aktif dari masyarakat dalam proses di sampah, pihak swasta, dan organisasi yang peduli
terhadap pengelolaan sampah di Kota Payakumbuh.
Aspek pembiayaan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Biaya investasi
Merupakan biaya yang diperlukan untuk pengadaan perangkat keras dan pengadaan
perangkat lunak seperti perencanaan program persampahan, penyusunan sistem prosedur,
pendidikan dan latihan awal serta start up, biaya insidentil penerapan sistem baru;
2. biaya operasional:
a. Gaji dan upah;
b. transportasi, seperti bahan bakar dan lain-lain;
c. perawatan dan perbaikan;
d. pendidikan dan latihan;
e. administrasi kantor dan lapangan;
f. utilitas-utilitas lainnya.

7.8 Institusi (Rindiani Sanur/2110943016)


Institusi penyelenggara dalam pembangunan prasarana dan sarana persampahan dapat
KELOMPOK II A 90
dilakukan secara sendiri atau terpadu oleh Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, swasta dan
masyarakat. Bentuk institusi dan struktur organisasi penyelenggara pembangunan harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, secara umum bentuk institusi yang ada adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan Daerah Kebersihan (PDK);
2. Dinas Lingkungan Hidup (DLH);
3. Seksi kebersihan, dan lain-lain.
Lembaga yang akan melakukan pengelolaan sampah di Kota Payakumbuh akan sepenuhnya
ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dengan penambahan divisi-divisi yang
meningkatkan kinerja DLH. Kegiatan pengelolaan sampah yang tidak dapat dilaksanakan
oleh masyarakat, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Kegiatan sosialisasi atau
penyuluhan harus dilaksanakan secara terpadu dan terus menerus dengan melibatkan instansi
terkait, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan perguruan tinggi.

7.9 Peran Serta Masyarakat (Rindiani Sanur/2110943016)


Partisipasi masyarakat di Kota Payakumbuh sudah cukup aktif berpastisipasi dalam
pengelolaan sampah, walaupun tidak semuanya yang ikut berpartisipasi. Tanpa adanya
partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program pengelolaan sampah yang
direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu
program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada
tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program ini. Hal ini antara lain menyangkut:
1. Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib
dan teratur;
2. faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat;
3. kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.
Peran masyarakat yang diharapkan pada rencana detail sistem pengelolaan ini yaitu peran
aktif yang juga akan memberi penagruh kepada pelaksanaan teknis dari pengelolaan sampah
seperti melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik, mematuhi peraturan
yang berlaku, , merasa tanggung jawab terhadap sampah yang ditimbulkan agar tidak
mecemari lingkungan.

KELOMPOK II A 91
Tabel 7.16 Rekapitulasi Skenario Rancangan Umum Pengelolaan Sampah di Kota Payakumbuh
Skenario
NO Aspek Pengelolaan Eksisting
Tahap 1 Tahap 2
1 Skala Pelayanan Kawasan Kawasan Kawasan
Tingkat Pelayanan 97,10% berdasarkan luas wilayah yang 100% Berdasarkan luas wilayah yang 100% Bedasarkan luas wilayah yang
2
terayani terlayani terlayani
Daerah Pelayanan Lima kecamatan yang ada sudah terlayani Semua kecamatan terlayani Semua kecamatan terlayani
3 namun ada kecamatan yang belum maksimal
dalam pengelolaan sampah
4 Aspek Teknis
a Sistem Pemilahan dan Pewadahan
Pemilahan Sampah Sampah organik dan anorganik Sampah mudah terurai, sampah daur ulang, sampah guna ulang, sampah B3 dan
Sampah residu
Pewadahan Bin sampah, kantong plastik, ban bekas (karet) Bin berukuran 10-120 liter
b Sistem Pengumpulan
Skala Kawasan Pola individualtidaklangsung langsung Pola individual tidak langsung
Sarana Pengumpulan Becak motor dengan kapasitas 0,75 m3 Becak motor dengan kapasitas 1,5 m3
c Pemindahan
Fungsi Sebagai wadah komunal Sebagai wadah komunal
d Pengolahan
Kawasan TPS3R, Rumah Kompos, Bank Sampah TPS3R, Rumah Kompos, Bank Sampah
e Pengangkutan
Kawasan Pola HCS Pola HCS
Sarana Pengangkutan Armroll truck kapasitas 8 m3 Armroll truck kapasitas 8 m3
f Pemerosesan Akhir
Sistem Landfill Controlled landfill Sanitary landfill dengan fasilitas umum yang telah lengkap
5 Aspek Non Teknis
a Peraturan Peraturan yang ada tentang pengelolaan Penambahan peraturan yang belum ada seperti peraturan tentang peran serta
sampah pihak swasta
b Pembiayaan Berasal dari APBD Kota Payakumbuh dan Berasal dari pemerintah daerah, retribusi masyarakat pelayanan, pihak swasta, dan
retribusi pelayanan sampah. organisasi yang peduli terhadap pengelolaan sampah di Kota
Payakumbuh.
c Institusi Dinas Lingungan Hidup (DLH) Kota Dinas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup, serta seksi
Payakumbuh kebersihan dibawah satu dinas.
d Partisipasi Masyarakat Mayarakat sudah cukup aktif berpastisipasi Masyarakat berperan aktif dalam Masyarakat berperan aktif dalam
dalam pengolahan sampa pelaksanaan program pembuangan pelaksanaan program pembuangan
sampah sesuai dengan jadwal yang sampah sesuai dengan jadwal yang telah
telah berlaku berlaku dan Melakukan sosialisasi
pengelolaan sampah 3R
Sumber: Data Perhitungan Tugas Besar Pengelolaan Sampah, 2024

KELOMPOK II C 92

Anda mungkin juga menyukai